Anda di halaman 1dari 14

KEDUDUKAN PEMBUKAAN UNDANG - UNDANG DASAR 1945

Kelompok 3

Penyusun :

Andreas Sahir Aryanto (H1A020023)

Fahmi Fauzan Akbar (H1A021076)

Syahra Alifia (H1A021037)

Fachrizal Yudhoyono K.A. (H1A021055)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

PURBALINGGA

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KEDUDUKAN PEMBUKAAN UNDANG - UNDANG DASAR 1945” ini tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah
Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep
kewarganegaraan bagi pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Muhammad Baedowi, S.Pd.I., M.Pd. selaku Dosen Pancasila yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagikan pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Purbalingga, 12 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 3
1.3. TUJUAN .............................................................................................................. 3
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................... 4
2.1. PERNYATAAN KEMERDEKAAN ...................................................................... 4
2.2. SUMBER TERTIB HUKUM ................................................................................ 6
2.3 KAIDAH FUNDAMENTAL ...................................................................................... 7
BAB III. KESIMPULAN .................................................................................................. 11
3.1. KAIDAH FUNDAMENTAL ............................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

ii
1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai satu kesatuan naskah


acapkali hanya dijadikan simbol pembuka bagi konstitusi Indonesia tanpa memberikan
kedudukan dan fungsi yang signifikan. Ia tidak terlalu mendapat perhatian yang lebih
jika dibandingkan dengan Pancasila yang sebenarnya adalah bagian (part of) dari
keseluruhan Pembukaan UUD 1945. Hal yang menjadi paradoks mengingat sila-sila
dalam Pancasila justru terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan bahasa lain,
Pembukaan UUD 1945 kerap kali “kalah pamor” dibandingkan dengan Pancasila. Hal
tersebut disebabkan adanya pandangan bahwa Pancasila tidak hanya sebagai dasar
negara, melainkan menjadi ideologi dan falsafah negara sehingga harus dijaga dan
dilindungi keberadaannya.
Ahmad Basarah dalam disertasinya bahkan menyebut penempatan Pancasila
yang sejajar dengan UUD 1945 adalah bentuk ketidaktepatan dikarenakan Pancasila
tidak lahir pada 18 Agustus 1945 (bersamaan disahkan-nya UUD 1945) dan sifat
Pancasila yang abstrak atau meta yuridis yang di dalamnya ada dunia ide sebagai cita
negara untuk dasar bernegara Indonesia merdeka. Jauh sebelum itu, Hamit Attamimi
telah menempatkan Pancasila sebagai grundnorm dalam tata urutan peraturan
perundang-undangan di Indonesia yang mengatasi Pembukaan UUD 1945 sebagai
staatsfundamental norm dan Batang Tubuh UUD 1945 sebagai staatsgrundgesetze.
Penempatan Pancasila yang berada di atas Pembukaan UUD 1945 tersebut jelas
menjadikan Pancasila semakin tinggi hirarkinya, walaupun secara faktual terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945.
Muncul juga berbagai persoalan berkenaan dengan penafsiran konstitusional.
Lagi-lagi berbagai artikel yang telah ditulis merekomendasikan bahwa Pancasila lah
yang dapat dijadikan dasar pengujian konstitusional tanpa kemudian menyebut
Pembukaan UUD 1945 secara keseluruhan. Kondisi ini seolah-olah mendikotomikan
antara Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila, sehingga Pembukaan UUD 1945 nampak
hanya sekedar simbolis andai saja di dalamnya tidak mengandung Pancasila. Dalam
konteks kehidupan sosial bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara-pun, Pancasila yang
lebih sering digunakan dibandingkan Pembukaan UUD 1945 secara keseluruhan.
Padahal menurut Liav Orgad4, premis yang menyebut pembukaan konstitusi sebagai
pernyataan simbolik sudah mulai ditinggalkan dengan adanya tren global dimana
banyak negara-negara yang menempatkan pembukaan konstitusi sebagai bagian dari
norma konstitusi sehingga ia tidak hanya bernilai simbolis melainkan memiliki daya ikat
secara hukum.
Selain itu, Orgad juga menyebut pembukaan konstitusi memiliki fungsi sosial
yang penting, karena ia dapat menjadi alat pemersatu, ekspresi identitas konstitusional,
menjadi alat konsolidasi nasional atau merekonsiliasi kesalahan masa lalu, mendorong
ketenteraman dan kohesi, walau ada juga yang memperburuk perpecahan. Berdasarkan
uraian di atas, maka artikel ini hendak menganalisis kedudukan dan fungsi Pembukaan
UUD 1945 dengan titik utama tren global sesuai dengan perbandingan pembukaan
konstitusi beberapa negara, dengan dua identifikasi masalah, pertama, bagaimana
kedudukan dan fungsi pembukaan konstitusi negara-negara yang menjadi tren global?
Kedua, bagaimana kedudukan dan fungsi Pembukaan UUD 1945? Melalui
pertanyaanpertanyaan tersebut, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang lebih
komprehensif berkenaan dengan kedudukan dan fungsi Pembukaan UUD 1945,
khususnya dengan melihat tren global yang ada, sehingga diharapkan dapat memberikan
sumbangsih teoritis yang berguna dalam menempatkan dan menfungsikan Pembukan
UUD 1945 secara tepat (Susanto, 2021).

2
1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan


yakni sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud UUD RI Tahun 1945 sebagai pernyataan
kemerdekaan?
2. Apa fungsi UUD RI Tahun 1945 dalam sumber tertib hukum?
3. Apakah yang dimaksud dengan UUD RI Tahun 1945 sebagai kaidah
fundamental?

1.3. TUJUAN

Tujuan dari pembahasan topik pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui dan memahami UUD RI Tahun 1945 sebagai pernyataan
kemerdekaan.
2. Dapat mengetahui dan memahami fungsi UUD RI Tahun 1945 dalam
sumber tertib hukum.
3. Dapat mengetahui dan memahami UUD RI Tahun 1945 sebagai kaidah
fundamental.

3
4

PEMBAHASAN

2.1. PERNYATAAN KEMERDEKAAN

Pembukaan UUD 1945 merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 (Kristina,
2021). Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah merupakan perumusan daripada cita-
cita bangsa Indonesia yang terkandung dalam hati sanubarinya, suatu cita-cita moral
yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia baik dalam lingkungan bangsa Indonesia
sendiri maupun dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Di dalamnya pun lelah terlukis
pandangan hidup dan tujuan hidup bangsa Indonesia. Proklamasi merupakan Pernyataan
Kemerdekaan "Declaration of Independence" dari rakyat Indonesia. Pernyataan
Kemerdekaan atau Proklamasi Kemerdekaan 1ni merupakan sumber hukum dari adanya
Republik Indonesia .
Jadi Proklamasi Kemerdekaan Itu merupakan sandaran hukum berdirinya negara
Republik Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan yang merupakan Pernyataan
Kemerdekaan bangsa Indonesia itu dimuat dalam alinea ketiga Pembukaan UUD 1945.
Maka dari itu, sudah terang bahwa Proklamasi Kemerdekaan yang merupakan sumber
hukum berdirinya negara Republik Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Pembukaan
UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 jelas merupakan penuangan darlpada cita-cita
bangsa Indonesia.
Dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 1999 disepakati
untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 karena hal itu dipandang sudah final.
Kesepakatan untuk tidak mengubah Pembukaan UUD 1945 dulu pernah dilakukan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Penegasan tersebut ditegaskan
dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966.
Dalam lampiran Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum
DPR-GR Mengenal Sumber Tertib Hukum Rl dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan Rl, Bagian I, No. 3 sub 0., dinyatakan bahwa: "Pembukaan UUD 1945 sebagai
Pemyataan Kemerdekaan yang terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila sebagai Dasar Negara
merupakan satu rangkaian dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu tidak
dapat dirubah oleh siapapun juga, termasuk MPR hasil Pemilu, yang berdasarkan Pasal
3 dan Pasal 37 UUD berwenang menetapkan dan merubah UUD karena merubah isi
Pembukaan berarti pembubaran Negara. Dalam kedudukannya yang demikian tadi
Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar dan sumber hukum dari batang tubuhnya."
Pemyataan tersebut kemudian ditegaskan kembali dalam Ketetapan MPR No.
lll/MPR/1983 jo Ketetapan MPR No. Ill/MPR/ 1988 (kedua Ketetapan MPR tersebut
rumusannya sama). Adapun pandangan atau dasar pikiran yang melatar belakangi iaiah
karena Pembukaan UUD 1945:
1. mengandung cita-cita luhur Proklamasi Kemerdekaan 1945
2. memuat Pancasila sebagai Dasar Negara
3. merupakan satu kesatuan dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
4. merubah isi Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan Negara
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Penegasan ini ada kemiripannya dengan pendapat Notonagoro pada Seminar
Pancasila tahun 1955 yang mengatakan, Pembukaan UUD 1945 itu merupakan pokok
kaidah fundamental Negara Republik Indonesia dan mempunyai kedudukan tetap
terlekat kepada kelangsungan Negara Republik Indonesia atas Proklamasi Kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, tidak dapat diubah dengan jalan hukum
(Surajiyo & Agus Wiyanto, 2006).

