Di Susun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah, dan
innayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertemakan “Asas-asas
Hukum” dengan tepat waktu dan tidak ada halangan suatu apapun. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
diutus oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus agar bisa memperoleh
keberuntungan di dunia dan akhirat.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Eko Setiyo Ary Wibowo, M.H.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Hukum’. Selain
itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan sangat bermanfaat demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum pada dasarnya harus sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa yang
bersangkutan. Sampai saat ini masih banyak peraturan perundang-undangan yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, khususnya peraturan perundang-
undangan peninggalan Pemerintahan Hindia Belanda. Perkembangan masyarakat yang
sangat cepat dan pengaruh globalisasi, menuntut adanya Hukum Acara Perdata yang
dapat mengatasi persengketaan di bidang perdata dengan cara yang efektif dan efisien
sesuai dengan asas sederhana, mudah, dan biaya ringan. Peraturan perundang-undangan
Hukum Acara Perdata yang ada dan berlaku sampai saat ini tersebar dalam berbagai
peraturan perundang-undangan, baik peraturan perundang-undangan peninggalan
Pemerintah Hindia Belanda maupun peraturan perundang-undangan produk Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Perlu dipahami bahwa setiap peraturan hukum itu berakar atau bertumpu pada
asas hukum, yakni sustu nilai yang diyakini berkenaan dengan penataan masyarakat
untuk mencapai ketertiban yang berkeadilan. Karena kebenaran materiil dari suatu tata
hukum yang menjadi landasan formal suatu sistem hukum menunjuk pada asas-asas
yang menjadi fondasi bangunan keseluruhan aturan-aturan hukum yang berlaku sebagai
hukum positif yang harus ditaati di negara mana diberlakukan. Asas hukum yang
menjadi fondasi hukum positif itu sesungguhnya adalah abstraksi sebuah kaidah yang
lebih umum yang penerapannya lebih luas dari ketentuan norma-norma hukum positif.
Asas-asas hukum itu lahir dari kandungan akal budi dan nurani manusia yang
menyebabkan manusia dapat membedakan baik-buruk, adiltidak adil, dan manusiawi-
tidak manusiawi.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Serta Ruang Lingkup Asas-asas Hukum
1
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum Legal theory Dan Teori Peradilan Judicialprudance, Kencana, Makasar,
2007, hlm. 48.
3
pula dalam putusan hakim, pelaksanaan hukum, hukum dasar, dasar sesuatu yang
menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat dan sistem hukum.2
Tentang batasan pengertian asas hukum ada beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
a. Bellefroid, berpendapat bahwa asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari
hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan- aturan
yang lebih umum.
b. Van Scholten, berpendapat bahwa asas hukum adalah kecenderungan yang
disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum dan merupakan sifat- sifat
umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang
tidak boleh tidak harus ada.
c. Van Eikema Hommes, berpendapat asas hukum bukanlah norma-norma hukum
konkrit, tetapi ia adalah sebagai dasar-dasar pikiran umum atau petunjuk-petunjuk bagi
hukum yang berlaku.
d. Van der Velden, berpendapat asas hukum adalah tipe putusan yang digunakan
sebagai tolak ukur untuk menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman berperilaku.3
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa asas
hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang
umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat di
dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-
undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan
dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut. Atau lebih
ringkasnya, asas hukum merupakan latar belakang dari terbentuknya suatu hukum
konkrit.4
2. Ruang Lingkup Asas-asas Hukum
Ruang Lingkup Asas Hukum Ditinjau dari ruang lingkupnya, asas hukum terbagi
menjadi dua macam yaitu: Asas hukum umum, yaitu asas hukum yang berhubungan
dengan seluruh bidang hukum, seperti asas restitution in integrum, asas bahwa apa yang
lahirnya tampak benar untuk sementara harus dianggap demikian sampai ada keputusan
dari pengadilan. Asas hukum khusus, yaitu asas hukum yang berfungsi dalam bidang
yang lebih sempit seperti dalam bidang hukum perdata, hukum pidana, dan sebagainya,
2
Achmad Ali, opcit, hlm. 14.
3
E.Y.Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Storia Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 74.
