Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM


SISTEMATIKA DI INDONESIA

OLEH

NAMA :TRI HANDAYANI BAKARA


MATA KULIAH :PENGANTAR HUKUM INDONESIA
SEMESTER :I
DOSEN : FERYANTO HB, S.H., M.H.

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukurkitapanjatkankehadiran Tuhan Yang Maha Esa Atas Rahmat


dan BerkahNya sehingga Penulis dapat meyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Hukum Sistem Di Indonesia”. Makalah ini merupakan
tugas, untuk memenuhi tugas individu pada Mata Kuliah Pengantar Hukum
Indonesia, dan Makalah ini ditulis dengan kalimat yang efektif dan sederhana
sehingga diharapkan dapat memudahkan para pembaca. Dalam makalah ini
penulis meyadari masih banyak terdapat kekurangan untuk itu dengan senang hati
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca atau
saran Bapak/ibudosen demi kesempurnaan Makalah ini. Akhirnya kami
samapaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan
aktif dalam penyelesaian Makalah ini. Dengan harapan agar Makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.

Singkawang, 23 November 2022

Tri Handayani Bakara

2
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................... 4

1.2.RumusanMasalah .............................................................................................................................. 5

1.3.Tujuan................................................................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 7

II.1 Pengertian hukum dan sejarahperkembanganhukum di Indonesia ......................................... 7


II.1.1 Pengertian hukum ........................................................................................................ 7
II.1.2 Sejarah perkembangan hukum di Indonesia ................................................................ 7

II.2 Penggolongan hukum di Indonesia ............................................................................................. 12

II.3 Sistem hukum di Indonesia ......................................................................................................... 15

II.4 Sistem Hukum Pidana di Indonesia ............................................................................................ 16

II.5 Sistem hukum acara pidana di Indonesia .................................................................................. 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 22


III.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hukum adalah peraturan yang berupanorma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan. Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya,
hukum tertulis dan hukum tidak tertulis Berikut adalah penjelasannya: Hukum
TertulisHukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah
dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis.
Contoh hukumt ertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-
lain. Hukum Tidak TertulisHukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta
diyakini oleh masyarakat dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut
prosedur yang formal, melainkan lahir dan tumbuh di kalangan masyarakat
tersebut. Contoh hukum tidak tertulis adalah hukum adat, hukum agama, dan
lain-lain. Sistem hukum di Indonesia menganut system hukum Eropa Kontinental
atau Civil Law. Hal inidapat dilihat dari sejarah dan politikhukum, sumber
hukum maupun system penegakan hukumnya. Sistem inidigunakan di negara-
negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, Italia, Jerman. Negara-negara bekas
koloni seperti Indonesia, sebagian Asia, dan Amerika Latin,
meneruskansistemhukumini. Pada system hukum Eropa Kontinental memiliki
karakteristik sebagai berikut: Berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Yustinianus. Corpus Juris
Civilis (kumpulan berbagai kaidah hukum yang adasebelum masa Yustinianus)
dijadikanprinsipdasardalamperumusan dan kodifikasihukum di negara-negara
Eropa. Prinsip utaman ya bahwa hukum itu memperoleh kekuatan mengikat.
Karena berupaperaturan yang berbentukundang-undang yang tersusun secara
sistematis dalam kodifikasi.
Tujuan hukum adalah kepastian hukum Adagium yang terkenal "tidak
adahukum selain undang-undang". Hakim tidak bebasd alam menciptakan hukum
baru. Karena hakim hanya menerapkan dan menafsirkan peraturan yang ada
berdasarkan wewenang yang adapadanya. Putusan hakim tidak mengikat umum

