Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Landasan Normatif, Filosofis dan Metodologis pada Akhlak Manusia


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu:
Dra. Mu’minatul Zanah, M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 1 BKI-A
Aidah Rahmah Sumaya 1224010009
Almalia Hasna Putri 1224010014
Angelica Maulani Poetri C 1224010018
Azhar Rahmatullah 1224010028
Dita Purwanti 1224010041

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Landasan Normatif, Filosofis dan Metodologis pada Akhlak Manusia”

Ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Mu’minatul Zanah, M.Ag. selaku dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Akhlak yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami, sehingga kami
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari
pembaca yang dapat dijadikan sebagai perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, 19 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Landasan Normatif Akhlak Manusia.............................................................................3

2.1.1 Al-Qur’an sebagai Landasan Normatif pada Akhlak Manusia............................3

2.1.2 As-Sunnah sebagai Landasan Normatif pada Akhlak Manusia.........................4

2.2 Landasan Filosofis Akhlak Manusia.............................................................................5

2.3 Landasan Metodologis Akhlak Manusia.......................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................8

3.1 Simpulan .......................................................................................................................8

3.2 Saran..............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita. Mungkin hampir semua
orang mengetahui arti kata “akhlak” karena perkataan akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah
laku manusia. Akan tetapi, agar lebih jelas dan meyakinkan, kata “akhlak” masih perlu untuk
diartikan secara bahasa maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap kata “akhlak”
tidak sebatas kebiasaan praktis yang setiap hari kita dengar, tetapi sekaligus dipahami secara
filosofis, terutama makna substansinya.

Ilmu akhlak bukan kajian yang baru, tetapi sudah sangat lama dikaji oleh para pakar di
bidang ilmu tasawuf, bahkan sebelum tasawuf sebagai ilmu, akhlak manusia sudah ada.
Sekalipun ilmunya belum ajeg, tingkah laku manusia merupakan awal dari lahirnya ilmu akhlak
maupun ilmu tasawuf. Hal ini karena kedua ilmu itu secara substansial berhubungan dengan
tingkah laku manusia dilihat secara lahir maupun batin.

Beberapa hal yang sangat menarik dan penting untuk ditelaah dalam ilmu akhlak, yaitu
landasan-landasan yang menjadi pijakan manusia bertingkah laku. Akhlak manusia dibentuk
oleh beberapa landasan, yaitu sebagai berikut:

1. Landasan normatif yang berasal dari ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
2. Landasan filosofis, yaitu akhlak manusia yang dibentuk oleh pandangan-pandangan
filsafat etika dengan aliran yang beragam coraknya.
3. Landasan metodologis yaitu landasan yang berpacu pada metode-metode yang akan
digunakan untuk akhlak manusia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana peranan Al-Qur’an sebagai landasan normatif pada akhlak manusia?
b. Bagaimana peranan As-Sunnah sebagai landasan normatif pada akhlak manusia?
c. Bagaimana landasan filosofis terhadap akhlak manusia?
d. Bagaimana metodologis yang digunakan untuk menilai akhlak manusia?

1.3 Tujuan Penulisan

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah di atas maka tujuan penulisan maklah ini yaitu :

a. Untuk mengetahui landasan-landasan yang menjadi pijakan manusia bertingkah laku.


b. Untuk mengetahui peranan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan normatif.

iii
c. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam menilai

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Normatif pada Akhlak Manusia

Norma berasal dari kata “norm”, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan
tinglah laku manusia. Yang dimaksud dengan landasan akhlak adalah yang menjadi ukuran
baik-buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam. Sumber akhlak
atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan
adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW. Landasan normatif pengembangan
akhlak manusia sebagai individu, maupun sebagai masyarakat, adalah sebagai berikut :

iv
2.1.1 Al-Qur’an sebagai Landasan Normatif Akhlak Manusia

Dalam agama Islam, landasan normatif akhlak manusia yang pertama yaitu Al-
Qur’an. Diantaranya adalah firman Allah SWT. dalam surah Al-Qalam ayat 4 :

ٍ ُ‫ك لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق َع ِظي ٍْم‬ َ َّ‫َواِن‬
Artinya :

“Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”


(Al-Qalam: 4)

Ayat di atas menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. memiliki akhlak yang
paling mulia. Oleh karena itu, seluruh umat manusia yang beriman kepada Nabi
Muhammad SAW. wajib menjadikan akhlak beliau sebagai rujukan perilaku dan suri
tauladan.

