Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI

Kelompok 9 :
Hanifah Shofi Nurjanah C1B021008
Pipit Efiana C1B021048
Qanita Fida Hafshah C1B021074
Budi Yanto C1B021080
Deden Supena C1B021116

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang materi
Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI dengan tepat waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan
pancasila. Selain itu, pembahasan materi Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI pada
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis dan juga pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini sehingga dapat tersusun dengan baik. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sepenuhnya sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karenanya, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan
senang hati. Terima kasih.

Purwokerto, 21 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………..
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………...
C. Tujuan…………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………..
A. Pembukaan UUD Sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang Terperinci………………...
B. Pembukaan UUD Sebagai Tata Tertib Hukum Tertinggi………………………………
C. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara Fundamental…………………
D. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 Dengan Pancasila…………………………
E. 7 Kunci Pokok Sistem Ketatanegaraan RI……………………………………………...
F. Studi Kasus……………………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................................
C. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD '45, adalah konstitusi negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945 disahkan
sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27
Desember 1945, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di
Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945,
dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebuah konstitusi
dan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Republik Indonesia. UUD 1945 menjadi perwujudan
dari dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila, yang disebutkan secara gamblang dalam Pembukaan
UUD 1945.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang merubah susunan lembaga-lembaga dalam system ketatanegaraan Republik
Indonesia. Dalam pembahasan, akan dibahas lebih lanjut mengenai Undang- Undang Dasar 1945,
lembaga-lembaga Negara dan hubungannya. Dengan mempelajari proses di atas maka kita
sebagai mahasiswa akan lebih memahami kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yang
realisasinya sebagai sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia. Mahasiswa juga
diharapkan untuk memiliki kemampuan untuk memahami isi pembukaan UUD 1945, pembukaan
sebagai “staasfundamentalnorm“ , memahami hubungan UUD 1945 dengan Pancasila dan pasal-
pasal UUD 1945 serta mahasiswa memiliki pengetahuan tentang reformasi hukum tata Negara
maka mahasiswa diharapkan mempelajari latar belakang amandemen serta proses amandemen.

B. Rumusah Masalah

1. Bagaimana pembukaan UUD sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci?


2. Mengapa pembukaan UUD sebagai tata tertib hukum tertinggi?
3. Bagaimana pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara fundamental?
4. Apa hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila?
5. Apa 7 kunci pokok sistem ketatanegaraan RI?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pembukaan UUD sebagai pernyataan kemerdekaan yang terperinci
2. Untuk mengetahui mengapa pembukaan UUD sebagai tata tertib hukum tertinggi
3. Untuk mengetahui pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara fundamental
4. Untuk mengetahui hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
5. Untuk mengetahui 7 kunci pokok sistem ketatanegaraan RI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembukaan UUD Sebagai Pernyataan Kemerdekaan Indonesia yang Terperinci

Pernyataan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD


1945 pada alinea ketiga. Pernyataan tersebut berbunyi "Atas berkat rakhmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya."
Sebelum menyatakan kemerdekaan sebagaimana terdapat pada alinea ketiga,
bangsa Indonesia juga menjelaskan alasan serta perjuangan dalam meraih kemerdekaan.
Alasan kemerdekaan tercantum pada alinea pertama yang menjelaskan bahwa
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa. Untuk itu, penjajahan harus dihapuskan.
Berikut bunyi alinea pertama: "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Kemudian, setelah menjelaskan
dasar atau alasan kemerdekaan, Pembukaan UUD 1945 juga memuat perjuangan bangsa
Indonesia dalam meraih kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam alinea kedua.
Berikut bunyi alinea kedua: "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur." Sementara itu, pada alinea keempat, Pembukaan
UUD 1945 memuat tentang dasar negara dan tujuan didirikannya negara. Dasar negara
Indonesia adalah Pancasila.

B. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar


1945 bersama-sama dengan pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945,
disahkan secara formal disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 telah
memenuhi syarat sebagai suatu tertib negara. Oleh karena kedudukannya yang demikian
penting inilah maka pembukaan undang-undang Dasar 1945 secara hukum tidak dapat
diubah. Hal ini sesuai dengan Ketetapan No. XX/MPRMPRS/ 1966 yang ditegaskan
dalam Ketetapan No. V/MPR/1977, Ketetapan No. IX/MPR/1978 serta Ketetapan No.
II/MPR/1983.
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum
Indonesia, memiliki dua spek yang sangat fundamental, yaitu:

Pertama: Menjadi dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 memberikan faktor-faktor


mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia dan termasuk dalam tertib hukum
Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi. Dan semua ini dalam Pembukaan UUD 1945,
telah terpenuhi dengan adanya empat syarat mutlak bagi terwujudnya tertib hukum
Indonesia.

Kedua: Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri di dalamnya sebagai ketentuan hukum
yang tertinggi, sesuai dengan kedudukannya, yaitu sebagai asas bagi hukum dasar, baik
yang tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis (convensi), serta peraturan-
peraturan hukum lainnya yang lebih rendah. (Notonagoro, 1974: 45).

Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
pada hakekatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara termasuk tertib hukum Indonesia dengan demikian kedudukan
Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai
sumber tertib hukum di Indonesia. Pembukaan Undang-Undang 1945 yang didalamnya
terkandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia serta mewujudkan suatu cita-cita hukum yang
menguasai hukum dasar tertulis (UUD maupun hukum dasar tidak tertulis atau
Konvensi). Pokok pikiran tersebut dikonkritisasikan dalam pasal-pasal UUD 1945.
Kesimpulannya adalah pembukaan 1945 merupakan sumber hukum positif Indonesia.
Sebagai sumber hukum positif Indonesia nilai-nilai yang terkandung di dalam
kemudian dijabarkan dalam peraturan peraturan hukum positif di bawahnya, yaitu
ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
peraturan pemerintah dan peraturan perundangan yang lain. Dengan demikian seluruh
peraturan perundangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang
didalamnya terkandung asas kerohanian negara, atau dasar falsafah negara Republik
Indonesia.

Selanjutnya ada empat persyaratan sebagai tertib hukum tertinggi di Indonesia, yaitu:

1. Adanya kesatuan subjek.


Yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum. Dan hal ini telah terpenuhi dengan
adanya suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia (Pembukaan UUD 1945 alenia
IV).
2. Adanya kesatuan asas kerokhanian.
Merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum, yang
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Dan hal tersebut telah terpenuhi oleh
adanya dasar filsafat negara Pancasila sebagaimana tercantum pada alinea IV
Pembukaan UUD 1945.
3. Adanya kesatuan daerah.
Maksudnya di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku. Dan hal tersebut sudah
terpenuhi oleh pernyataan dengan kalimat “seluruh tumpah darah Indonesia” yang
tercantum dalam alenia IV pada Pembukaan UUD 1945.
4. Adanya kesatuan waktu.
Yaitu seluruh peraturan-peraturan hukum tersebeut terdapat kesatuan dalam
pemberlakuannya. Dan hal tersebut juga sudah terpenuhi dengan kalimat yang terdapat
pada alinea IV pada Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: “ ... maka disusunlah
kemerdekaan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar negara Indonesia”. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat mulai berdirinya
negara Republik Indonesia yang disertai dengan suatu tertib hukum, hingga sampai
seterusnya selama kelangsungan hidup negara Republik Indonesia.
Oleh sebab itu sejak ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 secara formal pada
tanggal 18 Agustus 1945, maka seluruh peraturan hukum yang ada di dalam wilayah
negara Republik Indonesia, telah memenuhi syarat sebagai suatu tertib hukum negara,
sementara semua syarat-syarat sebagaimana ditentukan di atas pada hakikatnya telah
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu sendiri. Di samping itu Pembukaan UUD
1945 yang telah dirumuskan secara padat dan khidmat dalam empat alinea itu, dimana
setiap alinea dan kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam, serta
mempunyai nilai-nilai yang universal, karena dia mengandung nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang beradab di seluruh dunia. Serta mengandung
nilai yang lestasri, karena dia mampu menampung dinamika masyarakat, dan dia akan
tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara, selamaa bangsa Indonesia tetap
setia kepada negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

C. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara Fundamental

Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan penting dalam hukum dasar tertulis
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembukaan UUD 1945 dapat diibaratkan sebagai
abstrak dan sebuah karya ilmiah atau pendahuluan dalam sebuah buku yang berisi hal-hal
yang sangat mendasar atau intisari dari keseluruhan Isi sebuah karya ilmiah atau buku.
Dengan demikian Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 berisi pokok-pokok pikiran
dan kaidah negara fundamental yang dengan jalan hukum tidak dapat diubah, disamping
itu berisi pernyataan kemerdekaan. Oleh karena isinya yang sangat esensial ini maka
Pembukaan UUD 1945 disepakati sebagai sumber cita moral dan cita hukum Indonesia.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 memuat sifat-sifat fundamental dan
asasi bagi negara yang pada hakekatnya mempunyai kedudukan tetap dan tidak dapat
diubah. Sesuai dengan yang ditetapkan oleh MPR/MPRS dalam ketetapan No.
XX/MPRS/1966 yang menerima baik memorandum DPR-GR pada tanggal 9 Juni 1966
(Jo. Tap No. V/MPR/1973 yang menyatakan :
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pernyataan Kemerdekaan yang
terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 dan memuat Pancasila sebagai Dasar Falsafah Negara, merupakan satu rangkaian
dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu tidak dapat
diubah oleh siapapun juga termasuk MPR hasil pemilu yang berdasarkan pada Pasal 3
dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945, karena mengubah isi Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 berarti sama halnya untuk membubarkan negara.
Dengan demikian Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 baik secara formal
maupun material tidak dapat diubah. Secara materiil memuat Pancasila Dasar Falsafah
Negara Indonesia, oleh karenanya terdapat pada kelangsungan hidup negara Proklamasi
17 Agustus 1945 yang hanya satu kali terjadi dan merupakan fakta sejarah yang tidak
dapat terulang kembali.
Pokok kaidah negara yang fundamental (staatsfundamental-norm) menurut ilmu
hukum tata negara memiliki beberapa unsur mutlak antara lain :

1. Dari Segi Terjadinya

Ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai
penjelmaan kehendak pembentuk negara, untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai
dasar-dasar negara yang dibentuknya.

2. Dari Segi Isinya

Ditinjau dari segi isinya maka Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok
negara sebagai berikut :

a. Dasar tujuan Negara, Dasar tujuan negara terdiri atas tujuan khusus maupun
tujuan umum. Tujuan khusus meliputi tujuan nasional bangsa Indonesia untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan cerdas sehingga nantinya
tercipta suatu masyarakat yang adil dan makmur. Tujuan khusus ini terdapat dalam
kalimat :”…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa…”. Tujuan umum berkaitan dengan hubungan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain dalam pergaulan masyarakat internasional. Tujuan umum merupakan dasar
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Tujuan umum ini tercakup dalam
kalimat “…ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial…”
b. Ketentuan diadakannya Undang-undang Dasar Negara, Pernyataan ini
tersimpul dalam kalimat “…maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia…”.
c. Bentuk Negara, Pernyataan ini tercakup dalam kalimat “…yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…”
d. Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara), Asas kerohanian yang terdapat
dalam kalimat “…dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, nemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, maka
menurut ilmu hukum tata negara bahwa Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya telah
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental (staatsfundamental-
norm)(Kaelan, 2003).

D. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty, Pembukaan UUD
1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan serta peraturan hukum tertinggi bagi
bentuk hukum lainnya, termasuk hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis.
Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan,
sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak
dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD
1945 adalah raganya.
Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur pokok ini
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945, sebagai norma hukum
dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Melansir dari buku Pendidikan
Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang
kuat dan posisinya tidak dapat tergantikan.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945. Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai
Pancasila, termasuk peraturan, perundang-undangan, pemerintahan, sistem demokrasi,
dan lainnya. Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan
UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal. Artinya Pancasila dijadikan dasar
dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma positif. Pancasila memiliki
kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan Pembukaan UUD 1945
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi.
Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubungan
material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara Indonesia, yang mana
seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila. Maka dapat dikatakan jika
Pancasila juga merupakan tertib hukum Indonesia.

