Napitupulu, SH, MH
Penerbit :
PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
PANCASILA dan UUD 1945
Alamat Penerbit :
Perpustakaan Universitas Methodist Indonesia
Jalang Hang Tuah No. 8 Medan, 20162
email : perpustakaanmethodist.umi@gmail.com
i
KATA SAMBUTAN
ii
PANCASILA
3. PERSATUAN INDONESIA
PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
INDONESIA
iii
iv
DAFTAR ISI
Hal.
Cover ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................... ii
Kata Sambutan ....................................................................................... iii
Pancasila .................................................................................................. iv
Gambar Burung Garuda ...................................................................... v
Daftar Isi................................................................................................... vi
v
Bab III : Pancasila sebagai Way of Life bangsa Indonesia,
ancaman terhadap Pancasila .......................................... 16
vii
Bab IX : Pancasila sebagai filsafat yang religious dan guna
filsafat Pancasila bagi bangsa Indonesia ..................... 41
viii
Bab XII: Memahami dan menjelaskan latar belakang
lahirnya reformasi dan dasar pemikiran dan tujuan
perubahan Undang-Undang Dasar 1945 ..................... 56
ix
x
BAB I
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
1
menjalankan dengan setia kelima pantangan itu, begitu pula
upacara-upacara Ibadan dan penobatan-penobatan.”
Bila kita lihat keterangan-keterangan ini dan
memperhatikannya sungguh-sungguh, memang benar kata
Panqaqila itu terdapat di dalam kitab Nagara kretagama dan dalam
agama Budha. Tetapi isi dan maksud Pancasila yang akan kita
bahas disini sama sekali tidak ada hubungannya dengan
Panqaqila tadi. Menurut penyelidikan seorang ahli bahasa dan
sejarah Prof.Moh. Yamin,SH bahwa LIMA DASAR KESUSILAAN ini
sesuai dengan kehidupan bangsa Indonesia.
Kemudian pada tanggal 29 April 1945 dibentuklah BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdakaan
Indonesia) yang diketuai Dr. Rajiman Wedyodiningrat dengan
anggota-anggotanya antara lain Prof.Dr.Supomo dan Ir.Sukarno
untuk merumuskan syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi
sebagai negara yang merdeka.
Kemudian pada tanggal 29 Mei 1945 s.d 1 Juni 1945 BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdakaan
Indonesia) mengadakan Sidang I (Pertama). Akhir dari sidang
tersebut Ir.Sukarno mengusulkan dalam pidatonya tanggal 1 Juni
1945 supaya Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
merdeka.
Usulan in ternyata diterima dan dibahas oleh anggota-anggota
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdakaan
Indonesia) dan sekaligus diterima baik bahwa tanggal 1 Juni 1945
merupakan hari lahirnya istilah PANCASILA.
Usulan yang dikemukakan Ir.Sukarno sebagai dasar Negara
Republik Indonesia merdeka yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme / Perikemanusiaan
3. Mufakat – Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
2
5. KeTuhanan yang berkebudayaan
Setelah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdakaan Indonesia) menyelesaikan tugasnya kemudian pada
tanggal 9 Agustus 1945 badan ini diganti menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang terdiri dari 9 orang yang
diketuai Ir.Sukarno dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakilnya.
Setelah Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, maka PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18
Agustus 1945 mengambil suatu keputusan antara lain :
1. Menetapkan dan mensyahkan Pembukaan UUD 1945 yang
memuat Pancasila di dalamnya.
2. Menetapkan dan mensyahkan UUD 1945.
3. Memilih Ir. Sukarno menjadi Presiden dan Drs.Moh.Hatta
menjadi wakilnya.
Undang-Undang Dasar 1945 yang ditetapkan PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 18 Agustus 1945
antara lain meliputi :
1. 4 Alinea pembukaan
2. 16 Bab dan 37 Pasal Batang Tubuh
3. 4 Pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan
4. Penjelasan pasal demi pasal
3
A. Dalam Pidato 1 Juni 1945
Sila I : Kebangsaan Indonesia
Sila II : Internasionalisme – Perikemanusiaan
Sila III : Mufakat-Demokrasi
Sila IV : Kesejahteraan Sosial
Sila V : KeTuhanan Yang Berkebudayaan
4
Sila I : KeTuhanan Yang Maha Esa
Sila II : Perikemanusiaan
Sila III : Kebangsaan
Sila IV : Kerakyatan
Sila V : Keadilan sosial
5
Isi DEKRIT 5 Juli 1959 yaitu :
1. Bubarkan Konstituante (Badan Pembentuk Undang-Undang
Dasar).
2. Kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945.
3. Tidak berlakunya lagi Undang-undang Dasar Sementara
1950.
4. Akan dibentuknya dalam waktu singkat Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara.
Menurut dokumen sejarah bahwa rumusan dan tata
urutan Pancasila selalu berlain-lainan, oleh sebab itu pemerintah
mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12 tahun 1968
tertanggal 13 April 1968 supaya perumusan dan tata urutan
Pancasila itu dilaksanakan secara murni dan konsekuwen.
Bagaimanakah sejarah Sila I menjadi KeTuhanan Yang
Maha Esa ?