Bagi umat Islam, Allah SWT. adalah sumber utama yang dirujuk untuk dijadikan
landasan bertingkah laku. Jika Allah SWT. dikatakan sebagai sumber rujukan dan
landasan normatif dalam berakhlak, pada hakikatnya akhlak manusia adalah cermin dari
akhlak Penciptanya karena Dzat-Nya memiliki sifat dan af'al (perilaku). Apabila manusia
menyadari dan meyakini dengan semua fitrah alamiah ini, tiada landasan normatif yang
paling benar, kecuali yang berasal dari Allah SWT., perjalanan manusia senantiasa
waspada dengan setiap perubahan dalam kehidupan yang fana karena kefanaan berlaku
bagi hukum alam.

Landasan normatif sebagai hukum yang dibuat oleh Allah SWT. merupakan
hukum-hukum yang siap untuk dipilih oleh manusia. Hukum tentang baik dan buruk,
hidup dan mati, dunia dan akhirat, nisbi dan mutlak, jasmani dan rohani, atas dan bawah,
pahala dan dosa, neraka dan surga, kepastian dan kemungkinan, dan sebagainya
merupakan hukum Allah SWT yang siap dijadikan pilihan manusia. Apabila seseorang
memilih kebaikan, berlakulah hukum dalam kebaikan, sebagaimana seseorang memilih
kejahatan, sistem hukum yang ada hanyalah hukum kejahatan.

Al-Qur’an adalah landasan normatif yang benar-benar sempurna karena Allah


SWT. adalah Dzat yang Maha sempurna. Di dalam Al-Qur’an terdapat ribuan ayat
qauliyah yang membicarakan semua masalah, dalam berbagai kondisi, dan kisah-kisah
yang dapat dijadikan pelajaran bagi kehidupan manusia pada masa depan.

Modal dasar keyakinan atas Al-Qur’an adalah keimanan, sebagai fondasi akhlak.
Adapun akhlak yang sempurna harus didasarkan pada keyakinan bahwa Al-Quran
sebagai petunjuknya atau landasan normatifnya. Keyakinan bahwa Al-Qur’an merupakan
kitab yang sempurna harus dimulai dari pandangan dan pemahaman mendalam mengenai

v
wujud mutlak Dzat yang menurunkan wahyu Al-Qur’an dan yang membuat hukum-
hukum-Nya, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, keyakinan terhadap Al-Qur’an
merupakan salah satu hakikat dari akhlak orang yang bertauhid, baik tauhid uluhiyah
maupun rububiyah.

Oleh karena itu, Al-Quran berfungsi sebagai landasan normatif kehidupan


manusia, falsafah kehidupan yang menjaga keselamatan manusia dalam melakukan
perjalanan panjang di dunia untuk mencari bekal hidup di akhirat yang abadi. Al-Qur’an
adalah landasan normatif akhlak manusia, baik dalam masalah ritual maupun masalah
sosial yang kompleks.

