INDONESIA
OLEH :
KELOMPOK 5
ADIT SUBIYANTO
BURHANUDIN.N
ARGIANSYAH DAINURIE
DODY DARMANSYAH
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Pancasila Raemon, S.Sos., M.A.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang penulis peroleh dari buku panduan yang
berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Pancasila dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliah Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila dan ketatanegaraan Republik Indonesia, khususnya
bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.,
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Kesimpulan.............................................................................................16
B.
Saran...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat
benyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang
ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia
mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan
Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai Pancasila,
pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-
nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak
penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem
ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Penulisan
menyusun dan menjelaskan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan popular
disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber
tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan
serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Pancasila adalah dasar falsafat Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Oleh sebab itu, setiap warga Indonesia harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan
mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan. U ntuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti
kata Pancasila, sebaiknya kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri
bangsa berikut:
1. Muhammad Yamin . Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi,
atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan
lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai
pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
3. Ir. Soekarno . Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya
terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi
lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu segala aspek
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam suatu sistem perundang-undangan.
Dalam pengertian inilah maka Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau UUD Negara.
Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara, keadilan
sosial, dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan
pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.
1. Defenisi UUD/Konstitusi
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah konstitusi dalam pengertian
yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis
konstituer yang berarti membentuk, dan diartikan sebagai pembentuk suatu negara. Sedangkan
Indonesia menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang
mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala hukum dalam
suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah konstitusi dimaknai dalam arti
yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik
yang tertulis (UUD) maupun yang tidak tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat
peraturan pokok yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan
bangun yang disebut negara.
Undang-Undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan structural dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai landasan structural dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara yang berisi aturan atau ketentuan pokok ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu,
yaitu untuk menjamin suatu system atau bentuk Negara serta cara penyelenggaraannya beserta hak-hak
dan kewajiban rakyatnya maka UUD harus merupakan hukum Negara tertinggi.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang memuat pancasila sebagai dasar
Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945
dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang fundamental), dan berada pada hierarki tertib
hukum tertinggi di Negara Indonesia.
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari semua hukum yang berlaku
dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam berkehidupan di Indonesia. Negara dengan
segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena
itu sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik, negara mempunyai bermacam-macam sifat, seperti
memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat memaksa, negara dapat menggunakan
kekerasan fisik secara sah untuk ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan
tujuan bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun melampaui
batas yang mungkin dapat menyengsarakan rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan tersebut,
konstitusi atau UUD disusun dan ditetapkan.
Dalam teori konstitusi (UUD) dikenal sifat dari UUD yaitu luwes atau (fleksibel) atau kaku (rigid), tertulis
dan tidak tertulis. Untuk menentukan apakah setiap UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran sebagai
berikut:
Ada dua cara mengubah UUD, pertama, UUD diubah dengan cara prosedur yang biasa, sebagaiman
mengubah dan membuat UU biasa. dalam hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (fleksibel). Seperti
konstitusi inggris. Kedua,
perubahan UUD yang memerlukan prosedur istimewa, maka sifat UUD itu adalah kaku (rigid).
Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci dengan memberi yang sangat sulit untuk diubah dengan
mengeluarkan ketetapan MPR tentang Referendum.
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah.
Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis, karena ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu
pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal dalam konvensi-
konvensi atau UU biasa.
Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam bahasa Indonesia,
diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak ukurnya yaitu cara pembuatan/perubahan
dan kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu
konstitusi disebut luwes apabila pembuatan dan perubahannya sama dengan pembuatan dan perubahan
undang-undang biasa. Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman.
Apabila konstitusi masih tetap mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi
tersebut dapat dikatakan bersifat luwes, dan apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut kaku.
Sebagaimana fungsi konstitusi pada umumnya, fungsi Undang-Undang Dasar 1945 pada umumnya dapat
disebutkan antara lain: membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang, untuk
melindungi hak asasi manusia, dan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan agar
pemerintahan berjalan dengan tertib dan lancar. Di samping itu, apabila dilihat dari substansi materi,
Undang-Undang Dasar 1945 mengatur kehidupan nasional yang meliputi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang dapat dibedakan atas:
1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan system pemerintahan Negara, di dalamnya termasuk
pengaturan system pemerintahan Negara, didalamnya termasuk pengaturan system tentang kedudukan,
wewenang, dan saling hubungan antara kelembagaan Negara.
2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga Negara dan penduduknya serta
berbagi konsepsi berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, social budaya, dan hokum.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD '45,
adalah hukum dasar tertulis ( basic law ), konstitusi pemerintahan negara
Republik Indonesia saat ini. Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan,
Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita Republik Indonesia
Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang
utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas :
2. Batang tubuh yang terdiri atas 37 pasal yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4 pasal aturan peralihan
dan 2 ayat aturan tambahan
3. Serta penjelasan yang terdiri dari atas penjelasan umum dan penjelasan khusus, yaitu penjelasan
pasal demi pasal.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar, disampingnya masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya memuat garis-gars besar
sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang masih harus berkembang,
harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus mengalami perubahan.
Semangat para penyelenggara negara dalam menyelenggarakan UUD 1945 sangat penting, oleh karena
itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat
UUD 1945. Dengan semangat penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang
tertera dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.