4
tetapi hanya mengikat para pihak yang berpekarasaja. Sumber hukum utamanya
adalah undang-undang yang dibentuk oleh badan legislatif. Pada mulanya hukum
hanya digolongkan menjadi dua, yaitu hukum publik (hukum tata negara, hukum
administrasi negara, hukum pidana) dan hukum privat (hukum perdata dan
hukum dagang). Baca juga: Praktik Perlindungan dan Penegakan Hukum di
Indonesia Tapi seiring perkembangan zaman, batas-batas antara hukum publik
dan hukumprivatsemakinkabur. Dalam pembentukannya, peraturan perundangan
yang berlaku di Indonesia dipengaruhi oleh system hukum adat dan sistemhukum
Islam. Sistem hukum di indonesiamerupakancampuranantarasistemhukum Eropa,
hukum agama, dan hukumadat. Hal tersebutwajar, mengingat hukum merupakan
sebuah sistem yang tersusun atas sejumlah bagian yang masing-masing juga
merupakan sistem yang dinamakansubsistem. Dalam sistemhukum Indonesia
terdapat subsis temhu kumper data, hukump idana, maupun hukum tata negara.
hukum pidana adalah salah satu jenis hukum yang ada di Indonesia. Jenis hukum
yang satu ini ada bermacam-macam, bergantung dengan dasar pembaginya. Akan
tetapi, secara umum jenis hukum yang ada di Indonesia dibagimenjadidua,
yaituhukumpublik dan hukum privat. Hukum public lebih mengacu pada hukum
yang mengatur tentang hubung Anantara warga negara dengan negara itusendiri.
Dimana hukum yang satuinibersifatmenyeluruh dan berlaku untuk setiapwarga
negara. Sementara hukum privat adalah kebalikan dari hukum publik. Hukum
yang satu ini umumnya akan mengatur hubungan antara manusia satu dengan
manusia lain dan biasanya menyangkut persoalan perorangan. Bahwa Hukum
acara pidanadiaturdalam Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(selanjutnyadisingkat KUHAP) atau Undang-UndangNomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana dan Hukum pidanai alah ketentuan-ketentuan yang
mengatur dan membatasit ingkahla kumanusia dalamm eniadakan pelanggaran
kepentingan umum.
1.2.RumusanMasalah

Dalam perumusan makalah ini, penulis merumuskan beberapa kriteria yang akan
dibahas dalam makalah ini. Kiranya dengan rumusan masalah ini, telah sedikit
mewakili dari seluruh isi makalah ini. Diantaranya yaitu :

5
1. Pengertianhukum dan sejarahperkembanganhukum di Indonesia.
2. Penggolonganhukum.
3. Sistem hukum di Indonesia.
4. Sistem hukumpidana Indonesia.
5. Sistem hukum acara pidana di Indonesia.

1.3.Tujuan

Adapun tujuan dan kegunaan dari makalah yang penulis buat ini yaitu :

1. Untuk mengetahui Pengertianhukum dan sejarahperkembanganhukum


di Indonesia.
2. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa
mengenai sistem hukum pidana dengan mengetahui lebih dalam
tentang Hukum Acara Pidana, serta beberapa permasalahannya.

6
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian hukum dan sejarahperkembanganhukum di Indonesia

II.1.1 Pengertian hukum


Hukum adalah undang-undang yang dibuat dan ditegakkan melalui
lembaga sosial atau pemerintah untuk mengatur perilaku masyarakat. Hukum
yang ditegakkan oleh negara dapat dibuat oleh legislatif kelompok atau oleh
seorang legislator tunggal, yang menghasilkan undang-undang; oleh eksekutif
melalui keputusan dan peraturan; atau ditetapkan oleh hakim melalui preseden.
II.1.2 Sejarah perkembangan hukum di Indonesia
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik
perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental.
Khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-
Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
Islam, maka dominasi hukum atau Syari’at Islam lebih banyak terutama di bidang
perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku
sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi.
Hal itu merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan
budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
A. Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar, yakni: Periode
VOC, Liberal Belanda dan Politik Etis hingga Penjajahan Jepang.
1. Periode VOC
Pada masa pendudukan VOC, sistem hukum yang diterapkan bertujuan
untuk: Kepentingan ekspolitasi ekonomi demi mengatasi krisis ekonomi
di negeri Belanda; Pendisiplinan rakyat pribumi dengan cara yang
otoriter; dan Perlindungan terhadap pegawai VOC, sanak-kerabatnya, dan
para pendatang Eropa. Hukum Belanda diberlakukan terhadap orang-

7
orang Belanda atau Eropa. Sedangkan bagi pribumi, yang berlaku adalah
hukum-hukum yang dibentuk oleh tiap-tiap komunitas secara mandiri.
Tata pemerintahan dan politik pada zaman itu telah meminggirkan hak-
hak dasar rakyat di nusantara dan menjadikan penderitaan yang mendalam
terhadap rakyat pribumi di masa itu.