2.1.2 As-Sunnah sebagai Landasan Normatif Akhlak Manusia


Membahas As-Sunnah adalah membahas Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul
terakhir yang menerima risalah ajaran tauhidullah setelah berakhirnya masa jabatan
kerasulan Nabi Isa a.s. yang diutus Allah SWT. untuk bangsa Nasrani. Akhlak umat
Islam wajib berlandaskan secara normatif pada As-Sunnah, artinya mencontoh perilaku
Nabi Muhammad SAW, terutama dalam masalah ibadah, sedangkan dalam masalah
muamalah, umat Islam menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai acuan dasar yang
dapat dikembangkan sepanjang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip akhlak Islam.
Sunnah-sunnah Rasulullah SAW. merupakan contoh teladan yang dijelaskan
melalui semua perkataan, perbuatan, dan taqrir-nya yang disampaikan melalui para rawi
yang adil, dhabith, dan tsiqah dengan jalan rangkaian sanad yang bersambung dan matan
yang tidak cacat dan serasi dengan Al-Qur’an. Semua yang menjadi sunnah merupakan
personifikasi perilaku Rasulullah SAW yang telah terjaga dan terpelihara dari berbagai
kesalahan. Oleh karena itu, taat kepada Rasulullah SAW. merupakan ketaatan umat Islam
pada wahyu kedua setelah Al-Qur’an.
Dikatakan bahwa As-Sunnah sebagai wahyu kedua setelah Al-Qur’an karena alasan-
alasan berikut :
1. Allah SWT. menetapkan Muhammad SAW. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
2. Allah SWT. menetapkan bahwa Rasulullah SAW. membawa risalah-risalah-Nya.
3. Allah SWT. menetapkan bahwa Rasulullah SAW. terbebas dari kesalahan ketika
berkaitan dengan kerasulannya. Rasulullah SAW. di-ma'shum, sehingga apa pun yang
disampaikannya bukan berasal dari hawa nafsu, melainkan sebagai wahyu yang
dikaruniakan Allah SWT.
4. Karena Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwa hak untuk menjelaskan makna-
makna Al-Qur’an kepada umat manusia berada di tangan Rasulullah SAW.

2.2 Landasan Filosofis Akhlak Manusia

vi
Filosofis diambil dari kata filsafat yang berarti ilmu pengetahuan tentang cara
berfikir kritis, pengetahuan tentang kritis yang radikal. Filsafat juga merupakan
kebebasan berpikir manusia tanpa batas dengan mengacu pada hukum keraguan atas
segala hal. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, landasan yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok dalam
pendidikan.

Dalam Islam, agama dan akal tidak dapat dipisahkan. Keduanya senantiasa
menjalin hubungan interpretanif, terutama dalam merumuskan tata cara berakhlak.
Dengan hubungan intim keduanya, akal menjadi tulang punggung ajaran agama,
terutama karena adanya kebutuhan akal untuk menjelaskan wahyu. Wahyu dan akal
tidak akan pernah bertentangan karena tidak mungkin Tuhan menurunkan wahyu
kepada manusia yang tidak berakal, meskipun tidak mustahil di dalam wahyu terdapat
ayat-ayat yang tidak mudah dipahami oleh akal.

Di dalam wahyu terdapat ayat-ayat yang membicarakan kisah masa lalu, masa
sekarang, dan masa yang akan datang. Semua ayat tersebut dapat dipahami maksudnya
oleh akal, dan jika terdapat wahyu yang menjelaskan kemustahilan bagi akal untuk
dipahami, akal tidak wajib menerima yang mustahil, sebagaimana akal tidak harus
percaya bahwa manusia dapat berada di satu tempat dalam waktu yang bersamaan, tetapi
keberadaan tersebut menjadi masuk akal, jika yang dimaksudkan adalah Allah SWT yang
menciptakan semua keberadaan. Hal itu tidak mustahil bagi-Nya dan bagi akal. Jika
terdapat wahyu yang secara lahiriah bertentangan, akal menjelaskannya di luar makna
lahiriahnya sehingga wahyu yang dimaksud dapat dengan mudah diamalkan oleh
manusia.

Landasan filosofis mengenai akhlak manusia, dapat diambil pemahaman


diantaranya sebagai berikut:

1. Manusia adalah makhluk yang berakal, dan dengan akalnya, manusia memiliki
kemampuan untuk memilih suatu bentuk perbuatan yang menguntungkan atau
merupakan.
2. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk yang saling bergantung dan
saling membutuhkan. Oleh karena itu, hubungan antara manusia memerlukan
aturan normatif yang rasional.
3. Manusia adalah makhluk jasmani dan rohani, sehingga setiap akhlaknya
melibatkan potensi akal dan hati.
4. Manusia telah dikekang oleh perilaku masa lalu dari sejarah kemanusiaannya
sehingga manusia akan meniru perilaku masa lalunya untuk dikembangkan ke
dalam bentuk perilaku masa kini.

vii
5. Manusia adalah organisme yang struktural dan fungsional sehingga setiap
perbuatannya tidak hanya dapat dilihat secara material, tetapi juga sebagai bagian
paling esensial dari kinerja jasmaniah dan rohaniahnya.
6. Manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, yang cenderung
pada kebenaran, tetapi dalam kehidupannya menghadapi pergumulan lingkungan
hidup yang kompleks, sehingga akhlak manusia tidak dapat lepas dari pengaruh
kuat lingkungan di sekitarnya.

