Anda di halaman 1dari 17

ASAS-ASAS HUKUM DI INDONESIA

MAKALAH

ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Legislasi di
Indonesia Fakultas Syariah dan Hukum Islam program Studi Hukum Tata Negara

Oleh:

Muh. Ihsan

742352021181

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

IMSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asas-
Asas Hukum Di Indonesia”.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan ilmu yang lebih


baik dan bermanfaat pada mereka yang telah membaca dan memberikan penilaian
dan saran atas makalah penulis ini, semoga dibalas oleh Allah SWT sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

watampone, 29 Desember 2022

Penyusun

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I ..............................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................2
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
BAB II ...........................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................4
A. Pengertian Asas Hukum.......................................................................6
B. Perbedaan Asas Hukum, Norma/Kaidah..............................................6
C. Keduddukan dan Fungsi Asas Hukum.................................................7
D. Asas Hukum dan Sistem Hukum Nasional...........................................7
BAB III............................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................10
A. KESIMPULAN.....................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu dipahami bahwa setiap peraturan hukum itu berakar atau bertumpu

pada asas hukum, yakni sustu nilai yang diyakini berkenaan dengan penataan

masyarakat untuk mencapai ketertiban yang berkeadilan. Karena kebenaran

materiil dari suatu tata hukum yang menjadi landasan formal suatu sistem hukum

menunjuk pada asas-asas yang menjadi fondasi bangunan keseluruhan aturan-

aturan hukum yang berlaku sebagai hukum positif yang harus ditaati di negara

mana diberlakukan.

Asas hukum yang menjadi fondasi hukum positif itu sesungguhnya adalah

abstraksi sebuah kaidah yang lebih umum yang penerapannya lebih luas dari

ketentuan norma-norma hukum positif. Asas-asas hukum itu lahir dari kandungan

akal budi dan nurani manusia yang menyebabkan manusia dapat membedakan

baik-buruk, adil tidak adil, dan manusiawi-tidak manusiawi.1

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa Penting Asas Hukum dalam sistem hukum serta fungsinya bagi

penegak hukum?

2. Apa perbedaan asas hukum dengan norma/kaidah hukum?

C. Tujuan

Guna memberikan pemahaman sekaitan dengan subtansi pembahasan yang

telah disusun oleh penyusun makalah ini

1
Bernard Arief Sidharta, “Penemuan Hukum Kajian Filsafat Hukum”, Dalam Pendulum
Antinomi Hukum, Antologi 70 Tahun
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Hukum

Menurut terminologi bahasa, yang dimaksud dengan istilah asas ada dua

pengertian. Arti asas yang pertama adalah dasar, alas, fundamen. Sedangkan

arti asas yang kedua adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau

tumpuan berpikir atau berpendapat dan sebagainya.2 Hal demikian melahirkan

suatu hipotesabahwasanya asas berarti suatu hal yang bersifat fundamnetalis,

dasar yang juga ddapat dimaknai sebagai cita-cita pun juga merupakan suatu

pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang menjadi tiitk tolak berpikir tentang

sesuatu. Sebagaimana hukum yang hingga sampai sekarang masih memiliki

penegertian yang abstrak sebagaiamana peribahasa latin quot homines tot

sentantiae yang memiliki arti sberapa nmanusia begitupula defenisinya.

Asas-asas hukum–rechtsbeginselen–legal principles–principles of law

bukanlah peraturan hukum konkrit, melainkan pikiran dasar yang umum

sifatnya atau merupakan latar belakang dari “hukum positif” yang terdapat

dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan

perundang-undangan.3

Sebagaimana penegertian asas hukum menurut beberapa ahli di Indonesia :

