Dosen Pembimbing :
Nurul Fithria, M.Ag.
Disusun Oleh :
Raheqal Juhasrah (220106090)
Iqbal Hanapiah (220106085)
Muhammad Djardjis (220106098)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam tulisan ini kami mencoba untuk membahas tentang lima sistem Hukum, yang
secara umum berlaku di Indonesia. Diantaranya adalah Sistem Hukum Nasional, Sistem
Hukum Agama, Sistem Hukum Eropa Kontinental, Sistem Hukum Commom Law, dan
Klasifikasi dan Pembedaan Hukum. Dengan mengetahui Sistem Hukum tersebut kita
sebagai masyarakat Hukum mampu untuk menguraikan Sistem Hukum di Indonesia
secara umum dan mengidentifikasi perbedaan diantara lima Sistem hukum tersebut.
Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian
atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan secara erat.
Dalam Sistem Hukum yang baik tidak boleh terjadi pertentangan-pertentangan atau
tumpang tindih diantara bagian-bagian yang ada. Jika pertentangan atau kontradiksi
tersebut terjadi, sistem itu sendiri yang menyelesaikan hingga tidak berlarut.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Materi Hukum
Materi hukum dalam sistem hukum nasional yaitu kaidah-kaidah yang ada di
peraturan perundang-undangan, baik tertulis atau tidak tertulis yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Hukum bersifat mengikat
masyarakat di dalamnya. Untuk memahami materi hukum di dalam sistem hukum
nasional terdapat tiga faktor yang berkaitan, yaitu :
Penggolongan Hukum
1
Dalam buku Politik Hukum Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia (2015) oleh Mirza Nasution
2
b. Hukum berdasarkan isi atau kepentingan yang diaturnya, seperti
hukum publik dan hukum privat.
c. Hukum berdasarkan kekuatan berlaku atau sifatnya.
d. Hukum berdasarkan tugas dan fungsinya, seperti hukum materiil dan
hukum formal.
e. Hukum berdasarkan tempat atau ruang lingkup berlakunya.
f. Hukum berdasarkan waktu berlakunya.
g. Hukum berdasarkan luas berlakunya, yaitu hukum umum dan hukum
khusus.
h. Hukum berdasarkan subyek yang diaturnya, seperti hukum satu
golongan, hukum semua golongan, dan hukum antar golongan.
i. Hukum berdasarkan hubungan yang diaturnya, yaitu hukum obyektif
dan hukum subyektif.
j. Hukum berdasarkan sumbernya.
Sumber Hukum
2
Berdasarkan buku Pokok-Pokok Filsafat Hukum (2006) karya Darji Darmodiharjo, pengertian sumber hukum
akan berbeda-beda bagi beberapa ahli.
3
a. Sumber hukum materiil, sumber atau tempat dari mana materi hukum
diambil.
b. Sumber hukum formal, sumber atau tempat asal suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum.
C. Budaya Hukum
4
Budaya hukum ini menunjuk kesadaran hukum di tengah-tengah masyarakat.
Bagaimana konsep hukum yang dipikirkan masyarakat, namun juga dilakukan
oleh masyarakat terkait keberadaan hukum. Semakin tinggi kesadaran hukum
masyarakat, maka semakin tinggi dukungan terciptanya sistem hukum nasional
yang baik. Tingkat kesadaran masyarakat dapat dilihat dari tindakan
masyarakat. Bagaimana kepatuhan, tunduk, dan ketaatan pada hukum itu
sendiri. Selain itu juga dapat dilihat dari seberapa besar keterlibatan masyarakat
terhadap pembuatan kebijakan hukum.
Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama
tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam kitab suci.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang
berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi
yang berasal dari bahasa Latinreligio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada
agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
5
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan
dengan cara menghambakan diri, yaitu :
a. Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin
berasal dari Tuhan.
b. Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari
Tuhan.
1. Memiliki kodifikasi
Dasar sistem dari hukum ini adalah memperoleh kekuatan mengikat, karena
diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan
tersusun secara sistemastik di dalam kodifikasi. Kepastian hukum hanya bisa
diwujudkan jika tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan
peraturan hukum tertulis.
Hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan
mengikat umum. Hakim hanya berfungsi menetapkan dan menafsirkan
3
Diambil dari buku Pengantar Hukum Indonesia (1997) karya Dedi Soemardi
6
peraturan dalam batas-batas wewenangnya. Putusan seorang hakim dalam suatu
perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja.
4
Dalam buku Mencari Keadilan: Pandangan Kritis Terhadap Penegakan Hukum di Indonesia (2007) karya
Jeremias Lemek
7
Positif dan negatif Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum ini memiliki sisi positif dan negatif, yaitu:
Segi positif
Hampir semua aspek kehidupan masyarakat serta sengketa yang terjadi
telah diatur dalam undang-undang atau hukum tertulis. Sehingga kasus yang
terjadi dapat diselesaikan dengan mudah. Selain itu, adanya berbagai jenis
hukum tertulis akan lebih menjamin adanya kepastian hukum dalam proses
penyelesaiannya.
