Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN


REPUBLIK INDONESIA

DI SUSUN OLEH :
..

….
….
…..

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya maka
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “NEGARA DAN
KONSTITUSI”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Makalah ini berisi tentang negara dan konstitusi, makalah ini saya lengkapi
dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang dan
tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang menjelaskan Negara dan Konstitusi
, penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan isi dari makalah saya.
Makalah ini juga saya lengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber
dan referendi bahan dalam penyusunan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan saya terima.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun
maupun yang membaca.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI .................................... 3
2.2 UUD¬/Konstitusi, Kedudukan, Sifat Serta Fungsinya .................... 4
2.3 Undang-Undang Dasar 1945 ........................................................... 7
2.4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ........................................ 8
2.5 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 ........................ 12
2.6 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945 .................................... 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di mana
terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan
keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-
unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan
dari negara lain.

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia,
masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem
pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila
Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia
mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan
dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan
pembentuk negara Republik Indonesia.

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische Sronslag).
Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di
Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan peraturan
perundang-undangan serta pernjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini Indonesia
mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai system ketatanegaraan.
Dalam hal perubahan tersebut Secara umum dapat kita katakan bahwa perubahan
mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 ialah komposisi dari UUD
tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasannya,

1
berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD
1945, yang semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak
turut disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang

dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang dirumuskan


kembali ke dalam pasal-pasal amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945
setelah empat kali amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan
rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga negara. Sebelum
amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat, dilaksanakan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-anggota
DPR ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu,
demikian besar dan luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan
memberhentikan Presiden, menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta
mengubah Undang-Undang Dasar.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :
a. Apa pengertian dari pancasila sebagai konteks ketatanegaraan NKRI?
b. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?
c. Bagaimana UUD 1945 itu ?
d. Apa saja yang terkait dengan Pembukaan UUD 1945?
e. Bagaimanakah sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945?
f. Bagaimanakah kelembagaan negara menurut UUD 1945?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
a. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI
b. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara
c. Mengetahui UUD 1945?
d. Mengetahui apa saja yang terkait dengan pembukaan UUD 1945
e. Menegtahui sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945
f. Mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI


Istilah “Pancasila” pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma
karangan Mpu Tantular yang ditulis pada zaman majapahit (abad ke-14). Dalam
buku tersebut, istilah Pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan
(Pancasila Krama), yang berisi lima larangan sebagai berikut :
a. Melakukan kekerasan
b. Mencuri
c. Berjiwa dengki
d. Berbohong
e. Mabuk akibat minuman keras
Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar falsafah
negara. Dalam hal tersebut, Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur
seluruh penyelenggaraan negara, tatanan kehidupan bangsa Indonesia.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu system
ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila.
Hal ini diartikan bahwa semua peraturan yang ada dan berlaku di Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus berpedoman pada Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara, dengan artian Pancasila dijadikan sebagai
dasar untuk dapat mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 merupakan “sumber hukum dasar nasional”.
Pancasila sebagai dasar negara dapat diartikan juga sebagai paradigm
pembangunan bangsa. Yang dimaksudkan dengan paradigm pembangunan bangsa
ialah Pancasila sebagai sebuah kerangka berpikir ataupun sebuah model mengenai
bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan. Pembangunan dalam
perspektif Pancasila adalah pembangunan yang sarat akan nilai yang berfungsi
sebagai dasar pengembangan visi dan menjadi referensi kritik terhadap
pelaksanaan pembangunan.
Pancasila sebagai dasar negarapun menjadi nilai-nilai dasar referensi kritik
social budaya. Yang dimaksud di sini ialah untuk proses perubahan social budaya

3
yang cepat akibat oleh perkembangan ilmu dan teknologi tetap didasari dari nilai-
nilai Pancasila. Kritik sebagai bahan dialog dalam proses mencapai pembangunan
yang diperlukan sehingga terciptanya pembangunan yang dinamis dan kontekstual
dalam menghadapi tantangan zaman dan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat yang berbangsa dan bernegara.

