Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM HUKUM ADAT INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : H. AHMAD DJAFRI S.E, S.H, M.H

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


PENGANTAR ILMU HUKUM

Di Susun Oleh:
Aldi Pratama Anshory (191010201055)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya kencana No.1 pamulang Telp (021)412566, Fax.(021)7412566
Tangerang selatan – Banten
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “Sistem Hukum Adat Indonesia
dalam mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia.

Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman


pembaca terhadap Sistem Hukum Adat di Indonesia. Pemahaman tersebut dapat dipahami
melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah
ini.

Makalah Sistem Hukum Adat Indonesia ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang
sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah
ini, diharapkan kita dapat memahami mengenai sistem hukum adat Indonesia.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen mata kuliah Pengantar Hukum
Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun makalah Sistem
Hukum Adat Indonesia dalam mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan masukan
sangat kami harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini.

Makassar, 30 November 2014

PENULIS
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………..


Kata Pengantar ……………………………………………..i
Daftar Isi ……………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………...1
B.Rumusan Masalah……………………..2
C.Tujuan Makalah………………………...2

BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Hukum Adat.......................3-4
B.ukum Adat Dan Hukum Barat..............5-6
C.Sistem Hukum Adat.............................6-9

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan.........................................10-11
B.Saran....................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami Hukum Adat dimulai dari pengetian dan istilah hukum adat itu sendiri,
menurut Snouck Hurgronje Adat Recht atau Hukum Adat adalah adat-adat yang mempunyai
akibat hukum, atau dengan kata lain disebut dengan hukum adat jika adat tersebut memepunyai
akibat hukum. Diantara manfaat mempelajari hukum adat adalah untuk memahami budaya
hukum Indonesia, dengan ini kita akan lebih mengetahui hukum adat yang mana yang tidak lagi
sesuai dengan perkembangan zaman dan hukum adat mana yang dapat mendekati keseragaman
yang berlaku sebagai hukum nasional.
Lebih jauh membahas tentang Hukum Adat, suatu adat dikatakan sebagai hukum adat
atau seingkatnya yang merupakan karakteristik hukum adat adalah hukum yang umumnya tidak
ditulis, peraturan-peraturan yang ada kebanyakan merupakan petuah yang memuat asas
perikehidupan dalam bermasyarakat serta kepatuhan seseorang terhadap hukum adat akan lebih
didasarkan pada rasa harga diri setiap anggota masyarakat.
B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan permasalahan yang akan
dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah, sebagai berikut :

1. Apa yang pengertian sistem hukum adat ?

2. Apa Perbedaan sistem hukum adat dan hukum barat ?

3. Apa saja bagian hukum adat ?

C.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sistem hukum adat.

2. Untuk memahami mengenai perbedaan sistem hukum adat dan hukum barat.

3. Untuk mengidentifikasi bagian dari hukum adat.


A.PENGERTIAN HUKUM ADAT

Secara bahasa hukum adat terbagi dari dua kata yakni hukum dan adat. Hukum adalah
kumpulan aturan atau norma yang apabila dilanggar akan dikenai sanksi, dan yang membuat
hukum adalah orang yang memiliki kewenangan atasnya. Sedangkan kata adat, menurut Prof.
Amura, istilah ini berasal dari bahasa Sansekerta karena menurutnya istilah ini telah
dipergunakan oleh orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Menurutnya adat
berasal dari dua kata, a dan dato. A berarti tidak dan dato berarti sesuatu yang bersifat
kebendaan.
Dan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat adalah aturan (perbuatan dsb) yg
lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Karena istilah Adat yang telah diserap kedalam
Bahasa Indonesia menjadi kebiasaan maka istilah hukum adat dapat disamakan dengan hukum
kebiasaan.
Beberapa definisi hukum adat yang dikemukakan para ahli hukum, antara lain
sebagai berikut:
1. Prof. Van Vallenhoven, yang pertama kali menyebut hukum adat memberikan definisi hukum
adat sebagai : “ Himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang pribumi dan timur
asing pada satu pihak yang mempunyai sanksi (karena bersifat hukum) dan pada pihak lain
berada dalam keadaan tidak dikodifikasikan (karena adat). Abdulrahman , SH menegaskan
rumusan Van Vallenhoven dimaksud memang cocok untuk mendeskripsikan apa yang
dinamakan Adat Recht pada jaman tersebut bukan untuk Hukum Adat pada masa kini.