Sebelum kebudayaan Hindu berpengaruh orang Indonesia
telah mengenal pengakuan dan pemujaan kepada sesuatu
kekuatan yang mengatasi manusia dalam segala aspeknya yang
bukan sekedar animisme. Hal ini dapat kita telusuri misalnya di
Kalimantan mengenal sebutan TUH, di Jawa orang mengenal
sebutan HYANG PARING GESANG dan di Tapanuli / orang Batak
mengenal OMPU DEBATA atau OMPU MULA JADI NABOLON
sebagai inti sari kepercayaan terhadap kekuatan yang dapat
mengatasi kekuatan manusia, yang kemudian menjadi TUHAN.
6
penelitian sejarah kebudayaan Hindu dapat dengan mudah
masuk ke Indonesia justru karena adanya sikap terbuka dari
orang-orang Indonesia.
Contoh Candi Borobudur dapat berdiri karena bangsa
Indonesia adalah bangsa yang beradab dan mau bergaul dengan
bangsa lain.
7
COMMUNAL warga masyarakat bergotong royong untuk
terwujudnya kesejahteraan/keadilan bagi para warganya.
Menurut VON SAVIGNY inilah volkgeist (jiwa rakyat
bangsa Indonesia)
8
Fungsi/guna/manfaat pandangan hidup (filsafat hidup) suatu
bangsa ialah :
1. Supaya bangsa itu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke
arah mana tujuan yang ingin dicapai.
2. Memiliki pegangan dan pedoman yang jelas bagi pemecahan
masalah yang dihadapi.
3. Supaya bangsa itu memiliki pedoman untuk membangun
dirinya.
9
Pancasila mulai dilupakan. Selain itu, kondisi saat ini nilai-nilai
kemanusiaan mulai diabaikan.
Kurang dipahami rasa persatuan dan kesatuan bangsa, kerap
menimbulkan konfilk SARA, ethnonasionalisme sempit yang
menjurus kegerahan separatism.
Sementara, toleransi antara umat beragama mengalami
degradasi, kemiskinan, ketidakadilan, fanatisme agama yang
sempit menjadi lahan tumbuhnya faham radikalisme dan
liberalisme. Kondisi ini menunjukkan bahwa Pancasila berada di
antara pusaran radikalisme dan liberalism.
Langkah-langkah yang konkrit yang diambil supaya Pancasila
tidak “TERJEPIT” oleh paham radikalisme dan liberalism adalah :
1. Jangan melupakan sejarah (JAS MERAH). Pentingnya sejarah
dipelajari karena didalamnya terkandung nilai-nilai teladan dan
moral yang tidak ternilai (ingat pendiri Negara kita Indonesia
dari semua kelompok dan golongan BPUPKI tanggal 29 April
1945.
2. Diperlukan langkah nyata dan sistimatis dengan mengaktuali
sasikan nilai-nilai Pancasila melalui lembaga pendidikan dan
penyuluhan yang membentuk watak dan karakter bangsa.
10
3. Upaya operasional : dilakukan bahwa Pancasila itu dijadikan
mata pelajaran pokok mulai SD s.d Perguruan Tinggi, supaya
terbentuk watak dan karakter bangsa.
11
BAB II
PANCASILA DAN ETIKA KEDOKTERAN
PANCASILA DAN NASIONALISME
12
Di dalam ideology bangsa Indonesia itu ada terdapat cita-cita
bangsa Indonesia di dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat
yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
13
Kebijakan pelayanan kesehatan harus berpihak kepada
pasien sesuai dengan etika kedokteran.
Sila I s.d Sila V intinya melindungi bangsa Indonesia, mulai
kebebasan beragama, hingga keadilan pelayanan kesehatan.
Bidang kedokteran adalah bidang yang mulia yang dipenuhi
dengan perikemanusiaan. Perikemanusiaan itu perlu dipegang
teguh, jangan sampai disusupi dengan ROH BISNIS. Ini
bertentangan dengan Pancasila dan etika kedokteran.
Yang salah sekali, kalau kebijakan Rumah Sakit misalnya
berpihak kepada dokternya atau kepada managementnya rumah
sakit. Bidang kedokteran adalah bidang yang mulia dan dipenuhi
oleh Roh Kemanusiaan. Tuhan saja memuliakan manusia, masak
kita tidak mau memuliakan manusia. Manusia adalah mahluk
paling mulia di sisi Tuhan. Jadi Roh Kemanusiaan itu perlu
dipegang teguh, jangan sampai disusupi dengan ROH BISNIS.
4. ARTI NASIONALISME
14
Nasionalisme Dr.budi Utomo dan Dr. Wahidin menekankan
kebangsaan nasionalisme. Pelayanan dokter menurut Dr.Budi
Utomo dan Dr.Wahidin diinspirasi dan dimotivasi semangat
nasionalisme.
15
BAB III
PANCASILA SEBAGAI WAY OF LIFE
BANGSA INDONESIA
16
II. Berdasarkan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab /
Perikemanusiaan :
1. Janganlah kita/pemimpin kita menyebarkan benci terhadap
bangsa lain.
2. Perdamaian dunia kepada semua bangsa harus ditunjukkan
dalam pernyataan-pernyataan.
17
1. Pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia harus hidup
sederhana, sehingga menjadi contoh bagi masyarakat.
2. Janganlah mempergunakan jabatan untuk mencari
keuntungan materiil untuk diri sendiri (korupsi).
3. Pemerintah harus berani membuat peraturan-peraturan
yang merintangi usaha penghisapan manusia terhadap
sesama manusia.
Contoh : PERPRES No.87 tahun 2016. Sapu bersih pungli,
bersumber dari Sila Kelima pasal 1 ayat 3 UUD 1945.
18
Apakah yang harus kita perbuat supaya jangan terpengaruh
strategi/politik WAR BY PROXY?
1. Harus mempunyai ideology yang sama/sepakat
mempertahankan Pancasila.
2. The Willingnes to Change (Hasrat Untuk berobah)
3. Lakukan yang terbaik bagi bangsa Indonesia berdasarkan
Bhinneka Tunggal Ika.
19
4. ISIS : Islamic State of Iraq and Syria
20
1. Timbulnya radikalisme dan liberalisme.
2. Pancasila akan “terjepit” paham radikalisme dan liberalisme.
Timbulnya radikalisme dan liberalisme di Indonesia
disebabkan oleh :
1. Penerapan Pancasila semakin jauh dari harapan dan cita-cita
rakyat. (DAS SOLLEN, DAS SEIN) yang artinya apa yang
seharusnya, lain dari kenyataan.
2. Kemiskinan dan ketidakadilan yang merajalela.
3. Fanatisme agama yang sempit.
4. Pluralisme belum mampu dikelola menjadi alat pemersatu.
5. Toleransi antara umat beragama mengalami degradasi.
21
Seorang ahli sosial barat yang bernama Prof.HUNTINGTON
memprediksi yang paling potensial pecah seperti Negara Uni
Sovyet adalah Negara Indonesia dengan alasan :
1. Negara Indonesia terlalu luas.
2. Negara Indonesia multi etnis, multi agama, suku dan bahasa.
3. Negara keempat terbanyak penduduknya.
(Luas Negara Indonesia 1.922.570 km2, pulaunya berjumlah 17.504
buah, 700 suku, 1025 budaya)
22
BAB IV
FUNGSI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
DAN BERNEGARA, TANTANGAN YANG DIHADAPI
PANCASILA MASA KINI
23
2. SEBAGAI SUMBER HUKUM INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG
KEDOKTERAN INDONESIA
Contoh :
a. UU Pemilu UU No.22 tahun 2007 bersumber dari Sila IV pasal
22E UUD 1945.
b. UU Otonomi Daerah UU No.32 tahun 2004 bersumber dari Sila
V pasal 18 UUD 1945.
c. UU Parpol UU No.2 tahun 2017 bersumber dari Sila III pasal
28 UUD 1945.
d. UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 bersumber dari Sila I dan Sila II
pasal 28 H ayat 1 UUD 1945.
e. UU Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 bersumber dari Sila I
pasal 34 ayat 3 UUD 1945.
f. UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 bersumber dari Sila II pasal
28H ayat 1 UUD 1945.
g. PERPRES No. 87 tahun 2016 SAPU BERSIH PUNGLI
bersumber dari Sila V pasal 1 ayat 3 UUD 1945.
24
3. SEBAGAI PANDANGAN HIDUP (FILSAFAT) BANGSA INDONESIA
25
1. Nilai-nilai agama dan nilai budaya bangsa tidak dijadikan
sumber etika dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga
melahirkan krisis moral dan pelanggaran hukum.
2. Agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh
pemerintah, sehingga terjadi konflik sosial budaya.
3. Penegakan hukum tidak berjalan dengan baik.
4. Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan KKN, sehingga
menimbulkan krisis ekonomi yang berkepanjangan.
5. Sistim politik yang tidak berjalan dengan baik, sehingga belum
dapat melahirkan pemimpin yang memperjuangkan
kepentingan masyarakat.
6. Mengabaikan proses demokrasi.
7. Penyalahgunaan kekuasaan, akibat lemahnya pengawasan
pemerintah dan DPR.
8. Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik.
9. Kurangnya pemahaman, penghayatan akan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila.
26
6. Mengefektifkan TNI sebagai alat Negara yang berperan dalam
bidang pertahanan dan POLRI dalam bidang keamanan.
7. Meningkatkan SDM Indonesia yang mampu bekerjasama dan
bersaing sebagai bangsa.
8. Mengembalikan Pancasila sebagai ideology Negara.
9. Melahirkan pemimpin yang berkualitas dan bertanggung jawab
dan panutan di masyarakat.
27
BAB V
PELAKSANAAN PANCASILA SECARA MURNI DAN
KONSEKUWEN
Murni artinya :
1. Sesuai dengan jiwa dan semangatnya.
2. Sesuai dengan makna yang tersirat dan tersurat.
3. Sesuai sebagai produk hukum.
Konsekuwen artinya :
1. Bersikap tetap pada norma-norma.
2. Tidak berniat untuk menyimpang
3. Patuh/konsisten dalam penerapan.
28
3. Melalui jalur media komunikasi misalnya cerdas tangkas melalui
televisi, radio, drama dan sebagainya.
29
9. Pancasila itu adalah filsafat Negara, dasar Negara, pandangan
hidup bangsa Indonesia.
30
4. SIKAP-SIKAP YANG MENGHAMBAT PELAKSANAAN PANCASILA
SECARA MURNI DAN KONSEKUWEN
PANCASILA MENGAJARKAN :
ING NGARSO SUNG TULODO artinya : di depan menjadi teladan
ING MADYA MANGUNKARSO artinya : di tengah membangkitkan
semangat
TUT WURI HANDAYANI artinya : berani berjalan dan bertanggung
jawab.