Pancasila adalah dasar falsafat Negara Indonesia sebagaimana tercantum


dalam pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu, setiap warga Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam segala bidang
kehidupan. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila,
sebaiknya kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh
pendiri bangsa berikut:
a. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima
dan Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang
penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan
baik.
b. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan
ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta
sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
c. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-
temurun sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat.
Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas
lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.

Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum,


oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara
diatur dalam suatu sistem perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau UUD Negara.
Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga

4
Negara, keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia.

2.2 Defenisi UUD¬/Konstitusi, Kedudukan UUD 1945, Sifat Serta Fungsinya


A. Defenisi UUD¬/Konstitusi
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah
konstitusi dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara
harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti
membentuk, dan diartikan sebagai “pembentuk suatu negara”. Sedangkan
Indonesia menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet
dari belanda yang mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi
dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah
konstitusi dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD.
Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD)
maupun yang tidak tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat
peraturan pokok yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama
dalam menegakan bangun yang disebut “negara”.

B. Kedudukan UUD 1945


Undang-Undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan
structural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai landasan
structural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara yang berisi aturan atau
ketentuan pokok ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin
suatu system atau bentuk Negara serta cara penyelenggaraannya beserta hak-hak
dan kewajiban rakyatnya maka UUD harus merupakan hukum Negara tertinggi.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD
1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang
memuat pancasila sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dalam konteks

5
ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting
karena merupakan staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang fundamental), dan
berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

C. Sifat UUD 1945


UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari
semua hukum yang berlaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar
dalam berkehidupan di Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya
berusaha untuk dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu
sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik, negara mempunyai bermacam-
macam sifat, seperti memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan
sifat memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk
ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan
bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun
melampaui batas yang mungkin dapat menyengsarakan rakyatnya. Untuk
mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan
ditetapkan.
Dalam teori konstitusi (UUD) dikenal sifat dari UUD yaitu luwes atau (fleksibel)
atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis. Untuk menentukan apakah setiap
UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran sebagai berikut:
1) Cara mengubah konstitusi
Ada dua cara mengubah UUD, pertama, UUD diubah dengan cara
prosedur yang biasa, sebagaiman mengubah dan membuat UU biasa.
dalam hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (fleksibel). Seperti konstitusi
inggris. Kedua, perubahan UUD yang memerlukan prosedur istimewa,
maka sifat UUD itu adalah kaku (rigid).
Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci dengan memberi yang
sangat sulit untuk diubah dengan mengeluarkan ketetapan MPR tentang
Referendum.

6
2) Tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam suatu naskah
atau beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis,
karena ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu pemerintahan tidak
tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal dalam
konvensi-konvensi atau UU biasa.

Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam
bahasa Indonesia, diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak
ukurnya yaitu cara pembuatan/perubahan dan kemampuan dalam mengikuti
perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu konstitusi disebut
luwes apabila pembuatan dan perubahannya sama dengan pembuatan dan
perubahan undang-undang biasa. Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam
mengikuti perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap mampu
menampung dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi tersebut dapat
dikatakan bersifat luwes, dan apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut
kaku.

D. Fungsi UUD 1945


Sebagaimana fungsi konstitusi pada umumnya, fungsi Undang-Undang Dasar
1945 pada umumnya dapat disebutkan antara lain: membatasi kekuasaan
penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang, untuk melindungi hak asasi
manusia, dan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan agar
pemerintahan berjalan dengan tertib dan lancar. Di samping itu, apabila dilihat
dari substansi materi, Undang-Undang Dasar 1945 mengatur kehidupan nasional
yang meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dapat
dibedakan atas:
1) Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan system pemerintahan Negara, di
dalamnya termasuk pengaturan system pemerintahan Negara, didalamnya
termasuk pengaturan system tentang kedudukan, wewenang, dan saling
hubungan antara kelembagaan Negara.

7
2) Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga Negara
dan penduduknya serta berbagi konsepsi berbagai aspek kehidupan politik,
ekonomi, social budaya, dan hokum.