1. Sudikno Mertokusumo, mengemukakan asas hukum merupakan

pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang

dari peraturan konkrit, yang terdapat dalam dan dibelakang setiap

sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan

putusan hakim yang merupakan hukum positif. Asas hukum dapat

diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum


2
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (2005), hal. 60-61.
3
Paul Scholten, Verzamelde Geschriffen, definitif Sudikno Mertokusumo, Mengenal
Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 33.
3

dalam peraturan konkrit tersebut. Fungsi ilmu hukum adalah mencari

asas hukum ini dalam hukum positif.4

2. Sri Soemantri Martosuwignjo, mengemukakan bahwa asas mempunyai

padanan dengan ‘beginsel’ atau ‘principle’ sebagai suatu kebenaran

yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berpikir. Asas hukum adalah

dasar normatif untuk membedakan antara daya ikat normatif dan

niscayaan yang memaksa.5

3. Moh. Koesnoe, mengemukakan bahwa asas hukum sebagai suatu

pokok ketentuan atau ajaran yang berdaya cakup menyeluruh terhadap

segala persoalan hukum di dalam masyarakat yang bersangkutan dan

berlaku sebagai dasar dan sumber materiil ketentuan hukum yang

diperlukan.6

4. Satjipto Rahardjo, berpendapat bahwa asas hukum adalah jantungnya

peraturan hukum, karena asas hukum merupakan landasan yang paling

luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, bahwa peraturan-peraturan

hukum itu pada akhirnya dapat dikembalikan kepada asas-asas

tersebut. Disamping itu asas hukum layak disebut sebagai alasan

lahirnya peraturan hukum, atau merupakan ratio legis dari peraturan

hukum. Dengan adanya asas hukum, maka hukum bukanlah sekedar

kumpulan peraturan-peraturan, karena itu mengandung nilai-nilai dan

tuntutan-tuntutan etis.7

B. Perbedaan antara Asas-asas Hukum dan Norma/Kaidah Hukum


4
Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum, Cet. 2, (Muhammadiyah University Press, 2004),
h. 194.
5
Khudzaifah Dimyati, Teorisasi……, h. 194.
6
Khudzaifah Dimyati, Teorisasi……, h. 194.
7
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni Bandung, 1986), hal. 89.
4

Perbedaan asas-asas hukum dan kaidah hukum, sifat pebedaannya

dipertanyakan prinsipiil atau gradual. Dapat dijawab bahwa perbedaan asas

hukum dan norna perilaku menurut J. J. H. Bruggink bahwa perbedaan itu

bersifat gradual bukan prinsipiil. Disebutkan lima perbedaan pokok, yaitu:

asas-asas hukum bersifat umum, asas-asas hukum dalam penerapan, dan asas-

asas hukum dalam hal penemuan hukum (rechtsvinding). Pandangan Scholten

bahwa asas hukum tidak pernah kehilangan keberlakuannya dikatakan oleh

Bruggink tidak benar, karena seperti halnya aturan hukum positif lainnya juga

asas hukum dapat kehilangan keberlakuannya. Ini disebabkan nilai yang

terkandung dalam asas hukum mengalami perubahan-perubahan.8

Asas-asas hukum yang dtetetapkan dalam UU, seperti asas

penyelenggaraan negara yang baik (Pasal 3 UU No. 28 Tahun 1999 Tentang

Penyeleggaraan Negara Yang Bersih Bebas Korupsi Kolisi Dan Nepotisme)

yang diidentikan dengan “Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

(AAUPB) dapat diterakan secara langsung dalam penyelesaian sengketa tata

usaha negara.

Dalam kaitan perbedaan pandangan bahwa di satu pihak ada ahli hukum

yang berpendapat asas hukum karena bersifat abstrak dibandingkan dengan

kaidah perilaku, karena itu asas hukum tidak dapat diterapkan saecara

langsung oleh hakim dalam penyelesaian sengketa. Di lain pihak, berpendapat

asas hukum meskipun bebeda dengan kaidah perilaku, namun karena asas

hukum merupakan meta-norma/kaidah yang sesungguhnya juga tergolong

kaidah perilaku, sehingga asas hukum juga dapat diterapkan secara langsung

dalam penyelesaian sengketa. Apalagi bila asas-asas hukum tersebut telah

diformulasikan menjadi pasal-pasal suatu peraturan perundang-undangan,


8
Dewa Gede Atmadja, Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum, Volume 12, Nomor 2,
2018, H. 148
5

meskipun sifat asas itu tetap lebih umum daripada norma/kaidah perilaku,

karena itu asas-asas hukum dapat diterapkan terhadap penyelesaian sengketa.