E. Tujuh Kunci Pokok Sistem Ketatanegaraan RI

Ada tujuh kunci pokok yang terdapat pada sistem pemerintahan kita. Tujuh kunci pokok
ini merupakan dasar yang harus semua orang taati. Melalui tujuh kunci pokok sistem ini, akan
menjadi acuan bagi pemerintah dalam menjalankan sebuah proses pemerintahan Indonesia
khususnya. Tujuh kunci pokok sistem ketatanegaraan RI tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Indonesia merupakan negara berdasarkan hukum (Rechtstaat)

Kunci pertama yaitu negara Indonesia adalah negara hukum. Untuk dapat
memutuskan kegiatan negara, harus melalui dua pertimbanan, yakni kegunaan dan
kedua landasan hukum. Maksud dari berdasarkan kunci pertama ini yaitu negara
Indonesia tidak boleh berdasarkan kekuasaan semata, melainkan berdasarkan hukum
yang berlaku.

2. Sistem konstitusional

Selanjutnya, kunci pokok ketatanegaraan Indonesia adalah berdasarkan sistem


konstitusional atau hukum dasar, bukan melalui tindakan yang berdasarkan
absolutisme. Cara mengendalikan pemerintahan negara telah dibatasi oleh kekuatan
konstitusi.

3. Kedaulatan negara ada di tangan rakyat serta pelaksanaannya berdasarkan


undang-undang

Kunci pokok selanjutnya adalah segala hal berkaitan dengan negara berada
sepenuhnya di tangan rakyat. Serta dalam pelaksanaannya harus berdasarkan undang-
undang yang berlaku, yaitu Pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.
4. Penyelenggara pemerintah negara tertinggi ada pada presiden

Pemegang kekuasaan menurut UUD 1945 berada di tangan presiden sebagai Kepala
Kekuasaan Eksekutif di dalam suatu negara.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR

Kunci pokok kelima dalam ketatanegaraan yaitu DPR bukanlah tanggung jawab
presiden. Namun keduanya harus saling bekerja sama.

6. Pembantu presiden adalah para menteri

Menteri memiliki tugas untuk membantu presiden dalam menangani pemerintahan.


Setiap menteri memiliki tugas dan posisi masing-masing. Misalnya, menteri luar
negri, tugasnya mengerjakan tugas preside yang berhubungan dengan hal luar negri.
Oleh sebab itu, menteri dapat kita sebut dengan pembantu presiden. Karena
menggantikan tugas-tugas presiden.

7. Tidak ada batasan kekuasaan kepala negara

Terakhir, kunci pokok sistem ketatanegaraan Indonesia adalah terkait dengan tidak
ada batasan kekuasaan Kepala Negara atau presiden. Walau begitu,
jika presiden melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, maka DPR berhak
memberikan memorandum kepada presiden.