2.3 Undang-Undang Dasar 1945


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau
disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law),
konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Naskah UUD 1945
sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh, dan
Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita Republik Indonesia
Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945 ditetapkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan
Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian
dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas :
a. Pembukaan yang terdiri atas 4 alinea,
b. Batang tubuh yang terdiri atas 37 pasal yang dikelompokkan dalam 16
bab, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan
c. Serta penjelasan yang terdiri dari atas penjelasan umum dan penjelasan
khusus, yaitu penjelasan pasal demi pasal.
d. UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum
dasar, disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD
bersifat singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan
pokok saja, hanya memuat garis-gars besar sebagai instruksi
kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti
Indonesia yang masih harus berkembang, harus hidup secara
dinamis, dan masih akan terus mengalami perubahan.

8
e. Semangat para penyelenggara negara dalam menyelenggarakan UUD 1945
sangat penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain
mengetahui teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD 1945.
Dengan semangat penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-
aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan
maksud ketentuannya.

2.4 Hubungan UUD dengan Pancasila


Perkataan Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari 2 suku
kata yaitu : Panca berarti lima, Sila berarti dasar atau azas. Jadi Pancasila berarti
lima dasar atau lima azas. Diatas kelima dasar inilah berdirinya Negara Republik
Indonesia.
Pancasila bagi Negara Indonesia adalah sama halnya dengan fundamen bagi
sebuah gedung. Kalau kita ingin mendirikan sebuah gedung haruslah gedung itu
kita dirikan di atas fundamen yang kuat dan kokoh. Akan demikian pulalah halnya
kalau kita ingin mendirikan suatu negara Indonesia yang kekal dan abadi, maka
haruslah bangunan Negara Indonesia itu kita dirikan di atas suatu dasar
(fundamen) yang kuat dan kokoh pula.
Kita telah meletakkan bangunan Negara Indonesia diatas suatu fundamen yaitu
Pancasila. Kita telah memilih Pancasila sebagai dasar yang fundamental
bagi negara kita. Mengapa kita harus memilih Pancasila ? Jawabannya adalah
karena Pancasila itu sesuai dengan alam kejiwaan bangsa kita sendiri, seperti apa
yang pernah dikatakan oleh Bung Karno. Dalam Pancasila pengertian ini
sering disebut dasar falsafah negara (dasar negara). Dalam hal ini Pancasila
dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti dimaksudkan di atas


sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan :
“....., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

9
undang-undang dasar negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan
negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada .....”.

A. Pancasila Masa Reformasi


Karena Orde Baru tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah
pemerintahan sebelumnya, akhirnya kekuasaan otoritarian Orde Baru pada akhir
1990-an runtuh oleh kekuatan masyarakat. Hal itu memberikan peluang bagi
bangsa Indonesia untuk membenahi dirinya, terutama bagaimana belajar lagi dari
sejarah agar Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara benar-benar
diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu UUD 45 sebagai penjabaran Pancasila dan sekaligus merupakan
kontrak sosial di antara sesama warga negara untuk mengatur kehidupan
bernegara mengalami perubahan agar sesuai dengan tuntutan dan perubahan
zaman. Karena itu pula orde yang oleh sementara kalangan disebut sebagai Orde
Reformasi melakukan aneka perubahan mendasar guna membangun tata
pemerintahan baru.
Namun upaya untuk menyalakan pamor Pancasila -setelah ideologi tersebut di
mata rakyat tidak lebih dari rangkaian kata-kata bagus tanpa makna karena
implementasinya diselewengkan oleh pemimpin selama lebih kurang setengah
abad- tidak mudah dilakukan. Bahkan, ada kesan bahwa sejalan dengan runtuhnya
pemerintahan Orde Baru yang selalu gembar-gembor mengumandangkan
Pancasila, masyarakat terutama elit politiknya terkesan sungkan meskipun hanya
sekedar menyebut Pancasila.
Hal itu juga menunjukkan bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
tidak hanya pamornya telah meredup, melainkan sudah mengalami degradasi
kredibilitas yang luar biasa sehingga bangsa Indonesia memasuki babak baru
pasca jatuhnya pemerintahan otoritarian laiknya sebuah bangsa yang tanpa roh,
cita-cita maupun orentasi ideologis yang dapat mengarahkan perubahan yang
terjadi. Mungkin karena hidup bangsa yang kosong dari falsafah itulah yang
menyebabkan berkembangnya ideologi pragmatisme yang kering dengan empati,
menipisnya rasa solidaritas terhadap sesama, elit politik yang mabuk kuasa, aji
mumpung, dan lain-lain sikap yang manifestasinya adalah menghalalkan segala

10
cara untuk mewujudkan kepentingan yang dianggap berguna untuk diri sendiri
atau kelompoknya.

B. Membangkitkan Pancasila
Tiadanya ideologi yang dapat memberikan arah perubahan politik yang
sangat besar dewasa ini dikuatirkan akan memunculkan kembali gerakan-gerakan
radikal baik yang bersumber dari rasa frustasi masyarakat dalam menghadapi
ketidakpastian hidup maupun akibat dari manipulasi sentimen-sentimen
primordial. Gerakan-gerakan radikal semacam ini tentu sangat berbahaya karena
dapat memutar kembali arah reformasi politik kepada situasi yang mendorong
munculnya kembali kekuatan yang otoritarian maupun memicu anarki sosial yang
tidak berkesudahan. Tidak mustahil kalau Pancasila tidak segera kembali menjadi
roh bangsa Indonesia, dikhawatirkan akan muncul ideologi alternatif yang akan
djadikan landasan perjuangan dan pembenaran bagi gerakan- gerakan radikal.
Karena itu, bagi bangsa Indonesia tidak ada pilihan lain selain mengembangkan
nilai-nilai Pancasila agar keragaman bangsa dapat dijabarkan sesuai dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam hubungan itu, perlu pula dikemukakan bahwa persatuan dan
kesatuan bangsa bukan lagi uniformitas melainkan suatu bentuk dari suatu yang
eka dalam kebhinekaan. Pluralitas juga harus dapat diwujudkan dalam suatu
struktur kekuasaan yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengelola kekuasaan agar dapat diperoleh elit politik yang lebih lejitimet,
akuntabel serta peka terhadap aspirasi masyarakat. Sejarah telah memberikan
pelajaran yang sangat berharga bahwa konsep persatuan dan kesatuan yang
memusatkan kewenangan kepada pemerintah pusat dalam implementasinya
ternyata lebih merupakan upaya penyeragaman (uniformitas) dan membuahkan
kesewenang-wenangan serta ketidakadilan. Nasionalisme yang merupakan
identitas nasional yang dilakukan oleh negara melalui indoktrinasi dan
memanipulasi simbol-simbol dan seremoni yang mencerminkan supremasi negara
tidak dapat dilakukan lagi. Negara bukan lagi sebagai satu-satunya aktor dalam
menentukan identitas nasional. Hal ini juga seirama dengan semakin kompleksnya
tantangan global, masyarakat merasa berhak menentukan bentuk dan isi gagasan

11
apa yang disebut negara kesatuan yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
zaman.
Sementara itu, perubahan paling mendasar terhadap UUD 45 adalah bagaimana
prinsip kedaulatan rakyat yang pengaturannya sangat kompleks dalam sistem
kehidupan demokrasi dapat dituangkan dalam suatu konstitusi. Hal itu harus
dilakukan secara rinci dan disertai dengan rumusan yang jelas agar tidak terjadi
multi interpretasi sebagaimana terjadi pada masa lalu. Upaya tersebut telah
dilakukan dengan mengamandemen UUD 45 antara lain yang berkenaan dengan
pembatasan jabatan Presiden/Wakil Presiden sebanyak dua periode, pemilihan
Presiden dan Wakil