2. Prof. Soepomo, merumuskan Hukum Adat: Hukum adat adalah synomim dari hukum yang tidak
tertulis di dalam peraturan legislative (statuary law), hukum yang hidup sebagai konvensi di
badan-badan hukum Negara (Parlemen, Dewan Propinsi dan sebagainya), hukum yang hidup
sebagai peraturan kebiasaan yang dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik di kota maupun
di desa-desa.

3. Prof. Soekanto, merumuskan hukum adat: Komplek adat adat inilah yang kebanyakan tidak
dikitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan mempunyai sanksi (dari itu hukum), jadi
mempunyai akibat hukum, komplek ini disebut Hukum Adat.
4. Prof. Soeripto: Hukum adat adalah semua aturan-aturan/ peraturan-peraturan adat tingkah laku
yang bersifat hukum di segala kehidupan orang Indonesia, yang pada umumnya tidak tertulis
yang oleh masyarakat dianggap patut dan mengikat para anggota masyarakat, yang bersifat
hukum oleh karena ada kesadaran keadilan umum, bahwa aturan-aturan/ peraturan itu harus
dipertahankan oleh petugas hukum dan petugas masyarakat dengan upaya paksa atau ancaman
hukuman (sanksi).
6. Suroyo Wignjodipuro: Hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber dari
perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan tingkat laku manusia
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagian besar tidak tertulis, karena mempunyai
akibat hukum (sanksi).
7. Seminar Hukum Adat dan pembinaan Hukum Nasional: Hukum adat diartikan sebagai Hukum
Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan Republik Indonesia, yang
disana sini mengandung unsur agama.
8. Sudjito Sastrodiharjo menegaskan: Ilmu hukum bukan hanya mempelajari apa yang disebut das
sollen, tetapi pertama kali harus mengingat das sein. Hukum adat merupakan species dari hukum
tidak tertulis, yang merupakan genusnya.

Jadi Hukum Adat merupakan seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang
berlaku di suatu wilayah. Misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti
hukum adat. Hukum adat juga berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya dari
zaman ke zaman, namun proses dalam perkembangan itu berbeda-beda. Ada yang cepat dan ada
pula yang lambat sesuai dengan perkembangan masyarakat tertentu.
B. PERBEDAAN HUKUM ADAT DAN HUKUM BARAT
Sistem hukum adat bersendi atas dasar alam pikiran bangsa Indonesia yang sudah
pasti berlainan dengan pemikiran yang menguasai hukum Barat. Dan untuk dapat memahami
serta sadar akan hukum adat, orang harus memahami dasar-dasar pemikiran yang hidup di dalam
masyarakat Indonesia.
Hukum adat memiliki corak-corak sebagai berikut:
1. Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat, artinya manusia menurut hukum adat
merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat, rasa kebersamaan ini meliputi
seluruh lapangan hukum adat.
2. Mempunyai corak religio-magis yang berhubungan dengan pandangan hidup alam Indonesia.
3. Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit, artinya hukum adat sangat
memperhatikan banyaknya dan berulang-ulangnya perhubungan hidup yang konkrit.
4. Hukum adat mempunyai sifat yang visual, artinya perhubungan hukum dianggap hanya terjadi,
oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat.

Antara sistem hukum adat dan sistem hukum Barat terdapat beberapa perbedaan yang
fundamental, seperti:
1. Hukum Barat mengenal “zakelijke rechten” dan “persoonlijke rechten”. “Zakelijke rechten”
adalah hak atas benda yang bersifat “zakelijk”, artinya berlaku terhadap tiap orang, jadi
merupakan hak mutlak/absolut. “Persoonlijke rechten” adalah hak atas sesuatu objek yang hanya
berlaku terhadap sesuatu orang lain tertentu, jadi merupakan hak relatif. Hukum adat tidak
mengenal pembagian hak dalam dua golongan seperti di atas. Hak-hak menurut sistem hukum
adat perlindungannya ada di tangan hakim.
2. hukum Barat mengenal perbedaan antara hukum publik dan hukum privat. Hukum adat tidak
mengenal perbedaan ini. Perbedaan-perbedaan fundamental dalam sistem ini, pada hakikatnya
disebabkan karena corak serta sifat yang berlainan antara hukum adat dan hukum Barat dan
pandangan hidup yang mendukung kedua macam hukum itu juga jauh berlainan.
3. Aliran dunia Barat bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis intelektualistis. Aliran Timur,
khususnya Indonesia bersifat kosmis, tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia gaib;
dunia manusia berhubungan erat dengan segala hidup di dalam alam ini.
4. Pelanggaran-pelanggaran hukum menurut sistem hukum barat, dibagi-bagi dalam golongan
peanggaran yang bersifat pidana dan harus diperiksa oleh hakim pidana atau (strafrechter), dan
pelanggaran-pelanggaran yang hanya mempunyai akibat dalam lingkup perdata, maka
pelanggaran-pelanggaran itu harus diadili oleh hakim perdata.