5
2.2. SUMBER TERTIB HUKUM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bukanlah hukum


biasa melainkan hukum dasar tertulis. Namun , hukum yang memiliki kedudukan
sebagai hukum tertinggi dalam negara. UUD RI Tahun 1945 menjadi sumber tertib
hukum bagi peraturan-peraturan di bawahnya. Setiap produk hukum seperti Ketetapan
MPR, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan peraturan-
peraturan yang lain harus bersumber dan berlandaskan pada peraturan yang lebih tinggi,
yang pada akhirnya dapat dipertanggungjawabkan pada UUD Negara RI Tahun 1945.
Selain itu. sebagai hukum UUD, Negara RI Tahun 1945 juga mengikat pemerintah,
lembaga negara, lembaga masyarakat dan setiap warga negara Indonesia di manapun
berada untuk melaksanakannya.
UUD Negara RI Tahun 1945 saat ini telah mengalami empat kali perubahan atau
amandemen. Tujuan perubahan atau amandemen tersebut adalah untuk
menyempurnakan aturan-aturan dasar diantaranya aturan dasar mengenai: tatanan
negara, kedaulatan rakyat, hak asasi manusia (HAM), dan lain sebagainya. Dalam
perubahan tersebut ada kesepakatan-kesepakatan dasar diantaranya yaitu tidak
mengubah Pembukaan yang merupakan Pokok Kaidah Fundamental Negara. Terdapat
kesepakatan dasar lainnya yakni perubahan UUD Negara RI Tahun 1945 dilakukan
secara “adendum” artinya tidak menghilangkan naskah aslinya.
UUD Negara RI Tahun 1945 bersifat singkat dan supel (luwes). Singkat berarti
hanya memuat aturan-aturan pokok saja. Aturan-aturan pokok tersebut dapat dijabarkan
kedalam peraturan-peraturan lain yang lebih rendah secara lengkap dan terperinci yang
bersifat lebih mudah cara pembuatannya, cara mengubah, dan cara mencabutnya. Supel
atau luwes artinya dapat mengikuti perkembangan zaman. Undang-Undang Dasar yang
luwes artinya mampu menyesuaikan diri dengan segala situasi dan kondisi
perkembangan zaman.