Presiden serta Kepala Daerah secara langsung, pembentukan parlemen kedua


(Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah), pembentukan
Mahkamah Konstitusi, pembentukan Komisi Yudisial, mekanisme pemberhentian
seorang Presiden dan/Wakil Presiden dan lain sebagainya. Namun sayangnya
perubahan tersebut tidak dilakukan secara komprehensif dan berdasarkan prinsip-
prinsip konstitusionalisme sehingga meskipun telah dilakukan perubahan empat
kali, ternyata UUD Tahun 1945 masih mengandung beberapa
kekurangan. Pengalaman selama lebih kurang setengah abad praktek-praktek
kenegaraan yang menyeleweng dari Pancasila telah mengakibatkan berbagai
tragedi bangsa harus dijadikan pelajaran yang sangat berharga agar tidak terulang
kembali. Akibat lain adalah ketertinggalan bangsa dibandingkan dengan negara-
negara lain karena bangsa Indonesia selalu disibukkan dengan masalah-masalah
internal bangsa seperti kesewenangan-wenangan penguasa, pelanggaran HAM,
disintegrasi bangsa serta hal-hal yang tidak produktif lainnya sehingga tidak heran
jika bangsa Indonesia kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Untuk bangkit
dari keterpurukan tidak ada pilihan lain bagi bangsa Indonesia, pertama-tama dan
terutama harus kembali kepada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa.
Caranya adalah para pemimpin bangsa dan negara tidak hanya mengucapkan
Pancasila dan UUD 45 dalam pidato-pidato, tetapi mempraktekkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan kenegaraan serta kehidupan sehari-hari. Dengan

12
demikian, kesaktian Pancasila bukan hanya diwujudkan dalam bentuk seremonial,
melainkan benar-benar bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

2.5 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945


Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang
dianut oleh UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :
1) Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal
1 ayat Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, MPR tidak
mempunyai kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden,
tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan
demikian hanya dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah
GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah
menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai
Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik Indonesia (pasal
37 ayat 5).
2) Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal
1 ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD
(pasal 4 ayat 1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya
bersumpah atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD
9pasal 24C ayat1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C
ayat 1).

13
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil
Presiden oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat
2).
3) Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4
ayat 1). Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil
Presiden.
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi.
Presiden memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut
UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan
pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan
kepada Preisden.
5) Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu
kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
6) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala
negara mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat
mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana
kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
7) Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1
dan pasal 18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai pemerintah daerah.

2.6 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945


a) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu,
dengan suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali dalam lima
tahun di ibukota negara. Kewenangan MPR adalah mengubah dan
menetapkan UUD (pasal 3)

b) Presiden dan Wakil Presiden


Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam
melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden

14
berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk
menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan selama lima
tahun. Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah :
1. WNI sejak kelahirannya
2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena
kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan
kewajibannya
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-
syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6).
c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR
memiliki fungsi legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR
diberikan hak-hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat, mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).
d) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap
provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD
berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai
dengan bidangnya.
e) Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(luberjurdil).
f) Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
g) Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk
ditindklanjuti (pasal 23E).

15
h) Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan
dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.
i) Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku
hakim.
j) Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang
putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.

16
BAB III
PENUTUP

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam


ilmu kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische
gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber
tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan
perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila.

Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-nilai


dan yang berhubungan dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa
memiliki moral yang sesuai dengan yang tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Negara Indonesia dan masyarakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar
pada Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa
Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Karsadi, dkk.2014. Pancasila di Perguruan Tinggi: Bentuk Moral, Karakter dan


Budaya Bangsa. Kendari: FKIP-Universitas Halu Oleo

Safiun, La Ode. 2014. Modul Pendidikan Pancasila. Kendari : FKIP-Universitas


Halu Oleo

Sugiarto, Ahmad. 2013. Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan


NKRI. http://pend-pancasila.blogspot.com/2013/12/makalah-pancasila-dalam-
konteks.html. Diakses pada tanggal 20 November 2014.

Tim Pengajar Mata Kuliah Umum. 2014. Buku Ajar Pancasila. Kendari:
Universitas Halu Oleo

18

Anda mungkin juga menyukai