C.SISTEM HUKUM ADAT


Menurut Prof. Dr. R. Soepomo, S.H dalam bukunya Bab-bab Tentang Hukum Adat
dituliskan sistem hukum adat antara lain Bahasa hukum, Pepatah adat, dan Penyelidikan Hukum
Adat. Berikut akan dijelaskan mengenai hal tersebut.
A. Bahasa Hukum
Maksud dari Bahasa hukum adalah kata-kata yang dipakai terus-menerus untuk
menyebut dengan konsekuen suatu perbuatan atau keadaan, lambat laun menjadi istilah yang
mempunyai isi yang tertentu. Bagi hukum adat di Indonesia, pembinaan bahasa hukum adalah
soal yang minta perhatian khusus kepada para ahli hukum Indonesia.
Bahasa hukum lahir dan tumbuh setapak demi setapak. Kata-kata yang terus-menerus
dipakai dengan konsekuen untuk menyebut suatu perbuatan atau keadaan, lambat laun menjadi
istilah yang memiliki isi dan makna tertentu.
Hukum Barat telah memiliki istilah-istilah hukum teknis yang dibina berabad-abad
oleh para ahli hukum, para hakim dan oleh pembentuk undang-undang. Hukum adat, pembinaan
bahasa hukum ini justru masih merupakan suatu masalah yang sangat meminta perhatian khusus
pada para ahli hukum Indonesia. Baik Van Vollenhoven dan Ter Haar, mengemukakan dengan
jelas betapa pentingnya soal bahasa-hukum adat bagi pelajaran serta pengertian sistem hukum
adat dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum adat selanjutnya.
Bahasa hukum adalah bukan sesuatu yang dapat diciptakan dalam satu dua hari saja,
tetapi harus melalui suatu proses yang cukup lama. Bahasa rakyat yang bersangkutanlah
merupakan bahasa yang pertama-tama yang sanggup melukiskan perasaan rakyat dimaksud
secara tepat.
Dan oleh karena itulah pada zaman kolonial Belanda dahulu terjemahan istilah-istilah
hukum adat dalam bahasa Belanda yang pada zaman itu orang menganggap seolah-olah isi serta
artinya sudah lama, sesungguhnya merupakan suatu kesalahan, sebab istilah-istilah dalam bahasa
asing dimaksud ternyata tidak dapat melukiskan makna yang terkandung dalam istilah-istilah
bahasa aslinya. Sebagai Contoh: Pada zaman Hindia-Belanda, istilah yang digunakan untuk
menyebut kata jual dan sewa dengan Bahasa Belanda yaitu dengan istilah varkopen dan huren,
seolah-olah arti istilah varkopen dan huren sama dengan arti jual dan sewa dalam istilah hukum
adat.
Dalam ilmu hukum adat sendiri istilah jual berarti mengenai pengoperan hak
(overdracht) dari seseorang kepada orang lain. Ada tiga jenis pengoperan yang juga
menggunakan istilah jual, dan dalam pengoperan tersebut berlaku dengan pembayaran kontan
dari pihak pembeli. Lain halnya dengan istilah verkopen, yang dimaksud dengan verkopen adalah
sistem hukum barat tentang suatu perbuatan hukum yang bersifat obligatoir, artinya verkoper
berjanji dan wajib mengoperkan barang yang di verkoop kepada pembeli dengan tidak
dipersoalkan apakah harga barang itu dibayar kontan atau tidak.
Dari apa yang telah dijelaskan diatas, maka kata jual sebagai istilah hukum adat
tidaklah sama artinya dengan kata verkopen sebagai istilah hukum barat. Dalam sistem hukum
adat, pembelian barang dengan tidak membayar kontan bukanlah termasuk perbuatan jual,
melainkan temasuk dalam golongan hutang piutang.
Dalam sistem hukum adat, segala perbuatan dan keadaan yang bersifat sama disebut
dengan istilah yang sama pula. Misalnya istilah gantungan dipakai untuk menyebut segala
keadaan yang belum bersifat tetap.

