Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”

Dosen Mata Kuliah : Muhammad Khaedir, S.Pd. M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok III
Irnawanti 1928040018
Reny Nurul Syahraini K 1928040021
Sri Asrini 1928041002
Junita Muliana 1928041013

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan kepada penyusun sehingga
mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah
Pancasila.

Penyusun menyadari, dalam penulisan makalah ini masih ada kemungkinan kekurangan-
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun, untuk itu masukan yang bersifat
membangun akan sangat membantu penyusun untuk semakin membenahi kekurangannya.

Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing


mata kuliah ini dan untuk semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 15 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2
A. Makna Pancasila Dasar Negara ..................................................................... 2
1. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara .................................................. 3
..................................................................................................................
2. Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara ............................................ 3
B. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 ................................... 5
1. Merupakan Tertib Hukum Tertinggi ....................................................... 6
2. Sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang Terperinci ................................ 7
C. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945 .................................... 8
1. Penjabaran Sila Pertama Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945 ......... 11
2. Penjabaran Sila Kedua Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945 ............ 12
3. Penjabaran Sila Ketiga Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945 ............ 16
4. Penjabaran Sila Keempat Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945 ........ 17
5. Penjabaran Sila Kelima Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945 .......... 20
D. Implementasi Pancasila dalam Kebijakan Negara ........................................ 23
1. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Politik ................... 23
2. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Ekonomi ............... 25
3. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Sosial-Budaya ...... 27
4. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Pertahanan dan
Keamanan ................................................................................................ 29
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 31
A. Kesimpulan ................................................................................................... 31

ii
B. Saran .............................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bab ini membahas Pancasila sebagai dasar negara. Dasar yang dimaksud adalah dasar
filsafat negara yang merupakan kedudukan pokok dan utama daripada Pancasila. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar (filsafat) negara terjadi setelah PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
menetapkan Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Bagian pembukaan memuat 4
alinea, dimana Pancasila terdapat di alinea IV. Dengan disahkannya Pembukaan tersebut maka
Pancasila ikut pula terangkat posisinya atau mengalami penuangan konstitusional sebagai dasar
negara.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar (filsafat) negara ini memiliki 3 (tiga) implikasi, yakni
implikasi politis, etis, dan yuridis bagi kehidupan bernegara. Implikasi politis adalah menjadikan
Pancasila sebagai ideology nasional. Implikasi etis adalah menjadikan Pancasila sebagai sumber
norma etik bernegara. Implikasi yuridis adalah menjadikan Pancasila sebagai sumber hukum
negara. Pancasila merupakan unsur pokok dari Pembukaan UUD 1945, yang selanjutnya unsur
pokok tersebut terjabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai norma hukum dasar bernegara.
UUD 1945 sebagai norma hukum dasar negara selanjutnya dijabarkan lagi dalam undang-undang
dan seterusnya pada peraturan perundangan di bawahnya secara hierarkis.

Bahasan ini, berkaitan dengan implikasi yuridis dari Pancasila dasar negara, yakni
sebagai sumber norma hukum bernegara. Hukum dasar negara Indonesia, yakni UUD 1945 pada
dasarnya adalah norma hukum yang bersumber dari Pancasila. Pancasila merupakan “cita
hukum" atau “kaidah penuntun” bagi hukum Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Melalui bahasan ini, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi menaati norma-norma
hukum negara berdasar Pancasila. Selanjutnya, uraian materi di bab ini meliputi sebagai berikut :
1. Makna Pancasila Dasar Negara
2. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
3. Hubungan Pembukaan dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
4. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Pancasila Dasar Negara
Sebagaimana dikemukakan di atas, kedudukan pokok dan utama dari Pancasila adalah
sebagai dasar negara seperti termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Dengan masuknya
rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI ini, para ahli
sependapat bahwa Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara. Meskipun dalam Pembukaan
UUD 1945 tidak secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namun terdapat suatu communis
opinion bahwa dasar negara yang lima itu adalah Pancasila dan bahwa Pancasila itu adalah
ideologi nasional (Pranarka, 1985). Bahwa negara kita adalah negara yang mempunyai dasar
Pancasila adalah suatu kenyataan yang diketahui oleh setiap warga negara (Jimly Asshiddiqie,
2009). Astim Riyanto (2006) menyatakan bahwa menurut tinjauan atau penafsiran historis,
rumusan dalam alinea IV bagian terakhir Pembukaan UUD 1945 yang disahkan PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 yang berisi lima sila itu dinamakan Pancasila sebagai dasar negara.
Sekarang ini, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara diperkuat lagi. Yakni dengan
keluarnya Ketetapan MPR RI No.XVIII tahun 1998. Pasal 1 Ketetapan MPR RI
No.XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap MPR RI No II/MPR/1978 tentang P4 (Ekaprasetia
Pancakarsa) dan Penetapan tentang Pancasila sebagai Dasar Negara menyatakan sebagai berikut.
“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara”
Pancasila sebagai dasar negara memiliki makna sebagai dasar falsafatnya negara atau
menurut Ir. Soekarno sebagai “philosophiche weltanschauung”, di atas mana kita mendirikan
negara Indonesia itu. Philosophiche grondslag itulah dasar, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.
Jadi, jika kita berbicara Pancasila sebagai dasar negara yang dimaksudkan adalah dasar dalam
arti filosofis atau oleh Prof. Notonegoro disebut sebagai filsafat hidup Negara Indonesia
Merdeka yang akan didirikan.