Contoh asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik (aaupb) di

bidang Hukum Administrasi diatur dalam Pasal 10 UU No. 30 Tahun 2014

tentang Administrsi Pemerintahan dapat diterapkan secra langsung sebgai

dasar gugatan tata usaha negara di Pengadilan Tata Usaha Negara.9

Perbedaan pendapat itu ditengahi oleh Klandermann, dari dua sudut

pandang, yakni: Sudut pandang ilmu hukum, asas hukum hanya bersifat

mengatur dan menjelaskan (eksplanasi) tujuannya hanya memberi ikhtisar dan

tidak normatif, karena itu tidak termasuk hukum positif, tentu tidak dapat

diterapkan secara langsung untuk menyelesaikan sengaketa, harus melalui

penafsiran hakim.10

Sudut pandang hukum positif, asas-asas hukum eksitensi atau

keberadaannya pada pembentuk undang-undang dan hakim (memberi

keabsahan) serta memberi pengaruh normatif, karenanya asas-asas hukum itu

mengikat para pihak dalam penerapannya oleh hakim.

Pendapat Klandermann dalam menjembatani pandangan yang

bersebrangan tersebut di atas dapat dipahami bahwa dari sudut pandang ilmu

hukum, asas-asas itu merupakan pembenaran, justifikasi argumentasi-

argumentasi yuridikal yang bertolak pada kebenaran-kebenaran umum

kemsyarakatan. Di balik itu dari sudut pandang hukum positif, asas-asas itu

dimaknai mengakplikasikan tujuan yuridikal dalam menjawab persoalan

hukum berkaitan penyelesaian konflik. Pendapat ini mengindikasikan asas-

asas hukum dalam aplikasinya baik teoritikal maupun praktikal memerlukan

9
Dewa Gede Atmadja, Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum, Volume 12, Nomor 2,
2018, H. 147
10
Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, Alumni,
Bandung, 2006, hal. 204.
6

penjelasan, eksplanasi terkait fungsi asas-asas hukum sejalan dengan

kegunannya.11

C. Kedudukan dan fungsi Asas Hukum

Mahadi (Guru Besar Ilmu Hukum USU) berpendapat bahwa sumber asas

hukum Indonesia adalah Pancasila, dikemukakan: “Apabila dalam bidang

hukum kita telah sepakat, bahwa Pancasila sumber dari segala sumber hukum

negara, maka sudah wajarlah, kalau kita membicarakan asas, berpendapat

bahwa sumber dari segala asas hukum adalah Pancasila juga. Pancasila

dipegang teguh sebagai kaidah dasar, sebagai suatu beginsel rechtsideologie

atau asas ideologi hukum Indonesia.12

Burgink mencermati asas hukum dalam kaitan dengan sistem hukum,

merujuk pandangan Kees Schuit yang berpendapat bahwa “sistem hukum

terdiri atas tiga unsur yang memiliki kemandirian tertentu, identitas yang

relatif jelas yang saling berkaitan adalah: unsur idiil, unsur operasional, dan

unsur actual. Dalam kedudukan asas-asas sebagai meta-kaidah, fungsi asas

dalam sistem hukum sifatnya ganda. Sebagaimana Fondasi atau landasan dari

sistem hukum positif, tatanan asas-asas yang terletak pada landasan (basis)

dari bidang hukum tertentu. Batu uji kritis terhadap sistem hukum positif,

berkenaan dengan putusan hakim, asas hukum digunakan tolok ukur

menyeleksi aturan-aturan/ kaidah hukum atas fakta-fakta yang dirumuskan

kedalam bahasa yuridis dan juga dalam hal hakim melakukan interpretasi

asas-asas hukum berperan. Fondasi atau landasan dari sistem hukum positif,

tatanan asas-asas yang terletak pada landasan (basis) dari bidang hukum

tertentu. Batu uji kritis terhadap sistem hukum positif, berkenaan dengan

11
Dewa Gede Atmadja, Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum, Volume 12, Nomor 2,
2018, H. 148
12
Mahadi, Op.Cit., Beginsel Rechtsideologie Dipahami Bahwa Pancasila Dalam Sistem
Hukum Indonesia Selain Sebgai “Norma Dasar” Juga Sebagai “Asas Idelogi Hukum”. Hal. 142
7

putusan hakim, asas hukum digunakan tolok ukur menyeleksi aturan-aturan/

kaidah hukum atas fakta-fakta yang dirumuskan kedalam bahasa yuridis dan

juga dalam hal hakim melakukan interpretasi asas-asas hukum berperan.