B. Pepatah Adat
Di berbagai lingkaran hukum adat terdapat pula pepatah adat yang sangat berguna
sebagai petunjuk tentang adanya sesuatu peraturan hukum adat. Berikut cnntoh pepatah dari
daerah Batak:
“Molo metmet binanga, na metmet do dengke”
“Molo gadang binanga, gadang dengke”
Dalam bahasa Indonesia:
“Jika (anak) sungai kecil, maka ikannya juga kecil,
“Jika (anak) sungai besar, maka ikannya juga besar”
Perumpamaan ini mengandung dasar hukum, bahwa upah bagi mereka yang
menyelesaikan sesuatu soal hukum harus seimbang dengan pentingnya soal tersebut.
Dari daerah Minangkabau:
“Sakali aye gadang, sakali tapian beranja,
“Sakali raja ba(r) ganti, sakali adat berobah”
Dalam bahasa Indonesia :
“Apabila air meluap, tempat pemandian bergeser.
“Apabila ada penggantian raja, maka adat akan bergati juga”
Pepatah ini mengandung pengertian, bahwa adat tidak statis melainkan berubah
menurut perubahan yang berlaku dengan penggantian kepala adat.
Prof. Snouck Hurgronje menegaskan bahwa pepatah adat tidak boleh dianggap
sebagai sumber atau dasar hukum adat. Pepatah adat harus diberi interpretasi yang tepat agar
terang maknanya. Pepatah adat memang baik untuk diketahui dan disebut, akan tetapi pepatah itu
tidak boleh dipandang sebagai pasal-pasal kitab undang-undang pepatah adat tidak memuat
peraturan hukum positif.
Vergouwen menulis bahwa pepatah adat tidak mempunyai sifat normatif seperti
pasal undang-undang. Pepatah itu hanya mengandung aliran hukum dalam bentuk yang
menyolok saja. Ter Haar berkata bahwa pepatah adat bukan merupakan sumber hukum adat,
melainkan mencerminkan dasar hukum yang tidak tegas. Prof. Soepomo menegaskan bahwa
pepatah adat memberi lukisan tentang adanya aliran hukum yang tertentu.

C. Penyelidikan Hukum Adat


Berlakunya sesuatu peraturan hukum adat tampak dalam putusan (penetapan)
petugas hukum, misalnya putusan kumpulan desa, putusan kepala adat dan sebagainya. Yang
dimaksud dengan putusan atau penetapan itu ialah perbuatan atau penolakan perbuatan (non-
action) dari pihak petugas hukum dengan tujuan memelihara atau untuk menegakkan hukum.
Maka dari itu penyelidikan hukum adat haruslah ditujukan kepada Research tentang
putusan-putusan petugas hukum, selain itu kita juga harus menyelidiki kenyataan sosial (social
reality), yang merupakan dasar bagi para petugas hukum untuk menentukan putusan-putusannya.
Cara atau metode penyelidikan setempat adalah mendekati para pejabat desa, orang-
orang tua, para cerdik pandai, rang-orang terkemuka di daerah yang bersangkutan, dan
sebagainya. Persoalan yang akan ditanyakan harus hanya fakta-fakta, hanya kejadian-kejadian
yang telah dialami atau diketahui sendiri oleh mereka.
Perlu kita ketahui bahwa dalam penyelidikan hukum adat yang menentukan bukan
banyaknya jumlah perbuatan yang terjadi, meskipun jumlah itu adalah penting sebagai petunjuk
bahwa perbuatan itu adalah dirasakan sebagai hal yang diharuskan oleh masyarakat. akan tetapi
yang penting adalah suatu perbuatan itu benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai hal yang
memeng sudah seharusnya. Maka dari itulah kita sudah dapat menarik kesimpulan adanya norma
hukum.
maka agar memperoleh bahan-bahan yang tepat serta berharga tentang hukum adat
perhatian harus diarahkan kepada berikut ini:
a. Research tentang putusan-putusan petugas hukum ditempat yang bersangkutan.
b. Sikap penduduk dalam hidupnya sehari-hari terhadap hal-hal yang sedang disoroti dan
diinginkan mendapat keterangan dengan melakukan field research itu.
Untuk mendapatkan hasil penyelidikan sebagaimana mestinya, kenyataan sosial yang
merupakan dasar bagi para petugas hukum untuk menentukan putusan-putusannya, wajib pula
diindahkan serta dipahami. Cara melakukan Field Research wajib menemui para pejabat desa,
orang-orang tua, orang terkemuka, serta menanyakan fakta-fakta yang telah dialami atau
diketahui sendiri oleh mereka itu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukum Adat merupakan seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku
di suatu wilayah. Misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum
adat. Hukum adat juga berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakatnya dari zaman ke
zaman, namun proses dalam perkembangan itu berbeda-beda. Ada yang cepat dan ada pula yang
lambat sesuai dengan perkembangan masyarakat tertentu.
Kemudian ada perbedaan yang fundamentall antara sistem hukum adat dan sistem
hukum Barat, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hukum Barat mengenal “zakelijke rechten” dan “persoonlijke rechten”. “Zakelijke rechten”
adalah hak atas benda yang bersifat “zakelijk”, artinya berlaku terhadap tiap orang, jadi
merupakan hak mutlak/absolut. “Persoonlijke rechten” adalah hak atas sesuatu objek yang
hanya berlaku terhadap sesuatu orang lain tertentu, jadi merupakan hak relatif. Hukum adat tidak
mengenal pembagian hak dalam dua golongan seperti di atas. Hak-hak menurut sistem hukum
adat perlindungannya ada di tangan hakim.
b. hukum Barat mengenal perbedaan antara hukum publik dan hukum privat. Hukum adat tidak
mengenal perbedaan ini. Perbedaan-perbedaan fundamental dalam sistem ini, pada hakikatnya
disebabkan karena corak serta sifat yang berlainan antara hukum adat dan hukum Barat dan
pandangan hidup yang mendukung kedua macam hukum itu juga jauh berlainan.
c. Aliran dunia Barat bersifat liberalistis dan bercorak rasionalistis intelektualistis. Aliran Timur,
khususnya Indonesia bersifat kosmis, tidak ada pembatasan antara dunia lahir dan dunia gaib;
dunia manusia berhubungan erat dengan segala hidup di dalam alam ini.
Pelanggaran-pelanggaran hukum menurut sistem hukum barat, dibagi-bagi dalam
golongan peanggaran yang bersifat pidana dan harus diperiksa oleh hakim pidana atau
(strafrechter), dan pelanggaran-pelanggaran yang hanya mempunyai akibat dalam lingkup
perdata, maka pelanggaran-pelanggaran itu harus diadili oleh hakim perdata.
Menurut Prof. Dr. R. Soepomo, S.H dalam bukunya Bab-bab Tentang Hukum Adat
dituliskan sistem hukum adat antara lain Bahasa hukum, Pepatah adat, dan Penyelidikan Hukum
Adat. Berikut akan dijelaskan mengenai hal tersebut.
Bahasa hukum merupakan kata-kata yang dipakai terus-menerus untuk menyebut
dengan konsekuen suatu perbuatan atau keadaan, lambat laun menjadi istilah yang mempunyai
isi yang tertentu. Pembinaan bahasa hukum di Indonesia memerlukan perhatian lebih, khususnya
bagi hukum adat. Istilah hukum adat yang digunakan di Indonesia sangatlah berbeda dengan
istilah hukum barat, meskipun Belanda telah lama menjajah Negara Indonesia.
Pepatah adat adalah berguna sebagai petunjuk tentang adanya suatu peraturan hukum
adat. Akan tetapi pepatah hukum adat tidak dapat dijadikan sebgai sumber atau sebagai dasar
hukum adat, sebab pepatah adat masih memerlukan keterangan, harus diberi interpretasi yan
tepat, supaya terang maknanya.
Untuk melakukan suatu penyelidikan hukum adat di daerah, supaya diperhatikan
mengenai cara atau metodenya. Adapun cara atau metode penyelidikan tersebut adalah
mendekati para pejabat desa, orang-orang tua, para cerdik pandai, rang-orang terkemuka di
daerah yang bersangkutan, dan sebagainya. Persoalan yang akan ditanyakan harus hanya fakta-
fakta, hanya kejadian-kejadian yang telah dialami atau diketahui sendiri oleh mereka.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan dari hasil makalah ini adalah:
Pemerintah dan seluruh masyarakat hukum adat seyogyanya saling bahu-membahu untuk
mempertahankan dan melestarikan hukum adat. Karena hukum adat merupakan aturan yang
hidup dari nilai-nilai yang baik dan luhur, sehingga keberadaannya di Indonesia patut
diperjuangkan. Selain itu, hukum adat merupakan hukum yang sudah ada, dan merupakan aturan
asli yang berasal dari komunitas masyarakat hukum adat Indonesia, jadi hukum adat adalah
hukum asli Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Adat_di_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia

http://www.gunungmaskab.go.id/informasi/ucapan-dirgahayu-ke-8-kab-gunung-mas-dari-pemprov-

kalteng.html

http://tata-hkm.blogspot.com/2010/07/hukum-adat-sebagai-segi-aspek.html diakses pada 24 April 2012

Anda mungkin juga menyukai