Apabila UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia, maka
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa
Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakan baik dalam
lingkungan nasional, maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di Dunia.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah yang menjadi landasan dan peraturan hukum
yang tertinggi bagi hukum-hukum lainnya, termasuk hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar
yang tidak tertulis (konvensi). Pokok-pokok kaidah Negara fundamental itu terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu sbb:
a. Tujuan Negara, yang menyatakan Negara Indonesia mempunyai fungsi dan tujuan.
b. Asas politik Negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa Negara Indonesia yang berbentuk
Republic dan berkedaulatan Rakyat
c. Asas Kerohanian Negara, yaitu dasar falsafah Negara pancasila yang meliputi hidup kenegaraan dan
tertib hokum Indonesia.
Ketentuan ini dapat terlihat kalam kalimat, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam
suatu UUD Negara Indonesia
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
merupakan bunyi alenia pertama pembukaan UUD 1945 yang menunjukan keteguhan dan kuatnya
pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah kemerdekaan lawan penjajahan. Alenia ini
mengungkapkan suatu dalil obyektif, karena dalam alinea pertama terdapat letak moral luhur dari
pernyataan Indonesia. Alenia ini juga mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa
Indonesia untuk membebaskan diri dari perjuangan. Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan,
karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini berarti setiap hal atau sifat yang
bertentangan atau bertentangan dengan pernyataan diatas juga harus secara sadar ditentang oleh
Bangsa Indonesia.
Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat
sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur merupakan bunyi alenia ke dua yang menunjukan
kebangsaan dan penghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Alenia ini juga
menunjukan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :
2. Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya merupakan
bunyi dari alenia ke tiga yang menjadi motivasi riil dan materiil Bangsa Indonesia untuk menyatakan
kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spiritualnya, karena
menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah SWT, serta menunjukan ketaqwaan tehadap Tuhan
Yang Maha Esa serta merupakam suatu pengukuhan dari Proklamasi Kemerdekaan.
kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada: ketuhanan Yang maha dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia merupakan bunyi dari alenia ke empat yang merumuskan dengan padat sekali tujuan dari
prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.
Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-Undang dasar sekaligus
menegaskan :
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu seperti yang tertuang
dalam alenia ke empat tersebut.
Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan UUD 1945 itu sendiri, bahwa
Pembukaan UUD 1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam UUD,
yaitu dalam pasal-pasalnya.
Ada 4 pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu :
1. Pokok pikiran pertama menunjukan pokok pikiran persatuan, dengan pengertian yang lazim,
penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara diatas
kepentingan golongan maupun perorangan.
2. Pokok pikiran yang kedua adalah kesadaran bahwa manusia Indonesia memiliki hak dan kewajiban
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial bangsa.
3. Pokok pikiran yang ketiga menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh
cita-cita moral Rakyat yang luhur.
5. Hubungan Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan pasal UUD 1945
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat dilihat dari beberapa
aspek sebagai berikut :
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului
terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang mendorong tersusunnya
kemerdekaan. Pernyataan tersebut tidak mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh UUD
1945.
2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah negara Indonesia terwujud.
Pernyataan tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis dengn Pasal-pasal UUD 1945 yang
mencakup beberapa aspek :
Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang memenuhi
berbagai persyaratan
Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai berikut :
1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam Pembukaan itu
mengehendaki persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, UUD
menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah hubungan antara Pembukaan dengan
Pasal-pasal UUD 1945.
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara Republik Indonesia,
dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945.
Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh UUD 1945 yang telah
diamandemen adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Dalam UUD 1945
yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya
dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar
MPR adalah menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD dan
bentuk Kesatuan Negara Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C ayat1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh Mahkamah Konstitusi
menurut UUD (pasal 24C ayat 2).
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1). Namun dalam
kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
karena itu kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
kepala negara mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan kepala
negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden
sangatlah dominan.
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan suara terbanyak dan
sedikitnya MPR bersidang sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Kewenangan MPR adalah
mengubah dan menetapkan UUD (pasal 3)
Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan kewajibannya dibantu
oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah
untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk
menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah :
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU
(pasal 6).
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki fungsi legislatif, anggaran,
dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat,
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi. DPD bersidang paling
sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya
sesuai dengan bidangnya.
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas (luberjurdil).
6. Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang pengelolaan keuangan yang
bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk
ditindklanjuti (pasal 23E).
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada
dibawahnya.
9. Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat
serta perilaku hakim.
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang putusannya bersifat final untuk
mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan popular
disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber
tertib hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan
serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan
dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang
tercermin dalam sila-sila Pancasila. Negara Indonesia dan masyarakat Indonesia dengan
ketatanegaraannya berdasar pada Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa
Indonesia.
B. Saran
Kepada semua pembaca khususnya mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) atau siapa saja yang
menyempatkan membaca makalah ini bila mendapat kekeliruan terhadap materi kami harap bisa
meluruskannya dan memakluminya. Maka kami banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak
segan memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun kepada kami.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, Ahmad. 2013. Makalah Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan NKRI. http://pend-
pancasila.blogspot.com/2013/12/makalah-pancasila-dalam-konteks.html . Diakses pada tanggal 20
November 2014.