Sebagaimana juga yang dikatakan oleh O. Notohamidjojo dalam hal ini

funbgsi asas dalam kaitan bekerjanya hukum yaitu:13

1. Bagi pembentuk undang-undang

Asas-asas hukum menjadi fondasi atau dasar pembentukan undang-

undang. Legislator perlu meneliti dasar-pikiran dari asas hukum seraya dapat

merumuskannya dalam pembetukan undangundang. Dalam ilmu hukum

dikenal sebagai asasasas pembentukan peraturan perundang-undangan yang

baik

2. Bagi hakim

a. ketika menerapkan hukum, asas-asas hukum befungsi sebagai fondasi

dalam menafsirkan pasal-pasal atau artikel-artikel yang tidak jelas;

b. memberikan pertimbangan hukum untuk menjustifikasi amar putusannya

c. dalam penemuan hukum (rechtsvinding), hakim dapat memfungsikan asas-

asas hukum untuk melakukan konstruksi hukum analogi.

Hal a quo, demikian dapat ditarik suatu hipotesa bahwasanya asas hukum

memiliki fungsi yang sangat signifikan. Sebagaiaman demikian dalam

kaitannya dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang berarti

setiap orang utamanya bagi para penegaka hukum wajin memiliki

pemahamaan sekaitan dengan dasar dalam membentuk undang-unbdang

dengan tidak menanggalkan asas hukum itu sendiri. Sehingga dalam

menciptakan suatu produk hukum dapat menciptakan suatu kesadaran hukum

yang dapat diterima oleh setiap elemn masyarakat. Sebagaiamana asas huikum
13
Notohamidjojo, O. Demi Keadilan Dan Kemanusiaan Beberapa Bab Dari Filsafat
Hukum, BPK. Gunung Mulia, Jakarta. (1975),, Liat Juga Dewa Gede Atmadja, Asas-Asas Hukum
Dalam Sistem Hukum, Volume 12, Nomor 2, 2018, H. 149
8

merupakan hal yang terpenting dalam pembentukan hukum, maupun dalam

pengimplementasian daripada hukum ittu sendiri.

D. Asas Hukum Dalam Sistem Hukum Nasional

Sistem hukum nasional memiliki asas filosofis yang terdapat dalam

Pancasila, asas konstitusional yang terdapat dalam UUD 1945 dan asas

operasional yang dahulu terdapat dalam GBHN (sekarang dalam bentuk

undang-undang). Diantara asas tersebut harus terdapat hubungan yang

harmonis, selaras, serasi, seimbang, konsisten dan terintegrasi. Apabila

hubungan diantara asas tersebut tidak harmonis, selaras, serasi, seimbang,

konsisten dan tidak terintegrasi, maka dapat dikatakan tidak ada suatu tatanan,

yang secara teoritis tidak ada sistem hukum dalam kesatuan sistem hukum

nasional.14

Diantara peraturan perundang-undangan sebagai suatu sistem tersebut

berkaitan dengan sistem hukum secara keseluruhan yaitu sistem hukum

nasional. Keterkaitan yang harmonis, selaras, serasi, seimbang, konsisten dan

taat asas, yang dijiwai Pancasila dan bersumber pada UUD 1945. Dengan

demikian keharmonisan dapat dipertahankan atau diciptakan keharmonisan

sistem hukum secara keseluruhan dalam kerangka sistem hukum nasional.15

Berkenaan dengan asas-asas pembentukan hukum peraturan perundang-

undangan di Indonesia, Attamimi mengemukakan tiga macam asas yang

secara berurutan disusun sebagai berikut:

1. Cita Hukum Indonesia, yaitu Pancasila disamping sebagai rechtsidee juga

merupakan norma fundamental negara;

