MAKALAH
“Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia”
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pancasila
Dosen Pengampu : Sahrian Sani,M.Pd.I.
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Maulana Alisan
NIM: 2114120534
Liya Septiani
NIM: 2114120514
Freny Andriani
NIM: 2114120484
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
D. Metode Penelitian............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce
gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib
hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan
kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila
merupakan sumber hukum negara baik yang tertulis maupun yang tak tertulis
atau convensi.
Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam system
peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.
Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib hukum
tertinggi di Indonesia.Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum di
Indonesia. Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia, sesuai dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan
UUD yang termuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat
disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif
Indonesia. Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia
harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar
filsafat Indonesia.
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini
Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai system
ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut Secara umum dapat kita katakan
1
bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945 ialah
komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh
dan Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-
pasal.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah yaitu :
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas terdapat pula beberapa tujuan penulisan yaitu:
D. Metode Penelitian
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan
mencari referensi keperpustakaan (Library Research) sebagai referensi yang ada
kaitannya atau hubungannya dengan pembuatan makalah ini dan disimpulkan
dalam makalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dari segi historis pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa
teks mengenai rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Pada tanggal 17 Agustus
1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokanharinya 18
Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana
didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi nama
Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi
walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila
namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah disebut istilah Pancasila hal ini
didaarkan interprestasi (penjabaran) historis terutama dalam rangka pembentukan
Rumusan Dasar Negara.
a. Asas-Asas Pancasila
Asas Ketuhanan
Tuhan Yang Maha Esa adalah konsep Tuhan yang universal, Tuhan yang
sama dimiliki oleh semua agama dan kepercayaan. Tuhan yang sama
yang disembah Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Konsep Tuhan
universal inilah yang dipakai di negara kita. Sila Katuhanan Yang
Maha Esa Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manuasia percaya
dan taqwa terhadap Tuhan YME. Sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab
Asas Kemanusiaan
Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab Kemanusiaan yang adil dan
beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan
kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan
keadilan. Sadar bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa
Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia,
3
karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan
bangsa–bangsa lain.
Asas Kenegaraan
Sila Persatuan Indonesia Dengan sila persatuan Indonesia, manusia
Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan
golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika,
dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa.
Asas Kerakyatan
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Manusia Indonesia menghayati dan
menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu
semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab.
Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan
dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan-keputusan yang diambil harus i dapat dipertanggung
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung
tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan
diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya.
Asas Persatuan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dengan sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak
dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan
perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil
terhadap sesama, menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban
serta menghormati hak-hak orang lain.
b. Kelebihan Pancasila Sebagai Dasar Negara
4
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi
nasional. Ia adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia
untuk mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
Pancasila adalah ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk
kepentingan membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi
pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan
warga bangsa dan membangun pertalian batin antara warga negara dengan
tanah airnya.
5
Keempat, demokrasi (maksudnya sila ke-4 dari Pancasila) telah ada sejak
dahulu di bumi Indonesia meskipun bentuknya beda dengan demokrasi yang
ada di Barat. Demokrasi di Indonesia mengenal tiga prinsip: mufakat,
perwakilan, dan musyawarah.
Kelima, Keadilan Sosial. Pada sila ini terkandung maksud untuk keadilan
dan kemakmuran sosial, jadi bukan keadilan dan kemakmuran individu.
Hanya dalam suatu masyarakat yang makmur berlangsung keadilan sosial.
6
Pancasila kemudian dijadikan tafsir yang bersifat monolitik, direktif,
kaku, dan berorientasi ‘menghukum’ lawan-lawan politik pemerintah. Ada
usaha, memang, untuk mengembalikan Pancasila berikut tafsirnya, sesuai
dengan semangat para pejuang kemerdekaan, Pancasila yang dikehendaki
Soekarno, Pancasila yang ditawarkan ke Sidang Umum PBB 30 September
1960. Tetapi, kondisi sekarang sudah berbeda dengan kondisi ketika Soekarno
masih berkuasa. Indonesia sekarang, bahkan mulai Orba berkuasa, sudah
dicengkram oleh kekuatan Neoliberalisme (penjajah baru yang lebih masif dan
canggih dibandingkan dengan nenek moyangnya, Imperialisme dan
Kapitalisme).1
1. Melindungi tanah air dan bangsa Indonesia yang berarti semua hukum
yang dibuat dan diberlakukan harus mampu menjaga keutuhan kesatuan bangsa
baik secara teritori (wilayah) maupun ideologi.
1
Maspuk Alhamdani MAKALAH “Pancasila Sebagai Dasar Negara” h.10-14
7
yang kuat terhadap yang lemah dan harus selalu berupaya untuk mengurangi
kesenjangan dalam masyarakat,
Hal pokok yang diatur dalam Tap MPR Nomor XX/MPRS/1966 jo Tap MPR
Nomor V/MPR/1973 jo Tap MPR Nomor IX/MPR/1978 adalah bahwa Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum beserta penegasan penyempurnaannya.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah kesadaran, cita-cita
moral dan pandangan hidup (way of life) yang meliputi suasana watak dan
kejiwaan rakyat negara yang bersangkutan. Pengertian ini menunjukkan bahwa
Pancasila merupakan sumber, dasar, ruh/spirit, karakter dan cita hukum Indonesia.
Lalu, bagaimana implementasi kedudukan Pancasila dalam hukum tersebut di era
orde baru?
8
pihak-pihak yang berseberangan bahkan hanya memberikan kritik atas kebijakan
atau policy pemerintah distempel anti Pancasila.
9
UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan memuat ketentuan yang berbunyi “Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum negara” dan diperjelas dalam Penjelasan bahwa
“Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah
sesuai dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar
filosofis bangsa dan negara sehingga setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila”. Pasal 2 ini mempertegas ketentuan Pasal 1 ayat (3) TAP MPR No.
III/MPR/2000 sekaligus menekankan bahwa materi muatan UUD 1945, undang-
undang, perppu, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah dan
seluruh Peraturan Perundang-undangan lainnya harus sesuai dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Sedangkan UU Nomor 12 Tahun 2011
menyebutkan dalam Pasal 2 bahwa “Pancasila merupakan sumber segala sumber
hukum negara” dan dijabarkan dalam Penjelasan “Penempatan Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 alinea keempat yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Ketentuan ini sama dengan UU 10/2004, akan
tetapi berbeda dalam penjelasannya, dimana UU 10/2014 lebih tegas dengan
mengamanatkan agar semua jenis peraturan perundang-undangan harus sesuai
dengan Pancasila. Dengan demikian dapat dikatakan terjadinya kemunduran
mengenai pengaturan Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum dalam Pasal
2 UU 12/2011.
10
hukum sejak reformasi sampai dengan saat ini, yakni adanya: (1) sikap resistensi
atas orde baru, (2) menguatnya pluralisme hukum, dan (3) kenyataan hukum yang
menempatkan Pancasila sebagai lambang/simbol semata.
Mengenai alasan ketiga, Fais Yonas Bo’a menjelaskan bahwa hal yang
paling nyata untuk menggambarkan formalitas Pancasila dalam materi muatan
perundang-undangan adalah begitu banyaknya gugatan-gugatan hukum melalui
langkah pengujian undang-undang (judicial review) terhadap UUD 1945 di
Mahkamah Konstitusi. Menurut data pada laman resmi Mahkamah Konstitusi,
rekapitulasi putusan pengujian UU sampai dengan tanggal 5 November 2021
sebanyak 1451 (44% dari perkara yang diajukan ke MK). Dari jumlah tersebut,
putusan yang dikabulkan 105 perkara, dikabulkan sebagian 174 perkara, putusan
ditolak 524 perkara, putusan tidak dapat diterima 468 perkara, putusan tidak
berwenang 12 perkara, gugur 23 perkara, dan ditarik kembali 145 perkara.
Berdasarkan data tersebut, sejak awal dibentuknya Mahkamah Konstitusi tahun
2003 sampai saat ini sebanyak 279 perkara amar putusannya adalah dikabulkan.
Hal ini menunjukkan bahwa 279 materi muatan dalam UU yang bertentangan
dengan UUD 1945 dan sekaligus adanya ketidaksungguhan pembentuk UU
merujuk UUD 1945 dalam pembentukan UU.
2
Sholikul Hadi, EKSISTENSI PANCASILA SEBAGAI SUMBER SEGALA SUMBER HUKUM
DALAM KONSTITUSI INDONESIA, vol.3 No.2 (2021), Hal :113-123
11
C. Isi Pembukaan UUD 1945 Sebagai Staatsfundamentalnorm
Didasarkan pada asas bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum negara, maka setiap aturan hukum positif yang berlaku di
Indonesia, haruslah mencerminkan nilai-nilai luhur dan murni yang terkandung
dalam masing-masing Sila Pancasila dan tentunya dituntun oleh Sila Ketuhanan.
Terkait dengan hal ini, menurut Darji Darmodiharjo dan Shidarta,dikatakan
bahwa apabila filsafat hukum mengadakan penilaian terhadap hukum (apakah
hukum yang ada itu sudah memenuhi rasa keadilan, kepastian hukum, dan
kemanfaatan), bagi bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai ukuran, alat
penilai, atau batu ujiannya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum, yang identik dengan pokok-pokok pikiran di Pembukaan UUD 1945.
3
Tengku Erwinsyahbana & Tengku R.F Syahbana “Perspektif Negara Hukum Indonesia
Berdasarkan Pancasila” h.14-15
12
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Pancasila memilki kedudukan yuridis sebagai dasar Negara dan sumber segala
sumber hukum yang ada di Indonesia. Kepada persoalan atau silang pendapat
apakah Pembukaan UUD NRI 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh dengan
Batang Tubuhnya, ataukah merupakan bagian terpisah yang menempatkan
Pembukaan sebagai sesuatu yang lebih tinggi dari batang tubuhnya seperti dalam
pendapat Simorangkir dalam sistematikanya Pembukaan bukan merupakan bagian
dari konstitusi, terpisah dan berdiri sendiri. Pembukaan ditempatkan diatas kepala
Undang-Undang Dasar dan dalam penjelasannya dipisahkan sebagai dasar UUD
NRI 1945 yang meliputi suasana kebatinan (geistlichen hintergrund). Begitupun
dengan Maria Farida yang menempatkan Pembukaan dengan Batang Tubuh
secara terpisah, yaitu Pembukaan atau Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm
dan batang tubuh sebagai verfassungnorm atau staatsgrundgesetz. 4
13
Grundbegriffe.” Teori yang ajarkan Nawiasky disebut dengan theorie von
stufenufbau der rechtsordnung, dan susunan norma menurut teori adalah
14
Gambar 1.1
Norma hukum pokok dan disebut pokok kaidah fundamental daripada negara itu
dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat, dan tak
berubah bagi negara yang dibentuk. Dengan perkataan lain, dengan jalan hukum
tidak dapat diubah. Fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai pokok kaidah yang
fundamental. Hal ini penting sekali karena UUD harus bersumber dan berada di
bawah pokok kaidah negara yang fundamental itu. Suatu tertib hukum (legal order
atau Rechtsodnung) akan terlihat sebagai suatu bangunan yang tersusun secara
hierarkis, atau tertib derajat, tertib tingkat, dimana dalam susunan tersebut
terdapat hukum yang berperan sebagai dasar dan sumber dari segala sumber
hukum negara, yang lazim dikenal dengan sebutan Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental. Menurut Prof. Notonagoro yang disebut Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental mengendung dua unsur pokok, yaitu:
5
Tengku Erwinsyahbana & Tengku R.F Syahbana “Perspektif Negara Hukum Indonesia
Berdasarkan Pancasila” h.15-17
15
1) Asal usul terjasinya Pokok Kaidah Negara yang Fundamental; bahwa
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental haruslah dibentuk oleh pembentuk
atau pendiri negara, dan terjelma dalam suatu pernyataan lahiriyah sebagai
pengejawantahan atau penjelmaan kehendak dan kemauan pembentuk negara
untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-dasar negara yang
dibentuknya
2) Isi Pokok Kaidah Negara yang Fundamental; bahwa Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental memuat asas kerohnanian negara, asas politik
negara, serta memuat ketentuan diadakannya UUD.
Dilihat dari kedua unsur pokok yang harus ada pada setiap norma hukum
yang pokok ( Pokok Kaidah Negara yang Fundamental) maka Pembukaan UUD
1945 telah memenuhi kedua syarat tersebut diatas. Sebab, ditinjau dari segi
sejarah terbentuknya, Pembukaan UUD 1945 dibentuk oleh pembentuk atau
pendiri negara. Sedangkan apabila ditinjau dari segi isinya, Pembukaan UUD
1945 nenuat asas kerohanian negara yaitu Pancasila, asas politik yaitu Republik
yang berkedaulatan rakyat, memeuat tujuan negara seperti yang tercantum dalam
UUD 1945 alinea keempat, selanjutnya menetapkan pula adanya suatu Undang-
undang Dasar Negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Dari segi Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental bagi Negara Republik Indonesia maka menjadi isi
intinya ialah Pancasila selaku asas kerohanian negara Republik Indonesia. Oleh
karena kedudukan demikian dapat dikatakan juga Pancasial berfungsi sebagai
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental bagi Republik Indonesia. Sebagai dasar
negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh tatanan kehidupan bangsa
dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan RepublikIndonesia (NKRI)
harus berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti juga bahwa semua peraturan yang
berlaku di negara Republik Indonesia harus bersumberkan kepada Pancasila.
Pancasila juga mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau kaidah
negara yang mendasar (fundamental norm). Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapa pun, termasuk oleh
MPR-DPR hasil pemilihan umum. Mengubah Pancasila berarti membubarkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
16
Agustus 1945. Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental berarti bahwa
hukum dasar tertulis (UUD), hukum tidak tertulis (konversi), dan semua hukum
atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara Republik
Indonesia harus bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara yang
fundamental tersebut. Dasar hukum Pancasila sebagai dasar Negara.6
6
Yusron Pahlevi “Analisis Yuridis Pancasila Sebagai Norma Fundamental Negara” h.6-7
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional.
Ia adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi
kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun
negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi
tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa dan membangun
pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya.
18
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Terima kasih atas antusias dari
pembaca yang sudi menelaah isi makalah ini,tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya,karena terbatasnya pengetahuan pemakalah. Kami mohon maaf
apabila ada kekeliruan dalam ejaan atau kalimat yang ada. Kiranya pembaca dapat
menambah sedikit pengetahuan dengan membaca makalah yang kami rangkum
dengan seringkasnya,semoga dapat meningkatkan keingin tahuan pembaca dan
seluruh penerus bangsa agar mengetahu tata hukum ataupun tata negara kita
Indonesia. Segala kurang dan kekeliruan kami ucapkan mohon maaf atas dasar
kesalahan pemakalah dan segala kelebihan kami bersumber dari Allah yang Maha
Esa. Terima kasih.
19
DAFTAR PUSTAKA
20