31
5. PERBEDAAN FILSAFAT BARAT DENGAN FILSAFAT PANCASILA
32
BAB VI
LATAR BELAKANG UNDANG-UNDANG ORMAS NO. 2
TAHUN 2017 DIBENTUK
33
BAB VII
CIRI-CIRI NEGARA INDONESIA MENURUT UUD 1945
34
2. SEBERAPA PENTINGNYA PANCASILA ITU BAGI MAHASISWA/I
KEDOKTERAN
35
kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesinalisme, manfaat,
keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi
sosial.
Dengan demikian hubungan pasal 28H ayat 1 UUD 1945
dengan UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 adalah bahwa
penyelenggara Rumah Sakit dilakukan dengan memberikan
perlakuan yang baik dan manusiawi dengan tidak membedakan
suku, agama, bangsa, status sosial dan ras.
36
BAB VIII
SUMPAH PEMUDA 28 OKTOBER 1928
AWAL BERKUMANDANGNYA PERSATUAN INDONESIA
37
Tidak ada satupun di antara kita yang mengklaim bahwa
“kelompoknya” adalah satu-satunya bangsa Indonesia asli,
dikarenakan bangsa Indonesia tidak lahir “secara biologis” seperti
bangsa Jepang misalnya, tetapi lahir karena adanya “kesepakatan”
para pemuda yang dituangkan dalam Sumpah Pemuda tahun 1928,
yang tidak didasari atas pertimbangan mayoritas dan minoritas,
pertimbangan asal usul kedaerahan, ras ataupun agama.
Bangsa Indonesia “lahir” didasarkan adanya kehendak untuk
hidup bersatu di tanah air Indonesia sebagai bangsa. Kala itu,
pemuda kita bersumpah :
38
tidak mampu memegang teguh sumpah yang nyata-nyata telah
menjadikan kita sebagai bangsa Indonesia.
39
Terlalu banyak konflik berdarah yang bernuansa agama dan
etnis dengan korban jiwa dan harta benda yang spektakuler seperti
tahun 2005 di Ambon, di Poso dan perang etnis antara Suku Dayak
dan Suku Madura di Kalimantan. Banyak kepentingan ekonomi,
sosial dan politik yang mewarnai kepentingan tersebut. Belum lagi
agama sering dijadikan alat pemecah belah atau disintegrasi,
karena adanya konflik-konflik di tingkat elite politik.
Masyarakat kita sekarang ini cenderung mudah tersinggung,
marah, murah merajuk. Manakala terjadi konflik apapun, misalnya
konflik politis, konflik itu akan muda “ditarik” menjadi konflik etnis,
apalagi konflik agama. Masyarakat mudah mempertaruhkan
masalah-masalah kebangsaan ketika tuntutan politik primordial
mengemuka, seperti misalnya masyarakat Kabupaten Bengkalis
pernah mengancam akan bergabung dengan Negara Malaysia,
apabila keinginan masyarakat Kecamatan Mandau (Kab.Bengkalis)
untuk dimekarkan menjadi Kabupaten, tidak diijinkan oleh
Pemerintah Pusat, kebangsaan sebagai bangsa Indonesia terkesan
telah tereduksi, sumpah para pemuda di tahun 1928 terkesan tidak
lagi bermakna.
40
BAB IX
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT YANG RELIGIUS DAN
GUNA FILSAFAT PANCASILA BAGI BANGSA INDONESIA
41
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan
sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk
kemampuan berpikirnya.
42
4. BERDASARKAN REALITA SOSIOLOGINYA
43
Menag Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, saat ini
pemerintah tengah menyusun aturan mengenai ceramah di rumah
ibadah. Dengan aturan ini, diharapkan ada standardisasi cara
berceramah di rumah ibadah yang sepatutnya dilakukan.
Hal ini disampaikan Lukman Hakim Saifuddin dalam acara
Kongres Nasional Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, yang
digelar Komisi Nasional di Balai Kartini Jakarta tanggal 16 Maret
2017 / Kamis.
Lukman Hakim Saifuddin mengakui aturan ini dibuat karena
adanya sejumlah orang atau kelompok yang menggunakan rumah
ibadah untuk alat politik. Serta ada pula kelompok yang
menebarkan kebencian lewat unsur suku, agama, ras dan antar
golongan (dikutip dari Surat Kabar Medan Bisnis tanggal 17 Maret
2017).
Pada 28E UUD 1945 menyatakan :
1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan.
44
BAB X
BEBERAPA ASPEK HUKUM RAHASIA KEDOKTERAN
Hippocrates berkata :
Segala sesuatu yang kulihat dan kudengar dalam melakukan
praktekku, akan kusimpan sebagai rahasia.
45
merasa kuwatir bahwa segala sesuatu keadaan dirinya akan
diceritakan kepada orang lain, baik oleh dokternya maupun oleh
petugas kesehatan lainnya. Ini adalah syarat utama untuk
penjalinan hubungan baik antara dokter dengan pasien, adalah
harus ada hubungan kepercayaan pada kedua belah pihak.
46
keahlian dalam penyakit tersebut (pasal 51 ayat 2 UU No. 29 tahun
2004).
47
2. Prinsip dari kesediaan pasien untuk membuka segala sesuatu
tentang dirinya kepada dokter adalah karena kepercayaan.
3. Sikap saling percaya ini sangat VITAL bagi profesi dokter.
4. Jika hubungan saling percaya ini tidak ada lagi, maka profesi itu
sendiri tidak ada artinya lagi.
