Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI SISTEM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAH DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH

NAMA: IKBAL
NIM : AK.21.026
PRODI : ANALIS
DOSEN: KEMAL IDRIS, SH.,MH

PROGRAM DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK BINA HUSADA
KENDARI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul
“Pancasila sebagai sistem penyelenggara pemerintah di indonesia” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh
dosen pembimbing. Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan. Karena makalah ini masih
dalam tahap belajar atau latihan, maka penyusun menyadari akan kekurangan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Atas saran dan kritiknya penulis
ucapkan terima kasih.

Kendari, 20 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………......................... i

Kata Pengantar ……………………………………….................... ii

Daftar Isi ……………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masala...............................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................2

BAB II ISI

A. Pancasila Sebagai Asas Kerohanian Hukum Dasar Negara


Indonesia.....3
B. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Fundamental Negara
Indonesia...................................................................................................4

C. Hubungan Antara Pancasila Dengan Pembukaan Dan Isi


UUD 1945.....7
D. Dinamika Pelaksanaan Pancasila Dalam Ketatanegaraan
Republik
Indonesia.....................................................................................
..............9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpula...............................................................................10
B. Saran.......................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur


seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.Dalam pemerintahan
Indonesia, masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga
sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam
setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia
mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan
dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembetuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari
nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem
ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa
yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak
penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan
membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan
bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila Sebagai
Sistem Penyelenggaraan Pemerintah NKRI”.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan pancasila sebagai asas kerhohanian hukum
dasar Negara Indonesia ?
2. Bagaimana pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
fundamental Negara Indonesia ?
3. Bagaimana hubungan antara pancasila dengan pembukaan dan isi
UUD 1945 ?
4. Bagaimana dinamika pelaksanaan pancasila dalam
ketatanegaraan Republik Indonesia ?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan pancasila sebagai asas kerhohanian
hukum dasar Negara Indonesia.
2. Untuk mengetahui pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
fundamental Negara Indonesia.
3. Untuk mengetahui hubungan antara pancasila dengan pembukaan
dan isi UUD 1945.
4. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan pancasila dalam
ketatanegaraan Republik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai Asas Kerohanian Hukum Dasar Negara Indonesia

Sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya bahwa kedudukan Pancasila


sebagai dasar Negara dan ideologi nasional memilki konsekuensi terhadap kedudukan
Pancasila sebagai asas kerokhanian hukum dasar Negara. Artinya bahwa pancasila
menjadi roh atau jiwa dan landasan utama dari hukum dasar Negara, sehingga hukum
dasar Negara tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Salah satu hukum
dasar Negara Indonesia adalah UUD 1945. Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar
yang tertulis, sedangkan di sampingnya Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum
dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa baik Undang-Undang Dasar yang tertulis dan tidak tertulis yang
merupakan dasar Negara Indonesia harus berlandaskan dan bersumber pada nilai-nilai
pancasila.

Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, dan sekaligus sebagai


asas kerokhanian hukum dasar Negara Indonesia tercermin dalam alinea keempat
Pembukaan UUD 1945, yakni “…maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yaitu UUD 1945 harus berdasarkan pada nilai-nilai pancasila. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kalimat “Undang-Undang Dasar Negara Indonesia” dan kalimat
“dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai asas kerokhanian hukum dasar Negara Indonesia juga
tercermin dan terkandung dalam pokok-pokok pikiran dalam penjelasan UUD 1945,
yakni pada pokok pikiran keempat, yang berbunyi: “Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu,
Undang-Undang Dasar itu harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
lain-lain penyelenggara Negara, untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral yang luhur. Dengan demikian, pokok pikiran
keempat yang tercantum dalam Penjelasan UUD 1945 memiliki makna yang dalam
bahwa UUD Negara Indonesia harus berdasarkan Pancasila, terutama sila Ketuhanan
Yang Maha Esa dan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kalimat “Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan
beradab” dan kalimat “Undang-Undang Dasar itu harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelengggara Negara, untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral yang luhur”
merupakan bukti bahwa pancasila merupakan asas kerokhanian hukum dasar Negara
Indonesia.

Dengan jelas bahwa pancasila sebagai asas kerokhanian hukum dasar Negara
Indonesia dapat ditemukan dalam Pembukaan UUD 1945 dan pokok-pokok pikiran
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan UUD 1945. Oleh karena itu, menelusuri
kedudukan pancasila sebagai asas kerokhaniaan hukum dasar Negara Indonesia, maka
perlu memahami dan mengerti makna Pembukaan UUD 1945 dan dalam suasana
kebatinan dan kejiwaan seperti apa Pembukaan UUD 1945 itu dibuat oleh the founding
fathers. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pancasila merupakan asas
kerokhanian yang menjiwai Pembukaan UUD 1945.

B. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Fundamental Negara Indonesia


(Staatsfundamentalform)
Sebagaimana diketahui bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan kaidah Negara yang
fundamental bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Substansi atau isi yang
termuat atau terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan sesuatu yang
mendasar (fundamental) berkaitan dengan eksistensi bangsa dan Negara Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa the founding fathers sudah memikirkan dan mempertimbangkan
secara mendalam penyusunan substansi atau isi dari Pembukaan UUD 1945, baik dari
dimensi filosofis, politis, juridis, maupun dimensi-dimensi lainnya yang berkaitan
dengan berbagai aspek kehidupan bangsa dan Negara, terutama memuat pancasila
sebagai dasar Negara, cita-cita dan tujuan nasional, aspek penyelenggaraan Negara dan
sumber tertib hukum nasional. Dengan demikian tepatlah kalau dikatakan bahwa
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah fundamental Negara Indonesia
(Staatsfundamentalnorm). Disebut sebagai staatsfundamentalnorm mengandung makna
bahwa Pembukaan UUD 1945 memiliki dimensi yang mendasar terhadap aspek pokok
kaidah fundamental Negara, yakni sumber tertib hukum nasional. Artinya penyusunan
dan pembentukan peraturan perundang-undangan harus dijiwai dan dilandasi oleh
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental (Staatsfundamentalnorm), Pembukaan
UUD 1945 memuat prinsip-prinsip mendasar, yakni memuat pokok-pokok pikiran yang
menjadi pedoman penyelenggaraan Negara dan tertib hukum nasional. Adapun pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. “Negara”- begitu bunyinya yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam “pembukaan” ini diterima aliran pengertian Negara persatuan, Negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala
paham golongan dan perseorangan. Negara, menurut pengertian “pembukaan” itu
menghendaki persatuan meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu
dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Pokok yang ketiga yang terkandung dalam “pembukaan” ialah Negara yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
Oleh karena itu, sistem Negara yang terbentuk dalam Undang-Undang Dasar harus
berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan.
Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia.
4. Pokok pikiran keempat yang terkandung dalam “pembukaan” ialah Negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar itu harus mengandung isi yang
mewajibkan Pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara, untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Keempat pokok-pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945
mengandung nilai filosofis yang sangat dalam karena di dalamnya terkandung nilai-nilai
moral yang mendasari kehidupan kenegaraan dan kelangsungan hidup dan kehidupan
bangsa dan Negara Indonesia, yakni nilai-nilai moral Pancasila.

Keempat pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 tersebut juga menunjukkan
suasana kebatinan pendiri Negara bahwa yang paling mendasar atau fundamental dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah terwujudnya persatuan dan
dan kesatuan bangsa, keadilan sosial bagi seluruh rakyat, kedaulatan rakyat berdasar
permusyawaratan/perwakilan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa empat
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan
penjelmaan sila-sila Pancasila dalam pelaksanaannya, seperti adanya kalimat “Negara
persatuan”, “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyar”, Negara
yang berkedaulatan rakyat”, dan “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha ESa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Keempat pokok-pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945


mengandung nilai filosofis yang sangat dalam karena di dalamnya terkandung nilai-nilai
moral yang mendasari kehidupan kenegaraan dan kelangsungan hidup dan kehidupan
bangsa dan Negara Indonesia, yakni nila-nilai moral pancasila. Keempat pokok-pokok
pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut juga menunjukkan suasana kebatinan
pendiri Negara bahwa yang paling mendasar dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara adalah terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, keadilan
social bagi seluruh rakyat, kedaulatan rakyat berdasar permusyawaratan / perwakilan,
dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa empat pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 merupakan penjelmaan sila-sila Pancasila dalam pelaksanaannya,
seperti adanya kalimat “Negara persatuan”, “Negara hendak mewujudkan keadilan social
bagi seluruh rakyat”, “Negara yang berkedaulatan rakyat”’ dan “Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Undang
– Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Hal ini
menunjukkan bahwa Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan yang istimewa
sebagai pokok kaidah fundamental Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa mengubah
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sama halnya dengan membubarkan Negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu, dalam system ketatanegaraan Indonesia, yang
dimungkinkan untuk diubah atau diamandemen adalah pasal-pasal yang ada di dalam
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi Pembukaan UUD


1945, maka konsekuensinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
selanjutnya harus dikongkritasikan ke dalam pasal-pasal UUD 1945 dan selanjutnya
dalam realisasinya kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif di
bawahnya, seperti ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan
di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung
asas kerokhanian Negara atau dasar filsafat Negara Republik Indonesia (Kaelan, 2013 :
545-546).

C. Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan dan Isi UUD 1945


Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara dan merupakan unsur penentu berlakunya tertib hukum Indonesia.
Dengan demikian Pancasila merupakan inti dari Pembukaan UUD 1945, itu terbukti pada
alinea keempat yang menunjukan bahwa pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, yang bentuk dan wujudnya tertuang dalam UUD.
Pembukaan maupun pancasila tidak bisa diubah maupun diganti oleh siapapun, karena
mengubah ataupun mengganti berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945
karena Pancasila merupakan fundamental terbentuknya bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai substansi esensial dari pada Pembukaan UUD 1945 adalah
sumber dari segala sumber hukum republik Indonesia. Hal terpenting bagi bangsa
Indonesia adalah mewujudkan cita-citanya sesuai dengan Pancasila, artinya cara dan
hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh
karena itu, Pancasila dan Pembukaan yang memilki hubungan erat harus dilaksanakan
secara serasi, seimbang, dan selaras.
Hubungan Pancasila Dengan Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian
yang memiliki kedudukan berbeda, yaitu :
1. Pembukaan UUD yang terdiri dari empat alenia, dimana alenia terakhir memuat
Dasar Negara Pancasila.
2. Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal Aturan Peralihan
dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat
dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
 Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan
yang mendahului terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-dasar
pemikiran yang mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebut tidak
mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
 Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah negara
Indonesia terwujud. Pernyataan tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis
dengn Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :
1. Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan
Negara yang memenuhi berbagai persyaratan
2. Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
3. Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)
b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
disebutkan sebagai berikut :
 Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam
“Pembukaan” itu mengehendaki persatuan segenap bangsa Indonesia
seluruhnya.
 Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
 Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan.
 Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum
dasar negara, UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya.Itulah
hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.
c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara
Republik Indonesia, dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih
tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945.

D. Dinamika pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia


1) Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar ini disahkan pada sidang PPKI sehari setelah Indonesia
merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Undag-Undang Dasar ini terdiri atas
Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh yang mencakup 37 Pasal 4 Aturan Peralihan
atau Peraturan Tambahanserta penjelasan yang dibuat oleh Prof. Mr.Soepomo (Sunoto,
1985: 35).
Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena
kondisi Indonesia dalam suasana mempertahankan kemerdekaan. Sedang mengenai
keadaan pemerintahnya sebagai berikut:
a. Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945berlaku yaitu sebelum MPR, DPR dan DPA
dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
b. Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri bertanggung jawab
pada presiden bukan pada DPR.
c. Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang merubah
kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu Presiden menjadi badan
legislatif(DPR)
d. Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah
kabinet presidensil menjadi parlementer, ini berarti menyimpang dari UUD
1945.sistem kabinet ini diikuti dengan Demokrasi Liberal
Akibat dari kondisi di atas, menimbulkan pemerintah tidak stabil seiring
pergantian kabinet, terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena keadaan genting
maka kabinet kembali ke presidensil lagi, diadakannya Konferensi Meja Bundar
(KMB) sehingga Indonesia harus menerima berdirinya Republik Indonesia Serikat
(RIS).

2) Konstitusi RIS
Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia untuk
menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang digunakan pun berganti,
dan yang digunakan adalah Konstitusi RIS.
Pada masa ini seluruh wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS.
Sedangkan UUD 1945 hanya berlaku untuk negara bagian Indonesia yang meliputi
sebagian jawa dan sumatra dengan ibu kota Yogyakarta. Sistem pemerintahannya
adalah Parlementer yang berdasarkan Demokrasi Liberal.
Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama.berkat kesadaran para pemimpin
kita maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS kembali lagi menjadi NKRI dengan
Undang-Undang yang lain yang disebut Undang-Undang Dasar Sementara 1950.

3) Undang-Undang Dasar Sementara


Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI
dengan Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950.Sistem
pemerintahan yang digunakan adalah parlementer dan presiden tidak bisa diganggu
gugat dan menteri bertanggung jawab.Berlaku demokrasi liberal dan telah berhasil
melaksanakan pemilu dan membentuk badan konstituante.
Karena kabinet yang dgunakan adalah parlementer maka presiden dan wakil
presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu gugat.Yang
bertanggung jawab adalah menteri kepada parlemen.Akibat dari sistem pemeritah ini
maka pemerintahan tidak stabil, sebab sering terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan
keamanan sangat kacau, badan konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan
tugasnya untuk membuat Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS 1950.
Pada waktu itu beruntung rakyat indonesia mempunyai rasa persatuan dan kesatuan
yang tinggi, terbukti dengan banyaknya negara bagian RIS yang melebur kembali pada
negara Republik Indonesia.
Kenyataan ini yang membuat RIS dan Republik Indonesia untuk mengadakan
perundingan dan menghasilkan kesepakatan untuk membuat negara kesatuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila menjadi roh atau jiwa dan landasan utama dari hukum dasar Negara,
sehingga hukum dasar Negara tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.
Salah satu hukum dasar Negara Indonesia adalah UUD 1945. Dalam Undang-Undang
Dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yaitu merupakan hukum dasar
Negara Indonesia yang harus berlandaskan dan bersumber pada nilai-nilai pancasila.
Sebagaimana diketahui bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan kaidah Negara
yang fundamental bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Substansi atau isi
yang termuat atau terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan sesuatu yang
mendasar (fundamental) berkatan dengan eksistensi bangsa dan Negara Indonesia.
Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum.Oleh karena
itu, dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam sistem
peraturan perundang-undangan.Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila
dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.

B. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu
masyarakat yang tidak buta akan posisi dasar negara, hendaknya kita bisa
mengaplikasikan semua aspek-aspek yang terkandung dalam Pancasila kedalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://kalisthianablog.blogspot.co.id/2014/06/pancasila-sebagai-ketatanegaraan.html,

diunduh pada tanggal 24 September 2015

Karsadi. 2014. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kaelan. 2003. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Anda mungkin juga menyukai