4
B. Arif Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2009, hlm. 49.
4
yang merupakan penjabaran dari asas hukum umum. Bahwa sekalipun pada umumnya
asas hukum itu bersifat dinamis namun ada asas hukum yang bersifat universal yang
berlaku kapan saja dan dimana saja, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat. bahwa
ada lima asas hukum universal yaitu: asas kepribadian, asas persekutuan, asas
kesamaan, asas kewibawaan, dan asas pemisahan antara baik dan buruk. Empat asas
hukum universal yang pertama terdapat dalam setiap sistem hukum. 5
Tidak ada sistem hukum yang tidak mengenal ke-empat asas hukum universal
tersebut. Ada kecenderungan dari setiap asas hukum yang empat itu untuk menonjol
dan mendesak yang lain. Ada suatu masyarakat atau masa tertentu yang menghendaki
asas hukum universal yang satu daripada yang lain. Ke-empat asas hukum universal
yang pertama didukung oleh pikiran bahwa dimungkinkan memisahkan antara baik dan
buruk asas hukum yang kelima . Kaidah hukum adalah pedoman tentang apa yang
seyogyanya dilakukan dan apa yang seyogyanya tidak dilakukan. Ini berarti pemisahan
antara yang baik dan buruk. Dalam asas kepribadian, manusia menginginkan adanya
kebebasan individu, ingin memperjuangkan kepentingannya.
Asas kepribadian itu menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia, bahwa
manusia adalah subjek hukum, penyandang hak dan kewajiban. Tata hukum bertitik
tolak pada penghormatan dan perlindungan manusia. Manusia ingin bebas
memperjuangkan hidupnya. Asas hukum ini pada dasarnya terdapat di seluruh dunia,
walaupun bentuknya bervariasi satu sama lain. Dalam asas persekutuan yang
dikehendaki adalah suatu kehidupan bersama yang tertib, aman dan damai, persatuan
dan kesatuan serta cinta kasih. Manusia ingin hidup bermasyarakat. Asas hukum ini
terdapat di seluruh dunia. Asas kesamaan menghendaki setiap orang dianggap sama
dalam hukum. Yang dianggap adil adalah apabila setiap orang memperoleh hak yang
sama, setiap orang minta diperlakukan sama tidak dibeda-bedakan (equality before the
la). Keadilan merupakan realisasi asas persamaan ini. Asas hukum ini dikenal
sepanjang umat dimana-mana.6
B. Jenis Asas-asas Hukum
1. Asas Hukum Objektif Bersifat Moral
Asas hukum objektif yang bersifat moral telah menjadi pembahasan oleh para
pemikir zaman klasik dan abad pertengahan. Pengertian moral sama dengan
5
Budiono Kusumohamidjojo, Ketertiban Yang Adil, grafika, Jakarta, hlm.126.
6
Ibid., hlm.126.
5
pengertian etika. Bahkan istilah etika sudah dipakai oleh fi losof Aristoteles untuk
menunjukkan fi lsafat moral. Menurut logika progresif, hukum adalah :
a. hukum ada adalah untuk manusia, bukan untuk dirinya sendiri;
b. hukum selalu berada pada status law in the making dan tidak bersifat fi nal; dan
c. hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan, dan bukan teknologi yang
tidak berhati nurani ( Rahardjo, 2008). Hukum dan moral merupakan sebuah
perpaduan sekaligus pertentangan. Hukum dipisahkan dari moral ataukah
merupakan bagian yang tak terpisahkan darinya (Wasitaatmadja, 2015).
2. Asas Hukum Objektif Bersifat Rasional Asas hukum objektif bersifat rasional
menempatkan hukum hidup bersama rasionalisme. Prinsip ini telah diterima sejak
zaman dahulu, tetapi baru diungkapkan secara nyata sejak mulainya zaman modern,
yakni sejak timbulnya negara-negara nasional dan hukum yang dibuat oleh kaum
yuris secara profesional.
Hukum merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-
cita hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi
(democracy) maupun yang diwujudkan melalaui gagasan negara hukum
(nomocracy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum (Asshiddiqie,
2004). Setiap manusia memiliki hak-hak yang menjadi titik tolak pembentukan
hukum. Perkembangan hukum paling banyak diwarnai oleh perlindungan hak-hak
manusia. Hukum bukanlah entitas yang sama sekali terpisah dan bukan merupakan
bagian dari elemen sosial yang lain. Hukum tidak akan mungkin bekerja dengan
mengandalkan kemampuannya sendiri sekalipun ia dilengkapi dengan perangkat
asas, norma dan institusi (Halim, 2009).