48
BAB XI
MEMAHAMI UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO.36
TAHUN 2009 DAN UNDANG-UNDANG RUMAH SAKIT
NO.44 TAHUN 2009
49
Yang Maha Esa yang tidak membeda-bedakan golongan, agama dan
bangsa.
50
2. Merupakan sumber daya hati manusia maupun non
hayati/inspirasi.
3. Memberikan pelayanan pada manusia, agar tetap dapat
mendukung kehidupan manusia.
51
Penebangan hutan-hutan yang tidak terkendalikan akan
memperhebat penyakit (penyakit chikungunya yaitu penyakit
yang melumpuhkan fisik).
52
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat.
Menurut UU No. 44 tahun 2009 pasal 2 : rumah sakit
diselenggarakan berazaskan Pancasila dan didasarkan kepada
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan
dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Pasal 34 ayat 3 UUD 1945 berbunyi : Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Dalam perundang-undangan mengenai Rumah Sakit di
Indonesia harus menolong pasien yang tidak mampu ekonominya.
Hal ini dapat kita lihat dalam UU No.40 tahun 2006 tentang jaminan
sosial nasional bagi orang miskin dan Askeskin dengan
menunjukkan surat keterangan miskin. Langkah yang dicairkan
untuk dana Askeskin sebanyak Rp 1 triliyun.
Dewasa ini rumah sakit merupakan sarana atau unit
pelayanan kesehatan. Aspek-aspek pelayanan yang diberikan
melalui kegiatan-kegiatan diagnosa, pengobatan, perawatan serta
pendidikan kesehatan.
Dahulu rumah sakit merupakan lembaga yang merawat warga
masyarakat yang sakit, yang sosial ekonominya tidak mampu. Pada
saat itu rumah sakit di Amerika, misalnya merupakan suatu
“charitable corporation” yang menjadi wadah berkumpulnya
dokter-dokter yang secara sukarela merawat orang-orang sakit.
Rumah sakit hanya menyediakan ruangan, makanan maupun
perawatan secara terbatas yang kesemuanya dikerjakan oleh
sukarelawan.
Keadaan rumah sakit yang sedemikian itu, menimbulkan
perbagai jajaran hukum yang sangat membatasi tanggung jawab
hukum, oleh karena dana yang terhimpun ditujukan untuk
menolong orang-orang sakit yang tidak mampu, maka rumah sakit
53
secara relatif mempunyai kekebalan terhadap gugatan atau
tuntutan hukum.
Faktor-faktor lain yang menyebabkan rumah sakit secara
relatif kebal terhadap tuntutan hukum atau gugatan adalah seorang
pasien yang secara sukarela mau dirawat di rumah sakit, dianggap
mau menanggalkan haknya untuk tidak menggugat atau menuntut.
Apakah akibatnya apabila tuntutan hukum atau gugatan
terhadap rumah sakit dikabulkan ?
Apabila tuntutan hukum terhadap rumah sakit dikabulkan,
maka akibatnya negatif sekali. Ada kemungkinan bahwa rumah
sakit harus gulung tikar, oleh karena dananya untuk sebahagian
besar dipergunakan untuk membayar ganti rugi.
Tetapi dokter dapat dituntut secara hukum apabila
melakukan MALPRAKTEK.
Contoh gugatan PITRA AZ MIRLA kepada dokter ICHRAMSYAH
A. RAHMAN di rumah sakit Pondok Indah Jakarta Selatan sebanyak
2 (dua) milyar rupiah kasus operasi ovarium (tumor induk telur).
Apakah Direktur Rumah Sakit atau majikan rumah sakit
dapat dituntut secara hukum? Hal-hal yang perlu dicatat adalah
dianutnya teori bahwa direktur rumah sakit atau majikan rumah
sakit bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan bawahan.
Namun teori ini hanya berlaku apabila bawahan melaksanakan
tugas yang mengutamakan kepentingan direktur rumah sakit. Oleh
karena rumah sakit bukan merupakan perusahaan yang mencari
keuntungan, maka direktur rumah sakit atau majikan rumah sakit
tidak bertanggung jawab atas kelalaian yang mungkin terjadi
sebagai tingkah laku bawahan.
54
4. PENDAPAT DR. BUDI UTOMO DAN DR. WAHIDIN
Pendapat Dr. Budi Utomo dan Dr. Wahidin ini tertulis atau
terdapat di dalam pasal 2 UU Rumah Sakit No.44 tahun 2009.
55
BAB XII
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN LATAR BELAKANG
LAHIRNYA REFORMASI DAN DASAR PEMIKIRAN DAN
TUJUAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
56
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintahan
Daerah (Undang-Undang Otonomi Daerah No.22 tahun 1999).
1. TUNTUTAN REFORMASI
57
2. AMANDEMEN TERHADAP UUD 1945
58
3. TUJUAN AMANDEMEN UUD 1945
59
BAB XIII
USAHA PENGAMANAN PANCASILA
3. MENEGAKKAN PANCASILA
a. Pancasila harus ditransformasikan menjadi sistim pengetahuan
b. Aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan dalam mengelola
sumber daya alam harus melindungi rakyat.
c. Pancasila itu selalu ditampilkan sebagai kritik atas praktek
berbangsa dan bernegara.