2
1. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara
Notonegoro dalam (Mubyarto, 2004) berpendapat bahwa apabila orang memikirkan
tentang Pancasila maka yang dimaksudkan ialah Pancasila yang sungguh-sungguh merupakan
dasar negara Indonesia, sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila
merupakan asas kerohanian negara yang mempunyai kedudukan istimewa di antara unsur-unsur
pokok kaidah fundamental negara. Dikatakan, “Maka dari itu sungguh tepat oleh Pembentukan
Negara, Pancasila dijadikan unsur pokok kaidah fundamental negara Republik Indonesia, yang
selama negara Republik Indonesia ada, merupakan norma dasar hukum objektif, yang dengan
jalan hukum tidak dapat diubah.”
Darji Darmodiharjo (1981), mengatakan Pancasila sebagai dasar negara dalam pengertian
ini sering disebut dasar falsafah negara. Dalam hal ini, Pancasila digunakan sebagai dasar
mengatur pemerintahan negara, atau dengan kata lain Pancasila digunakan sebagai dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara sekaligus
merupakan fungsi pokok dan utama daripada Pancasila. Kedudukan dan fungsi pokok Pancasila
sebagai dasar negara adalah pengertian Pancasila yang bersifat yuridis-ketatanegaraan.
Berdasar pengertian di atas, dapat dinyatakan Pancasila sebagai dasar falsafah negara
(dasar filsafat negara/philosofische grondslag) dan ideologi negara (Staatsidee). Dalam hal ini,
Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara. Dengan kata lain, Pancasila
digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Penjabaran lebih lanjut bahwa
Pancasila sebagai dasar negara nantinya dituangkan dalam norma hukum yang berpuncak pada
UUD 1945.
2. Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara
Menurut Ketut Rinjin (2010), Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki tiga
pengertian sekaligus tiga tingkatan, yakni
a. sebagai dasar negara yang bersifat abstrak-universal seperti tercantum pada Pembukaan
UUD 1945;
b. sebagai pedoman penyelenggaraan negara yang bersifat umum kolektif seperti
tercantum pada batang tubuh UUD 1945; dan
c. sebagai petunjuk kebijakan penyelenggaraan negara yang bersifat khusus-konkret,
seperti terdapat pada UU, PP, Peraturan Presiden, dan sebagainya.

3
Yang dimaksud dengan pengertian yang umum, abstrak dan universal adalah Pancasila
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.
Kata kunci dari sila-sila Pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Menurut bentuknya, masing-masing terdiri atas kata dasar Tuhan, manusia, satu,
rakyat dan adil, yang ditambah dengan awalan serta akhiran ke- dan –an, serta perdanan sehingga
kata itu mempunyai makna abstrak, hanya ada dalam pikiran. Hal ini sesuai dengan kedudukan
Pancasila sebagai dasar falsafah hidup, asas kerohanian negara dan ideologi bangsa. Umum
universal memiliki makna bahwa ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
sosial dapat saja berlaku dan dimiliki oleh bangsa lain di dunia, tidak hanya Indonesia.
Menurut Notonagoro (1982), Pancasila dasar negara berisikan nilai-nilai umum yang
abstrak-universal yang bermakna kesesuaian sifat-sifat dan keadaan di dalam negara dengan
hakikat dari setiap sila Pancasila. Nilai-nilai umum yang abstrak dan universal membutuhkan
pelaksanaannya dalam sifat objektif dan subjektif, yang keduanya merupakan subjektifikasi.
Subjektifikasi yang objektif menjadi pedoman moral bagi negara, sedang subjektifikasi subjektif
menjadi pedoman moral kenegaraan bagi manusia Indonesia. Kedua pedoman norma Moral ini
dibutuhkan bagi pelaksanaan Pancasila. Oleh karena itu, ada dua macam pelaksanaan, yakni
pelaksanaan objektif dan pelaksanaan subjektif. Pelaksanaan yang subjektif dikatakan primer
sebab jika ini terlaksana, maka pelaksanaan objektif dapat terselenggara dengan baik dan lancar.
Pada pengertian dan tingkatan kedua, nilai Pancasila bersifat umum kolektif, yakni satu
kesatuan nilai yang berlaku aku untuk negara Indonesia. Nilai-nilai pancasila dalam Pembukaan
UUD 1945 dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945. Sebab terdapat hubungan kausal organis
antara Pancasila dan pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945. Disebut kausal karena
Pancasila dan Pembukaan menjadi alasan adanya Batang Tubuh UUD 1945. Disebut organis
karena menunjukkan suatu kesatuan yang bulat atau tidak terpisahkan antara keduanya. Oleh
karena itu, Batang Tubuh atau pasal-pasal UUD 1945 adalah penjabaran dari pokok-pokok
pikiran yang terdapat dalam Pancasila dan Pembukaan. Misal sila Ketuhanan Yang Maha Esa
dijabarkan pada Pasal 29 UUD 1945, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab dijabarkan pada
Pasal 28 A sampai J UUD 1945. Penjabaran atau implementasi Pancasila dan Pembukaan dalam
pasal-pasal UUD 1945 baru terlaksana pada tataran normatif, belum pada tataran empiris.
Pada tingkatan ketiga, nilai-nilai Pancasila sudah terjabarkan jauh pada peraturan
perundangan di bawah UUD 1945 yang lebih konkret, khusus, dan operasional. Dalam hal ini,

