DI SUSUN OLEH :
..
…
….
….
…..
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya maka
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “NEGARA DAN
KONSTITUSI”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Makalah ini berisi tentang negara dan konstitusi, makalah ini saya lengkapi
dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang dan
tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan Negara dan Konstitusi
, penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah saya.
Makalah ini juga saya lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber
dan referendi bahan dalam penyusunan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan saya terima.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun
maupun yang membaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI .................................... 3
2.2 UUD¬/Konstitusi, Kedudukan, Sifat Serta Fungsinya .................... 4
2.3 Undang-Undang Dasar 1945 ........................................................... 7
2.4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ........................................ 8
2.5 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 ........................ 12
2.6 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945 .................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia,
masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem
pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila
Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia
mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan
dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembentuk negara Republik Indonesia.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische Sronslag).
Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di
Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan peraturan
perundang-undangan serta pernjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini Indonesia
mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai system ketatanegaraan.
Dalam hal perubahan tersebut Secara umum dapat kita katakan bahwa perubahan
mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 ialah komposisi dari UUD
tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasannya,
1
berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD
1945, yang semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak
turut disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang cepat akibat oleh perkembangan ilmu dan teknologi tetap didasari dari nilai-
nilai Pancasila. Kritik sebagai bahan dialog dalam proses mencapai pembangunan
yang diperlukan sehingga terciptanya pembangunan yang dinamis dan kontekstual
dalam menghadapi tantangan zaman dan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat yang berbangsa dan bernegara.
4
Negara, keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia.
5
ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting
karena merupakan staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang fundamental), dan
berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
6
2) Tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam suatu naskah
atau beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis,
karena ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu pemerintahan tidak
tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal dalam
konvensi-konvensi atau UU biasa.
Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam
bahasa Indonesia, diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak
ukurnya yaitu cara pembuatan/perubahan dan kemampuan dalam mengikuti
perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu konstitusi disebut
luwes apabila pembuatan dan perubahannya sama dengan pembuatan dan
perubahan undang-undang biasa. Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam
mengikuti perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap mampu
menampung dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi tersebut dapat
dikatakan bersifat luwes, dan apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut
kaku.
7
2) Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga Negara
dan penduduknya serta berbagi konsepsi berbagai aspek kehidupan politik,
ekonomi, social budaya, dan hokum.
8
e. Semangat para penyelenggara negara dalam menyelenggarakan UUD 1945
sangat penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain
mengetahui teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD 1945.
Dengan semangat penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-
aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan
maksud ketentuannya.
9
undang-undang dasar negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan
negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada .....”.
10
cara untuk mewujudkan kepentingan yang dianggap berguna untuk diri sendiri
atau kelompoknya.
B. Membangkitkan Pancasila
Tiadanya ideologi yang dapat memberikan arah perubahan politik yang
sangat besar dewasa ini dikuatirkan akan memunculkan kembali gerakan-gerakan
radikal baik yang bersumber dari rasa frustasi masyarakat dalam menghadapi
ketidakpastian hidup maupun akibat dari manipulasi sentimen-sentimen
primordial. Gerakan-gerakan radikal semacam ini tentu sangat berbahaya karena
dapat memutar kembali arah reformasi politik kepada situasi yang mendorong
munculnya kembali kekuatan yang otoritarian maupun memicu anarki sosial yang
tidak berkesudahan. Tidak mustahil kalau Pancasila tidak segera kembali menjadi
roh bangsa Indonesia, dikhawatirkan akan muncul ideologi alternatif yang akan
djadikan landasan perjuangan dan pembenaran bagi gerakan- gerakan radikal.
Karena itu, bagi bangsa Indonesia tidak ada pilihan lain selain mengembangkan
nilai-nilai Pancasila agar keragaman bangsa dapat dijabarkan sesuai dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam hubungan itu, perlu pula dikemukakan bahwa persatuan dan
kesatuan bangsa bukan lagi uniformitas melainkan suatu bentuk dari suatu yang
eka dalam kebhinekaan. Pluralitas juga harus dapat diwujudkan dalam suatu
struktur kekuasaan yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengelola kekuasaan agar dapat diperoleh elit politik yang lebih lejitimet,
akuntabel serta peka terhadap aspirasi masyarakat. Sejarah telah memberikan
pelajaran yang sangat berharga bahwa konsep persatuan dan kesatuan yang
memusatkan kewenangan kepada pemerintah pusat dalam implementasinya
ternyata lebih merupakan upaya penyeragaman (uniformitas) dan membuahkan
kesewenang-wenangan serta ketidakadilan. Nasionalisme yang merupakan
identitas nasional yang dilakukan oleh negara melalui indoktrinasi dan
memanipulasi simbol-simbol dan seremoni yang mencerminkan supremasi negara
tidak dapat dilakukan lagi. Negara bukan lagi sebagai satu-satunya aktor dalam
menentukan identitas nasional. Hal ini juga seirama dengan semakin kompleksnya
tantangan global, masyarakat merasa berhak menentukan bentuk dan isi gagasan
11
apa yang disebut negara kesatuan yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
zaman.
Sementara itu, perubahan paling mendasar terhadap UUD 45 adalah bagaimana
prinsip kedaulatan rakyat yang pengaturannya sangat kompleks dalam sistem
kehidupan demokrasi dapat dituangkan dalam suatu konstitusi. Hal itu harus
dilakukan secara rinci dan disertai dengan rumusan yang jelas agar tidak terjadi
multi interpretasi sebagaimana terjadi pada masa lalu. Upaya tersebut telah
dilakukan dengan mengamandemen UUD 45 antara lain yang berkenaan dengan
pembatasan jabatan Presiden/Wakil Presiden sebanyak dua periode, pemilihan
Presiden dan Wakil
12
demikian, kesaktian Pancasila bukan hanya diwujudkan dalam bentuk seremonial,
melainkan benar-benar bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
13
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil
Presiden oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat
2).
3) Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4
ayat 1). Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil
Presiden.
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi.
Presiden memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut
UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan
kepada Preisden.
5) Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu
kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
6) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala
negara mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat
mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana
kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
7) Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1
dan pasal 18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai pemerintah daerah.
14
berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk
menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan selama lima
tahun. Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah :
1. WNI sejak kelahirannya
2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena
kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan
kewajibannya
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-
syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6).
c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR
memiliki fungsi legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR
diberikan hak-hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat, mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).
d) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap
provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD
berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai
dengan bidangnya.
e) Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(luberjurdil).
f) Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
g) Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk
ditindklanjuti (pasal 23E).
15
h) Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan
dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.
i) Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku
hakim.
j) Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang
putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.
16
BAB III
PENUTUP
17
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar Mata Kuliah Umum. 2014. Buku Ajar Pancasila. Kendari:
Universitas Halu Oleo
18