2. Periode Liberal Belanda


Pada 1854 di Hindia Belanda diterbitkan Regeringsreglement (selanjutnya
disebut RR 1854) atau Peraturan tentang Tata Pemerintahan (di Hindia
Belanda). Tujuan utamanya melindungi kepentingan kepentingan usaha-
usaha swasta di negeri jajahan dan untuk pertama kalinya mengatur
perlindungan hukum terhadap kaum pribumi dari kesewenang-wenangan
pemerintahan jajahan. Hal ini dapat ditemukan dalam
(Regeringsreglement) RR 1854 yang mengatur tentang pembatasan
terhadap eksekutif (terutama Residen) dan kepolisian, dan jaminan
terhadap proses peradilan yang bebas. Otokratisme administrasi
kolonial masih tetap berlangsung pada periode ini, walaupun tidak lagi
sebengis sebelumnya. Namun, pembaruan hukum yang dilandasi oleh
politik liberalisasi ekonomi ini ternyata tidak meningkatkan kesejahteraan
pribumi. Karena eksploitasi masih terus terjadi, hanya subyek
eksploitasinya saja yang berganti, dari eksploitasi oleh negara menjadi
eksploitasi oleh modal swasta.
3. Periode Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang
Kebijakan Politik Etis dikeluarkan pada awal abad 20. Di antara kebijakan-
kebijakan awal politik etis yang berkaitan langsung dengan pembaharuan
hukum adalah:

1.Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan hukum


2.Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi
3.Penataan organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi
4.Penataan lembaga peradilan, khususnya dalam hal profesionalitas

8
5.Pembentukan peraturan perundang-undangan yang berorientasi pada
kepastian hukum. Hingga runtuhnya kekuasaan kolonial, pembaruan hukum di
Hindia Belanda mewariskan. Dualisme/pluralisme hukum privat
serta dualisme/pluralisme lembaga-lembaga peradilan. Penggolongan rakyat
ke dalam tiga golongan; Eropa dan yang disamakan, Timur
Asing, Tionghoa dan Non-Tionghoa, dan Pribumi. Masa pendudukan Jepang,
pembaharuan hukum tidak banyak terjadi. Seluruh peraturan perundang-
undangan yang tidak bertentangan dengan peraturan militer Jepang, tetap
berlaku sembari menghilangkan hak-hak istimewa orang-orang Belanda dan
Eropa lainnya. Beberapa perubahan perundang-undangan yang terjadi:
Kitab UU Hukum Perdata (KUHPer), yang semula hanya berlaku untuk
golongan Eropa dan yang setara, diberlakukan juga untuk orang-orang Cina.
Beberapa peraturan militer disisipkan dalam peraturan perundang-undangan
pidana yang berlaku. Di bidang peradilan, pembaharuan yang dilakukan
adalah:
1. Penghapusan dualisme/pluralisme tata peradilan.
2. Unifikasi kejaksaan;Penghapusan pembedaan polisi kota dan
3. pedesaan/lapangan.
4. Pembentukan lembaga pendidikan hukum.
5. Pengisian secara massif jabatan-jabatan administrasi pemerintahan dan
hukum dengan orang-orang pribumi.
B. Periode Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal
a. Periode Revolusi Fisik
Pembaruan hukum yang sangat berpengaruh di masa awal ini adalah
pembaruan di dalam bidang peradilan, yang
bertujuan dekolonisasi dan nasionalisasi Meneruskan unfikasi badan-
badan peradilan dengan melakukan penyederhanaan.
Mengurangi dan membatasi peran badan-badan pengadilan adat
dan swapraja, kecuali badan-badan pengadilan agama yang bahkan
dikuatkan dengan pendirian Mahkamah Islam Tinggi.