60
4. CARA MERAWAT PANCASILA
a. Pancasila itu harus tertanam dalam sanubari bangsa Indonesia
dan tidak boleh dihayati dan diamalkan secara dangkal.
b. Pancasila harus difungsikan sebagai ideology bangsa dan
Negara.
c. Pancasila harus diimplementasikan dalam praktek.
61
BAB XIV
MEMAHAMI BHINNEKA TUNGGAL IKA
SEBAGAI SEMBOYAN NEGARA
62
penganut Buddha Tan Trayana, tetapi merasa aman hidup
dalam kerajaan Majapahit yang lebih bercorak Hindu.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan
terbatas antara Muhammad Yamin, Bung Karno, I. Gusti Bagus
Sugriwa dalam sidang-sidang BPUPKI sekitar dua setengah bulan
sebelum Proklamasi.
Secara resmi lambang tersebut dipakai dalam sidang kabinet
Republik Indonesia Serikat jangan dipimpin Bung Hatta pada
tanggal 11 Februari 1950 berdasarkan rancangan yang dibuat oleh
Sultan Hamid II.
Terkait dengan semboyan yang ditulis Mpu Tantular, dapat
diketahui bahwa wawasan pemikiran pujangga besar yang hidup di
zaman kejayaan Majapahit ini, terbukti telah melompat jauh ke
depan. Nyatanya, semboyan tersebut hingga sekarang ini masih
relevan terhadap perkembangan bangsa, Negara dan bahkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang pesat di era global.
Dan KEKAWIN SUTASOMA yang semula dipersembahkan kepada
RAJA SANAGARA (HAYAM WURUK) adalah hasil perenungan dan
kristalisasi pemikiran yang panjang, setidaknya membutuhkan
waktu satu dasawarsa (sepuluh tahun) sedangkan KEKAWIN
maksudnya adalah pembacaan ayat-ayat suci dalam agama
HINDU-BUDDHA. Kitab yang ditulis Mpu Tantular sekitar tahun
1350an, ternyata diantara isi pesannya bergulir dalam proses
membingkai Negara baru Indonesia.
Dalam proses perumusan konstitusi Indonesia, jasa
Muhammad Yamin harus dicatat sebagai tokoh yang pertama
sekali mengusulkan kepada Bung Karno agar BHINNEKA
TUNGGAL IKA dijadikan semboyan Negara.
Di sela-sela sidang BPUPKI tanggal 29 Mei s.d 1 Juni 1945,
Muhammad Yamin menyebut-nyebut ungkapan BHINNEKA
TUNGGAL IKA itu sendirian.
63
Namun I GUSTI BAGUS SUGRIWA yang duduk di sampingnya
menyambut ungkapan itu dengan “TAN HANA DHARMA
MANGRWA. Ungkapan BHINNEKA TUNGGAL IKA itu masih hidup
dan dipelajari orang di Bali. Meskipun kitab suci SUTA SOMA ditulis
oleh seorang sastrawan Buddha, pengaruhnya cukup besar di
lingkungan masyarakat intelektual Hindu Bali.
Para pendiri bangsa Indonesia yang sebagian besar beragama
Islam tampaknya cukup toleran untuk menerima warisan Mpu
Tantular tersebut. Sikap toleran ini merupakan watak dasar
suku-suku bangsa di Indonesia yang telah mengenal beragam
agama, berlapis-lapis kepercayaan dan tradisi, jauh sebelum
Islam datang ke nusantara. Sekalipun dengan runtuhnya kerajaan
Majapahit abad XV, pengaruh Hindu-Buddha secara politik sudah
melemah, secara kultural pengaruh tersebut tetap lestari sampai
hari ini.
64
dibandingkan dengan Arab Saudi, Yaman dan Pakistan yang
masyarakatnya sangat homogen dalam bidang agama (Pendapat
NOORSENA, BAMBANG, tahun 2011).
Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke tampak berjajar pulau-pulau dengan komposisi dan
konstruksi yang beragam suku bangsa, bahasa, budaya, agama, adat
istiadat dan keberagaman lainnya ditinjau dari berbagai aspek.
Secara keseluruhan, pulau-pulau di Indonesia berjumlah 17.508
buah pulau besar dan kecil. Selain pulau-pulau yang banyak juga
memiliki Kebhinnekaan Suku yang berjumlah 1.128 (seribu seratus
dua puluh delapan) suku bangsa dan lebih 700 bahasa daerah.
Namun keberagaman suku bangsa dan bahasa tersebut, dapat
disatukan dalam satu bangsa, bangsa Indonesia dan satu bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Merupakan suatu kebanggaan bagi
bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan, karena bila
melihat Negara-negara lain ada yang tidak berhasil
merumuskan bahasa nasional yang berasal dari bahasa
aslinya sendiri, selain mengambil dari bahasa Negara
penjajahnya.
Keberagaman yang menjadi ciri-ciri bangsa Indonesia.
Budaya leluhur bangsa Indonesia tidak terlepas dari kebudayaan
yang tumbuh dan berkembang yang menjadi warisan dari jaman
kerajaan Nusantara seperti Sriwijaya, Majapahit, Mataram Islam
dan kerajaan-kerajaan lain yang juga melahirkan budaya
tradisional yang telah berurat dan berakar sampai saat ini.
Sejak Indonesia merdeka, para pendiri bangsa dengan
dukungan penuh seluruh rakyat Indonesia bersepakat
mencantumkan kalimat BHINNEKA TUNGGAL IKA pada lambang
Negara Garuda Pancasila yang ditulis dengan huruf latin pada pita
putih yang dicengkeram Burung Garuda. Semboyan tersebut
berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “Berbeda-beda tetapi
tetap satu jua”. Kalimat ini diambil dari falsafah nusantara yang
65
sejak jaman kerajaan Majapahit sudah dipakai sebagai semboyan
pemersatu wilayah nusantara. Dengan demikian, kesadaran akan
hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi
jiwa serta semangat anak-anak bangsa, jauh sebelum zaman
modern.
Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam
kebersamaan dengan keberagaman dan perbedaan.
Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat, agama, dan
berbagai perbedaan lainnya. Perbedaan tersebut dijadikan
para leluhur sebagai modal untuk membangun bangsa ini
menjadi bangsa yang besar. Sejarah mencatat bahwa seluruh
anak bangsa yang berasal dari berbagai suku, agama, semua
terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ketika sumpah pemuda diikrarkan pada tanggal 28 Oktober
1928 di Gedung KJB (Katholieke Jongenlingen Bond) Jakarta (kini
gedung Sumpah Pemuda, jalan Keramat Raya No.106 Jakarta) milik
seorang Tionghoa bernama SIE KOK LIONG, para tokoh pemuda
dari berbagai etnis dan daerah menyadari sepenuhnya kekuatan
yang dapat dibangun dari persatuan dan kesatuan nasional. Dengan
sumpah pemuda mereka bersatu dan menegaskan persatuan
dengan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa persatuan, yaitu
Indonesia dan disepakatinya Pancasila sebagai dasar Negara.
Bangsa Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pancasila mampu menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa
Indonesia yang majemuk baik dari segi agama, etnis, ras, bahasa,
golongan dan kepentingan. Pancasila sebagai nilai dasar yang
diyakini oleh bangsa Indonesia, Pancasila merupakan ideology
Negara dan menjadi sumber kaidah hukum yang mengatur Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kesadaran akan kebhinekaan
tersebut, banyak sekali pengaturan tentang semangat
kebhinnekaan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
66
Kesadaran akan kebhinnekaan itu dimuat dalam :
1. Pasal 25 A UUD 1945 menetapkan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang
berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan Undang-Undang.
2. Pasal 26 ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa yang menjadi
warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disyahkan dengan Undang-
Undang sebagai warna Negara.
3. Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menetapkan bahwa Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. Ketentuan tersebut
menggambarkan keanekaragaman agama di Indonesia.
4. Pasal 32 UUD 1945 juga diatur berdasarkan pada keaneka
ragaman budaya di Indonesia. Pasal ini merupakan landasan
juridis bagi pengakuan atas keberagaman masyarakat adat.
5. Pasal 36A UUD 1945 yang menegaskan bahwa lambang Negara
ialah Garuda Pancasila dengan Semboyan Bhinneka Tunggal
Ika.
67
3. KEANEKARAGAMAN BANGSA INDONESIA
68
Keragaman itu merupakan kekayaan yang harus dipersatukan,
tetapi tidak boleh diseragamkan.
69
Bukti tanpa menggunakan ideology Pancasila mengalami
kegagalan yaitu :
1. Pada tahun 1948 timbul pemberontakan ingin mendirikan
Negara agama yaitu Darul Islam / Tentara Islam Indonesia yang
dipimpin oleh Letkol Kahar Mujakar di Sulawesi Selatan dan
Letkol Karto Suwiryo di Jawa Barat tetapi gagal.
2. Pada tahun 1965 timbul pemberontakan G.30.S (Gerakan 30
September) yang ingin mendirikan Negara komunis yang
dipimpin oleh Letkol Untung dan D.N. Aidit dengan
memasukkan NASAKOM kepada Pancasila tetapi gagal.
70
1945 sebagai aturan yang semestinya ditaati, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati, serta
Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat.
BANGUNLAH JIWANYA
BANGUNLAH BADANNYA
BERIKANLAH YANG TERBAIK
UNTUK INDONESIA RAYA……
71
UUD 1945
HASIL AMANDEMEN
&
PROSES AMANDEMEN
UUD 1945
SECARA LENGKAP
72
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
73
UNDANG-UNDANG DASAR
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.***)
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.***)
BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.***)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali
dalam lima tahun di ibu kota Negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan
dengan suara yang terbanyak.
Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar. ***)
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau
Wakil Presiden. ***)
74
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar. ***)
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
Wakil Presiden.
Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.*)
(2) Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan
Undang-undang sebagaimana mestinya.
Pasal 6
(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus warga negara
Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagi Presiden dan
Wakil Presiden. ***)
(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur
lebih lanjut dengan undang-undang. ***)
Pasal 6A
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat. ***)
75
(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
sebelum pelaksanaan pemilihan umum. ***)
(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan
suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam
pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di
setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah
provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil
Presiden. ***)
(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat
secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat
terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. ***)
(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
lebih lanjut diatur dalam undang-undang. ***)
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya
untuk satu kali masa jabatan.*)
Pasal 7A
Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan
Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila
terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden. ***)
76
Pasal 7B
77
Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna
untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)
(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang
untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling
lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat
menerima usul tersebut. ***)
(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil
dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang
hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi
kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna
Majelis Permusyawaratan Rakyat. ***)
Pasal 7C
Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat. ***)
Pasal 8
(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan
oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. ***)
(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-
lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk
memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh
Presiden. ***)
(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan
adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh
78
hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan siding untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik
yang yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, samapi berakhir masa jabatannya. ***)
Pasal 9
79
sungguh-sungguh dihadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.*)
Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Pasal 11
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain. ***)
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan
rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang
harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur
dengan undang-undang. ***)
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya
keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-undang.
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat Duta dan Konsul.
(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*)
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*)
80
Pasal 14
(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.*)
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.*)
Pasal 15
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan
yang diatur dengan Undang-undang.*)
Pasal 16
Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang
selanjutnya diatur dalam undang-undang. ***)
BAB V
KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh Menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.*)
(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan.*)
(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara
diatur dalam undang-undang.***)
81
BAB VI
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. **)
(2) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan. **)
(3) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. **)
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara
demokratis. **)
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah. **)
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan. **)
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah
diatur dalam undang-undang. **)
Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, kota, atau antara
propinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang
dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.**)
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan
82
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan undang-undang.**)
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang.**)
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.**)
BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pasal 19
(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan
umum.**)
(2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-
undang.**)
(3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun.**)
Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
Undang-undang.*)
(2) Setiap rancangan Undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.*)
(3) Jika rancangan Undang-undang itu tidak mendapat persetujuan
bersama, rancangan Undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.*)
83
(4) Persidangan mengesahkan rancangan Undang-undang yang telah
disetujui bersama untuk menjadi Undang-undang.*)
(5) Dalam rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan
undang-undang tersebut sah menjadi Undang-undang dan wajib
diundangkan.**)
Pasal 20A
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan.**)
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam
pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan
Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat.**)
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang
Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai
hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat,
serta hak imunitas.**)
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan
hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-
undang.**)
Pasal 21
(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan
rancangan Undang-undang.*)
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak
boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
84
Pasal 22
(1) Dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-
undang.
(2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu
harus dicabut.
Pasal 22A
Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-
undang diatur dengan undang-undang.**)
Pasal 22B
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari
jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-
undang.**)
BAB VIIA
DEWAN PERWAKILAN DAERAH**)
Pasal 22C
(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi
melalui pemilihan umum.***)
(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya
sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu
tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. ***)
(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun. ***)
(4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan
undang-undang. ***)
85
Pasal 22D
(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah. ***)
(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat
dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan
undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama. ***)
(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai : otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan
hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. ***)
(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari
jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam
undang-undang. ***)
86
BAB VIIB
PEMILIHAN UMUM
Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. ***)
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. ***)
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah partai politik. ***)
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah adalah perseorangan. ***)
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan
umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. ***)
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan
undang-undang. ***)
BAB VIII
HAL KEUANGAN
Pasal 23
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. ***)
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah. ***)
87
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan
anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh
Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun yang lalu. ***)
Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
negara diatur dengan undang-undang. ***)
Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-
undang.
Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan
undang-undang.
BAB VIIIA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN***)
Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri. ***)
(2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. ***)
88
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. ***)
Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. ***)
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh
anggota. ***)
Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.***)
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan
diatur dengan undang-undang. ***)
BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan. ***)
(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. ***)
(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang. ***)
89
Pasal 24A
(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi,
meguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang. ***)
(2) Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang
tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang
hukum. ***)
(3) Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. ***)
(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh
hakim agung. ***)
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah
Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-
undang. ***)
Pasal 24B
(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim. ***)
(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela. ***)
(3) Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)
(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur
dengan undang-undang. ***)
90
Pasal 24C
(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum. ***)
(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar. ***)
(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-
masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan
Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. ***)
(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh
hakim konstitusi. ***)
(5) Hakim Konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang
tidak tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.
***)
(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara
serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur
dengan undang-undang. ***)
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai
hakim ditetapkan dengan Undang-undang.
91
BAB IX A
WILAYAH NEGARA
Pasal 25A
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah Negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan
hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
BAB X
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
Pasal 26
(1) Yang menjadi Warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disyahkan dengan undang-
undang sebagai Warga Negara.
(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.**)
(3) Hal-hal mengenai warga Negara diatur dengan undang-undang. **)
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara. **)
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-
undang.
92
BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya.**)
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.**)
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.**)
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.**)
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.**)
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.**)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.**)
93
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.**)
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.**)
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.**)
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.**)
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia.**)
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.**)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan
yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suaka politik dari negara lain.**)
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.**)
94
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.**)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.**)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh
siapa pun.**)
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apa pun.**)
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu.**)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.**)
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.**)
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak
asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan.**)
95
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.**)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis.**)
BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhahan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamnya dan kepercayaannya itu.
BAB XII
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.**)
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.**)
96
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara. **)
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum. **)
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di
dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-
hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang. **)
BAB XIII
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.****)
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. ****)
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. ****)
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. ****)
97
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. ****)
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. ****)
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional. ****)
BAB XIV
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
****)
98
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan. ****)
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. ****)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam undang-undang. ****)
BAB XV
BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA,
SERTA LAGU KEBANGSAAN
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika.**)
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.**)
Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dalam undang-undang. **)
99
BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat
diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. ****)
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang
diusulkan untuk diubah beserta alasannya. ****)
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat. ****)
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar
dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh
persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat. ****)
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
tidak dapat dilakukan perubahan. ****)
ATURAN PERALIHAN
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang
Dasar ini. ****)
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang
untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. ****)
100
Pasal III
ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Pasal II
101
REFERENSI :
102