Anda di halaman 1dari 3

ADAT KEBIASAAN DALAM ETIKA ISLAM

a. Konsep Kebiasaan

Kebiasaan adalah suatu perbuatan bila diulang ulang sehingga menjadi mudah

dikerjakan.

Membentuk adat kebiasaan bisa dikarenakan kesukaan hati kepada suatu pekerjaan

dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan suatu perbuatan dan dengan diulang

ulang secukupnya. Contohnya kita melihat peminum rokok dengan diulang ulangi,

menjadi kebiasaan dan sukar meninggalkannya.

Alasan dalam contoh tersebut ialah bahwa sisakit itu hatinya tidak suka minum obat,

hanya suka hatinya kalau kembali sehat badannya. Maka karena kesukaan hati dalam

suatu perbuatan dan mengulanginya tidak nyata ada, maka tidak menjadi adat

kebiasaan.

Jika kebiasaan telah terbentuk maka akan memudahkan perbuatan yang dibiasakan

dan menghemat waktu dan perhatian.[1]

b. Kekuatan Kebiasaan

Kekuatan kebiasaan diibaratkan dengan kebiasaan itu natur yang kedua. Maksudnya

bahwa adat kebiasaan itu mempunyai kekuatan yang mendekati kepada natur yang

pertama. Natur yang pertama ialah apa yang dibawa oleh manusia diwaktu ia

dilahirkan. Natur yang kedua pun mempunyai kebiasaan yang besar, karena jalan

yang kita tempuh dalam penghidupan dan yang kita biasakan mempunyai kebiasaan

yang mendekati kekuasaan natur.

1
Prof. Dr. Ahmad Amin, Adat Kebiasaan dalam Etika Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1952, hlm. 33.
Tiap tiap manusia dikeluarkan dalam alam keujudan ini dilengkapi dengan beberapa

alat seperti mata yang dapat dilihat, telinga yang mendengar, pencernakan yang

menghancurkan makanan dan beberapa instinct. [2]

c. Membina Kebiasaan yang Baik

Pada waktu mula mula pekerjaan yang baik itu dilakukan kadang kadang terasa berat

dan susah, misalnya bangun fajar untuk sholat subuh. Tetapi jika hal itu telah biasa

maka syaraf itu sendiri yang akan membangunkan pada waktunya. Jika tahap itu

dicapai maka bangun fajar itu tidak sulit lagi, karena telah menjadi kebiasaan.

Untuk membangun kebiasaan yang baik dalam pribadi kita,diperlukan latihan yang

terus menerus. [3]

d. Merobah Kebiasaan jelek

1. Berniatlah yang sungguh dengan tiada diiringi keragu raguan, letakkanlah dirimu

ditempat yang cocok dengan kebiasaan lama yang hendak kamu hindarkannya,

dan ikatlah dirimu dengan ikatan yang menjadi lawan adat kebiasaan kuna dan

sekali kali jangan berbuat yang sesuai dengannya.

2. Janganlah mengizinkan dirimu untuk menyalahi kebiasaan yang baru karena

sesutu apapun, kecuali kalau sudah kuat akar akarnya pada diri dan penghidupan,

karena tiap tiap tindakan yang menyalahi kebiasaan yang baru ini akan

menjauhkan dari hasil yang kita harapkan.

3. Carilah waktu yang baik untuk mentanfidkan niatmu dan ikutlah segala gerak jiwa

yang menolong tanfidz tersebut, karena kesukaran itu bukan daam niat tetapi

dalam mentanfidzkannya.

2
Prof. Dr. Ahmad Amin, Adat Kebiasaan dalam Etika Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1952, hlm. 36-37
3
Dr. H. Hamzah Yaqub, Pembinaan Akhlaqulkarimah, C.V. Diponegoro, Bandung, 1996 , hlm. 63.
4. Jagalah dirimu kekuatan penolak dan peliharahlah agar selalu hidup dalam jiwamu

dengan mendermakan perbuatan yang kecil kecil tiap tiap hari untuk mengekang

hawa nafsumu karena yang demikian itu dapat menolong kamu untuk menghadapi

segala penderitaan kalau datang waktunya. [4]

KESIMPULAN

Bahwa hendaknya urat syaraf kita selaku diajar terus menerus mengulang segala

perbuatan yang baik sehingga menjadi adat kebiasaan. Sebaliknya jangan dibiarkan

urat syaraf kita untuk mengulang perbuatan yang jelek, karena hal itu akan meningkat

menjadi kebiasaan yang bakal merusak diri sendiri.

SARI RAHMADHANI

161300055

10 Oktober 2017

4
Prof. Dr. Ahmad Amin, Adat Kebiasaan dalam Etika Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1952, hlm. 39-42.

Anda mungkin juga menyukai