Dengan beberapa pandangan filosofis tersebut, filsafat dapat dijadikan landasan


normatif untuk perilaku atau akhlak manusia, baik sebagai individu maupun struktur
sosial, ke dalam bentuk perbuatan yang konkret dan terukur. Bahkan, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, pemahaman filosofis tentang politik dan sosial telah
memengaruhi langkah-langkah kehidupan kenegaraan, seperti pembagian dan pemisahan
kekuasaan yang semula pemikirannya dicetuskan oleh John Locke tentang Trias Politika.

Dengan demikian, pemahaman filosofis tentang landasan normatif akhlak


manusia berakar dari suatu keyakinan manusia terhadap potensi yang dimilikinya, yaitu
potensi akal, potensi emosi, dan potensi jasmaninya. Ketiga potensi tersebut dinilai
menurut norma yang dipegangnya.

2.3 Landasan Metodologis Akhlak Manusia

Metode yang tepat dalam mempelajari kaidah-kaidah sosial yang berlaku dalam
pembentukan akhlak manusia di masyarakat adalah metode deskriptif, yaitu metode yang
berusaha mencatat, melukiskan, menguraikan, dan melaporkan buah pikiran, sikap,
tindak, dan perilaku masyarakat dengan berbagai gejala sosial yang berkembang
kaitannya dengan hukum yang berlaku. Secara deskriptif, kaidah-kaidah sosial yang tidak
tertulis tergambarkan dalam bentuk tindakan sosial yang meninggalkan atau
melaksanakan perbuatan. Adapun hukum-hukum yang tertulis secara deskriptif dapat
dianalisis secara dokumentatif melalui pendekatan literatur.

Analisis deskriptif ditujukan pada sumber rujukan tingkah-polah manusia yang


disebut dengan dalil. Sebagaimana perilaku dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat
dapat merujuk pada norma sosial yang telah disepakati dan dilaksanakan secara turun-
temurun. Oleh karena itu, metode deskriptif lebih akurat apabila dipadukan dengan
pendekatan fenomenologis. Dengan demikian, kemungkinan munculnya campur tangan
rasio dalam menafsirkan apa yang senyatanya ada dan apa yang kenyataannya terjadi
lebih mudah dihindari. Akhlak umat manusia bukan hanya soal tata krama pergaulan
hidup dan interaksi sosial yang sifatnya umum tetapi semua aspek kehidupan manusia.

BAB III

viii
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari yang sudah dijelaskan, pengertian ilmu akhlak berlandaskan normatif,
filosofis dan metodologis sebagai berikut :
1. Landasan normatif mempelajari norma-norma yang menjadi ekspresi perilaku
manusia, disamping mengikat, mengendalikan pergaulan antar masyarakat dengan
lingkungannya. Sedangkan dalam agama islam, landasan normatif akhlak manusia
adalah Al-Quran dan As-Sunnah.
2. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan filsafat, landasan yang berkaitan
dengan makna atau hakikat pendidikan, landasan yang berusaha menelaah masalah-
masalah pokok dalam pendidikan, yang bersumber dari pandangan-pandangan dalam
filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan
tentang sumber nilai, hakikat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik
dijalankan.
3. Landasan metodologis adalah metode deskriptif, yaitu berusaha mencatat,
melukiskan, menguraikan, dan melaporkan buah pikiran, sikap, tindak, dan perilaku
masyarakat dengan berbagai gejala sosial yang berkembang kaitannya dengan hukum
yang berlaku. Secara deskriptif, kaidah-kaidah sosial yang tidak tertulis tergambarkan
dalam bentuk tindakan sosial yang meninggalkan atau melaksanakan perbuatan.
3.2 Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman semua. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Beni Saebani dan Hamid Abdul. (2010), Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Pelajar.
A. Rusdiana dan Nurhamzah. (2020), Ilmu Akhlak, Bandung.

ix
x

Anda mungkin juga menyukai