Beranjak pada pandangan tatanan internal sistem hukum bahwa asas-asas
hukum bagian materiil dalam tata hukum positif, jenisnya dapat dirinci, menjadi
tiga kelompok yaitu: asas-asas hukum umum universal; asas-asas hukum umum
nasional; dan asas-asas hukum khusus bidang hukum sektoral.
C. Kedudukan Dan Fungsi Asas-asas Hukum
Mahadi (Guru Besar Ilmu Hukum USU) berpendapat bahwa sumber asas
hukum Indonesia adalah Pancasila, dikemukakan: “Apabila dalam bidang hukum kita
telah sepakat, bahwa Pancasila sumber dari segala sumber hukum negara, maka sudah
wajarlah, kalau kita membicarakan asas, berpendapat bahwa sumber dari segala asas
hukum adalah Pancasila juga. Pancasila dipegang teguh sebagai kaidah dasar, sebagai
6
suatu beginsel rechtsideologie atau asas ideologi hukum Indonesia”. Dalam pandangan
Pancasila sumber asas Hukum Indonesia, dapat dikatakan bahwa asas hukum dari
sistem hukum hierarkhis lebih tinggi daripada norma/kaidah hukum. Agar Pancasila
mewarnai tingkah laku hukum manusia sehari-hari perlu dijabarkan bertingkat dari
asasasas sampai tata norma/kaidah hukum positif dan tingkah laku hukum
manusia/subyek hukum. Pandangan yang mengemuka dalam kaitan penerapan
peraturan perundang-undangan, asas hukum dimakanai memiliki fungsi yang
signifikan yakni fungsi asas hukum sebgai “ratiolegis” dari peraturan perundang-
undangan. Ini berarti setiap orang utamanya penegak hukum harus memahami dasar
pikiran pembentuk undang-undang, sehingga peraturan perundangundangan itu
memiliki nutrisi (gizi) dalam penegakan hukum, sehinga tepat bila asas-asas hukum
merupakan spiritnya hukum. Dengan demikian asas hukum yang merupakan spiritnya
hukum, sesungguhnya tidak perlu untuk mengatur asas-asas hukum dalam perundang-
undangan. Asas-asas hukum seyogiyanya berkembang dalam doktrin hukum dan
yurisprudensi dari suatu sistem hukum. “Sistem hukum terdiri atas tiga unsur yang
memiliki kemandirian tertentu, identitas yang relatif jelas yang saling berkaitan adalah:
unsur idiil, unsur operasional, dan unsur actual. 7
fungsi asas dalam kaitan berkerjanya hukum yaitu: Bagi pembentuk undang-
undang (legislator), asas-asas hukum menjadi fondasi atau dasar pembentukan undang-
undang. Legislator perlu meneliti dasar-pikiran dari asas hukum seraya dapat
merumuskannya dalam pembetukan undangundang. Dalam ilmu hukum dikenal
sebagai asasasas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.8
7
Mahadi, op.cit, beginsel rechtsideologie dipahami bahwa Pancasila dalam sistem hukum Indonesia selain
sebgai "norma dasar" juga sebagai "asas idelogi hukum". Hal 142.
8
Ibid., hlm 155.
7
Bagi hakim yaitu: (i) ketika menerapkan hukum, asas-asas hukum befungsi
sebagai fondasi dalam menafsirkan pasal-pasal atau artikel-artikel yang tidak jelas; (ii)
memberikan pertimbangan hukum untuk menjustifikasi amar putusanny; (iii) dalam
penemuan hukum (rechtsvinding), hakim dapat memfungsikan asas-asas hukum untuk
melakukan konstruksi hukum analogi. Pandangan yang mengemuka dalam kaitan
penerapan peraturan perundang-undangan, asas hukum dimakanai memiliki fungsi
yang signifikan yakni fungsi asas hukum sebgai “ratiolegis” dari peraturan perundang-
undangan. Ini berarti setiap orang utamanya penegak hukum harus memahami dasar
pikiran pembentuk undang-undang, sehingga peraturan perundangundangan itu
memiliki nutrisi (gizi) dalam penegakan hukum, sehinga tepat bila asas-asas hukum
merupakan spiritnya hukum. Dengan demikian asas hukum yang merupakan spiritnya
hukum, sesungguhnya tidak perlu untuk mengatur asas-asas hukum dalam perundang-
undangan. Asas-asas hukum seyogiyanya berkembang dalam doktrin hukum dan
yurisprudensi dari suatu sistem hukum.