6
Dalam kedudukannya sebagai sumber tertib hukum yang tertinggi, UUD Negara
RI Tahun 1945 juga memiliki fungsi sebagai alat kontrol (yudicial review), alat untuk
mengecek apakah suatu peraturan sesuai atau tidak. Jika terbukti sesuai, maka Undang-
Undang tersebut tetap berlaku. Sedangkan jika terbukti tidak sesuai maka Undang-
Undang yang diuji materi tersebut harus dicabut, atau diubah hingga sesuai dengan
amanat UUD Negara RI Tahun 1945.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa UUD NKRI 1945 dalam halnya
sebagai sumber tertib hukum tertinggi memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Sebagai pedoman dalam mengatur penyelenggaraan kehidupan bernegara.
2. Sebagai pedoman dalam menyusun peraturan perundang-undangan.
3. Dan sebagai alat kontrol (Pudjowati, 2018).

2.3 KAIDAH FUNDAMENTAL

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) memberikan makna yang mendalam


bagi segenap Rakyat Indonesia sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pada hakikatnya, pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang
tetap, maka secara hukum tidak dapat diubah.
Jika melihat dari ilmu hukum yang ada, maka pembukaan UUD 1945
mempunyai kedudukan tertinggi di atas Undang-undang lainnya. Hal ini dikarenakan
UUD 1945 merupakan hukum dasar berbentuk tertulis dan menjadi dasar sumber hukum
bagi seluruh peraturan-peraturan yang ada di Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok dari tujuan kaidah negara yang
bersifat fundamental, dimana memuat prinsip negara seperti bentuk negara, dasar negara
dan tujuan negara itu sendiri. Hal tersebut tergambar dalam setiap alinea pembukaan
UUD 1945 yang memiliki makna berkaitan dengan kemerdekaan maupun usaha setelah
kemerdekaan Indonesia.

7
Pada alinea pertama “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Hal ini bermakna bahwa Indonesia
dan dunia harus menghapus dan melawan penjajahan yang ada di dunia ini.
Pada Alinea kedua, “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. Dalam alinea ini bermakna untuk menunjukan
kebanggaan dan penghargaan atas perjuangan kemerdekaan Indonesia yang diraih
dengan hasil kerja keras pada pejuang yang rela mengorbankan harta, jiwa, dan
nyawanya.
Pada aline ketiga, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Hal ini bermakna bahwa
kemerdekaan Indonesia juga didapat atas bantuan Tuhan yang masa esa dan juga
keinginan luhur bangsa untuk kehidupan yang bebas.
Pada Alinea terakhir atau keempat, “Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara RI yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Masa Esa, Kemanusian yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.” makna yang terkandung pada alinea keempat dalam pembukaan UUD

8
1945 ini yaitu prinsip-prinsip bangsa Indonesia yang akan menjadi penuntun bangsa
untuk meraih cita-citanya (Pudjowati, 2018).

9
11

KESIMPULAN

3.1. KAIDAH FUNDAMENTAL

Pembukaan UUD 1945 berisi proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang


bermakna bahwa bangsa Indonesia telah merdeka, bahwa Negara Proklamasi 17
Agustus 1945 yaitu Negara Kesatuan RI telah berdiri. Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 juga bukanlah hukum biasa melainkan hukum dasar
tertulis yang memiliki kedudukan sebagai hukum yangtertinggi dalam sistem hukum
nasional Indonesia. Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 juga menjadi Pokok
Kaidah Fundamental Negara karena memuat dasar filsafat negara dan tujuan negara
sehingga tidak bisa diubah kapanpun dan siapapun.
12

DAFTAR PUSTAKA

Kristina. (2021). Ini Pernyataan Kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam Pembukaan UUD
1945. Detik.Com.
Pudjowati, N. (2018). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Paket B Setara SMP/MTs
Kelas VII. In Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Ditjen
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat-Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018.
Surajiyo & Agus Wiyanto. (2006). Hubungan Proklamasi dengan Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Lex Jurnalica, 3(3), 168–184.
Susanto, M. (2021). Kedudukan Dan Fungsi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:
Pembelajaran Dari Tren Global. Jurnal Legislasi Indonesia, 18(2), 184.
https://doi.org/10.54629/jli.v18i2.739

Anda mungkin juga menyukai