4
konsistensi nilai-nilainya diukur melalui UUD 1945 sebagai hukum tertinggi negara. Apakah
sebuah peraturan perundangan itu isinya bertentangan dengan UUD 1945 dapat dimintakan uji
material kepada Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga yang berwenang menguji
peraturan perundangan dibawah UUD 1945.
Berdasar pengertian kedua dan ketiga di atas, Pancasila sebagai dasar negara memiliki
konsekuensi dijabarkannya nilai-nilai Pancasila menjadi norma hukum di Indonesia. Dengan
kata lain, Pancasila sebagai dasar negara berimplikasi menjadikan Pancasila sebagai sumber
hukum di Indonesia. Mahfud MD (2007) dalam suatu kegiatan sosialisasi UUD 1945
mengatakan bahwa Pancasila merupakan salah satu sumber hukum material di Indonesia. Lebih
lanjut dikatakan bahwa dari sudut hukum, Pancasila menjadi cita hukum (retchside) yang harus
dijadikan dasar dan tujuan setiap hukum di Indonesia. Setiap hukum di Indonesia yang lahir di
Indonesia harus berdasar pada Pancasila dengan memuat konsistensi isi mulai dari paling atas
sampai yang paling rendah hierarkinya.

B. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran ini
merupakan pancaran dari Pancasila. Pokok-pokok pikiran itu adalah sebagai berikut.
1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
dengan berdasar atas persatuan. Dalam pokok pikiran ini diterima paham negara
persatuan.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas asas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan.
4. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Dalam bagian penjelasan umum angka III dinyatakan, Undang-Undang Dasar
menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan pada dasarnya adalah Pancasila.
Dengan demikian, Pancasila menjadi inti dari Pembukaan UUD 1945.
Nilai-nilai Pancasila termuat dalam rumusan kalimat-kalimat di Pembukaan UUD 1945
sebagai berikut.

5
1. Sila pertama terwujudkan pada kalimat Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang
berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
2. Sila kedua terwujudkan pada pembukaan UUD 1945 alinea pertama, yang berbunyi
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.”
3. Sila ketiga terwujudkan pada Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia ….”
4. Sila keempat terwujudkan pada Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang
berbunyi “…kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,...”
5. Sila kelima terwujudkan pada Pembukaan UUD 1945 alinea kedua yang berbunyi
“Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat
yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.”
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1. Merupakan Tertib Hukum Tertinggi
Pembukaan UUD 1945 memuat hal-hal fundamental negara, yaitu tujuan negara, bentuk
negara, dan asas kerohanian negara yang pada hakikatnya merupakan dasar bagi penyusunan
negara.
Pembukaan UUD 1945 berada pada tingkatan tertib hukum tertinggi dan memberikan
faktor mutlak bagi adanya tertib hukum di Indonesia. Mengikuti pendapat Notonagoro,
Pembukaan UUD 1945 merupakan staatsfundamentalnorm dalam bentuk tertulis dan
berkedudukan di atas UUD 1945. Di dalam suatu tertib hukum terdapat urutan perundangan
yanag mana UUD 1945 (bagian pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib hukum
tertinggi. Di atasnya masih ada Pembukaan UUD 1945 (staatsfundamentalnorm) negara

6
Indonesia. Pancasila yang terdapat di alenia keempat merupakan unsur pokok dari Pembukaan
UUD 1945.
Sebagai tertib hukum tertinggi, Pembukaan UUD 1945 memiliki dasar hukum yang
sangat kuat. Pembukaan UUD 1945 memuat sendi-sendi mutlak bagi berdirinya negara Republik
Indonesia. Dengan jalan hukum tidak dapat diubah sebab mengubah Pembukaan UUD 1945
berarti mengubah negara Republik Indonesia hasil Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang Terperinci
Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dalam suatu naskah
proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks proklamasi
yang dibacakan tersebut sangatlah singkat. Teks proklamasi terdiri atas dua alenia sebagai
berikut.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno-Hatta

Makna dari teks proklamasi tersebut adalah suatu pernyataan kemerdekaan bangsa
indonesia dan tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan berkaitan dengan proklamasi tersebut.
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ketiga merupakan pernyataan secara terperinci
mengenai pernyataan kemerdekaan tersebut. Sedangkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat berisi pembentukan pemerintahan negara Republik Indonesia yang antara lain :
a. Adanya tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
b. Adanya undang-undang dasar negara, yaitu disusunlah kemerdekaan kebangsaan
indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar Negara Indonesia;

7
c. Adanya bentuk susunan negara, yaitu dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat; dan
d. Dasar negara, yaitu ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia.
Jadi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah pernyataan kemerdekaan Republik
Indonesia yang terperinci dari naskah proklamasi bangsa indonesia.