F. Studi Kasus

Busyro Muqoddas Nilai Kasus Patrialis Akbar Penistaan UUD


Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas menilai,
kasus dugaan suap yang menjerat Patrialis Akbar merupakan penistaan terhadap Undang-
undang Dasar 1945. Patrialis diduga menerima suap untuk mengabulkan uji materi UU
41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang tengah diuji di Mahkamah
Konstitusi.
"Kasus ini penistaan UUD. Dan itu bukan tanggung jawab hukum tersangka saja," ujar
Busyro ditemui di gedung KPK,Busyro menilai, secara kelembagaan MK turut
bertanggung jawab terhadap Patrialis yang diduga menerima suap dari pengusaha Basuki
Hariman. Sebab bukan sekali ini saja MK tersandung kasus suap.
Sebelumnya, Ketua MK Akil Mochtar juga terlibat kasus serupa terkait uji materi
sengketa pilkada. Ketua PP Muhammadiyah ini berpendapat, kasus yang menimpa
Patrialis mestinya menjadi pembelajaran terakhir bagi MK.
"Secara kelembagaan harus dijadikan pembelajaran yang terakhir oleh institusi MK,"
katanya.
Busyro mengatakan, terjadinya kasus tersebut menunjukkan bahwa MK perlu
membenahi proses pengawasan internal. Pengawasan dapat dilakukan pihak lain yang
terbukti berintegritas dan memiliki komitmen dalam masalah konstitusi.
"Ternyata sudah dua kali bobol kan. Jadi harus melibatkan unsur publik tentang aturan
maupun pengawasan internal," tuturnya. Patrialis sebelumnya terjaring operasi tangkap
tangan saat bersama seorang wanita di mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat, 25 Januari
lalu. Patrialis diduga menerima suap dari pengusaha Basuki Hariman terkait pengujian
UU Peternakan dan Kesehatan Hewan di MK. Patrialis telah dibebastugaskan dari
jabatannya melalui rapat internal dewan etik MK.
Mahkamah Konstitusi (MK). Atas perbuatannya Patrialis dijerat dengan pasal 12
huruf c atau pasal 11 UU Tipikor.Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar. Dengan demikian, hukumannya tetap
seumur hidup. Anggota Majelis Hakim Kasasi, Krisna Harahap, membenarkan informasi
mengenai penolakan permohonan kasasi yang diajukan Akil Mochtar tersebut.
"Permohonan kasasi M Akil Mochtar, yang dijatuhi hukuman seumur hidup oleh
Pengadilan Tinggi DKI, tidak dikabulkan oleh Mahkamah Agung," kata Krisna di
Jakarta, Senin (23/2/2015). Majelis hakim juga menolak permohonan jaksa penuntut
umum yang menginginkan hukuman Akil ditambah dengan membayar denda sebesar Rp
10 miliar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai sumber


hukum yang berarti segala hukum yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
harus sesuai dan selaras dengan Pancasila. Selain sebagai dasar negara, pancasila juga
sebagai pandangan hidup dan dasar negara, Masing-masing berarti Pancasila sebagai
penyaring, yang menyaring semua rencana yang menjadi pandangan langkah kedepan
agar sesuai dengan pandangan pancasila dan pancasila pondasi dasar dari bangunan
bangsa Indonesia yang menopang kehidupan dan keberlansungan bangsa Indonesia.
Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan ketatanegaraan bukan semata
mata dilihat dengan mata awam pancasila, tetapi pancasila di uraikan menjadi
undang-undang yang terperinci yang sesuai dengan aspek dan tujuan bangsa.
Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan yang hanya dimiliki Indonesia karena
hanya cocok dengan budaya Indonesia, seperti pemerintahan otonom yang cocok
dengan keadaan geogerafis Indonesia. Indonesia memiliki daerah otonomi yang
bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang. Dan daerah
otonom memudahkan mengontrol ekonomi, sosial dan politik di negara yang
memiliki banyak pulau yang dihuni lebih dari 300 juta jiwa dengan budaya yang
beragam serta pemerintahan daerah sangat efisien dalam pengembangan usaha mikro.

B. Saran

Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai yang


terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai masyarakat madani. Kita harus menjalankan dan melaksanakn ketatanegaraan
yang sesuai dengan Pancasila.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang sudah
tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah mengalir
dalam konvensi, perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan suasana masyarakat
yang kondusif. Yang menghargai dinamika dan menaati pelaksanan proses
ketatanegaraan yang di tetapkan serta memberi sanksi bagi yang melanggar, dengan
sanksi yang berat untuk memberi efek jera terhadap pelaku.
Daerah otonom harus dijalankan oleh orang-orang yang tepat yang hebat. karena
diharapkan bisa mengangkat semua aspek yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Melainkan bukan wakil rakyat yang korupsi.
Daftar Pustaka

Syamsir dkk. 2017. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Palembang. BKS-PTN
BARAT.
Kaderi, Alwi. 2015. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin. Antasari Press.
https://123dok.com/document/yr2w2ooz-diktat-pancasila-bab-iv-undang-bu-dina.html
https://bpip.go.id/berita/1035/823/begini-hubungan-pancasila-dan-uud-1945.html
https://wawasankebangsaan.id/7-kunci-pokok-sistem-ketatanegaraan-republik-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai