Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MACAM-MACAM SISTEM HUKUM

Dosen Pembimbing :
Nurul Fithria, M.Ag.

Disusun Oleh :
Raheqal Juhasrah (220106090)
Iqbal Hanapiah (220106085)
Muhammad Djardjis (220106098)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PRODI ILMU HUKUM
TA.2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Banda Aceh, 2 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 2
A. SISTEM HUKUM NASIONAL .................................................................................................... 2
B. SISTEM HUKUM AGAMA ........................................................................................................ 5
C. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL................................................................................... 6
D. SISTEM HUKUM COMMON LAW ............................................................................................ 9
E. KLASIFIKASI DAN PEMBEDAAN HUKUM ............................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................................................. 15
PENUTUP......................................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam tulisan ini kami mencoba untuk membahas tentang lima sistem Hukum, yang
secara umum berlaku di Indonesia. Diantaranya adalah Sistem Hukum Nasional, Sistem
Hukum Agama, Sistem Hukum Eropa Kontinental, Sistem Hukum Commom Law, dan
Klasifikasi dan Pembedaan Hukum. Dengan mengetahui Sistem Hukum tersebut kita
sebagai masyarakat Hukum mampu untuk menguraikan Sistem Hukum di Indonesia
secara umum dan mengidentifikasi perbedaan diantara lima Sistem hukum tersebut.
Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian
atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat.
Dalam Sistem Hukum yang baik tidak boleh terjadi pertentangan-pertentangan atau
tumpang tindih diantara bagian-bagian yang ada. Jika pertentangan atau kontradiksi
tersebut terjadi, sistem itu sendiri yang menyelesaikan hingga tidak berlarut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sistem Hukum Nasional


2. Sistem hukum Agama
3. Sistem Hukum Eropa Kontinental
4. Sistem Hukum Common Law
5. Klasifikasi dan Pembedaan Hukum

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM HUKUM NASIONAL

Sistem hukum nasional adalah sistem hukum yang dicita-citakan. Di mana


sistem hukum tersebut akan berubah menjadi sistem hukum Indonesia jika sudah
berlaku. Kerangka sistem hukum nasional dibentuk dari kegiatan-kegiatan
pembangunan hukum yang mendukung dan menghasilkan berbagai unsur dari
sistem hukum nasional. 1
Kegiatan-kegiatan pembangunan tersebut, yaitu materi hukum, aparatur hukum,
sarana dan prasarana hukum, budaya hukum, dan pendidikan hukum.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, sistem hukum nasional secara umum memiliki tiga pokok unsur. Berikut
penjelasannya :

A. Materi Hukum
Materi hukum dalam sistem hukum nasional yaitu kaidah-kaidah yang ada di
peraturan perundang-undangan, baik tertulis atau tidak tertulis yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Hukum bersifat mengikat
masyarakat di dalamnya. Untuk memahami materi hukum di dalam sistem hukum
nasional terdapat tiga faktor yang berkaitan, yaitu :

 Penggolongan Hukum

Indonesia memiliki jenis hukum yang cukup beragam, di mana setiap


jenisnya memiliki substansi materi yang berbeda-beda. Penggolongan
hukum tersebut adalah:

a. Hukum berdasarkan bentuknya terbagi menjadi hukum tertulis, hukum


tidak tertulis, dan hukum peradilan.

1
Dalam buku Politik Hukum Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (2015) oleh Mirza Nasution

2
b. Hukum berdasarkan isi atau kepentingan yang diaturnya, seperti
hukum publik dan hukum privat.
c. Hukum berdasarkan kekuatan berlaku atau sifatnya.
d. Hukum berdasarkan tugas dan fungsinya, seperti hukum materiil dan
hukum formal.
e. Hukum berdasarkan tempat atau ruang lingkup berlakunya.
f. Hukum berdasarkan waktu berlakunya.
g. Hukum berdasarkan luas berlakunya, yaitu hukum umum dan hukum
khusus.
h. Hukum berdasarkan subyek yang diaturnya, seperti hukum satu
golongan, hukum semua golongan, dan hukum antar golongan.
i. Hukum berdasarkan hubungan yang diaturnya, yaitu hukum obyektif
dan hukum subyektif.
j. Hukum berdasarkan sumbernya.

 Sumber Hukum

Di mata ahli sejarah, sumber hukum adalah undang-undang atau dokumen


lain yang bernilai undang-undang. Bagi ahli sosiologi dan antropologi,
sumber hukum adalah masyarakat seluruhnya. Sedangkan menurut ahli
ekonomi, sumber hukum terdapat pada apa yang tampak di lapangan
penghidupan ekonomi. Pengertian tersebut juga berbeda bagi ahli agama, di
mana sumber hukum muncul dari kitab-kitab suci. 2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber hukum adalah segala


sesuatu berupa tulisan, dokumen, naskah, dan sebagainya yang digunakan
suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu.
Kesimpulannya dalam buku karya Darji, sumber hukum adalah segala hal
yang menimbulkan aturan-aturan yang memiliki kekuatan memaksa.

Sumber hukum kemudian terbagi menjadi dua, yaitu:

2
Berdasarkan buku Pokok-Pokok Filsafat Hukum (2006) karya Darji Darmodiharjo, pengertian sumber hukum
akan berbeda-beda bagi beberapa ahli.

3
a. Sumber hukum materiil, sumber atau tempat dari mana materi hukum
diambil.
b. Sumber hukum formal, sumber atau tempat asal suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum.

 Tata Hukum Indonesia

Tata hukum ini bertujuan mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan


tertib hukum bagi masyarakat suatu negara sehingga dapat dicapai
ketertiban di negara tersebut. Tata hukum Indonesia berpedoman pada UUD
1945, sehingga semua peraturan hukum dibuat oleh negara dan berlaku bagi
seluruh masyarakat Indonesia.

Berikut susunan tata hukum Indonesia berdasarkan hierarkinya:


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
c. Peraturan Pemerintah.
d. Peraturan Presiden.
e. Peraturan Daerah, di dalamnya Peraturan Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Desa.

B. Struktur Kelembagaan Hukum


Sistem atau mekanisme kelembagaan yang menopang pembentukan dan
penyelenggaraan hukum di Indonesia disebut sistem kelembagaan hukum.
Berikut strukturnya:
a. Lembaga peradilan: Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan
Komisi Yudisial.
b. Aparatur penyelenggara hukum: kepolisian, kejaksaan, dan
kehakiman.
c. Mekanisme-mekanisme penyelenggaraan hukum.
d. Sistem pengawasan pelaksanaan hukum.

C. Budaya Hukum

4
Budaya hukum ini menunjuk kesadaran hukum di tengah-tengah masyarakat.
Bagaimana konsep hukum yang dipikirkan masyarakat, namun juga dilakukan
oleh masyarakat terkait keberadaan hukum. Semakin tinggi kesadaran hukum
masyarakat, maka semakin tinggi dukungan terciptanya sistem hukum nasional
yang baik. Tingkat kesadaran masyarakat dapat dilihat dari tindakan
masyarakat. Bagaimana kepatuhan, tunduk, dan ketaatan pada hukum itu
sendiri. Selain itu juga dapat dilihat dari seberapa besar keterlibatan masyarakat
terhadap pembuatan kebijakan hukum.

B. SISTEM HUKUM AGAMA

Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama
tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam kitab suci.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang
berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi
yang berasal dari bahasa Latinreligio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada
agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain

5
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan
dengan cara menghambakan diri, yaitu :
a. Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin
berasal dari Tuhan.
b. Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari
Tuhan.

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu


penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran
yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

C. SISTEM HUKUM EROPA KONTINENTAL

Sistem hukum Eropa Kontinental berkembang di negara-negara Eropa daratan


dan sering disebut Civil Law. Semua aturan berasal dari kodifikasi hukum yang
berlaku di Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI
sebelum masehi. 3

Hukum Eropa Kontinental memiliki tiga karakteristik, yaitu:

1. Memiliki kodifikasi
Dasar sistem dari hukum ini adalah memperoleh kekuatan mengikat, karena
diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan
tersusun secara sistemastik di dalam kodifikasi. Kepastian hukum hanya bisa
diwujudkan jika tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan
peraturan hukum tertulis.
Hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan

3
Diambil dari buku Pengantar Hukum Indonesia (1997) karya Dedi Soemardi

6
peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu
perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja.