C. Penjabaran Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945


Sebagaimana telah dikemukakan diatas, pancasila sebagai dasar negara memiliki 3 (tiga)
pengertian dan tingkatan. Pada pengertian dan tingkatan kedua, nilai-nilai pancasila dalam
pembukaan dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945, sebab terdapat hubungan kausal organis
antara pancasila dan pembukaan dengan bagian pasal-pasal UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar negara ditransformasikan menjadi norma hukum yang bersifat
memaksa, mengikat, dan mengandung sanksi. Barangsiapa yang tidak melaksanakan atau tidak
mematuhinya akan ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, perlu
diselenggarakan law enforcement terhadap segala hukum yang merupakan penjabaran dari dasar
negara pancasila.
Di Indonesia, norma tertinggi ini adalah pancasila sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945. Jadi, pancasila sebagai dasar negara dapat disebut sebagai :
1. Norma tertinggi,
2. Norma pertama,
3. Cita hukum (rechtsidee), dan
4. Unsur pokok kaidah negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm).

Istilah staats fundamental norm untuk konteks indonesia pertama kali dikemukakan oleh
Notonagoro dalam acara Dies Natalis Universitas Arlingga tahun 1955, yang diterjemahkan
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Menurutnya, pembukaan UUD 1945
mempunyai hakikat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sedangkan pancasila
merupakan salah satu unsur pokok dari pembukaan UUD 1945. Penjelasan ini dikemukakan

8
kembali pada seminar pancasila I tahun 1959 di yogyakarta bahwa pancasila yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 merupakan unsur pokok kaidah fundamental negara
(staatsfundamentalnorm). Pada pembukaan UUD 1945, pancasila adalah asas kerohanian negara
yang mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa indonesia.
Hal ini dikarenakan lima sila yang tercantum di dalamnya bukanlah hal-hal baru pada
pembentukan negara Indonesia, tetapi sebelumnya dan selama-lamanya telah dimiliki oleh
bangsa indonesia yang nyata ada dan hidup dalam jiwa dan masyarakat indonesia. Lebih lanjut
dikatakan oleh Notonagoro, “maka dari itu sungguh tepat oleh Pembentuk negara, pancasila
dijadikan unsur pokok kaidah fundamental negara Republik indonesia, yang selama negara
Republik indonesia ada, merupakan norma dasar hukum objektif, yang dengan jalan hukum tidak
dapat diubah” (mubyarto,2004).
Aturan di bawah norma fundamental negara adalah aturan dasar yang isinya bersifat
pokok dan merupakan aturan umum dan gari besar seperti pembagian kekuasaan negara,
hubungan antar lembaga negara serta hubungan negara dengan warga negara , hubungan negara
dengan warga negara. Di indonesia, aturan dasar negara ini tertuang dalam pasal-pasal UUD
1945, ketetapan MPR serta hukum dasar tidak tertulis yang disebut konvensi ketatanegaraan.
Aturan dasar negara ini menjadi dasar bagi pembentukan undang-udang atau aturan yang lebih
rendah.
Hamid S. Attamimi (1999) menyatakan bahwa pancasila adalah norma fundamental
negara (staatsfundamentalnorm) dari negara indonesia. Argumentasinya adalah karena pancasila
merupakan cita hukum rakyat indonesia yang artinya seluruh asas dan norma hukum yang
terkandung dalam UUD 1945 pada hakikatnya dibentuk dari norma fundamental negara
pancasila yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Dalam tulisannya sebelumnya, hamid S. Attamimi (1991) juga menyatakan pancasila
dalam tata hukum indonesia berkedudukan 2 (dua), yakni sebagai cita hukum, pancasila berada
dalam tata hukum indonesia namun terletak diluar sistem norma hukum. Dalam
kedudukandemikian, pancasila berfungsi secara konstitutif dan secara regulative terhadap norma-
norma yang ada dalam system norma hokum. Sebagai norma yang tertinggi, pancasila
merupakan norma dasar (grundnorm) yang menurut HansNawiasky sebaiknya disebut norma
fundamental negara (staatsfundamentalnorm) yang menciptakan semua norma yang lebih rendah
dalam system norma hokum tesebut dan menentukan berlaku tidaknya norma-norma dimaksud.