9
Bernard Arief Sidbarta, "Penemuan Hukum Dalam Kajian Filsafat Hukum", dalam Pendulum Antinomi Hukum,
Genta Publishing. Yogya- karta, 2014, hal, 33.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asas hukum merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan
peraturan hukum. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan sedikit pembahasan yang
berkaitan dengan masalah ini dengan harapan dapat mendekatkan pemahaman kita
tentang asas-asas hukum. Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum
yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan
hukum.
Ruang Lingkup Asas Hukum Ditinjau dari ruang lingkupnya, asas hukum terbagi
menjadi dua macam yaitu: Asas hukum umum, yaitu asas hukum yang berhubungan
dengan seluruh bidang hukum, seperti asas restitution in integrum, asas bahwa apa yang
lahirnya tampak benar untuk sementara harus dianggap demikian sampai ada keputusan
dari pengadilan.
pada pandangan tatanan internal sistem hukum bahwa asas-asas hukum bagian
materiil dalam tata hukum positif, jenisnya dapat dirinci, menjadi tiga kelompok yaitu:
asas-asas hukum umum universal; asas-asas hukum umum nasional; dan asas-asas
hukum khusus bidang hukum sektoral.
Dalam kedudukan asas-asas sebagai meta-kaidah, fungsi asas dalam sistem hukum
sifatnya ganda yaitu: Fondasi atau landasan dari sistem hukum positif, tatanan asas-asas
yang terletak pada landasan (basis) dari bidang hukum tertentu. Batu uji kritis terhadap
sistem hukum positif, berkenaan dengan putusan hakim, asas hukum digunakan tolok
ukur menyeleksi aturan-aturan/ kaidah hukum atas fakta-fakta yang dirumuskan
kedalam bahasa yuridis dan juga dalam hal hakim melakukan interpretasi asas-asas
hukum berperan.
fungsi asas dalam kaitan berkerjanya hukum yaitu: Bagi pembentuk undang-undang
(legislator), asas-asas hukum menjadi fondasi atau dasar pembentukan undang-undang.
Legislator perlu meneliti dasar-pikiran dari asas hukum seraya dapat merumuskannya
dalam pembetukan undangundang. Dalam ilmu hukum dikenal sebagai asasasas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.
9
B. Saran
Perlunya kita mengetahui asas-asas hukum, karena pentingnya kita mempelajari
materi tersebut supaya dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas dari diri kita,
sebagai masyarakat yang berbangsa dan negara sudah tentunya kita mengetahui serta
menerapkan system-sistem hukum yang ada di dalam negara, serta dengan adanya
hukum atau aspek aspek hukum bisa menjadikan masyarakat lebih aman, damai serta
hidup denga rukun, sejahtera tanpa adanya pertikaian. Serta Makalah ini jauh dari kata
sempurna dan alangkah lebih baiknya teman-teman sebagai pembaca mencari literatur
atau referensi lain terkait materi tersebut.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achamad. (2007) Menguak Teori Hukum Legal theory dan Teori
Peradilan judicialprudance. Makasr: Kencana. hal. 48.
Mahadi, op.cit, beginsel rechtsideologie dipahami bahwa Pancasila dalam
sistem hukum Indonesia selain sebgai "norma dasar" juga sebagai
"asas idelogi hukum". Hal 142.
Sidbarta, Bernard Arief. (2014). Penemuan Hukum Dalam Kajian Filsafat
Hukum", dalam Pendulum Antinomi Hukum. Yogya- karta: Genta
Publishing. hal 33.
Kanter, Sianturi. (2012) Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta:
Storia Grafika. hal 74
Sidharta, Arif. (2009) Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: Alumni. hlm. 49.
Kusuohamidjojo, Budiono. Ketertiban Yang Adil. Jakarta: grafika. hlm.
126.
Achmad Ali, opcit, hlm. 14.
11