2. Hakim tidak terikat pada presiden


Pada karakteristik ini, hukum Eropa Kontinental tidak dapat dipisahkan dari
ajaran pemisahan kekuasaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis.
Pengorganisasian yang terjadi di Belanda adalah untuk pemisahan antara
kekuasaan pembuatan undang-undang, kekuasaan peradilan, dan sistem kasasi.4
Sehingga tidak adanya campur tangan atau campur urusan antara kekuasaan
satu dengan yang lainnya. Penganut sistem Eropa Kontinental memberi
keleluasaan yang besar bagi hakim untuk memutuskan perkara tanpa perlu
meneladani putusan-putusan hakim terdahulu. Hakim menggunakan aturan
yang dibuat oleh parlemen, yaitu undang-undang sebagai pegangan.

3. Sistem peradilan bersifat Inkuisitorial


Di dalam sistem ini, hakim memiliki peranan yang besar dalam mengarahkan
dan memutuskan perkara. Hakim aktif dalam menemukan fakta dan cermat
dalam menilai alat bukti.
Hakim di dalam sistem hukum Eropa Kontinental berusaha untuk mendapatkan
gambaran lengkap dari peristiwa yang dihadapi sejak awal.
Sistem ini mengandalkan profesionalisme dan kejujuran hakim. Negara-negara
penganut Hukum Eropa Kontinental menempatkan konstitusi pada urutan
tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Semua negara yang
menganut sistem tersebut memiliki konstitusi tertulis.
Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum,
yaitu:
a. Hukum privat mencakup peraturan hukum yang mengatur hubungan antara
individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya.
b. Hukum publik mencakup peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan
wewenang penguasa atau negara serta hubungan antara masyarakat dan
negara.

4
Dalam buku Mencari Keadilan: Pandangan Kritis Terhadap Penegakan Hukum di Indonesia (2007) karya
Jeremias Lemek

7
Positif dan negatif Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum ini memiliki sisi positif dan negatif, yaitu:

 Segi positif
Hampir semua aspek kehidupan masyarakat serta sengketa yang terjadi
telah diatur dalam undang-undang atau hukum tertulis. Sehingga kasus yang
terjadi dapat diselesaikan dengan mudah. Selain itu, adanya berbagai jenis
hukum tertulis akan lebih menjamin adanya kepastian hukum dalam proses
penyelesaiannya.
 Segi negatif
Tidak adanya undang-undang yang mengatur kasus-kasus yang timbul
sebagai akibat dari kemajuan zaman dan peradaban manusia. Sehingga
kasus tersebut tidak dapat diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada
suatu saat akan ketinggalan zaman karena sifat statisnya. Sistem ini
cenderung kaku karena tugas hakim hanya sekedar sebagai alat undang-
undang.

Sistem hukum Indonesia


Negara-negara penganut sistem hukum eropa kontinental antara lain negara
Perancis, Jerman, Belanda dan bekas jajahan Belanda seperti Indonesia
dan Jepang. Pada putusan pengadilan berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku menjadi keputusan pengadilan yang
bersifat fleksibel tergantung hakim yang memutuskan berdasarkan fakta
yang ada. Contohnya UUD 45, Tap MPR, UU atau Perpu, Peraturan
Pemerintah, Perpres, MA, dan lain-lain.
Tidak menganut sistem juri karena negara tersebut menganut paham bahwa
orang awam yang tidak tahu hukum tidak bisa ikut andil atau menentukan
nasib seseorang. Putusan hakim yang menentukan berdasarkan fakta sumber
dan saksi-saksi yang mendukung. Memiliki sistem perjanjian yang disebut
the receipt rule, yaitu perjanjian terbentuk ketika penerimaan terhadap suatu
penawaran sampai ke pemberi tawaran. Misalnya, seseorang membatalkan
suatu kontrak perjanjian dengan cara mengirimkan email atau surat fax ke

8
perusahaan tertentu, maka perjanjian pembatalan akan sah ketika surat
diterima oleh pemilik perusahaan. Hal-hal yang terdapat di Hukum Eropa
Kontinental juga dianut oleh sistem hukum Indonesia.

D. SISTEM HUKUM COMMON LAW

Common Law (Anglo Saxon) adalah sistem hukum yang berasal dari
Inggris dan berkembang di negara-negara jajahannya. Sistem hukum Common
Law mendasarkan pada putusan pengadilan sebagai sumber hukumnya.
Salah satu contoh negara yang menganut tradisi Common Law adalah
Singapura. Singapura juga memiliki undang-undang yang mengatur
ketenagakerjaan yaitu The Employment Act 1968.

Karakteristik dari Sistem Common Law


Ciri atau karakteristik dari sistem Common Law adalah :

1. Yurisprudensi sebagai sumber hukum utama


Ada 2 (dua) alasan mengapa yurisprudensi dianut dalam sistem Common
Law, yaitu:
A. Alasan Psikologis
Alasannya adalah karena setiap orang yang ditugasi untuk
menyelesaikan perkara, ia cenderung sedapat-dapatnya mencari alasan
pembenar atas putusannya dengan merujuk kepada putusan yang telah
ada sebelumnya dari pada memikul tanggung jawab atas putusan yang
dibuatnya sendiri.
B. Alasan praktis
Diharapkan adanya putusan yang seragam karena sering diungkapkan
bahwa hukum harus mempunyai kepastian dari pada menonjolkan
keadilan pada setiap kasus konkrit.

Selain itu menurut sistem Common Law, menempatkan undang-undang


sebagai acuan utama merupakan suatu perbuatan yang berbahaya karena
aturan undang-undang itu merupakan hasil karya kaum teoretisi yang

9
bukan tidak mungkin berbeda dengan kenyataan dan tidak sinkron
dengan kebutuhan. Lagi pula dengan berjalannya waktu, undang-
undang itu sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan yang ada, sehingga
memerlukan interpretasi pengadilan.

2. Dianutnya Doktrin Stare Decicis/Preseden


Doktrin ini secara substansial mengandung makna bahwa hakim terikat
untuk mengikuti dan/atau menerapkan putusan pengadilan terdahulu, baik
yang ia buat sendiri atau oleh pendahulunya untuk kasus serupa.
Meskipun dalam sistem Common Law dikatakan berlaku doktrin Stare
Decisis, akan tetapi bukan berarti tidak dimungkinkan adanya
penyimpangan oleh pengadilan, dengan melakukan distinguishing, asalkan
saja pengadilan dapat membuktikan bahwa fakta yang dihadapi berlainan
dengan fakta yang telah diputus oleh pengadilan terdahulu. Artinya, fakta
yang baru itu dinyatakan tidak serupa dengan fakta yang telah mempunyai
preseden.

3. Adversary System dalam Proses Peradilan


Dalam sistem Common Law ini, kedua belah pihak yang bersengketa
masing-masing menggunakan pengacaranya untuk berhadapan di depan
hakim. Para pihak masing-masing menyusun strategi sedemikian rupa dan
mengemukakan dalil-dalil dan alat-alat bukti sebanyak-banyaknya di
pengadilan. Jadi yang berperkara merupakan lawan antar satu

dengan yang lainnya yang dipimpin oleh pengacaranya masing-


masing.

E. KLASIFIKASI DAN PEMBEDAAN HUKUM

KLASIFIKASI HUKUM
Berdasarkan isi atau kajiannya, klasifikasi hukumnya dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yakni hukum publik dan hukum privat. Secara sederhana,

10
hukum publik mengatur interaksi antara warga dan negara serta kepentingan
umum.

