Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA


BAGI NEGARA REPUBLIK INDONESIA”

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SMP N 3 MUARA BUNGO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kedudukan dan Fungsi Pancasila Bagi
Negara Republik Indonesia” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada Fakultas Agroindustri Program
Studi Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik yang membangun penulis butuhkan demi kesempurnaan
makalah yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Muara Bungo

Penulis
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pengertian Pancasila.......................................................................3
B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi Negara Republik
Indonesia..........................................................................................3
C. Pengamalan Butir – butir Pancasila dalam Kehidupan
Sehari – hari....................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................13
B. Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan warisan bangsa dari para pendahulu kita yang wajib
kita jaga dan kita terapkan pada kehidupan bangsa saat ini. Pancasila yang
digali dan dirumuskan para pendiri bangsa adalah sebuah rasionalitas kita
sebagai bangsa yang majemuk, multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan
multi ras yang tergambar dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika agar menjadi
bangsa yang bersatu, adil dan makmur.
Kedudukan dan fungsi pancasila sangat penting karena segala tingkah
laku dan tindakan warga negara Indonesia di atur oleh Pancasila sebagai
pemersatu bangsa. Sebagai warga Indonesia kita harus paham makna-makna
Pancasila, fungsi-fungsi Pancasila dan tindakan yang mencerminkan nilai
Pancasila. Oleh karena itu, setiap warga negara sangat berperan penting dalam
pengamalan Pancasila. Dengan kita memperjuangkan norma-norma yang
terkandung, bangsa Indonesia pasti akan menjadi bangsa yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur sesuai dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika
walaupun Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, suku,adat dan
budaya.
Dengan kita menganut dari makna yang terkandung dalam Pancasila
kehidupan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang bermoral tinggi,
berkeadilan dan persatuan bangsa akan terjaga. Di dalamnya terdapat isi dan
arti yaitu unsur-unsur pembentuk Pancasila berisi tentang pentunjuk
berperilaku sehari-hari dan juga mengatur dari hukum yang berlaku di negara
Indonesia.
Sebagai warga negara yang baik, hendaknya kita lebih mengenal dasar
negara kita yaitu Pancasila secara lebih dalam dan menyeluruh, agar kita dapat
lebih menghargai dan menjunjung tinggi dasar negara kita tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila?
2. Apa saja kedudukan dan fungsi Pancasila bagi Negara Republik
Indonesia?
3. Bagaimana pengamalan butir-butir pancasila dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan
Secara umum, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui arti dan makna Pancasila?
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Pancasila bagi Negara Republik
Indonesia
3. Untuk mengetahui pengamalan butir-butir pancasila dalam kehidupan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri
dari kata Panca dan Syila, Panca artinya lima dan syila artinya alas atau dasar.
Jadi Pancasila artinya lima dasar (aturan) yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Didalam agama Budha juga terdapat istilah Pancasila yang ditulis dalam
bahasa Pali yaitu “Pancha Sila” yang artinya lima larangan atau lima
pantangan sebagai berikut :
1. Jangan membunuh
2. Jangan mencuri
3. Jangan zina
4. Jangan berkata palsu/dilarang berdusta
5. Jangan minum-minuman keras
Secara terminologis, istilah Pancasila dipergunakan oleh Ir.Soekarno
yang dicetuskan dalam pidatonya didepan sidang BPUPKI (Dokuritsu Ziumbi
Tyoosakai) pada tanggal 1 Juni 1945.
Pancasila adalah dasar Negara Indonesia yang merupakan identitas
Negara Indonesia dan tidak dimiliki oleh negara lain.