9
Mengikuti pendapat Hamid S. Attamimi, mahfud MD (1998) mengatakan pancasila yang
ada dalam pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari staatsfundamentalnorm yang tidak
dapat diubah. Di samping sebagaidari staatsfundamentalnorm, pancasila juga sebagai cita hukum
yang harus mengalir pada seluruhproduk hukum Indonesia. Pancasila sebagai dasarnegara
berkonotasi yuidis dalam arti melahirkan berbagai peraturan perundangan yang tersusun secara
hierarkis dan bersumber darinya. Sedangkan pancasila sebagai ideology berkonotasi program
social politk dimana hukum merupakan salah satu sarannya dank arena juga harus bersumber
darinya.
Dalam tulisan berikutnya Mahfud MD (2007) menyatakan bahwa dari sisi hukum,
pancasila sebagai dasar negara meahirkankaidah-kaidah penuntun hukum. Ada 4 (empat) kaidah
penuntunhukum yang mengalir dari pancasila. Pertama, hukum Indonesia yang dibuat haruslah
bertujuan membangun dan menjamin integrasi negara dan bangsa Indonesia. Kedua, hukum
Indonesia yang dibuat haruslah berdasarkan demokrasi dan nomokrasi. Tiga, hukum indonesia
yang dibuat haruslah dutujukan untuk membangun keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Empat, hukum Indonesia yang dibuat haruslah didasarkan pada toleransi beragamayang
berkeadaban.
Astim Riyanto (2006) menyatakan jika ditinjau dari stufenbau des rechts theorie (teori
pertingkatan hukum) menurut Hans Kelsen, maka pancasila itu berkedudukan sebagai
grundnorm. Grundnorm merupakan kaidah tertinggi, fundamental dan mejadi inti (kern) dari
setiap tatanan kaidah hukum dalam masyarakat yang teratur, termasuk didalamnya negara, yang
tidak berubah-ubah melainkan relative stabil. Grundnorm ini berada diatas UUD atau konstitusi.
Sementara itu, konstitusi merupakan hukum tertinggi dalam tatanan hukum nasional suatu
negara. Oleh karena itu,grundnorm bersifat metayuridis.
Ananda B.kusuma (2010) mengatakan perlu dibedakan antara grundnorm dan
staatsfundamental. Untuk konteks Indonesia, ia lebih memilih bahwa staatsfundamentalnorm
adalah pembukaan UUD 1945 sebagai norma dasar (basic norm) untuk menyusun UUD,
sedangkan grundnorm itu adalah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.menurutnya,
pancasila berbeda dengan teori grundnorm dari Hans Kelsen yang menyatakan bahwahukum
positif tidak perlu bersangkut paut denganmoral, ideology, politik, dan sejarah yang intinya
berada di luar bidang hukum. Pancasila adalah suatu komposisi dari nilai-nilai, bukannilai-nilai
yang terserak-serak tak beraturan. Pancasila adalah nilai-nilai pokok(core values) yang terdapat

10
dalam pembukaan UUD 1945. Dari nilai-nilai pokok ini kemudian di turunkan menjadi norma-
norma dalam UUD 1945.
Selanjutnya, bukti penjabaran pancasila kedalampasal-pasal UUD 1945, ditunjukkan
sebagai berikut (MPR RI, 2012).
1. Penjabaran sila pertamapancasila dalam pasal-pasal UUD 1945
a. Pasal 9
(1) Sebelum memangku jabatanya, presidendan wakil presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanjidengan sungguh-sungguh di hadapan majelis
permusyawaratan rakyat atau dewan perwakilan rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
“demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban presidenrepublik
Indonesia (wakil presiden Republik Indonesia)dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan
segala undang-undang dan persyaratannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
b. Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengelurkan
pendapat.
c. Pasal 29
(1) Begara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan kepercayaannya itu.

11
2. Penjabaran sila kedua Pancasiladalam Pasal-Pasal UUD 1945
a. Pasal 27
(1) Segala warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
b. Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
c. Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
d. Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
e. Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara.
f. Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

12
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
g. Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini, menyatakan pikiran, dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, dan mengeluarkan pendapat.
h. Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, meolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
i. Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehomatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaanya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman kekuatan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suka politik
dari negara lain.
j. Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.

13
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan peelakukan khusus untuk
memperoleh kesempetan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan pengebangan
dirinya secara utuh sebagai manusai yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhakmempunyai hak milik pribadi dan hak ilik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
k. Pasal 28L
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.
(3) Indentitas budaya dan hak mesyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
l. Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghrnati hak asasi mausia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil seusai dengan

14
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
m. Pasal 29
(1) Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan kepercayaan itu.
n. Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga berhakdan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan kemanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya,
syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
o. Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.

15
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
3. Penjabaran Sila Ketiga Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945
a. Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
b. Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten atau kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
undang-undang.
(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum.
(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

16
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintahan Pusat.
(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.
c. Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjami kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.
d. Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
e. Pasal 36A
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
f. Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.
g. Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang.
h. Pasal 37 ayat (5)
Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
4. Penjabaran Sila Keempat Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945
a. Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.

17
b. Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan daerah yang dipilih melalui pemilihan
umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun di ibukota negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara
yang terbanyak.
c. Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang
Dasar.
d. Pasal 5
(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya.
e. Pasal 20
(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut
tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan

18
undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah
menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
f. Pasal 22E
(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil setiap lima tahun sekali
(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah
adalah perseorangan.
(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-
undang.
g. Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
h. Pasal 37
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

19
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan
dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu
anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
5. Penjabaran Sila Kelima Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945
a. Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.
b. Pasal 23A
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang.
c. Pasal 23B
Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
d. Pasal 23C
Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang.
e. Pasal 23D
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.
f. Pasal 23E
(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

20
(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
sesuai dengan kewenangannya.
g. Pasal 23F
(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
h. Pasal 23G
(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki
perwakilan di setiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan
undang-undang.
i. Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
j. Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
k. Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.

21
l. Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
m. Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalm undang-
undang.

22
n. Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

D. Implementasi Pancasila dalam Kebijakan Negara


Berikut ini akan dijelaskan mengenai implementasi Pancasila dalam kebijakan negara.
1. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Politik.
Dalam kehidupan politik, bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi
sebagaimana dengan negara lain sejalan dengan ideologinya, maka demokrasi di
Indonesia mendasarkan dirinya kepada ideologi politik yang dipunyai, yaitu Pancasila
yang disebut dengan Demokrasi pancasila. Mebudayakan pancasila di bidang politik
adalah membudayakan sila keempar dari pancasila yang berintikan demokrasi yang
dijiwai oleh sila 1,2,3, dan menjiwai sila 5.
Demokrasi pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada
pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai pancasila. Nilai-nilai
pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan nilai keadilan
sangat mendukung demokrasi, nilai-nilai pancasila menetang sistem otorier atau
kediktoran.
Berikut adalah pelaksanaan demokrasi di indonesia adar tegak dan berkembang
didasarkan pada pilar-pilar demokrasi pancasila (Achmad sanusi, 2006)
a. Demokrasi yang berketuhanan yang maha esa.
Para pemeran politik dan pemimpin negara dan semua warga negara dalam
menerapkan demokrasi tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ia di tuntut agar
mempertanggungjawabkan segala tindakannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

23
b. Demokrasi yang menjunjung hak asasi manusia.
Demokrasi mengharuskan adanya penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia dalam bentuk jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia demi
terwujudnya keadilan dalam masyarakat.
c. Demokrasi yang mengutamakan kedaulatan rakyat.
Rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara demokrasi.pelaksaan
kedaulatan memalui sistem perwakilan. Untuk mengisi lembaga perwakilan perlu
dilaksanakan pemilu secara periodik.
d. Demokrasi yang di dukung kecerdasan.
Warga negara yang cerdas dan terdidik secara politik merupakan syarat mutlak untuk
mewujudkan demokrasi. Oleh karena itu,pendidikan kewarganegaraan atau
pendidikan politk amat penting dalam negara demokrasi untuk membekali warga
negara kesadaran hak dan kwajibannya.
e. Demokrasi yang menetapkan kekuasaan
Suatu negara demokratis harus ada pembagian kekuasaan, selain itu untuk
memghidari terjadinya pemusatan kekuasaan kepada satu orang. Dan memberikan
kesempatan kepada lembaga lain untuk melakukan pengawasan dan menerima
pertanggungjawaban jalannya pemerintah.
f. Demokrasi yang menerapkan konsep negara hukum.
Hukum melandasi pelaksaan demokrasi. Untuk mengembangkan kebebasan yang
demokratis tidak bisa dengan meninggalkan hukum, tanpa hukum, kebebasan akan
mengarah perbuatan yang anarkis. Pada akhirnya, perbuatan itu meninggalkan nilai-
nilai demokrasi. Untuk mewujudkan demokrasi yang berdasarkan hukum tidak dapat
lepas dari perlindungan konsitusianal, badan peradilan yang bebas, kebebasan
berpendapat, berserikat, dan kesadaran keawarganegaraan.
g. Demokrasi yang menjamin otonomi daerah.
Pelaksaan demokrasi harus tetap terjamin tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan dilaksanakan otonomi daerah yang semakin nyata dan bertanggung jawab
mengidikasikan paham demokrasi juga terus berkembang. Sebagai wujud prinsip
demokrasi. Kekuasaan negara tidak dititikberatkan pada pemerintah pusat saja,

24
namun sebagian di serahkan kepada daerah menjadi urusan rumah tangga daerah itu
sendiri.
h. Demokrasi yang berkeadilan sosial
Pelaksaan demokrasi di arahkan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat indonesia. Demokrasi bukan hanya politik saja Melainkan juga demokrasi
sosial dan ekonomi . Demokrasi soasial artinya demokrasi yang ditemukan dalam
hubungan antara warga masyarakat dan/atau warga negara. Juga harus dilandasi oleh
penghormatan terhadap kemerdekaan, persamaan, dan solidaritas antar manusia.
i. Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat.
Demokrasi juga mencakup dalam bidang ekonomi. Demokrasi ekonomi adalah
sistem pengolaan perekonomian negara berdasarkan prinsip ekonomi. Perekonomian
harus dijaga dari persaingan bebas tanpa batas memalui peraturan perundang-
undangan. Negara juga mengambil peran yang cukup dalam usaha mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
Demokrasi pancasila dalam arti sempit adalah berdasar pasa sila keempat pancasila,
yaitu kerakyatan yang di pimpin oleh hikamat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Dengan demikian demokrasi pancasila dalam arti sempit adalah masalah
pengambilan keputusan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Wujud dari
pengambilan keputusan ini adalah dengan musyawarah mufakat.
Jadi, membudayakan dalam peri kehidupan berbangsa dan bernegara terutama
didalam aspek kehidupan politik adalah membudayakan demokrasi berdasar sila keempat
pancasila. Negara, dalam hal ini pemerintah tidak boleh melepaskan beban tanggung
jawab dengan hanya memberikan bantuan dan dukungan kepada lembaga legislatif
ataupun yudikatif memasyarakatkan pancasila, termasuk UUD 1945 . Pemerintah harus
tampil dengan tanggung jawab sendiri upaya pemasyarakatan dan membudayakan nilai -
nilai pancasila dan norma-norma yang ada dalam UUD 1945.
2. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Ekonomi
Di bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang bertumpu pada kapitalisme global
menjadi arus utama. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang telah mulai
berkekalan dengan kapitalisme global seiring dengan perekonomian global tersebut. Hal
demikian berlangsung sejak pemerintah orde baru.