PEMBEDAAN HUKUM
Hukum dapat dibedakan atas beberapa macam menurut cara membedakannya.
Yaitu menurut cara membedakannya, yaitu menurut sumbernya, menurut
isinya, menurut kekuatan mengikatnya, menurut dasar pemeliharaannya,
menurut keadaannya, menurut tempat berlakunya, bentuknya, penerapan dan
sebagainya.
1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum undang-undang ialah hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
b. Hukum kebiasaan dan hukum adat, ialah hukum yang terdapat dalam
kebiasaan dan adat istiadat.
c. Hukum traktat ialah hukum yang ditetapkan oleh dua atau beberapa
negara yang mengadakan perjanjian bilateral ataupun multilateral.
d. Hukum yurisprudensi, ialah hukum yang terbentuk karena putusan
pengadilan; dan
e. Hukum ilmu (doktrin) ialah hukum yang dibuat oleh ilmu hukum yaitu
hukum yang terdapat dalam pandangan ahli-ahli hukum yang terkenal
dan sangat berpengaruh.
2. Menurut isinya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum publik ialah hukum yang mengatur hubungan--hubungan
hukum yang menyangkut kepentingan umum. Misalnya hukum tata
negara, hukum tata pemerintahan, hukum acara, hukum perburuhan,
hukum pajak, hukum internasional, dan hukum pidana.
b. Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan--hubungan hukum
yang menyangkut kepentingan pribadi. Misalnya hukum perdata,
hukum dagang, Hukum perselisihan nasional (hukum antar-tata hukum),
hukum perdata internasional.
Antara hukum publik dan hukum privat sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan secara tegas satu sama lain, karena segala hubungan hukum
dalam masyarakat selalu dapat dikatakan termasuk hukum publik dan
hukum privat. Perbedaannya terletak pada titik berat kepentingan yang

11
diatur. Hukum publik titik beratnya mengatur kepentingan perorangan
(pribadi).
Namun Utrecht menganggap "hukum pidana" mempunyai kedudukan
istimewa, yang harus diberi tempat tersendiri di luar kelompok hukum
publik dan hukum privat. Utrecht melihat hukum pidana memberi suatu
sanksi istimewa baik atas pelanggaran hukum privat maupun atas
pelanggaran hukum publik. Hukum pidana melindungi kepentingan
yang diselenggarakan oleh peraturan-peraturan hukum privat maupun
peraturan-peraturan hukum publik. Hukum pidana melindungi kedua
macam kepentingan itu dengan membuat sanksi istimewa. Sanksi
istimewa ini perlu, kata Utrecht, oleh karena kadang-kadang perlu
diadakan tindakan pemerintah yang lebih keras.
3. Menurut kekuatan mengikatnya, hukum dapat dibedakan atas 2 macam
yaitu :
a. Hukum pelengkap (hukum fakultatif, annvullend recht) ialah peraturan
hukum yang boleh dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-orang
berkepentingan. Peraturan hukum mana hanya berlaku jika orang--orang
yang berkepentingan tidak mengatur sendiri kepentingannya.
b. Hukum memaksa (hukum imperatif, dwingend recht) ialah peraturan
hukum yang tidak boleh dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-
orang yang berkepentingan. Peraturan hukum mana mau atau pun tidak
mau harus ditaati oleh orang-orang yang berkepentingan.
4. Menurut dasar pemeliharaannya, hukum dapat dibedakan atas 2 macam
yaitu :
a. Hukum materiil ialah hukum yang mengatur isi daripada hubungan-
hubungan hukum (rechtsverhousing, rechtsbetreking) dalam
masyarakat. Hubungan-hubungan hukum dalam lapangan perdata diatur
oleh hukum perdata, dan hubungan-hubungan hukum dalam lapangan
hukum publik diatur oleh hukum publik.
b. Hukum formil ialah hukum yang mengatur tentang bagaimana caranya
mempertahankan atau menegakkaan hukum materiil. Hukum formil ini
bisa juga disebut hukum acara, yang terdiri atas hukum acara perdata,
hukum acara pidana dan hukum acara tata usaha negara.

12
Hukum materiil sering juga disebut "hukum substantif" sedangkan
hukum formil sering juga disebut "hukum ejektif".
5. Menurut wujudnya, hukum dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. Hukum objektif ialah segala macam hukum yang ada dalam suatu
negara yang berlaku umum. Hukum ini hanya menyebut peraturan
hukum saja yang mengatur hubungan-hubungan hukum.
b. Hukum subjektif ialah peraturan hukum (hukum objektif) yang
dihubungkan dengan seseorang tertentu dan dengan demikian
menimbulkan hak dan kewajiban. Hukum subjektif timbul jika hukum
objektif karena adanya hubungan umum. Hubungan hukum yang diatur
objektif menimbulkan "hak" pada satu pihak dan "kewajiban" pada
pihak lain. Namun pada umumnya hukum subjektif ini hanya disebut
"hak" saja tidak termasuk kewajiban, sehingga hanya bersifat sepihak.
6. Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum nasional yaitu hukum yang berlaku di wilayah satu negara saja.
b. Hukum internasional yaitu hukum yang berlaku di wilayah berbagai
negara.
7. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Ius constitutum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku dalam suatu
negara pada saat sekarang. Hukum yang berlaku sekarang ini di
Indonesia dinamakan ius constitutum atau juga sering disebut "tata
hukum" Indonesia.
b. His constituendum ialah hukum yang diharapkan atau dicita-citakan
berlaku pada waktu yang akan datang. lus constituendum masih belum
menjadi norma dalam bentuk formil (undang-undang atau bentuk
lainnya).
8. Menurut bentuknya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum tertulis (geschreven recht) ialah hukum sebagaimana tercantum
dalam peraturan perundang--undangan.
b. Hukum tak tertulis (ongeschreven recht) ialah hukum yang hidup dalam
masyarakat, meskipun tidak tertulis tetapi ditaati dalam pergaulan
hukum di masyarakat. Mengenai hukum tak tertulis ini, ada
kemungkinan hukum tersebut betul tak tertulis, clan ada pula hukum tak
tertulis yang tercatat (artinya, mungkin dicatat oleh pemimpin-

13
pemimpin formal clan informal, atau oleh sarjana atas dasar
penelitiannya).
Undang – undang darurat no. 12 tahun 60 dilarang menyimpan dan
membawa senjata tajam, namun dalam hukum adat di atur boleh
menggunakan senjata tajam asalkan tidak dipergunakan untuk
kejahatan. Artinya, selain hukum positif ( hukum tertulis), hukum adat
juga tidak boleh dikesampingkan.

9. Menurut penerapannya, hukum dapat dibedakan atas :


a. Hukum in abstracto ialah semua peraturan hukum yang berlaku pada
suatu negara yang belum diterapkan terhadap sesuatu kasus oleh
pengadilan.
b. Hukum in concreto ialah peraturan hukum yang berlaku pada suatu
negara yang telah diterapkan oleh pengadilan terhadap sesuatu kasus
yang terjadi dalam masyarakat.
Hukum in abstracto berlaku umum sedangkan hukum in 'c oncreto hanya
berlaku terhadap pihak-pihak yang berperkara saja. hukum in abstracto
termuat dalam peraturan perundang-undangan serta bentuk-bentuk
formil lainnya, sedangkan hukum in concreto termuat dalam putusan
pengadilan.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian hukum yang melibatkan berbagai alat
kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat di dalamnya, mulai dari hukum itu
dibuat, diterapkan dan dipertahankan. Adapun penggolongan hukum berdasarkan wujud,
berdasarkan wilayah, berdasarkan waktu, berdasarkan pribadi yang diaturnya, isi masalah,
tugas dan fungsi yang diaturnya.
Hukum dibuat untuk dipatuhi oleh semua masyarakat sedangkan kondisi sistem hukum di
Indonesia saat ini sedang memprihatinkan. Sebagian besar masyarakat kita sudah tidak
mematuhi aturan yang berlaku. Banyak sekali kasus-kasus pelanggaran yang terjadi contoh
kecilnya seperti menerobos lampu merah, tidak memakai seatbelt, dan pelanggaran korupsi
yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah.
Untuk mencapai ketenteraman dan ketertiban dalam masyarakat dibutuhkan sikap masyarakat
yang sadar hukum. Selain masyarakat pemerintah pun juga harus sadar hukum. Maka
tercapailah ketenteraman dan ketertiban itu. Untuk mengantisipasi berbagai pelanggaran
hukum yang terjadi maka di Indonesia telah ada berbagai macam Pengadilan. Dari yang
mengadili masyarakat sampai dengan pemerintah dan para pejabat.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/01/150113269/unsur-unsur-sistem-
hukum-nasional?page=all
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/01/150113269/unsur-unsur-sistem-
hukum-nasional?page=all
https://www.dictio.id/t/sistem-hukum-agama/42296
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/27/161655069/apa-itu-sistem-hukum-
eropa-kontinental?page=all
https://business-law.binus.ac.id/2017/10/25/civil-law-dan-common-law-haruskah-
didiikotomikan/#:~:text=Common%20Law%20(Anglo%20Saxon)%20adalah,putusan
%20pengadilan%20sebagai%20sumber%20hukumnya

16

Anda mungkin juga menyukai