9
b. Periode Demokrasi Liberal
UUDS 1950 yang telah mengakui hak asasi manusia. Namun pada masa
ini pembaharuan hukum dan tata peradilan tidak banyak terjadi.
Yang ada adalah dilema untuk mempertahankan hukum dan peradilan
adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya menjadi hukum
nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan
internasional. Kemudian yang berjalan hanyalah unifikasi peradilan
dengan menghapuskan seluruh badan-badan dan mekanisme pengadilan
atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara, yang ditetapkan
melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat No.
1/1951 tentang Susunan dan Kekuasaan Pengadilan.
c. Periode Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru
1. Periode Demokrasi Terpimpin
Langkah-langkah pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dianggap
sangat berpengaruh dalam dinamika hukum dan peradilanadalah
• Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan dan
mendudukan MA dan badan-badan pengadilan di bawah
lembaga eksekutif;
• Mengganti lambang hukum dewi keadilan menjadi pohon
beringin yang berarti pengayoman;
• Memberikan peluang kepada eksekutif untuk melakukan
campur tangan secara langsung atas proses peradilan
berdasarkan UU No.19/1964 dan UU No.13/1965.
• Menyatakan bahwa hukum perdata pada masa kolonial
tidak berlaku kecuali sebagai rujukan, sehingga hakim
mesti mengembangkan putusan-putusan yang lebih
situasional dan kontekstual.
2. Periode Orde Baru
Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde
Baru justru diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan
pemerintahan. Di bidang perundang-undangan, rezim Orde

10
Baru membekukan pelaksanaan UU Pokok Agraria, dan pada saat yang
sama membentuk beberapa undang-undang yang memudahkan modal
asing berinvestasi di Indonesia.Diantaranya adalah UU Penanaman
Modal Asing, UU Kehutanan, dan UU Pertambangan. Selain itu, orde
baru juga melakukan
▪ Penundukan lembaga-lembaga hukum di bawah eksekutif.
▪ Pengendalian sistem pendidikan dan penghancuran pemikiran kritis,
termasuk dalam pemikiran hukum. Singkatnya, pada masa orde baru
tak ada perkembangan yang baik dalam hukum Nasional.
d. Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)
Sejak pucuk eksekutif di pegang Presiden Habibie hingga sekarang,
sudah terjadi empat kali amandemen UUD RI. Di arah perundang-
undangan dan kelembagaan negara, beberapa pembaruan formal yang
mengemuka adalah:
a) Pembaruan sistem politik dan ketetanegaraan
b) Pembaruan sistem hukum dan hak asasi manusia
c) Pembaruan sistem ekonomi. Penyakit lama orde baru,
yaitu KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) masih kokoh
mengakar pada masa pasca orde baru, bahkan kian luas
jangkauannya.
Selain itu, kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum memadai
untuk dapat menjerat para pelaku semacam itu. Aparat penegak hukum
seperti polisi, jaksa, dan hakim (kini ditambah advokat) dilihat masih
belum mampu mengartikulasikan tuntutan permbaruan hukum.
Hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan Kejaksaan Agung
meneruskan proses peradilan mantan Presiden Soeharto, peradilan
pelanggaran HAM, serta peradilan para konglomerat hitam.
Sisi baiknya, pemberdayaan rakyat untuk menuntut hak-haknya dan
mengembangkan sumber daya hukumnya secara mandiri, semakin
gencar dan luas dilaksanakan. Walaupun begitu, pembaruan hukum tetap
terasa lambat dan masih tak tentu arahnya.

11
II.2 Penggolongan hukum di Indonesia

Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya, hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis Berikut adalah penjelasannya :

• Hukum Tertulis Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang
telah dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan secara
tertulis. Contoh hukum tertulis adalah UUD 1945, keputusan presiden,
KUHP, dan lain-lain.
• Hukum Tidak Tertulis Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku
serta diyakini oleh masyarakat dan dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk
menurut prosedur yang formal, melainkan lahir dan tumbuh di kalangan
masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis adalah hukum adat,
hukum agama, dan lain-lain.
Penggolongan Hukum Berdasarkan Sumbernya
❖ Hukum Undang-Undang Hukum undang-undang atau disebut sebagai
wettenrech, adalah jenis hukum yang terletak dan tercantum di dalam
peraturan perundang-undangan.
❖ Hukum Kebiasaan Hukum kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-
en adatrech, adalah jenis hukum yang berlaku di dalam peraturan-
peraturan atau kebiasaan adat.
❖ Hukum Traktat Hukum traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht,
adalah jenis hukum yang ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu
perjanjian antar negara atau traktat.
❖ Hukum Yurisprudensi Hukum yurisprudensi atau disebut juga sebagai
yurisprudentie recht, adalah jenis hukum yang muncul karena adanya
keputusan hakim, yang menjadi rujukan hakim selanjutnya dalam
memberi putusan dalam pengadilan.
▪ Hukum Ilmu Hukum ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht,
adalah jenis hukum yang pada dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat
dalam pandangan para ahli hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.
Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifatnya

12
1. Hukum Yang Memaksa Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah
jenis hukum yang dalam keadaan bagaimana pun, harus dan mempunyai
paksaan yang mutlak. Contohnya adalah hukuman bagi perkara pidana,
maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan.
2. Hukum Yang Mengatur Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah
jenis hukum yang dapat dikesampingkan saat pihak-pihak yang
bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri dalam suatu perjanjian.
Contohnya adalah hukum mengenai warisan yang dapat diselesaikan
dengan kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.
Penggolongan Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya
✓ Hukum Nasional Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di
dalam wilayah negara tertentu. Hukum nasional harus dilaksanakan oleh
warga negara tersebut.
✓ Hukum Internasional Hukum internasional adalah jenis hukum yang
berguna untuk mengatur hubungan hukum antar negara di dalam
hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku secara universal,
yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara
yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu.
✓ Hukum Asing Yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara
lain.
Penggolongan Hukum Berdasarkan Waktu Berlakunya
o Ius Constitutum (hukum positif), adalah hukum yang berlaku
sekarang dan hanya bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam
daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945, Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia .
o Ius Constituendum (hukum negatif), adalah hukum yang diharapkan
dapat berlaku pada waktu yang akan datang. Misalnya rancangan
undang-undang (RUU).
Penggolongan Hukum Berdasarkan Wujudnya

13
▪ Hukum Objektif Hukum yang mengatur tentang hubungan antar dua
orang atau lebih yang berlaku umum. Dalam artian, hukum di dalam suatu
negara ini berlaku secara umum dan tidak mengenai terhadap orang atau
golongan tertentu saja.
▪ Hukum Subjektif Hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang atau lebih. Hukum subjektif ini juga sering disebut
sebagai hak.
Penggolongan Hukum Berdasarkan Isinya
➢Hukum Publik (Hukum Negara) Hukum publik atau disebut juga
hukum negara, adalah jenis hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan individu atau warga negaranya. Hukum publik
umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik dalam
ruang lingkup masyarakat.Hukum publik dibedakan menjadi
beberapa macam antara lain adalah :
• Hukum Pidana, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait
pelanggaran dan kejahatan, serta memuat larangan dan sanksi.
• Hukum Tata Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur
terkait hubungan antara negara dengan bagian-bagiannya.Hukum
Tata Usaha Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur
tentang tugas dan kewajiban para pejabat negara secara
administratif.
• Hukum Internasional, yaitu jenis hukum publik yang mengatur
terkait hubungan antar negara, seperti hukum perjanjian
internasional, hukum perang internasional, dan sejenisnya.
➢Hukum Privat (Hukum Sipil) Hukum privat atau yang disebut
juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur
hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, termasuk
negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada
kepentingan perseorangan.Hukum privat dibedakan menjadi
beberapa macam antara lain adalah :

14
• Hukum Perdata, adalah jenis hukum privat yang mengatur
hubungan antar individu secara umum, misalnya yaitu hukum
keluarga, hukum perjanjian, hukum kekayaan, hukum waris,
hukum perkawinan, dan sebagainya.
• Hukum Perniagaan, adalah jenis hukum privat yang mengatur
hubungan antar individu di dalam kegiatan perdagangan, misalnya
yaitu hukum jual beli, hutang utang piutang, hukum mendirikan
perusahaan dagang, dan sebagainya.
Penggolongan Hukum Berdasarkan Cara Mempertahankannya
▪ Hukum Material Hukum material adalah jenis hukum yang
mengatur hubungan antara anggota masyarakat yang berlaku secara
umum mengenai hal-hal yang dilarang serta hal-hal yang
dibolehkan untuk dilakukan. Contohnya adalah hukum pidana,
hukum perdata, hukum dagang dan sebagainya.
▪ Hukum Formal Hukum formal adalah jenis hukum yang mengatur
tentang bagaimana cara mempertahankan dan melaksanakan hukum
material. Contohnya adalah Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Hukum Acara Perdata, dan sebagainya.
II.3 Sistem hukum di Indonesia
setiap negara, termasuk Indonesia memiliki sistem hukum untuk
mengatur pemerintahannya. Dalam buku Sistem Hukum Indonesia:
Ketentuan-ketentuan hukum Indonesia dan Hubungannya (2018) karya
Handri Raharjo, dijelaskan sistem hukum adalah sebuah tatanan hukum
yang terdiri dari beberapa sub sistem hukum yang memiliki fungsi yang
berbeda-beda dengan lain. Tatanan ini diterapkan untuk mencapai tujuan
yang sama, yaitu terwujudnya keamanan, ketertiban, dan keadilan. Sistem
Hukum di Indonesia Sistem hukum di Indonesia menganut sistem hukum
Eropa Kontinental atau Civil Law. Hal ini dapat dilihat dari sejarah dan
politik hukum, sumber hukum maupun sistem penegakan hukumnya.
Sistem ini digunakan di negara-negara Eropa, seperti Belanda, Prancis,
Italia, Jerman. Negara-negara bekas koloni seperti Indonesia, sebagian sia,

15
dan Amerika Latin, meneruskan sistem hukum ini. Pada sistem hukum
Eropa Kontinental memiliki karakteristik sebagai berikut: Berasal dari
kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa
pemerintahan Kaisar Yustinianus. Corpus Juris Civilis (kumpulan berbagai
kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus) dijadikan prinsip dasar
dalam perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa. Prinsip
utamanya bahwa hukum itu memperoleh kekuatan mengikat. Karena
berupa peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun secara
sistematis dalam kodifikasi. Tujuan hukum adalah kepastian hukum
Adagium yang terkenal "tidak ada hukum selain undang-undang". Hakim
tidak bebas dalam menciptakan hukum baru. Karena hakim hanya
menerapkan dan menafsirkan peraturan yang ada berdasarkan wewenang
yang ada padanya. Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya
mengikat para pihak yang berpekara saja. Sumber hukum utamanya adalah
undang-undang yang dibentuk oleh badan legislatif. Pada mulanya hukum
hanya digolongkan menjadi dua, yaitu hukum publik (hukum tata negara, hukum
administrasi negara, hukum pidana) dan hukum privat (hukum perdata dan hukum
dagang).
II.4 Sistem Hukum Pidana di Indonesia

KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah kitab undang-


undang hukum yang berlaku sebagai dasar hukum di Indonesia. KUHP
merupakan bagian hukum politik yang berlaku di Indonesia, dan terbagi
menjadi dua bagian: hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.
Semua hal yang berkaitan dengan hukum pidana materiil adalah tentang
tindak pidana, pelaku tindak pidana dan pidana (sanksi). Sedangkan,
hukum pidana formil adalah hukum yang mengatur tentang pelaksanaan
hukum pidana materiil. Adapun sistematika Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana antara lain :

a) Buku I Tentang Ketentuan Umum (Pasal 1-103).


b) Buku II Tentang Kejahatan (Pasal 104-488).

16
c) Buku III Tentang Pelanggaran (Pasal 489-569).

Dan juga ada beberapa Undang-undang yang mengatur tindak pidana


khusus yang dibuat setelah kemerdekaan antara lain :

a)UU No. 8 Drt Tahun 1955 Tentang tindak Pidana Imigrasi.


b)UU No. 9 Tahun 1967 Tentang Norkoba.
c)UU No. 16 Tahun Tahun 2003 Tentang Anti Terorisme. Dll
Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana, selain termuat dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana maupun UU Khusus, juga terdapat dalam
berbagai Peraturan Perundang-Undangan lainnya, seperti UU. No. 5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 9
Tahun 1999 Tentang Perindungan Konsumen, UU No. 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta dan sebagainya.
II.5 Sistem hukum acara pidana di Indonesia
Bahwa Hukum acara pidana merupakan peraturan yang melaksanakan
hukum pidana. Hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia berdasar pada
peraturan yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), yang berlaku sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang KUHAP. Menurut Andi Hamzah , dengan terciptanya Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana, maka pertama kali di Indonesia diadakan
kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam artian meliputi seluruh proses pidana
dari awal (mencari kebenaran) sampai pada kasasi di Mahkamah Agung, bahkan
sampai meliputi peninjauan kembali (herziening).
Menurut M. Yahya Harahap KUHAP sebagai hukum acara pidana yang
berisi ketentuan tata tertib proses penyelesaian penanganan kasus tindak pidana,
sekaligus telah memberi “legalisasi hak asasi” kepada tersangka atau terdakwa
untuk membela kepentingannya di depan pemeriksaan aparat penegak hukum.
Pengakuan hukum yang tegas akan hak asasi yang melekat pada diri mereka dari
tindakan sewenang-wenang. KUHAP telah mencoba menggariskan tata tertib
hukum yang antara lain akan melepaskan tersangka atau terdakwa maupun
keluarganya dari kesengsaraan putus asa di belantara penegakan hukum yang tak

17
bertepi, karena sesuai dengan jiwa dan semangat yang diamanatkannya,
tersangka atau terdakwa harus diberlakukan berdasar nilai-nilai yang manusiawi
Asas-asas yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
diatur dalam Penjelasan KUHAP butir ke-3 adalah sebagai berikut :
1. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan
tidak mengadakan pembedaan perlakuan (asas persamaan di muka
hukum);
2. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan harus
dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang diberi
wewenang oleh undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan cara
yang diatur dengan undang-undang (asas perintah tertulis);
3. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya
dan memperoleh kekuatan hukum tetap (asas praduga tak bersalah);
4. Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili
tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena
kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib
diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan
para pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau karena
kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut,
dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi (asas pemberian
ganti kerugian dan rehabilitasi atas salah tangkap, salah tahan dan
salah tuntut);
5. Pengadilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya
ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara
konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan (asas peradilan yang cepat,
sederhana dan biaya ringan, bebas, jujur dan tidak memihak);
6. Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan
memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk

18
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya (asas memperoleh
bantuan hukum seluas-luasnya);
7. Kepada seorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau
penahanan selain wajib diberitahu dakwaan atas dasar hukum apa
yang didakwakan kepadanya, juga wajib diberitahu haknya itu
termasuk hak untuk menghubungi dan meminta bantuan penasehat
hukum (asas wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum dakwaan);
8. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa
(asas hadirnya terdakwa);
9. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali
dalam hal yang diatur dalam undang-undang (asas pemeriksaan
pengadilan terbuka untuk umum);
10. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana
dilakukan oleh ketua pengadilan negeri yang bersangkutan (asas
pelaksanaan pengawasan putusan);
11. Tersangka diberi kebebasan memberi dan mendapatkan penasehat
hukum, menunjukkan bahwa KUHAP telah dianut asas akusator,
yaitu tersangka dalam pemeriksaan dipandang sebagai subjek
berhadap-hadapan dengan lain pihak yang memeriksa atau mendakwa
yaitu kepolisian atau kejaksaan sedemikian rupa sehingga kedua
pihak mempunyai hak-hak yang sama nilainya (asas accusatoir).
Sedangkan menurut Andi Hamzah , asas-asas penting yang
terdapat dalam hukum acara pidana adalah sebagai berikut:
1. Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan,
2. Asas praduga tak bersalah (Presumption of Innocence). Sebelum ada
putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka
setiap orang tersangka/terdakwa wajib dianggap tidak bersalah,
3. Asas oportunitas, Penuntut umum tidak wajib menuntut seseorang
yang melakukan delik jika menurut pertimbangannya akan merugikan
kepentingan umum,

19
4. Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum, Terdapat
pengecualian, yaitu mengenai delik yang berhubungan dengan rahasia
militer atau yang menyangkut ketertiban umum (openbare orde),
5. Asas semua orang diperlakukan sama di depan hakim, Pengadilan
mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang,
6. Asas peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap,
Pengambilan keputusan salah tidaknya terdakwa dilakukan oleh
hakim karena jabatannya dan bersifat tetap. Untuk jabatan tersebut
diangkat hakim-hakim yang tetap oleh kepala negara,
7. Asas tersangka/terdakwa berhak mendapat bantuan hukum,
8. Asas akusator dan inkisitor (accusatoir dan inquisitoir), Kebebasan
memberi dan mendapatkan nasehat hukum menunjukkan bahwa
dengan KUHP telah dianut asas akusator.
9. Asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan.
Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara
langsung, artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi. Peraturan
yang menjadi dasar bagi pelaksana hukum acara pidana dalam
lingkungan peradilan umum sebelum berlakunya Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana ini adalah “ Reglemen Indonesia yang
diperbaharui (selanjutnya disebut RIB) atau yang dikenal dengan nama
Het Herziening Inladch Reglement “ (disebut HIR) Staatsblad tahun
1941 No. 44. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Drt tahun
1951, maka sebagai pedoman tentang acara perkara pidana sipil oleh
semua Pengadilan dan Kejaksaan Negeri dalam Wilayah Republik
Indonesia, kecuali atas beberapa perubahan dan tambahannya
Sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan dengan
tegas bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechstaat) bukan kekuasaan (machstaat). Hal ini berarti bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah Negara hukum yang
demokratis, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala Warga

20
Negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, serta
wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Oleh karena itu terhadap pembangunan serta pembaharuan
hukum perlu diadakan penyempurnaan perundang-undangan yang
kemudian kemungkinan ditingkatkan menjadi kodifikasi dan unifikasi
hukum dalam bidang tertentu dengan memperhatikan kesadaran hukum
yang sedang berkembang kearah modernisasi.Pembangunan yang
dilakukan terhadap hukum acara pidana bertujuan agar masyarakat dapat
menghayati hak dan kewajibannya dan agar dapat dicapai serta
ditingkatkan pembinaan sikap para penegak hukum sesuai dengan fungsi
dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum. Undang-
Undang tentang hukum acara pidana nasional wajib didasarkan pada
falsafah, pandangan hidup dan dasar negara yaitu Pancasila.
Pembaharuan Hukum Acara Pidana dimaksudkan pula sebagai upaya
untuk menghimpun ketentuan acara pidana yang saat itu masih terbagi
dalam undang-undang ke dalam satu undang-undang hukum acara
pidana nasional sesuai dengan tujuan kodifikasi dan unifikasi itu. Oleh
karena itu, dengan berbagai pertimbangan lahirlah Kitab Undang-
Undang Acara Pidana yang disingkat dengan KUHAP. Kitab undang-
undang ini memuat ketentuan tentang tata cara dari suatau proses pidana.
Ruang lingkup berlakunya undang-undang ini untuk melaksanakan tata
cara peradilan dalam lingkungan peradilan umum pada semua tingkat
peradilan (Pasal 2) KUHAP. Hukum acara pidana ini memuat peraturan
pelaksana tata cara peradilan ini dilaksanakan menurut peraturan dan
cara-cara yang ditentukan dalam hukum undang-undang hukum acara
pidana ini berisi ketentuan-ketentuan yang mengadili mereka yang telah
melanggar ketentuan-ketentuan dalam hukum pidana Indonesia.

21
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

1. Hukum adalah undang-undang yang dibuat dan ditegakkan melalui


lembaga sosial atau pemerintah untuk mengatur perilaku masyarakat.
Hukum yang ditegakkan oleh negara dapat dibuat oleh legislatif
kelompok atau oleh seorang legislator tunggal, yang menghasilkan
undang-undang; oleh eksekutif melalui keputusan dan peraturan; atau
ditetapkan oleh hakim melalui preseden.
2. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang
dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa
kontinental.Khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu
Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia
Belanda (Nederlandsch-Indie).
3. Ada dua jenis hukum berdasarkan bentuknya, hukum tertulis dan hukum
tidak tertulis .
4. KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah kitab undang-
undang hukum yang berlaku sebagai dasar hukum di Indonesia. KUHP
merupakan bagian hukum politik yang berlaku di Indonesia, dan terbagi
menjadi dua bagian: hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.
Semua hal yang berkaitan dengan hukum pidana materiil adalah tentang
tindak pidana, pelaku tindak pidana dan pidana (sanksi). Sedangkan,
hukum pidana formil adalah hukum yang mengatur tentang pelaksanaan
hukum pidana materiil.
5. Hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia berdasar pada peraturan
yang terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), yang berlaku sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 Tentang KUHAP.

22
Daftar pustaka

https://fahum.umsu.ac.id/penggolongan-hukum-di-indonesia/
https://www.situshukum.com/2020/07/sejarah-hukum-di-indonesia.html
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-hukum/
https://iusyusephukum.blogspot.com/2015/07/sistematika-hukum-pidana.html

23

Anda mungkin juga menyukai