Segi negatif
Tidak adanya undang-undang yang mengatur kasus-kasus yang timbul
sebagai akibat dari kemajuan zaman dan peradaban manusia. Sehingga
kasus tersebut tidak dapat diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada
suatu saat akan ketinggalan zaman karena sifat statisnya. Sistem ini
cenderung kaku karena tugas hakim hanya sekedar sebagai alat undang-
undang.
8
perusahaan tertentu, maka perjanjian pembatalan akan sah ketika surat
diterima oleh pemilik perusahaan. Hal-hal yang terdapat di Hukum Eropa
Kontinental juga dianut oleh sistem hukum Indonesia.
Common Law (Anglo Saxon) adalah sistem hukum yang berasal dari
Inggris dan berkembang di negara-negara jajahannya. Sistem hukum Common
Law mendasarkan pada putusan pengadilan sebagai sumber hukumnya.
Salah satu contoh negara yang menganut tradisi Common Law adalah
Singapura. Singapura juga memiliki undang-undang yang mengatur
ketenagakerjaan yaitu The Employment Act 1968.
9
bukan tidak mungkin berbeda dengan kenyataan dan tidak sinkron
dengan kebutuhan. Lagi pula dengan berjalannya waktu, undang-
undang itu sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan yang ada, sehingga
memerlukan interpretasi pengadilan.
KLASIFIKASI HUKUM
Berdasarkan isi atau kajiannya, klasifikasi hukumnya dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yakni hukum publik dan hukum privat. Secara sederhana,
10
hukum publik mengatur interaksi antara warga dan negara serta kepentingan
umum.
PEMBEDAAN HUKUM
Hukum dapat dibedakan atas beberapa macam menurut cara membedakannya.
Yaitu menurut cara membedakannya, yaitu menurut sumbernya, menurut
isinya, menurut kekuatan mengikatnya, menurut dasar pemeliharaannya,
menurut keadaannya, menurut tempat berlakunya, bentuknya, penerapan dan
sebagainya.
1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum undang-undang ialah hukum yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
b. Hukum kebiasaan dan hukum adat, ialah hukum yang terdapat dalam
kebiasaan dan adat istiadat.
c. Hukum traktat ialah hukum yang ditetapkan oleh dua atau beberapa
negara yang mengadakan perjanjian bilateral ataupun multilateral.
d. Hukum yurisprudensi, ialah hukum yang terbentuk karena putusan
pengadilan; dan
e. Hukum ilmu (doktrin) ialah hukum yang dibuat oleh ilmu hukum yaitu
hukum yang terdapat dalam pandangan ahli-ahli hukum yang terkenal
dan sangat berpengaruh.
2. Menurut isinya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum publik ialah hukum yang mengatur hubungan--hubungan
hukum yang menyangkut kepentingan umum. Misalnya hukum tata
negara, hukum tata pemerintahan, hukum acara, hukum perburuhan,
hukum pajak, hukum internasional, dan hukum pidana.
b. Hukum privat ialah hukum yang mengatur hubungan--hubungan hukum
yang menyangkut kepentingan pribadi. Misalnya hukum perdata,
hukum dagang, Hukum perselisihan nasional (hukum antar-tata hukum),
hukum perdata internasional.
Antara hukum publik dan hukum privat sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan secara tegas satu sama lain, karena segala hubungan hukum
dalam masyarakat selalu dapat dikatakan termasuk hukum publik dan
hukum privat. Perbedaannya terletak pada titik berat kepentingan yang
11
diatur. Hukum publik titik beratnya mengatur kepentingan perorangan
(pribadi).
Namun Utrecht menganggap "hukum pidana" mempunyai kedudukan
istimewa, yang harus diberi tempat tersendiri di luar kelompok hukum
publik dan hukum privat. Utrecht melihat hukum pidana memberi suatu
sanksi istimewa baik atas pelanggaran hukum privat maupun atas
pelanggaran hukum publik. Hukum pidana melindungi kepentingan
yang diselenggarakan oleh peraturan-peraturan hukum privat maupun
peraturan-peraturan hukum publik. Hukum pidana melindungi kedua
macam kepentingan itu dengan membuat sanksi istimewa. Sanksi
istimewa ini perlu, kata Utrecht, oleh karena kadang-kadang perlu
diadakan tindakan pemerintah yang lebih keras.
3. Menurut kekuatan mengikatnya, hukum dapat dibedakan atas 2 macam
yaitu :
a. Hukum pelengkap (hukum fakultatif, annvullend recht) ialah peraturan
hukum yang boleh dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-orang
berkepentingan. Peraturan hukum mana hanya berlaku jika orang--orang
yang berkepentingan tidak mengatur sendiri kepentingannya.
b. Hukum memaksa (hukum imperatif, dwingend recht) ialah peraturan
hukum yang tidak boleh dikesampingkan atau disimpangi oleh orang-
orang yang berkepentingan. Peraturan hukum mana mau atau pun tidak
mau harus ditaati oleh orang-orang yang berkepentingan.
4. Menurut dasar pemeliharaannya, hukum dapat dibedakan atas 2 macam
yaitu :
a. Hukum materiil ialah hukum yang mengatur isi daripada hubungan-
hubungan hukum (rechtsverhousing, rechtsbetreking) dalam
masyarakat. Hubungan-hubungan hukum dalam lapangan perdata diatur
oleh hukum perdata, dan hubungan-hubungan hukum dalam lapangan
hukum publik diatur oleh hukum publik.
b. Hukum formil ialah hukum yang mengatur tentang bagaimana caranya
mempertahankan atau menegakkaan hukum materiil. Hukum formil ini
bisa juga disebut hukum acara, yang terdiri atas hukum acara perdata,
hukum acara pidana dan hukum acara tata usaha negara.
12
Hukum materiil sering juga disebut "hukum substantif" sedangkan
hukum formil sering juga disebut "hukum ejektif".
5. Menurut wujudnya, hukum dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. Hukum objektif ialah segala macam hukum yang ada dalam suatu
negara yang berlaku umum. Hukum ini hanya menyebut peraturan
hukum saja yang mengatur hubungan-hubungan hukum.
b. Hukum subjektif ialah peraturan hukum (hukum objektif) yang
dihubungkan dengan seseorang tertentu dan dengan demikian
menimbulkan hak dan kewajiban. Hukum subjektif timbul jika hukum
objektif karena adanya hubungan umum. Hubungan hukum yang diatur
objektif menimbulkan "hak" pada satu pihak dan "kewajiban" pada
pihak lain. Namun pada umumnya hukum subjektif ini hanya disebut
"hak" saja tidak termasuk kewajiban, sehingga hanya bersifat sepihak.
6. Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum nasional yaitu hukum yang berlaku di wilayah satu negara saja.
b. Hukum internasional yaitu hukum yang berlaku di wilayah berbagai
negara.
7. Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Ius constitutum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku dalam suatu
negara pada saat sekarang. Hukum yang berlaku sekarang ini di
Indonesia dinamakan ius constitutum atau juga sering disebut "tata
hukum" Indonesia.
b. His constituendum ialah hukum yang diharapkan atau dicita-citakan
berlaku pada waktu yang akan datang. lus constituendum masih belum
menjadi norma dalam bentuk formil (undang-undang atau bentuk
lainnya).
8. Menurut bentuknya, hukum dapat dibedakan atas :
a. Hukum tertulis (geschreven recht) ialah hukum sebagaimana tercantum
dalam peraturan perundang--undangan.
b. Hukum tak tertulis (ongeschreven recht) ialah hukum yang hidup dalam
masyarakat, meskipun tidak tertulis tetapi ditaati dalam pergaulan
hukum di masyarakat. Mengenai hukum tak tertulis ini, ada
kemungkinan hukum tersebut betul tak tertulis, clan ada pula hukum tak
tertulis yang tercatat (artinya, mungkin dicatat oleh pemimpin-
13
pemimpin formal clan informal, atau oleh sarjana atas dasar
penelitiannya).
Undang – undang darurat no. 12 tahun 60 dilarang menyimpan dan
membawa senjata tajam, namun dalam hukum adat di atur boleh
menggunakan senjata tajam asalkan tidak dipergunakan untuk
kejahatan. Artinya, selain hukum positif ( hukum tertulis), hukum adat
juga tidak boleh dikesampingkan.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem hukum merupakan suatu proses atau rangkaian hukum yang melibatkan berbagai alat
kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat di dalamnya, mulai dari hukum itu
dibuat, diterapkan dan dipertahankan. Adapun penggolongan hukum berdasarkan wujud,
berdasarkan wilayah, berdasarkan waktu, berdasarkan pribadi yang diaturnya, isi masalah,
tugas dan fungsi yang diaturnya.
Hukum dibuat untuk dipatuhi oleh semua masyarakat sedangkan kondisi sistem hukum di
Indonesia saat ini sedang memprihatinkan. Sebagian besar masyarakat kita sudah tidak
mematuhi aturan yang berlaku. Banyak sekali kasus-kasus pelanggaran yang terjadi contoh
kecilnya seperti menerobos lampu merah, tidak memakai seatbelt, dan pelanggaran korupsi
yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah.
Untuk mencapai ketenteraman dan ketertiban dalam masyarakat dibutuhkan sikap masyarakat
yang sadar hukum. Selain masyarakat pemerintah pun juga harus sadar hukum. Maka
tercapailah ketenteraman dan ketertiban itu. Untuk mengantisipasi berbagai pelanggaran
hukum yang terjadi maka di Indonesia telah ada berbagai macam Pengadilan. Dari yang
mengadili masyarakat sampai dengan pemerintah dan para pejabat.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/01/150113269/unsur-unsur-sistem-
hukum-nasional?page=all
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/01/150113269/unsur-unsur-sistem-
hukum-nasional?page=all
https://www.dictio.id/t/sistem-hukum-agama/42296
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/27/161655069/apa-itu-sistem-hukum-
eropa-kontinental?page=all
https://business-law.binus.ac.id/2017/10/25/civil-law-dan-common-law-haruskah-
didiikotomikan/#:~:text=Common%20Law%20(Anglo%20Saxon)%20adalah,putusan
%20pengadilan%20sebagai%20sumber%20hukumnya
16