2. Asas bernegara berdasarkan atas hukum dan asas pemerintahan

berdasarkan sistem konstitusi. Berdasarkan prinsip ini undang-undang

14
Kusnu Goesnadhie, Harmonisasi Hukum, Cet. 1, (Surabaya: JP. Books, 2006), hal. 49-50.
15
Kusnu Goesnadhie, Harmonisasi ….hal. 49-50.
9

sebagai alat pengaturan yang khas ditempatkan dalam keutamaan hukum

dan juga sebagai dasar dan batas penyelenggaraan pemerintahan;

3. Asas lainnya yang meliputi asas formal dan asas material16

Berbagai pendapat yang pernah dikemukakan oleh para ahli sebagaimana

dijelaskan diatas sebagian besar sudah diakomodasi menjadi hukum positif.

Dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, disebutkan asas-asas dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan, antara lain:17

1. Kejelasan Tujuan Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan

harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

2. Kelembagaan atau Organ Pembentuk yang Tepat Setiap jenis peraturan

perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk

peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-

undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum bila dibuat oleh

pejabat/lembaga yang tidak berwenang.

3. Kesesuaian antara Jenis dengan Materi Muatan Dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi

muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangannya.

4. Dapat Dilaksanakan Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan

harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan

tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, yuridis maupun

sosiologis.

16
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, (Bandung:
Alumni, 2002), hal. 187-188
17
Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
10

5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan Setiap peraturan perundang-undangan

dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam

mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6. Kejelasan Rumusan Setiap peraturan perundang-undangan harus

memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan,

sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas

dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai macam

interpretasi dalam pelaksanaannya.

7. Keterbukaan Dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan

mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat

transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat

mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan

dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dipahami asas – asas hukum itu sebagai pikiran-pikiran dasar yang

terdapat didalam dan dibelakang sistem hukum, masing-masing dirumuskan

dalam aturan-aturan perundang - undangan dan putusan - putusan hakim, yang

berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan dan keputuan-keputusan individual

dapat dipandang sebagai penjabarannya. Apabila dalam bidang hukum kita

telah sepakat, bahwa Pancasila sumber dari segala sumber hukum negara,

maka sudah wajarlah, kalau kita membicarakan asas, berpendapat bahwa

sumber dari segala asas hukum adalah Pancasila, Pancasila dipegang teguh

sebagai kaidah dasar, sebagai suatu beginsel rechtsideologie atau asas ideologi

hukum Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL :

Bernard Arief Sidharta, “Penemuan Hukum Kajian Filsafat Hukum”, Dalam


Pendulum Antinomi Hukum, Antologi 70 Tahun

Dewa Gede Atmadja, Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum, Volume 12,
Nomor 2, 2018, H. 148

Dewa Gede Atmadja, Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum, Volume 12,
Nomor 2, 2018, H. 147

Dewa Gede Atmadja, Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum, Volume 12,
Nomor 2, 2018, H. 148

Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum, Cet. 2, (Muhammadiyah University Press,


2004), h. 194.

Kusnu Goesnadhie, Harmonisasi Hukum, Cet. 1, (Surabaya: JP. Books, 2006),


hal. 49-50.

Mahadi, Op.Cit., Beginsel Rechtsideologie Dipahami Bahwa Pancasila Dalam


Sistem Hukum Indonesia Selain Sebgai “Norma Dasar” Juga Sebagai
“Asas Idelogi Hukum”. Hal. 142

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,


(Bandung: Alumni, 2002), hal. 187-188

Notohamidjojo, O. Demi Keadilan Dan Kemanusiaan Beberapa Bab Dari Filsafat


Hukum, BPK. Gunung Mulia, Jakarta. (1975),, Liat Juga Dewa Gede
Atmadja, Asas-Asas Hukum Dalam Sistem Hukum, Volume 12, Nomor 2,
2018, H. 149

Paul Scholten, Verzamelde Geschriffen, definitif Sudikno Mertokusumo,


Mengenal Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 33.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (2005), hal. 60-61.

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni Bandung, 1986), hal. 89.

Sidharta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Keindonesiaan, Alumni,


Bandung, 2006, hal. 204.

UNDANG-UNDANG
Pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai