Anda di halaman 1dari 21

HUKUM PERKAWINAN DI YORDANIA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah: Hukum Keluarga di Dunia Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H.

Oleh:
DEDI SETIAWAN
NIM. 192620010

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas

menyusun karya tulis sederhana ini dengan baik dan benar, serta tepat pada

waktunya. Dalam tugas makalah ini kami membahas tentang “Hukum Perkawinan di

Yordania”. Tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, untuk itu kritik dan saran serta dukungan kami butuhkan demi

kesempurnaan tugas makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Serang, 9 Nopember 2020


Penyusun

Dedi Setiawan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkawianan ............................................................................................. 4
1. Pengertian Perkawinan ....................................................................... 4
2. Rukun dan Syarat Perkawinan ........................................................... 5
3. Dasar Hukum Perkawinan .................................................................. 6
B. Hukum Perkawinan di Yordania .............................................................. 8
1. Batasan Umur untuk Menikah ............................................................ 10
2. Pendaftaran dan Pencatatan Perkawinan ............................................ 10
3. Wali dalam Pernikahan....................................................................... 11
4. Talak dan Cerai .................................................................................. 12
5. Janji Pernikaha ................................................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ideologi dalam kehidupan bernegara merupakan sebuah paradigma yang

mendasari sistem pedoman pelaksanaan untuk mencapai cita-cita negara,

pemerintah dan masyarakat dalam kehidupan bernegara. Ideologi sebuah negara

merupakan dasar pelaksanaan sistem pemerintahan negara tersebut dalam

keberlangsungan kehidupan negara sehingga menjadi dasar negara. Di dunia ini,

dalam pemerintahan yang ada saat ini terdapat tiga kutub paradigma atau ideologi

yang merangkum kesemuanya yang ada. Adapun paradigma itu adalah paradigma

sosialis-komunis, paradigma liberalis-kapitalis, dan paradigma Islam.

Perkawinan mengandung aspek akibat hukum, melangsungkan perkawinan

adalah saling mendapat hak dan kewajiban serta bertujuan mengadakan hubungan

pergaulan yang dilandasi tolongmenolong. Karena perkawinan merupakan

pelaksanaan agama, maka di dalamnya terkandung adanya tujuan mengharapkan

keridhaan Allah SWT.1

Pernikahan merupakan sebuah lembaga yang memberikan legimitasi seorang

pria dan wanita untuk bisa hidup dan berkumpul bersama dalam sebuah keluarga.

Ketenangan atau ketenteraman sebuah keluarga ditentukan salah satunya adalah

bahwa pernikahan itu harus sesuai dengan dengan tuntutan syari‟at Islam (bagi
1
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2019), h. 7.
2

orang Islam). Selain itu, ada aturan lain yang mengatur bahwa pernikahan itu

harus tercatat.2

Negara Yordania mayoritas masyarakatnya beragama Islam sehingga sedikit

banyak pengaruh paradigma Islam masuk dalam di tatanan sistem pemerintahan

negara Yordania. Sejauh ini negara Yordania merupakan negara yang memiliki

ciri khas tersendiri dari negara-negara di timur tengah. Dengan melihat sejarah

perjalanan negara Yordania, maka kita dapat mengambil manfaat bagaimana

negara Yordania dalam kancah perbandingan dengan negara-negara yang ada di

dunia lainnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai

pemsalahan hukum perkawinan di Yordania, bagaimana konsep dan aturan yang

diterapkan di negara tersebut dengan judul makalah “Hukum Perkawinan di

Yordania”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagiamana hukum perkawinan?

2. Bagaimana penerapan aturan hukum perkawinan di Yordania?

C. Tujuan Masalah

2
Khaeron Sirin, Perkawinan Mazhab Indonesia: Pergulatan antara Negara, Agama, dan
Perempuan, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 15.
3

Berdasarkan rumusan masalah dalam makalah ini, maka tujuan pembahasan

dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hukum perkawinan.

2. Untuk mengetahui penerapan aturan hukum perkawinan di Yordania.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Istilah perkawinan dalam kamus bahasa Indonesia (KBI) Departemen

Pendidikan Nasional berasal dari kata “kawin”, yang artinya, perjodohan laki-

laki dengan perempuan menjadi suami-isteri, beristeri atau bersuami “nikah”. 3

Di dalam bahasa Arab “kawin” merupakan sinonim dengan kata “nikah”,

yang bermakna mempersatukan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Hanya saja

dalam penggunaan bahasa Indonesia kawin bersifat umum yang mencakup

mempersatukan hewan, tumbuhan, manusia dan mahluk hidup lainnya.

Bahkan istilah kawin identik dengan hubungan seksual manusia baik sebelum

pernikahan.4

Istilah perkawinan menurut Bustami et.al memiliku dua makna. Yaitu,

pertama, sebagai suatu institusi sosial, suatu solusi kolektif terhadap

kebutuhan sosial. Eksistensi dari perkawinan itu memberikan fungsi pokok

untuk kelangsungan hidup suatu kelompok dalam hal ini adalah masyarakat.

Kedua, makna individual, perkawinan sebagai bentuk pengesahan terhadap

3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
653.
Muhammad Taufiq, Filsafat Hukum Islam dari teori dan implementasi, (Pamekasan: Duta
4

Media Publishing, 2019), h. 197.


5

peran sebagai individual, tetapi yang terutama, perkawinan di pandang

sebagai sumber kepuasan personal.5

Menurut Bagir, perkawinan adalah akad yang bertujuan menjalin

pergaulan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang didasari

kecintaan, kasih sayang dan harminis, dan yang diharapkan dapat berlangsung

untuk waktu yang tak terbatas sepanjang hidup kedua-duanya. Dan yang

demikian itu tidak mungkin akan terwujud, apabila tidak diketahui tentang

kerelaan dan keinginan masing-masing calon suami dan isteri sebelumnya.6

Berdasarkan dari uraian tentang pengertian perkawinan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa arti perkawinan atau pernikahan adalah suatu akad

perikatan sorang laki-laki dengan perempuan untuk menghalalkan hubungan

kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang

dengan cara yang diridhai Allah SWT.

2. Rukun dan Syarat Perkawinan

Perkawinan yang sah adalah dengan terlaksannya akad nikah yang

memenuhi dua unsur yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur yang pokok,

sedangkan syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum.

Rukun dan syarat perkawinan memiliki kaitan dan tidak bisa untuk dipisahkan

supaya perkawinan dapat berjalan dengan lancar. Ketika menyebutkan hal-hal

5
Bustami, Rini Fitriani, Siti Sahara, Memikirkan Kembali Problematika Perkawinan
Poligami Secara Sirri, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), h. 6.
6
Muhammad Bagir, Fiqih Praktis II (Menurut Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Pendapat Para
Ulama), (Bandung: Karisma, 2008), h. 62.
6

apa saja yang termasuk dalam rukun pernikahan atau perkawinan, para ulama

dari empat mazhab yang muktamad bedaan pendapat.

Berikut ini perbedaan-perbedaan menerut pandangan 4 mazhab dalam

tabel 2.1 di bawah ini:7

Tabel 2.1
Perbedaan Pendapat Rukun Perkawinan Empat Mazhab

Perbedaan Pendapat Mazhab


Rukun
Hanafi Maliki Syafi’i Hambali
Pria dan Wanita - Rukun Rukun Rukun
Wali Syarat Rukun Rukun Syarat
Saksi Syarat Mustahab Syarat Rukun Rukun
Ijab Kabul/Akad Rukun Rukun Rukun Rukun

3. Dasar Hukum Perkawinan

a. Al-Qur’an

Allah SWT berfirman dalm surat An-Nisaa ayat 3 sebagai berikut:

‫ٓائِ ُكمۡۚ إِن‬PP‫ا ِد ُكمۡ َوإِ َم‬PPَ‫ين ِم ۡن ِعب‬


َ ‫لِ ِح‬P ‫ٱلص‬ َّ ٰ ‫وا ٱأۡل َ ٰيَ َم ٰى ِمن ُكمۡ َو‬P ْ P‫َوأَن ِك ُح‬
٣٢ ‫يم‬ٞ ِ‫ضلِ ِۗۦه َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعل‬ ۡ َ‫وا فُقَ َرٓا َء ي ُۡغنِ ِه ُم ٱهَّلل ُ ِمن ف‬
ْ ُ‫يَ ُكون‬
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka

7
Ahmad Sarwat, Ensiklopedi Fikih Indonesia: Pernikahan, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2019), h, 92.
7

miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah


Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S An-Nuur: 32)8

Ayat di atas memerintahkan kepada setiap orang pria yang masih

sendiri (bujang) yang sudah mampu untuk melaksanakan pernikahan, dan

juga perempuan yang masih sendiri. Adapun maksud dalil dalam QS An-

Nuur ayat 32 di atas adalah Allah akan memberikan karunianya jika

pernikahan tersebut dijalankan.9

b. Sunnah

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a, dari Rasulullah SAW

bersabda:

‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم‬ ُ ‫ود رضي اهلل عنه قَ َال لَنَ ا َر ُس‬ ٍ ‫عن عب ِد اَللَّ ِه ب ِن مسع‬
ُْ َ ْ َْ ْ َ
, ‫ص ِر‬ ِ ُّ ‫ فَِإنَّه أَ َغ‬, ‫اب ! م ِن اس تطَاع ِمْن ُكم اَلْب اء َة َف ْليت ز َّوج‬
ِ ‫لش ب‬
َ َ‫ض ل ْلب‬ ُ ْ َ ََ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ‫(يَ ا َم ْع َش َر ا‬
)‫(مَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬ ِ ِ َّ ِ‫ ومن مَلْ يستَ ِط ْع َف َعلَْي ِه ب‬,‫صن لِْل َفر ِج‬
ُ )ٌ‫الص ْوم ; فَإنَّهُ لَهُ ِو َجاء‬ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ‫َح‬ ْ ‫َوأ‬
Artinya: Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai
generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga
hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan
memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa,
sebab ia dapat mengendalikanmu." (Muttafaq Alaihi)10

Berdasarkan sabda Rasulullah SAW di atas dapat dipahami dan

dimengerti bahwa, Rasullulah SAW menyapaikan pesannya untuk


8
Departemen Agama, RI. Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2005), h. 549.
9
Sudarto, Fikih Munakahat, (Pasuruan: Qiara Media, 2020), h. 3.
10
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Zainal Bin
Syamsyuddin, (Bekasi: Pustaka Imam Adz-Dzahabi. 2007), h. 477.
8

generasi muda yang belum melakukan pernikahan, agar untuk bersegara

menikah dengan syarat jika mampu. Apabila belum mampu untuk

melaksanakannya maka anjuran Rasulullah SAW untuk menjalankan

ibadah puasa, dengan puasa seorang muslim mampu untuk menghindari

dari perbuatan maksiat.

B. Hukum Perkawianan di Yordania

Penerapan dan perubahan hukum keluarga dalam dunia Islam memiliki tiga

corak dalam penerapannya, yaitu; 1) bentuk konservatif, yaitu negara yang masih

menerapkan sistem menganut satu mazhab dan tidak ada perubahan sama sekali,

misalnya Arab Saudi dan Yaman, 2) bentuk sekuler, yaitu negara yang

menerapkan sistem hukum keluarga dengan cara pembaruan-pembaruan yang

kontekstual, seperti Turki dan Bahrain 3) bentuk transformasi, yaitu: negara yang

merubah bentuk perundang-undangannya berlahanlahan sesuai kebutuhan, namun

tidak keluar dari kaidah-kaidah dan metode istinbat, seperti Mesir, Maroko,

Yordania, Indonesia, Pakistan, Malaysia, dan Sudan.11

Berdasarkan dari tiga definisi di atas, Yordania merupakan bagian dari negara

Islam yang melakukan perubahan hukum dengan cara reformasi, yaitu negara

yang yang merubah bentuk perundang-undangnya berlahan-lahan sesuai

kebutuhan dan perubuhan sosio antropologis, dan kearifan lokal.

11
Mahmudin Bunyamin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania dan
Relevansinya Terhadap Pengembangan Hukum Perkawinan Islam Modern", Jurnal ASAS, Vol. 11, No.
2, (2019), h. 59.
9

Pada tahun 1917 Yordania memberlakukan the Ottoman Law of Family

Rights sebelum lahirnya Undang-Undang No. 92 tahun 1951. sebelum lahirnya

undang-undang tersebut, Yordania pernah memberlakukan Qanun al-Huquq al-

A`ilah al-Urduniah No. 26 tahun 1947. Oleh karenanya, dengan lahirnya undang-

undang No. 92 tahun 1951 maka semua undang-undang terdahulu sudah

terhapuskan. Undang-undang No. 92 tahun 1951 ini mencakup 132 pasal yang

dibagi dalam 16 bab. Undang-undang ini sangat mirip dengan undang-undang

Turki tahun 1917, baik dari segi strukturnya maupun aturan rinciannya.

Kemudian undang-undang ini diperbarui dengan undang-undang yang lebih

lengkap (comprehensive) dengan lahirnya Law of Personal Status atau yang lebih

dikenal dengan istilah Qanun al-Ahwal al-Syakhshiyyah No. 61 Tahun 1976

sebelum lahirnya qodi, konsep Hanafi menjadi rujukan di Yordania.12

Adapun reformasi hukum keluarga yang dilakukan di Negara Yordania antara

lain terkait dengan masalah; 1) Pembatasan umur minimal untuk menikah bagi

laki-laki dan perempuan, 2) pendaftaran dan pencatatan perkawinan 3) Wali

dalam pernikahan, 4) talak dan cerai di muka Pengadilan. 5) Janji pernikahan.

1. Batasan Umur untuk Menikah

Batas umur untuku menikah di negara Yordania, menurut undang-undang

negara dinyatakan bahwa syarat usia perkawinan adalah 16 tahun bagi laki-

laki dan 15 tahun bagi perempuan. Apabila perempuan telah mencapai usia 15

tahun dan mempunyai keinginan untuk menikah sementara walinya tidak


12
Mahmudin Bunyamin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania, ....., h. 55.
10

mengizinkan tanpa alasan yang sah, maka perempuan tersebut pada dasarnya

tidak melanggar prinsip-prinsip kafa’ah dan pengadilan dapat memberikan

izin pernikahan. Demikian juga apabila perempuan telah mencapai umur 18

tahun dan walinya keberatan memberikan izin tanpa alasan kuat, maka

pengadilan dapat memberi izin pernikahan.13

2. Pendaftaran dan Pencatatan Perkawinan

Undang-Undang Yordania Nomor 61 Tahun 1976 mengharuskan adanya

pencatatan perkawinan, bagi yang melanggar dapat dihukum, baik mempelai

maupun pegawai. Hal ini dikarenakan Yordania merupakan salah satu Negara

yang menetapkan pencatatan sebagai salah satu keharusan, sehingga pihak

yang melanggar dapat dihukum atau perkawinannya tidak mempunyai

kekuatan hukum.

Berdasarkan penjelasan peraturan undang-undang Yordania mengenai

pencatatan perkawinan tampaknya bukan suatu hal yang baru, karena semua

peraturan undang-undang perkawinan Islam di Dunia Islam sangat jelas

mengamanatkan arti penting dari pencatatan perkawinan, sebagai fungsi tertib

administrasi dan perlindungan hukum bagi warga negara masing-masing, asas

legalitas dalam perkawinan juga mempermudah para pihak dalam melakukan

kontrol terhadap pelaksanaan undang-undang perkawinan di sebuah negara.14

3. Wali dalam Pernikahan

13
Mahmudin Bunyamin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania, ....., h. 56.
14
Mahmudin Bunyamin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania, ....., h. 56.
11

Dari beberapa pasal mengenai harus ada atau tidaknya wali dalam

perkawinan, Yordania membedakan atara wanita yang masih gadis dengan

yang sudah janda. Persetujuan wali tidak dibutuhkan dalam perkawinan

seorang janda, sebagaimana disebutkan dalam pasal Yordania Nomor 61

Tahun 1976 pasal 13, bahwa:

“Persetujuan wali tidak dibutuhkan dalam perkawinan seseorang janda


yang memiliki akal sehat, dan berumur lebih dari 18 tahun”.

Kedudukan wali dalam hukum keluarga Yordania di wilayah Yordania

sebenarnya sudah berlaku mengenai hukum keluarga sejak tahun 1917 yaitu

berdasarkan mazhab Hanafi yang ditetapkan di Kerajaan Turki Usmani yang

dikenal dengan The Turkish Ottoman Lawof Family Rigt 1917. Pada tahun

1951, pemerintah (lembaga Legislatif) Yordania mengganti undang-undang

tersebut dengan hukum yang baru yang dikenal dengan al-Qanun al-huquq

al-Aila (the law of Family Rigt). Undang-Undang ini telah diamandemen pada

tahun 1976 The Code of Personal Status 1976 amandemennya UU Nomor 25

tahun 1977. Ketentuan wali dijelaskan pada Pasal 9 hingga Pasal 13, Wali

dalam pernikahan adalah urutan asabah bi nafsihi dalam urutan waris menurut

mazhab Hanafi.15

4. Talak dan Cerai

Dalam ketentuan pasal 101 dan 134 undang-undang No. 25 tahun 1977.

Menurut pasal-pasal ini, suami harus mencatatkan talaknya kepada hakim.

15
Mahmudin Bunyamin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania, ....., h. 57.
12

Bila suami telah mentalak isterinya di luar pengadilan, dan ia tidak

mencatatkannya dalam masa 15 hari, ia harus datang ke pengadilan syari’ah

untuk mencatatkan talaknya. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat

diancam dengan hukuman pidana di bawah ketentuan Hukum Pidana

Yordania. Dan jika seorang suami telah mentalak isterinya secara sepihak

tanpa ada alasan yang layak dibenarkan, maka isteri dapat mengajukan

permohonan ganti rugi ke pengadilan. Ganti rugi yang diberikan tidak boleh

lebih dari nafkah selama setahun sebagai tambahan bagi nafkah iddah.

Untuk pembayarannya suami dapat mengajukan permohonan untuk

mengangsur, sebagaimana dalam undang-undang berikut: Suami harus

mendaftarkan perceraiannya di hadapan hakim dan jika suami menceraikan

istrinya di luar pengadilan dan tidak mendaftarkannya, maka dia harus

mendatangi Pengadilan Agama untuk mendaftarkan perceraian dalam waktu

lima belas hari dan dan atas oraang yang tidak tunduk atas ketentuan itu, maka

dijatuhi hukuman pidana yang tercantum dalam undang-undang hukum

pidana Yordania, dan pengadilan harus memberitahu istri dari perceraian yang

tidak dihadirinya dalam waktu satu minggu sejak pendaftarannya.16

5. Janji Pernikahan

Dalam Undang-undang Islam di Yordania, pada pasal dua dan tiga

undang-undang tahun 1951, Pasalpasal tersebut menjelaskan bahwa janji

menikah tidak akan membawa akibat pada adanya pernikahan. Namun setelah
16
Mahmudin Bunyamin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania, ....., h. 58.
13

adanya perjanjian, kemudian salah satunya meninggal atau perjanjian itu

batal, maka beberapa hadiah pemberian sebelumnya dapat diambil kembali

oleh pihak laki-laki. Sebagaimana dijelaskan dalam perundang-undangan

Pasal 19 berikut:

Apabila disyaratkan dalam akad nikah perjanjian berguna untuk salah satu

pihak tidak bertentangan dengan tujuan pernikahan tidak bertentagan dengan

larangan agama dan terdaftar dalam dokumen perjanjian maka wajib untuk

melaksanakannya sesuai dengan ketentuan berikut berikut:

a. Jika istri menetapkan syarat atas suaminya untuk tujuan kemaslahatan

tidak bertentangan dengan hukum dan tidak pula menyentuh hak orang

lain seperti mensyaratkan supaya suami tidak mengeluarkannya dari

negaranya atau tidak berpoligami atau mengambil alih segala urusannya,

bila ia menghendaki atau menempatkannya dalam negara tertentu maka

syarat itu berlaku dan harus dilaksanakan, apabila suami tidak

melaksanakan maka akadnya batal.

b. Jika suami menentukan syarat atas istrinya persyaratan yang mengandung

kebaikan dan tidak melanggar hukum dan tidak menyentuh hak orang lain

seperti mensyaratkan istrinya tidak bekerja di luar rumah atau istri tinggal

bersamanya di tempat bekerja maka syaratnya berlaku dan harus

dilaksanakan, dan jika istri tidak melaksanakan maka akadnya batal dan

suami terlepas dari mahar dan dari nafkah masa iddah.


14

c. Adapun apabila ditentukan dalam akad persyaratan yang bertentangan

dengan tujuan pernikahan atau mengharuskan dengan apa yang

bertentangan dengan hukum seperti salah seorang di antara mereka

mensyaratkan untuk tidak tinggal bersama atau tidak bergaul layaknya

suami istri atau minum khamar atau memutuskan silaturahim maka

syaratnya tidak sah (batal), dan akadnya sah.17

17
Mahmudin Bunyamin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania, ....., h. 58.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dalam makalah ini, maka penulis akan

menyampaikan hasil kesimpulan makalah sebagai berikut:

1. Hukum perkawinan dalam Islam berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam

Al_Qur’an Allah SWT memerintahkan kepada setiap orang pria dan wanita

untuk melaksanakan pernikahan. Sabda Rasulullah SAW menyapaikan

pesannya untuk generasi muda yang belum melakukan pernikahan, agar untuk

bersegara menikah dengan syarat jika mampu. Apabila belum mampu untuk

melaksanakannya maka anjuran Rasulullah SAW untuk menjalankan ibadah

puasa, dengan puasa seorang muslim mampu untuk menghindari dari

perbuatan maksiat.

2. Yordania merupakan bagian dari negara Islam yang melakukan perubahan

hukum dengan cara reformasi, yaitu negara yang yang merubah bentuk

perundang-undangnya berlahan-lahan sesuai kebutuhan dan perubuhan sosio

antropologis, dan kearifan lokal dikenal dengan istilah Qanun al-Ahwal al-

Syakhshiyyah No. 61 Tahun 1976. Adapun reformasi hukum keluarga yang

dilakukan di Negara Yordania antara lain terkait dengan masalah; 1)

Pembatasan umur minimal untuk menikah bagi laki-laki dan perempuan, 2)


16

pendaftaran dan pencatatan perkawinan 3) Wali dalam pernikahan, 4) talak

dan cerai di muka Pengadilan. 5) Janji pernikahan.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dalam pembahasan makalah ini, maka saran

yang akan disampaikan oleh penulis bagi para pembaca dan pembahasan makalah

yang berkaitan tentang ini yaitu:

1. Agar membahas tentang hukum waris di Yordania atau negara yang lainnya.

2. Agar membahas secara detail undang-undang tentang pernikahan di negara

Yordania.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Terjemah Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Zainal Bin
Syamsyuddin, Bekasi: Pustaka Imam Adz-Dzahabi. 2007.

Bagir, Muhammad, Fiqih Praktis II (Menurut Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Pendapat


Para Ulama), Bandung: Karisma, 2008.

Bunyamin, Mahmudin, "Pembaruan Undang-Undang Perkawinan Yordania dan


Relevansinya Terhadap Pengembangan Hukum Perkawinan Islam Modern",
Jurnal ASAS, Vol. 11, No. 2, 2019.

Bustami, Rini Fitriani, Siti Sahara, Memikirkan Kembali Problematika Perkawinan


Poligami Secara Sirri, Yogyakarta: Deepublish, 2020.

Departemen Agama, RI. Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2005.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa,


2008.

Ghazaly, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2019.

Sarwat, Ahmad, Ensiklopedi Fikih Indonesia: Pernikahan, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 2019.

Sirin, Khaeron, Perkawinan Mazhab Indonesia: Pergulatan antara Negara, Agama,


dan Perempuan, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Sudarto, Fikih Munakahat, Pasuruan: Qiara Media, 2020.

Taufiq, Muhammad, Filsafat Hukum Islam dari teori dan implementasi, Pamekasan:
Duta Media Publishing, 2019.

Anda mungkin juga menyukai