25
Namun demikian, krisis dievaluasi rupiah yang lantas menjelma menjadi kerisis
moneter sepanjang 1997-1998 talah membutakan mata bahwa pondasi perekonomian
indonesia yang dibangun atas darar hutang luar negeri tidaklah kokoh. Sistem ekonomi
kita bertumpu pada ekonomi liberal. Padahal sistem ekonomi indonesia secara normatif
telah memiliki pijaknnya, yakni sistem ekonomi yang berdasar pancasila. Sistem
ekonomi yang berdasar pada kerakyatan dan keadilan.
Dalam sistem ekonomi pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada
(kepentingan) ekonomi rakyat sehingga terwujud pemerataan sosial dalam kemakmuran
dan kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan yang demokratis yang melibatkan
semua orang dalam proses produksi, dan hasilnya dapat di amati oleh semua warga
masyarakat. Aturan main sistem ekonomi pancasila yang lebih ditekankan pada sila
keempat menjadi slogan baru yang du perjuangkan sejak reformasi.
Sistem ekonomi kerakyatan adalah subsitem dari perekonomian pancasila, yang di
harapkan mampu meredam akses kehidupan ekonomi yang liberal, sistem ekonomi
pancasila berdasarkan pada Pasal 33 UUD 1945 adalah sebagai berikut.
(1)Perekonomian di susun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2)Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menuasai hajat hidup
orang banyak di kuasai oleh negara.
(3)Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan di pergunakan untuk sebesar -besar kemakmuran rakyat.
Rumusan pasal 33 (ayat) 1,2,3 UUD 1945 tersebut merupakan rumusan asli sejak
ditetapkannya oleh PPKI tanggal 18 agustus 1945 dan tidak berubah hingga saat ini.
Hanya saja setelah perubahan keempat UUD 1945 tahun 2002 terdapat penambahan ayat
sebagai berikut.
(4)Perekonomian nasional di selenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efesiensi keadilan, keberlanjutan, wawasan lingkungan,
kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
(5)Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini di atur dalam undang-undang.

26
Upaya-upaya dalam rangka membudayakan pancasila di dalam aspek kehidupan
ekonomi, yaitu dengan mengadakan pengkajian, diskusi, dan bidang tentang ekonomi
pancasila dan penerapannya di indonesia baik di tingkat nasional maupun di daerah-
daerah sistem ekonomi pancasila yang bermoral, manusiawi, nasionalistis, demokratis
dan berkeadilan jika di terapkan secara tepat pada setiap kebijakan dan program akan
membantu terwujudnya keselarasan dan keharmonisan kehidupan ekonomi dan sosial
masyarakat, karena pada dasarnya UUD 1945 menegaskan di dalam pembukaanya
bahwa salah satu tujuan negara indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.
Penegasan di atas tidak lepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945, yaitu bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Proses selanjutnya adalah menjadikan pancasila sebagai paradigma dalam
pembangunan ekonomi nasional, yaitu pancasila di jadikan acuan filosofis pembangunan
ekonomi indonesia. Sebagai acuan filosofis, pembangunan ekonomi indonesia perlu
memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
a. Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan
pembangunan ekonomi.
b. Mengembangkan sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan.
c. Mengembangkan sistem ekonomi indonesia yang bercorak kekeluargaan.
d. Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan
bebas.
e. Ekonomi yang bertunjan keadilan dan kesejahteraan bersama.
3. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Sosial-Budaya
Sosial dan budaya adalah salah satu kesatuan hal yang sangat mudah berubah, yang
di sebabkan oleh adanya perkembangan zaman, seperti globalisasi yang memudahkan
budaya bangsa luar masuk ke negara kita, perubahan gaya hidup, berkembangnya
perekonomian pada suatu negara, hingga masuknya kebiasaan-kebiasaan masyarakat
negara lain budaya yang terdapat pada negara indonesia. Perubahan sosial bidaya itu
sendiri adalah sebuah gejala perubahan struktur sosial dan pola budaya dalam suatu
masyarakat. Perubahan pola budaya ini merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang
masa dalam setiap masyarakat, perubahan ini terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

27
Dengan keanekaragaman suku dan budaya, di indonesia, kita selaku warga harus
menciptakan dan mengamalkan Pengaktualisasian pancasila pada bidang ini. Hal ini
akan memiliki pengaruh yang besar dalam upaya mempersatukan bangsa indonesia. Oleh
karena itu, diperlukan juga pengendalian aktualisasi sosial dan budaya dengan tepat dan
juga seimbang antara budaya yang satu dan budaya yang lainnya, yang terdapat di
indonesia walaupun harus secara seimbang. Tentunya ada wilayah yang di prioritaskan
dalam pengamalan aktualisasi pancasila dan UUD 1945 ini. Luasnya wilaya NKRI
memaksa kita untuk memprioritaskan daerah-daerah yang masih minim tingkat
pendidikannya, atau bisa dikatakan daerah tertinggal, agar terjadinya keseimbangan
antara daerah.
Berikut ini beberapa contoh singkat dalam membudayakan pancasila di dalam aspek
kehidupan sosial-budaya.
a. Penyuluhan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam hidup bermasyarakat
dan bernegara dapat dilakukan khususnya pada masyarakat dan wilayah yang sering
mengalami konflik antar warga.
b. Aktualisasi sosial budaya pada aspek agama, karena masih banyaknya kasus
perselisihan yang diawali oleh perbedaan keyakinan umat beragama. Hal ini terjadi
karena kurangnya rasa menghargai antara umat beragama dalam kehidupan sosial
meraka di harapkan dengan adanya aktualisasi dapat menghilangkan perselisihan
yang ada.
c. Terbuka menerima kehadiran budaya lain sebagai upaya mempersatukan umat
manusia di seluruh dunia. Namun demikian, jangan sampai meninggalkan budaya
yang sudah ada mendarah daging dalam tubub kita dan menggantinya dengan budaya
lain.
Membudayakan pancasila dalam bidang sosial budaya dengan cara menjadikan
pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya. Arah pembangunan sosial
budaya indonesia hendaknya mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut.
a. Pembangunan sosial budaya dilakukan demi terwujudnya masyarakat yang
demokratis, aman, tentram, dan damai.
b. Pembangunan sosial budaya yang menghargai kemajemukan masyarakat indonesia.

