Anda di halaman 1dari 17

PENEGAKAN HUKUM

Makalah Ini Dibuat Untuk Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu: Indra Rahmatullah, SH.I., M.H

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK V

o FATHUR RAHMAN (11230490000019)


o SABILUN ASHSHIDIQI (11230490000020)
o MAYA NUR RAHMA (11230490000030)
o MUHAMMAD DAFA (11230490000032)
o RENATA ANJANI (11230490000036)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023

I
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang


telah memberikan pemakalah kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolonga-Nya mungkin pemakalah tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curah kepada baginda tercinta kita
yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Salam.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Penegakan
Hukum”, yang pemakalah sajikan berdasarkan dari berbagai sumber buku maupun
internet. Makalah ini disusun oleh pemakalah dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari penyususn maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini membahas mengenai penegrtian penegakan hukum. Walaupun


makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga mememiliki detail
yang cukup jelas bagi permbaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Indra Rahmatullah, SH.I.,
M.H. Selaku dosen pengampu ekonomi mikro syariah yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada penulis guna menyelesaikan makalah ini serta membimbing
penulis dalam pembuatan makalah ini. Walaupun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Terima kasih.

Ciputat, 5 November 2023

Pemakala

II
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 2

BAB II Pembahasan .......................................................................................... 3

A. Pengertian Penegakan Hukum ....................................................... 3


B. Fungsi Dari Penegakan Hukum...................................................... 5
C. Aparatur Penegak Hukum .............................................................. 6
D. Faktor Yang Memengaruhi Penegakan Hukum ............................. 7

BAB III Penutup ................................................................................................ 13

A. Kesimpulan .................................................................................... 13

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 14

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bahwa


negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah
negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan. Konsep negara hukum bisa diidealkan bahwa yang harus menjadi
panglima dalam seluruh dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan
politik maupun ekonomi.1 Penegakan sebagai simbol dari hukum harus lebih
aktif dalam mewujudkan cita-cita dari sebuah negara hukum. Di tengah carut
marutnya bangsa ini, persolan penegakan hukum menjadi perhatian utama yang
mau tidak mau harus menjadi prioritas perbaikan.

Penegakan hukum ditujukan guna meningkatkan ketertiban dan kepastian


hukum dalam masyarakat. Hal ini dilakukan antara laindengan menertibkan
fungsi, tugas dan wewenang lembaga-lembaga yang bertugas menegakkan
hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-masing, serta didasarkan atas
sistem kerjasama yang baik dan mendukung tujuan yang hendak dicapai.

Tingkat perkembangan masyarakat tempat hukum diberlakukan


mempengaruhi pola penegakan hukum, karena dalam masyarakat modern yang
bersifat rasional dan memiliki tingkat spesialisasi dan differensiasi yang tinggi
penggorganisasian penegak hukumnya juga semakin kompleks dan sangat
birokratis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penegakan hukum?

2. Apa fungsi dari penegakan hukum?

3. Apakah yang dimaksud dengan aparatur penegak hukum?

1
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer, 2007, hlm 297.

1
4. Apa faktor yang memengarui penegakan hukum?

C. Tujuan

Tujuan dalam pembahasan ini adalah interprestasi terhadap rumusan


permasalahan ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian penegakan hukum?

2. Untuk mengetahui fungsi dari penegakan hukum?

3. Untuk mengetahui yang dengan aparatur penegak hukum?

4. Untuk mengetahui faktor yang memengarui penegakan hukum?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penegakan Hukum

Bahasa Indonesia mengenal dengan beberapa istilah di luar penegakan


hukum, seperti “penerapan hukum”. Tetapi tampaknya istilah penegakan hukum
adalah yang paling sering digunakan, dengan demikian pada waktu-waktu
mendatang istilah tersebut akan makin mapan atau merupakan istilah yang
dijadikan (coined). Dalam bahasa asing kita juga mengenal berbagai
peristilahan, seperti: rechtstoeapassing, rechtshandhhaving (Belanda); law
enfocement, application (Amerika).2

Menurut Jimly Asshiddiqie penegakan hukum adalah proses


dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.3 Ditinjau dari
sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas
dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti
yang terbatas atau sempit.

Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek
hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan
normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia
menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi
subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur
penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu
aturan hukum berjalan
sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu apabila

2
Laurensius Arliman S, Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat, Yogyakarta: Deepublish, 2015,
hlm. 34.
3
Laurensius Arliman. Mewujudkan Penegakan Hukum yang Baik di Negara Hukum Indonesia. Dialogia
Iuridica, Vol. 11 No. 1, 2019, hal. 10.
3
diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan
daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya,
yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna
yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula
nilai- nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun
nilai- nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Satjipto Rahardjo yang melihat bahwa penegakan hukum pada
hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak. Jadi
menurutnya penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide
tersebut menjadi kenyataan.4 Begitu pula Soerjono Soekanto, yang mengatakan
bahwa “penegakan hukum” terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-
nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai-nilai tahap akhir ahli, untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.5

Sedangkan dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut


penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan
perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan
perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah
‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit.

Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan


nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggeris
sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule of just
law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ versus istilah ‘the rule by
law’ yang berarti ‘the rule of man by law’. Dalam istilah ‘the rule of law’
terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang
formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di
dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the rule of just law’. Dalam istilah ‘the
rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada

4
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru, Bandung, Tanpa
Tahun, hlm. 15.
5
Soerjono Soekanto, Putusan-putusan yang Mempengaruhi Tegaknya Hukum, BPHN, 1983, hlm. 3.

4
hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum,
bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law’ yang dimaksudkan
sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai
alat kekuasaan belaka.6

Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan


penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk
menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti
materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum,
baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur
penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang
untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

B. Fungsi Dari Penegakan Hukum

1. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat

Manusia dalam masyarakat, hukum menunjukkan mana yang baik


dan mana yang tidak. Hukum juga membatasi apa yang harus diperbuat dan
mana yang tidak boleh, sehingga segala sesuatunya dapat berjalan tertib dan
teratur. Kesemuanya ini dimungkinkan karena hukum mempunyai sifat dan
watak yang mengatur tingkah laku manusia serta mempunyai ciri
memerintah dan melarang. Begitu pula hukum dapat memaksa agar hukum
itu ditaati anggota masyarakat. Sebagai contoh dapat dikemukakan orang
yang menonton bioskop sama-sama mengerti apa yang harusdilakukan
seperti beli karcis harus antri, mau masuk antri, bila pertunjukan selesai
para penonton keluar
lewat pintu keluar yang sudah ditentukan. Kesemuanya berjalan tertib dan

6
Jimly melihat bahwa pengakan hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukumserta melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau
penyimpangan hukumataupun melallui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya
(alternative desputes or conflicts resolution). Jimly Asshiddiiqie, 2008, Menuju Negara Hukum Yang
Demokratis, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, hlm. 62.

5
teratur, karena semua sama-sama mengerti dan menaati peraturan- peraturan
yang telah ditentukan.

2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin

Karena hukum mempunyai ciri, sifat, dan daya pengikat, maka


hukum dapat memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah
dan siapa yang benar. Hukum dapat menghukum siapa yang salah, hukum
dapat memaksa peraturan ditaati dansiapa yang melanggar diberi sanksi
hukuman. Contohnya, siapa yang berhutang harus membayar adalah
perwujudan daripada keadilan.

3. Sebagai penggerak pembangunan

Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan untuk


menggerakkan pembangunan. disini, hukum dijadikan alat untuk membawa
masyarakat ke arah yang lebih maju. Dalam hal tersebut sering timbul kritik,
bahwa hukum hanya melaksanakan dan mendesak masyarakat sedangkan
aparatur otoritas lepas dari kontrol hukum. Sebagai timbangan dapat dilihat
dari fungsi kritis daripada hukum.

C. Aparatur Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi


penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit,
aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai
dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir
pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak
yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan
pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian,
penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali
(resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga


elemen penting yang mempengaruhi, yaitu: (i) institusi penegak hukum beserta
berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja

6
kelembagaannya; (ii) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk
mengenai kesejahteraan aparatnya, dan (iii) perangkat peraturan yang
mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum
yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum acaranya.
Upaya penegakan hukum secara sistemik haruslah memperhatikan ketiga aspek
itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri
secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, menurut


Soerjono Soekanto antara lain:7

1. Faktor Hukum

Masalah-masalah yang terjadi atau gangguan terhadap penegakan hukum


yang berasal dari undang-undang mungkin disebabkan karena:

a. Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang,

b. Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk


menerapkan undang-undang,

c. Ketidak jelasan arti kata-kata di dalam undang-undang yang


mengakibatkan kesimpangsiuran di dalam penafsiran serta penerapannya.

2. Faktor Penegak Hukum

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat,


yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai
dengan aspirasi masyarakat. Mereka harus dapat berkomunikasi dan
mendapatkan pengertian dari golongan sasaran, di samping mampu
membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka.
Kecuali dari itu, maka golongan panutan harus dapat memanfaatkan unsur-
unsur pola tradisional
tertentu, sehingga menggairahkan partisipasi dari golongan sasaran atau

7
Soerjono Soekanto, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, hlm.5.
7
masyarakat luas. Golongan panutan juga harus dapat memilih waktu dan
lingkungan yang tepat di dalam memperkenalkan norma-norma atau kaidah-
kaidah hukum yang baru, serta memberikan keteladanan yang baik.

Halangan-halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan yang


seharusnya dari golongan panutan atau pengak hukum, mungkin berasal dari
dirinya sendiri atau dari lingkungan. Halangan-halangan yang memerlukan
penanggulangan tersebut, adalah:

a. Keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak


lain dengan siapa dia berinteraksi,

b. Tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi,

c. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan,


sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi,

d. Belum adanya kemampuan untuk menunda pemuasan suatu kebutuhan


tertentu, terutama kebutuhan materiel,

e. Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan


konservatisme.

Halangan-halangan tersebut dapat diatasi dengan cara mendidik,


melatih, dan membiasakan diri untuk mempunyai sikap-sikap, sebagai
berikut:

a. Sikap yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman maupun


penemuan-penemuan baru. Artinya, sebanyak mungkin menghilangkan
prasangka terhadap hal-hal yang baru atau yang erasal dari luar, sebelum
dicoba manfaatnya.

b. Senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan setelah menilai


kekurangan-kekurangan yang ada pada saat itu,

c. Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya dengan


dilandasi suatu kesadaran bahwa persoalan-persoalan tersebut berkaitan
dengan dirinya.

8
d. Senantiasa mempunyai informasi yang selengkap mungkin mengenai
pendiriannya,

e. Orientasi ke masa kini dan masa depan yang sebenarnya merupakan


suatu urutan,

f. Menyadari akan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya, dan percaya


bahwa potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan,

g. Berpegang pada suatu perencanaan dan tidak pasrah pada nasib (yang
buruk),

h. Percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam


meningkatkan kesejahteraan umat manusia,

i. Menyadari dan menghormati hak, kewajiban maupun kehormatan diri


sendiri maupun pihak-pihak lain,

j. Berpegang teguh pada keputusan-keputusan yang diambil atas dasar


penalaran dan perhitungan yang mantap.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin


penegakan hukum akan berlangsung dengan lancer. Sarana atau fasilitas
tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang
cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil
penegakan hukum akan mencapai tujuannya.

Oleh karena itu, untuk masalah sarana atau fasilitas, sebaiknya


dianuti jalan pikiran sebagai berikut:

a. Yang tidak ada – diadakan yang baru betul,

b. Yang rusak atau salah – diperbaiki atau dibetulkan,

c. Yang kurang – ditambah,

d. Yang macet –dilancarkan,

e. Yang mundur atau merosot – dimajukan atau ditingkatkan.

9
4. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk


mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari
sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum
tersebut.

Apabila warga masyarakat sudah mengetahui hak dan kewajiban


mereka, maka mereka juga akan mengetahui aktivitas-aktivitas penggunaan
upaya-upaya hukum untuk melindungi, memenuhi dan mengembangkan
kebutuhan-kebutuhan mereka dengan aturan yang ada. Hal itu semua
biasanya dinamakan kompetensi hukum yang tidak mungkin ada apabila
warga masyarakat:

a. Tidak mengetahui atau tidak menyadari, apabila hak-hak mereka


dilanggar atau terganggu,

b. Tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi


kepentingan-kepentingannya.

c. Tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-


faktor keuangan, psikis, sosial atau politik,

d. Tidak mempunyai pengalaman menjadi anggota organisasi yang


memperjuangkan kepentingan-kepentingannya,

e. Mempunyai pengalaman-pengalaman kurang baik di dalam proses


interaksi dengan pelbagai unsur kalangan hukum formal.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang


mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai/mana merupakan konsepsi-
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan
apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, lazimnya
merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim
yang harus diserasikan.

10
Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto terdapat
pasangan nilai yang berperan dalam hukum yaitu:

a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman,

b. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/keahlakan,

c. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme.

Nilai ketertiban biasanya disebut dengan keterikatan atau disiplin,


sedangkan nilai ketentraman merupakan suatu kebebasan. Secara psikologis
keadaan tentram ada bila seorang tidak merasa khawatir, tidak merasa
diancam dari luar dan tidak terjadi konflik bathiniah. Di Indonesia terdapat
berbagai macam kebudayaan yang mendasari hukum adat yang berlaku.
Hukum adat tersebut merupakan hukum kebiasaan yang berlaku di kalangan
rakyat terbanyak. Di samping itu, berlaku pula hukum tertulis (perundang-
undangan) yang timbul dari golongan tertentu dalam masyarakat yang
mempunyai kekuasaan dan wewenang resmi. Hukum perundang-undangan
tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari
hukum adat supaya hukum perundang-undangan dapat berlaku secara efektif.

Pasangan nilai-nilai kebendaan dan keakhlakan juga merupakan


pasangan nilai yang bersifat universal. Akan tetapi di dalam kenyataan pada
masing-masing masyarakat timbul perbedaan-perbedaan karena pelbagai
macam pengaruh. Pengaruh dari kegiatan-kegiatan modernisasi di bidang
materiil, misalnya, tidak mustahil menempatkan nilai kebendaan pada posisi
yang lebih tinggi daripada nilai keakhlakan sehingga akan timbul suatu
keadaan yang tidak serasi. Hal ini akan mengakibatkan bahwa pelbagai
aspek proses hukum akan mendapat penilaian dari segi kebendaan belaka.14

Pasangan nilai konservatisme dan nilai inovatisme senantiasa


berperan di dalam perkembangan hukum, oleh karena di satu pihak ada yang
menyatakan bahwa hukum hanya mengikuti perubahan yang terjadi dan
bertujuan untuk mempertahankan “status quo”. Di lain pihak ada anggapan-
anggapan yang kuat pula, bahwa hukum juga dapat berfungsi sebagai sarana
untuk mengadakan perubahan dan menciptakan hal-hal yang baru.
Keserasian antara kedua nilai tersebut akan menempatkan hukum pada
kedudukan dan
11
peranan yang semestinya, oleh karena “law must be stable and yet it can not
stand still. Hence all thinking about law has struggled to reconcile the
conflicting demands of the need of stability and of the need of change”.15
(Terjemahan bebas: hukum harus stabil, namun tidak bisa diam. Oleh karena
itu semua pemikiran tentang hukum telah berjuang untuk mendamaikan
tuntutan yang bertentangan akan kebutuhan stabilitas dan kebutuhan
perubahan).

Kelima faktor tersebut di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh


karena merupakan esensi dari penegakan hukum, serta juga merupakan tolok
ukur daripada efektivitas penegakan hukum.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penegakan hukum merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan


hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang
luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para
subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang
resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin
berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Fungsi dari penegakan hukum itu diantaranya
sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat, sebagai sarana untuk
mewujudkan keadilan sosial lahir batin, dan juga sebagai penggerekan
pembangunan.
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi
penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit,
aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai
dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir
pemasyarakatan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut
Soerjono Soekanto antara lain:
1) Faktor hukum
2) Faktor penegak hukum
3) Faktor sarana atau fasilitas
4) Faktor masyarakat
5) Faktor kebudayaan

13
DAFTAR PUSTAKA

Arliman, L. (2019). Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Di Negara Hukum


Indonesia. Dialogia Iuridicia: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, 11(1), 1-20.

Asshiddiqie, J. (2008). Menuju negara hukum yang demokratis. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan, Mahkamah Konsititusi.

Sadi, Muhammad. (2017). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta. Kencana

Setiadi, W. (2018). Penegakan Hukum: Kontribusinya bagi Pendidikan Hukum dalam


Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Majalah Hukum Nasional, 48(2),
1-22.

Soekanto, S. (1983). Putusan-putusan yang Mempengaruhi Tegaknya Hukum.

Soekanto, Soerjono. (2012). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum.Jakarta: Rajawali Pers.

14

Anda mungkin juga menyukai