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi Negara Republik Indonesia


Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar Negara
serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan berdiri dengan kokoh
tanpa ada suatu dasar negara yang kuat dan tidak akan mengetahui kemana
arah tujuan yang akan dicapai tanpa pandangan hidup. Dengan adanya dasar
negara suatu negara tidak akan terombang- ambing dalam menghadapi suatu
permasalahan yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Adapun
kedudukan dan fungsi pancasila bagi Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai Dasar Negara
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai
dasar negara (Philosophische Grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila
sebagai dasar negara berarti bahwa Pancasila dijadikan dasar dalam
berdirinya NKRI dan digunakan sebagai dasar dalam mengatur pemerintah
negara atau penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar
negara ini sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alinea keempat,
yang berbunyi “..….maka disusunlah Kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia,yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:…..”.
Selanjutnya Pancasila sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD
1945 alinea keempat tersebut dituangkan dalam wujud berbagai macam
aturan-aturan dasar/pokok seperti yang terdapat dalam Batang Tubuh
UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasalnya yang kemudian dijabarkan dalam
peraturan pelaksananya yaitu berbagai instrumen perundang-undangan
sebagai hukum tertulis dan dalam wujud konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan sebagai hukum dasar tidak tertulis.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti
bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya
dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo
(1979:30) menjelaskan :
“Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan
dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa
Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing
dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan
mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin
seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan
sosial).”
Sebagai dasar negara maka pancasila bersifat imperatif atau bersifat
mengikat, artinya sebagai norma-norma hukum yang tidak boleh
dikesampingkan atau dilanggar. Apabila melanggar norma-norma tersebut
maka akan dikenakan denda atau sanksi.

2. Pancasila sebagai Ideologi Negara


Yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara adalah kesatuan
gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia
dan kehidupannya baik individual maupun sosial dalam kehidupan
kenegaraan. Ideologi negara menyatakan suatu cita-cita yang ingin dicapai
sebagai titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar serta
pedoman negara dan kehidupannya.
Pancasila adalah ideologi negara yaitu gagasan fundamental
mengenai bagaimana hidup bernegara milik seluruh bangsa Indonesia
bukan ideologi milik negara atau rezim tertentu. Sebagai ideologi, yaitu
selain kedudukannya sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Sebagai
ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya (Cultural
Bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat
Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah
mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah
ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan
masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu. Menurut Alfian,
kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh
ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:
1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat
dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling
tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada
awal kelahirannya.
2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang
terkandung dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada
berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang masa depan
yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama
sehari-hari.
3. Dimensi fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu
kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut mewarnai proses perkembangan zaman
tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam
nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil
menemukan tafsiran – tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu
yang sesuai dengan realita - realita baru yang muncul di hadapan
mereka sesuai perkembangan zaman.
Dengan demikian, Pancasila merupakan sebuah ideologi yang tidak
bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan
bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang labih tajam untuk memecahkan
masalah- masalah baru dan aktual. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila
memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a. Nilai - nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan
digali dan diambil dari suatu kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat itu sendiri.
b. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
hasil musyawarah
c. Milik seluruh rakyat Indonesia
Pancasila sebagai ideologi negara dengan tujuan segala sesuatu
dalam bidang pemerintahan ataupun semua yang behubungan dengan
hidup kenegaraan harus dilandasi dalam hal titik tolak pelaksanaannya dan
diarahkan dalam mencapai tujuannya dengan pancasila. Dengan
menyatukan cita-cita yang ingin dicapai ini maka dasarnya adalah sila
kelima, ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
yang dijiwai oleh sila-sila yang lainnya sebagai kesatuan.

3. Pancasila sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum


Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum berarti bahwa
semua produk hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia mulai dari UUD 1945, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu
(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang), PP (Peraturan
Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan
pelaksanaan yang lainnya harus bersumberkan pada Pancasila sebagai
landasan hukumnya.
Pancasila sebagai sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan
No.XX/MPRS/1966, Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan
MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia. Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang (UU) No. 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Pengertian pembentukan peraturan perundang- undangan adalah proses
pembuatan peraturan perundangundangan yang pada dasarnya dimulai dari
perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, penyebarluasan. Rumusan UU tersebut selain
memenuhi pertimbangan dan salah satu syarat dalam rangka
pembangunan hukum nasional, juga sekaligus menunjukkan bahwa
implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara telah memiliki
landasan aturan formal. Dalam pasal 7 dinyatakan ruang lingkup hirarki
Peraturan Perundang-undangan meliputi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan
Peraturan Daerah
Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh
bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka
seluruh produk hukum yang ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai
sekarang secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau
dengan kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir, semuanya
“Batal Demi Hukum”. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu
Pancasila telah dianulir. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan
tidak boleh diubah.
.
4. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana
yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila
itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia dan dasar negara kita. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan
sebagai petunjuk hidup sehari-hari, dengan kata lain Pancasila digunakan
sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup di segala
bidang. Tingkah laku dan tindakan perbuatan setiap warga negara
Indonesia harus dilandasi dari semua sila Pancasila, karena Pancasila
adalah satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pancasila dijadikan pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia
yang harus dihayati dan dijunjung tinggi sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang mengandung jiwa beragama (sila pertama),
jiwa berperikemanusiaan (sila kedua), jiwa berkebangsaan (sila ketiga),
jiwa berkerakyatan (sila keempat), dan jiwa yang menjunjung tinggi
keadilan sosial (sila kelima).
Pancasila sebagai pandangan hidup bagi rakyat Indonesia sangat
penting artinya karena merupakan pegangan yang mantap, agar tidek
terombang ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi.

5. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Lahirnya Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia.
Pancasila sendiri pada hakekatnya di gali dari kebudayaan Indonesia
sendiri yang merupakan jiwa bangsa Indonesia, Pancasila memberikan
corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan
bangsa Indonesia dari bangsa yang lain.

6. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila dalam pengertian ini adalah bahwa sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Bangsa Indonesia mempunyai ciri khas. Artinya, dapat
dibedakan dengan bangsa lain, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila disebut juga sebagai kepribadian
bangsa Indonesia.

7. Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Nasional


Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan nasional berarti bahwa cita-cita
luhur Bangsa Indonesia tegas termuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan perjuangan jiwa proklamasi, yaitu Jiwa Pancasila. Dengan
demikian, Pancasila merupakan Cita-Cita dan Tujuan Nasional Bangsa
Indonesia (Alinea II dan IV Pembukaan UUD 1945).

8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia


Pancasila disahkan bersama-sama dengan disahkannya UUD 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. PPKI ini merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat
Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur tersebut
Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil
rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang
kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu
membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.

C. Pengamalan Butir-butir Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


Pancasila tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan
sekedar simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Tetapi, Pancasila adalah
acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu,
kita wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah pengamalan butir-butir pancasila dalam kehidupan sehari-hari :
1. Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
5) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.

2. Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)


1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

3. Sila Ketiga (Persatuan Indonesia)


1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
5) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.

4. Sila Keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan)
1) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
2) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
3) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
4) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
5) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
5) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pancasila merupakan lima dasar atau aturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan oleh seluruh warga Negara Indonesia.
2. Kedudukan dan fungsi Pancasila bagi Negara Indonesia adalah :
a. Sebagai dasar negara
b. Sebagai ideologi negara
c. Sebagai sumber dari segala sumber hukum
d. Sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
e. Sebagai jiwa bangsa indonesia
f. Sebagai kepribadian bangsa indonesia
g. Sebagai cita-cita dan tujuan nasional
h. Sebagai perjanjian luhur bangsa indonesia
3. Pengamalan butir-butir Pancasila dalam kehidupan sehari-hari meliputi :
a. Sila Pertama
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua
Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi
setiap manusia
c. Sila Ketiga
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
d. Sila Keempat
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
e. Sila Kelima
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
B. SARAN
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila
merupakan filsafat negara kita Republik Indonesia, maka kita harus
menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan
setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Selain itu kita juga perlu lebih
mendalami pemahaman tentang sila- sila dan fungsinya agar dalam tepat
dalam pengamalannya. Dengan demikian cita-cita dan tujuan-tujuan dari
Pancasila dapat terwujud dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Dicky, 2012. www.google.com/sfghrl5693ll=Kedudukan dan Fungsi


Pancasila.html
Kaelan. 2001. Pendidikan Pancasila . Yogyakarta : Penerbit Paradigma.
Soeprapto,M.Ed. 1996. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalam Menghadapi
Liberalisasi Perdagangan Internasional. Jakarta: PT. Citraluhur Tata.
Sumarsono, S dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Zaelani, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta : Paradigma

Anda mungkin juga menyukai