28
c. Terbuka terhadap nilai-nilai luar yang positif untuk membangun masyarakat
indonesia yang moderen.
d. Memelihara nilai-nilai yang telah lama hidup dan relavan bagi kemajuan masyarakat.
4. Membudayakan Pancasila dalam Aspek Kehidupan Pertahanan dan Keamanan
Istilah pertahanan dan keamanan baru muncul di era orde baru ketika pemerintah
menyatukan unsur angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara, serta kepolisian
RI dalam angkatan bersenjata Republik Indonesia yang memunculkan istilah gatra baru,
yaitu pertahanan dan keamanan yang di singkat hankam. Sebelumnya gatra ini lebih di
kenal dengan militer. Di era reformasi sekarang ini kita membedakan istilah pertahanan
dan keamanan. Pertahanan merupakan tugas tni sedang keamanan dan ketertiba menjadi
tugas kepolisian.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
menyelenggarakannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara,
serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan
merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara.
Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dan atau dari dalam
negeri, suatu negara tidak akan dapat dapat mempertahankan keberadaannya. Bangsa
Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaannya pada tangga 17 agustus 1945
bertekad bulat untuk membela, mempertahankan dan menegangkan kemerdekaan,
kedaulatan dan bangsa berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan keselamatan
segenap bangsa dari segala bentuk ancama, pertahanan negara berfungsi untuk
mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai suatu kesatuan
pertahanan.
Komponen dalam pertahanan negara ada tiga sebagai berikut.
a. Komponen utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas pertahanan.
b. Komponen cadangan, adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk di
kerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan
kemampuan komponen utama.

29
c. Komponem pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.
Membudayakan pancasila dalam bidang pertahanan keamanan adalah dengan
menjadikn pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan. Acuannya
adalah sebagai berikut.
a. Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara.
b. Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semsta.
c. Mengembang mkn prinsip hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain.
Sebagai penjabarannya, pertahanan dan keamanan diatur dalam pasal 30 uud 1945
sebagai berikut.
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalm usaha pertahanan dan
keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara di laksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semsta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani,
masyarakat serta menegakkan hukum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, hubungan kewanangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,
serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang.
Adapun UU pelaksanaannya yang berkaitan dengan hal di atas adalah:
a. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.
b. UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negaran, dan
c. UU No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Notonegoro dalam (Mubyarto, 2004) berpendapat bahwa apabila orang memikirkan
tentang Pancasila maka yang dimaksudkan ialah Pancasila yang sungguh-sungguh
merupakan dasar negara Indonesia, sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Pancasila merupakan asas kerohanian negara yang mempunyai kedudukan istimewa di
antara unsur-unsur pokok kaidah fundamental negara.
Yang dimaksud dengan pengertian yang umum, abstrak dan universal adalah Pancasila
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental. Kata kunci dari sila-sila Pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Menurut bentuknya, masing-masing terdiri atas kata
dasar Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil, yang ditambah dengan awalan serta akhiran
ke- dan –an, serta perdanan sehingga kata itu mempunyai makna abstrak, hanya ada
dalam pikiran. Hal ini sesuai dengan kedudukan Pancasila sebagai dasar falsafah hidup,
asas kerohanian negara dan ideologi bangsa. Umum universal memiliki makna bahwa
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial dapat saja berlaku
dan dimiliki oleh bangsa lain di dunia, tidak hanya Indonesia.
Pada pembukaan UUD 1945, pancasila adalah asas kerohanian negara yang
mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa indonesia.
Hal ini dikarenakan lima sila yang tercantum di dalamnya bukanlah hal-hal baru pada
pembentukan negara Indonesia, tetapi sebelumnya dan selama-lamanya telah dimiliki
oleh bangsa indonesia yang nyata ada dan hidup dalam jiwa dan masyarakat indonesia.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna sehingga kami sarankan untuk memberikan kritik sehingga
dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik dari sekarang ini.
Di harapkan makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam pembelajaran mengenai
Kajian Struktur Kimia Serat Sutera dan makalah ini dapat menjadi pembelajaran bagi
teman-teman semua karena masih banyak hal yang perlu kita pelajari.

31
DAFTAR PUSTAKA
Winarno. 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Solo: Bumi Aksara

32

Anda mungkin juga menyukai