Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PANCASILA DALAM SISTEM KENEGARAAN


PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU
ASRI MUHAMMAD SALEH, S.H.,M.Hum

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1. FEBI YOLANDA PUTRI PANE
2. LORENCIA AYU LESTARI
3. FEBI NURKHOLIZAH
4. SEPTIANI SANTIKA MARPAUNG
KELAS : Akuntansi D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puja & puji hami ucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya yang dilimpahkan kepada kami akhirnya dengan penuh khidmat kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan penuh kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan didalam pembuatannya. Tidak lupa pula, sholawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarganya, sahabat, hingga umatnya
sampai akhir zaman.
Saya selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, Bapak Asri Muhammad Saleh, S.H.,M.Hum
yang telah memberikan materi berjudul “Sejarah Pancasila dalam Sistem Pemerintahan”,
maupun referensi yang dapat kami gunakan sebagai rujukan dalam pembuatan makalah ini.
Dengan demikian tugas ini sudah dapat kami selesaikan. Kami selaku tim kelompok
memohon maaf atas segala kekurangan dan kelebihan didalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini menjadi ilmu yang terus berkembang. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Sesudah dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, 8 November 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asal Mula Pancasila.................................................................................3
B. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara ..................................................4
C. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.................................................5
D. Sistem Pemerintahan Negara .....................................................................................6
E. Sistem Pemerintahan..................................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................................11
B. SARAN.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU..........................................................................................................14
B. JURNAL...................................................................................................................14

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Presiden Soekarno pernah mengatakan “jangan sekali-kali meninggalkan
sejarah”1.Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang dalam
ilmu kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag).
Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik
Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya
senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang berdiri di atas
keberagaman. Setiap negara memiliki pijakan yang menjadi landasan berdirinya sebuah
negara. Pancasila merupakan Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, hal ini
termaktub dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea ke empat. Alinea ke empat
merupakan sebuah pernyataan yuridis tentang dasar Negara Republik Indonesia dalam
kalimat ‘Dengan Berdasarkan Kepada..’. Pembukaan UUD 1945 dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staasfundamentalnorm, dan berada pada hirearki tertib hukum tertinggi
di Negara Indonesia.
Pendiri negara ini pada tanggal 18 Agustus 1945 menyepakati dasar negara Republik
Indonesia adalah Pancasila. Secara historis, Pancasila tidak semata-mata lahir secara
mendadak. Pancasila hadir melalui proses panjang yang didasari oleh perjuangan dan
pemikiran para tokoh bangsa. Pancasila lahir dari gagasan-gagasan luhur yang berakar
pada kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia sendiri.
Pancasila sebagai paradigma kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, serta
aktualisasi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Sampai degan awal Orde Baru rumusan Pancasila yang terpampang di Kantor-kantor
Pemerintah, di kelurahan-kelurahan maupun di pintu-pintu gerbang Desa adalah rumusan
Pancasila sebagai terdapat di dalam Mukaddimah Konstitusi RIS atau Mukaddimah
UUDS 1950. Bahkan di dalam buku-buku atau tulisan-tulisan terdapat bermacam-macam
rumusan, ada yang mirip dengan rumusan konsep dasar dai Ir.Soekarno, Yamin dan
sebagainya. Hal yang demikian adalah tidak benar dan bisa menimbulkan tafsir yang
berbeda-beda pula sehingga dapat merugikan pelaksanaan Pancasila (dan UUD 1945)
secara murni dan konsekuen. Untuk itu perlu ditertibkan, dan sehubungan dengan itu
telah dikeluarkan Instruksi Presiden No 12 Tahun 1968 tanggal 13 April 1968. Isinya
adalah menginstruksikan agar sila-sila dalam Pancasila harus dibaca/diucapakan sesuai
tata urutan dan rumusan sebagaimana tercantum didalam Pembukaan UUD 1945, dengan
keluarnya Instruksi Presiden tersebut, dapat dikatakan sebagai permulaan tafsir yang
benar terhadap Pancasila Dasar Negara. Penafsiran Pancasila yang dapat dipertanggaung
jawabkan adalah penafsiran secara Yuridis/Konstitusional.
Makalah Konstitusi (MK) adalah Lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman Bersama-sama dengan
Mahkamah Agung. Keberadaan MK dirasa sangat penting dan strategis karena MK
berupaya mengawal konstitusi agar dilaksanakan dan dihormati keberadaannya.
Indonesia saat ini menganut sistem Pemerntahan Presidnsial, dimana ada pemisahan
kekuasaan yaitu, legislatif dan yudikatif yang berdasarkan prinsip “Checks and balance”,
ketentuan ini tertuang dalam konstitusi, namun tetap diperlukan Langkah perbaikan,
1
Soekarno dalam Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Op. Cit.,
hlm. 1.

1
pengaturan atas kekuasaan dan kewenangan yang jelas antara ketiga Lembaga Negara
tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normative, yang menggunakan
pendekatan yuridis normatif. Dalam penelitian ini, penulis ingn mengetahui dan
membahas berbagai teori dan praktik berdasarkan UUD 1945atas pelaksanaan sistem
pemerintahan Indonesia.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut
 Bagaimana proses Pancasila menjadi sistem pemerintahan
 Bagaimana proses isi Pembukaan UUD mengandung Pancasila
1.2 Tujuan
Berdasarkan pada perumusan masalah sebagaimana tersebut di atas maka tujuan
objektif yang hendak dicapai
 Untuk mengetahui proses Pancasila menjadi sistem kenegaraan dimana isi
Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar Filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia,
bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya
Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Secara kausalitas Pancasila belum disyahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai
adat istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai religious. Kemudian para pendiri negara
Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat
berdasarkan moral yang luhur, anatar lain dalam siding-sidang BPUPKI pertama,
siding Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat
Pancasila yang pertama kali kemudian dibahas lagi dalam siding BPUPKI kedua.
Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum siding resmi PPKI Pancasila sebagai calon
dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tangga
18 Agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia.
1. Asal Mula yang Langsung
Pengertian asal mula secara ilmiah filsafat dibedakan atas empat macam
(Bagus, 1991 : 158). Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles,
Adapun berkaitan dengan asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah
asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara
yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan yaitu
sejak dirumuskan oleh para pendiri negara sejak siding BPUPKI pertama.
Panitia Sembilan, sidang BPUPKI kedua serta sidang PPKI serta
pengesahanya. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila tersebut menurut
Notonagoro adalah sebagai berikut :
a) Asal mula bahan (causa Materialis)
Bangsa Indonesia adalah sebagai asal nilai- nilai
Pancasila.sehingga Pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang
merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari bangsa Indonesia yang
berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Dengan
demikian asal bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri
yang terdapat dalam kepribadian dan pandangan hidup.
b) Asal mula bentuk (causa Formalis)
Hal ini dimaksudkan bagaimana asal mula bentuk atau
bagaimana bentuk Pancasila itu dirumuskan sebagaimana termuat
dalam Pembukaan UUD 1945. Maka asal mula bentuk Pancasila
adalah ir Soekarno bersama-sama Drs Moh Hatta serta anggota
BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasila terutama
dalam hal bentuk,rumusan serta nama Pancasila.
c) Asal mula karya (causa Effesien)
Kausa Effesien atau asal mula karya yaitu hasil mula yang
menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar negara
yang sah. Adapun asal mula karya adalah PPKI sebagai pembentuk
negara dan atas kuasa pembentuk negara yang mengesagkan Pancasila

3
menjadi dasar negara yang sah,setelah di lakukan pembahasan baik
dalam sidang-sidang BPUPKI,Pancasila Sembilan.
d) Asal mula tujuan (causa Finalis)
Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam sidang sidang pendiri
negara,tujuannya adalah untuk dijadikan sebagai dasar negara. Oleh
karena itu asal mula tujuan tersebut para anggota BPUPKI dan Panitia
Sembilan termasuk Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan
dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkannya PPKI sebagai dasar
negara yang sah. Demikian pula para pendiri negara tersebut juga
berfungsi sebagai kausa sambungan karena yang merumuskan dasar
filsafat negara.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Secara kausalitas asal mula yang tidak langsung Pancasila adalah asal
mula sebelum proklamasi kemerdekaan. Berarti asal mula Pancasila yang
terdapat pada nilai dan adat-istiadat.dalam kebudayaan serta dalam nilai-nilai
agama bangsa Indonesia. Sehingga dengan demikian asal mula tidak
langsung Pancasila adalah terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan
hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Maka asal mula tidak langsung Pancasila
bilamana dirinci adalah sebagai berikut:
1) Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan
menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya yaitu nilai ketuhanan ,nilai
kemanusiaan,nilai persatuan,nilai kerakyatan,dan nilai keadilan telah
ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia
sebelum membentuk negara.
2) Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara yang berupa nilai adat-istiadat
kebudayaan serta nilai-nilai religius.Nilai-nilai tersebut menjadi
pedoman dalam memecahkan problema kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia.
3) Dengan demikian terdapat kesimpulan bahwa asal mula tidak langsung
Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri,atau dengan lain
perkataan bangsa Indonesia sebagai ‘Kausa Materialis’atau sebagai
asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Dengan demikianlah tinjauan Pancasila dari segi kausalitas,sehingga memberikan
dasar dasar ilmiah bahwa Pancasila itu pada hakikatnya sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia.yang jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk negara nilai-nilai
tersebut telah tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam
tinjauan kausalitas tersebut memberikan bukti secara ilmiah bahwa Pancasila bulano
merupakan hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang bahkan
Pancasila juga bukan merupakan hasil sintesa paham-paham besar dunia,melainkan
nilai-nilai Pancasila secara tidak langsung terkandung dalam hal pandangan hidup
bangsa Indonesia.
B. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam 'Tri Prakara'
Berdasarkan tinjauan pancasila secara kausalitas tersebut di atas maka
memberikan pemahaman perspektif pada kita bahwa proses terbentuknya pancasila
melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah kebangsaan Indonesia.
Dengan demikian kita mendapatkan suatu kesatuan pemahaman bahwa pancasila
sebelum disahkan oleh PPKI sebagai dasar Filsafat Negara Indonesia secara
yuridis,dalam kenyataannya unsur-unsur pancasila telah ada pada bangsa indonesia

4
telah melekat pada bangsa indonesia dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai adat-
istiadat. Nilai-nilai kebudayaannya serta nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut yang
kemudian diangkat dan dirumuskan oleh parah pendiri negara diolah dibahas yang
kemudian disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Berdasarkan pengertian
tersebut maka pada hakikatnya bangsa indonesia ber-Pancasila dalam tigas asas atau
'Tri Prakara' yang rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara
secara yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagia asas-asas dalam
adat-istiadat dan kebudayaan dalam arti luas (Pancasila Asas Kebudayaan)
2. Demikian juga unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada bangsa Indonseia
sebagai asas-asas dalam agama-agama (nilai-nilai religius) (Pancasila Asas
Religius).
3. Unsur-unsur tadi kemudian diolah,dibahas dan di rumuskan secara saksama
oleh para pendiri negara dalam sidang-sidang BPUPKI,panitia 'sembilan'.
Setelah bangsa indonesia merdeka rumusan Pancasila calon dasar negara
tersebut kemudian disahkan oleh PPKI sebagai Dasar Filsafat Negara
Indonesia dan terwujudlah Pancasila sebagai asas kenegaraan (Pancasila asas
kenegaraan).
Oleh karna itu Pancasila yang terwujud dalam tiga asas tersebut atau 'tri prakara'
yaitu Pancasila asas kebudayaan,pancasila asas religius,serta Pancasila sebagai asas
kenegaraan dalam kenyataannya tidak dapat dipertentangkan karna ketiganya terjalin
dalam suatu proses kausalitas,sehingga ketiga hal tersebut pada hakikatnya merupakan
unsur-unsur yang membentuk pancasila (Notonagoro ,1975 : 16,17)
C. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau
Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslog) dari negara, ideologi negara atau
(Staatside). Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma
untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan Pancasila merupakan
suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh
pelaksanaan dari penyelenggaraan negara terutama segala peraturan perundang-
undangan termasuk Proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan dan
diderivasikan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum, Pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara
konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya
yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai,
norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar
baik yang tertulis atau Undang - Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau
konvensi. Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum.
Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan
UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok
pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya di
konkritisasikan atau dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945, serta hukum positif
lainnya. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai
berikut :

5
a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber
hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian Pancasila
merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan
UUD 1945 dijalankan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
b) Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang
Dasar 1945
c) Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis)
d) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung
isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk
para penyelenggara partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum dalam pokok pikiran
keempat yang bunyinya sebagai berikut : "... Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab"
e) Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi
penyelenggara negara, para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara
partai dan golongan fungsional). Hal ini dapat dipahami karena semangat
adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara karena
masyarakat dan negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat
yang bersumber pada asas kerohanian negara sebagai pandangan hidup
bangsa, maka dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan
diarahkan asas kerohanian negara.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentuk negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh
karena itu fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan Dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Udang-Undang Dasar 1945. Pernah ditetapkan dalam ketetapan No. XX/MPRS/1966
demikian juga dalam ketetapan No. V /MPR/1973. Dijelaskan bahwa Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang
pada hakekatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita
hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa
Indonesia. Selanjutnya dikatakannya bahwa cita-cita tersebut adalah meliputi, cita-cita
mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan
sosial, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan
tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan
sebagai pengejawaban dari budi nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melalui Sidang Istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang
tertuang dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, yang meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan
aspirasi rakyat (Sila IV) juga harus berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan harus bersumber
kepadanya.
D. Sistem Pemerintahan Negara

6
Sistem pemerintahan negara dalam arti luas adalah meliputi seluruh lembaga
pemerintahan negara yang ada, yaitu badn legislatif, badan eksekutif, dan badan
yudikatif. Menurut teori Trias Politika, ketiga badan tersebut memiliki fungsi sebagai
berikut:

1. Badan Legislatif
Badan Legislatif adalah badan yang berfungsi sebagai pembuat undang-undang (UU)
atau peraturan daerah (Perda) yang pengesahan- nya dilakukan bersama dengan
presiden atau kepala daerah. Lembaga Inf meliputi DPR, DPRD I, dan DPRD II yang
masing-masing menjalankan tugas dan fungsinya menurut tingkatannya. Badan lain
yang memiliki hubungan langsung dengan DPR adalah Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) badan ini memiliki fungsi sebagai auditor (Pemeriksa) keuangan negara, yang
hasil pemeriksaannya disampaikan secara rutin setiap tiga bulan kepada DPR sebagai
bahan masukan bagi DPR untuk mengawasi penggunaan keuangan negara.
2. Badan Eksekutif
Adalah badan yang berfungsi menjalankan undang-undang yang mendapat
persetujuan secara bersama-sama antara DPR dengan Pre- siden. Lembaga ini
meliputi presiden, wakil presiden, para mentri departemen dan non departemen,
gubernur beserta muspida, bupati/ walikota beserta muspida, camat, lurah/desa.
3. Badan Yudikatif
Adalah badan yang berfungsi mengadili penerapan undang-undang Lembaga ini
meliputi Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi, dan komisi Yudisial. Secara
khusus, tugas dan fungsi ketiga lembaga tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mahkamah Agung (MA) berfungsi memberi pertimbangan kepada Presiden
tentang pemberian grasi, amnesti, abolisi, rehabilitasi yang merupakan hak
prerogratif presiden dalam bidang hukum. Di samping juga menjalankan
tinjauan yudisial yaitu melakukan uji peraturan pemerintah yang bertentangan
dengan UU yang ada di atasnya.
b. Mahkamah Konstitusi (MK) berfungsi melakukan uji undang-undang terhadap
UUD 1945, menyelesaikan konflik antarlembagan negara dan melakukan
pembubaran partai politik bila melakukan pelanggaran UUD 1945
c. Komisi Yudisial (KY) berwenang merekrut dan menyeleksicalon hakim
agung. Fungsi pengawasan hakim dan" tingkat pengadilan negara sampai
mahkamah agung maupun hakim konstitusi yang semula dilakukan oleh
Komisi Yudisial telah dibatalkan oleh mahkamah konstitusi, sehingga fungsi
pengawasan hakim dikem- balikan oleh mahkamah agung dibaah tanggung
jawab Wakil Ketua MA bidang yudisial. Badan atau lembaga penegak hukum
yang berada langsung dibawah kendali pemerintahan negara adalah kepolisian
negara, kejaksaan agung, dan pengadilan.
Ketiga lembaga ini memiliki fungsi dan tugas yang saling terkait dan bersifat hierarkis
hingga ke tingkat daerah tingkat kabupaten/kota sedangkan, khusus potisi berada
hingga tingkat lurah/desa.
E. Sistem Pemerintahan
1. Sistem Pemerintahan Presidensil
Presidensil cenderung memisahkan kepala eksekutif dari dewan perwakilan
rakyat. Sangat sedikit media tempat di mana eksekutif dan legislatif dapat saling
bertanya satu sama lain.

7
Dalam sistem presidensil, pemilu diadakan dua macam. Pertama untuk memilih
anggota parlemen dan kedua untuk memilih presiden. Presiden inilah yang dengan
hak prerogatifnya menunjuk pembantu- pembantunya, yaitu menteri-menteri di dalam
kabinet. Pola penun- jukkan menteri oleh presiden ini efektif di dalam sistem dua
partal, di mana dengan dua partai yang bersaing tersebut, pasti salah satu partal akan
menang secara mayoritas. Di dalam sistem banyak partal, penun jukkan menteri oleh
presiden juga dapat efektif jika salah satu partal menang secara 51%.
Di Indonesia yang bersistemkan presidensil, mekanisme penun- jukkan anggota
kabinet efektif di masa pemerintahanan Suharto. Namun, di masa reformasi,
pemenang pemilu, misalnya PDI-P, hanya mengantongi sekitar 35% suara, dan itu
tidaklah mayoritas, sehingga di dalam menunjuk menteri-menteri Megawati harus
mempertimbangkan pendapat dari partai-partai lain, apalagi yang punya suara cukup
besar seperti Golkar, PPP, PAN, dan PKB. Dalam sistem ini, terdapat lima prinsip
penting, yaitu:
1) Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu institusi penye- lenggara
kekuasaan eksekutif negara yang tertinggi di bawah Undang-Undang Dasar.
Dalam sistem ini tidak dikenal dan tidak. perlu dibedakan adanya kepala
negara dan kepala pemerintahan. Keduanya adalah Presiden dan Wakil
Presiden. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan
tanggungjawab politik berada di tangan Presiden (concentration of powerand
responsibility upon the President).
2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung dan karena
itu secara politik tidak bertanggungjawab kepada Maje- lis Permusyawaratan
Rakyat atau lembaga parlemen, melainkan bertanggungjawab langsung kepada
rakyat yang memilihnya.
3) Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat dimintakan pertanggung- jawabannya
secara hukum apabila Presiden dan/atau Wakil Pre- siden melakukan
pelanggaran hukum konstitusi. Dalam hal demi- kian, Presiden dan/atau Wakil
Presiden dapat dituntut pertang gungjawaban oleh Depan Perwakilan Rakyat
untuk disidangkan dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat, yaitu sidang
gabungan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.
Namun, sebelum diberhentikan, tuntutan pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden yang didasarkan atas tuduhan pelang garan atau kesalahan,
terlebih dulu harus dibuktikan secara hukumn melalui proses peradilan di
Mahkamah Konstitusi. Jika tuduhan bersalah itu dapat dibuktikan secara
hukum oleh Mahkamah Konstitusi, barulah atas dasar itu, MPR bersidang dan
secara resmi mengambilputusan pemberhentian,
4) Para Menteri adalah pembantu Presiden. Menteri diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden dan karena bertanggungjawab kepada. Presiden, bukan dan tidak
bertanggungjawab kepada parlemen. Kedudukannya tidak tergantung kepada
parlemen. Disamping itu, para Menteri itulah yang pada hakikatnya
merupakan para pemim pin pemerintahan dalam bidang masing-masing.
Karena itu, kedu- dukannya sangat penting dalam menjalankan roda
pemerintahan;
5) Untuk membatasi kekuasaan Presiden yang kedudukannya dalam sistem
presidentil sangat kuat sesuai dengan kebutuhan untuk menjamin stabilitas
peerintahan, ditentukan pula bahwa masa jabatan Presiden lima tahunan tidak
boleh dijabat oleh orang yang sama lebih dari dua masa jabatan. Di samping
itu, beberapa badan atau lembaga negara dalam lingkungan cabang kekuasaan
eksekutif ditentukan pula independensinya dalam menjalankan tugas

8
utamanya. Lembaga-lembaga eksekutif yang dimaksud adalah Bank Indonesia
sebagai bank sentral, Kepolisian Negara dan Kejaksaan Agung sebagai
aparatur penegakan hukum, dan Tentara Nasional Indonesia sebagai aparatur
pertahanan negara. Meskipun keempat lembaga tersebut berada dalam ranah
eksekutif, tetapi dalam menjalankan tugas utamanya tidak boleh dipengaruhi
oleh kepen- tingan politik pribadi Presiden. Untuk menjamin hal itu, maka
pengangkatan dan pemberhentian Gubernur dan Wakil Gubernur Bank
Indonesia, Kepala Kepolisian Negara, Jaksa Agung, dan Panglima Tentara
Nasional Indonesia hanya dapat dilakukan oleh Presiden setelah mendapat
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Pemberhentian para pejabat tinggi
pemerintahan tersebut tanpa didahului dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat hanya dapat dilakukan oleh Presiden apabila yang bersangkutan
terbukti bersalah dan karena itu dihukum berdasarkan vonis pengadilan yang
bersifat tetap karena melakukan tindak pidana menurut tata cara yang diatur
dengan Undang-Undang.
Di dalam sistem presidensil, presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen
(DPR) tetapi langsung kepada rakyat. Sanksi jika presiden dianggap tidak menrespon
hati nurani rakyat dapat berujung pada dua jalan: pertama, tidak memilih lagi si
presiden tersebut dalam proses pemilihan umum, dan kedua, mengadukan
pelanggaran-pelang- garan yang presiden lakukan kepada parlemen. Parlemen inilah
yang nanti menggunakan hak kontrolnya untuk mempertanyakan sikap-sikap presiden
yang diadukan 'rakyat' tersebut.
Jadi, berbeda dengan Parlementer di mana jika si perdana menteri dianggap tidak
bertanggung jawab, parlemen, terutama partai-partai oposisi, dapat mengajukan mosi
tidak percaya kepada perdana menteri yang jika didukung oleh 51% suara parlemen,
si perdana menteri tersebut beserta kabinetnya terpaksa harus mengundurkan diri
dalam sistem presidensil, hal seperti ini sulit untuk dilakukan mengingat yang
memilih si presiden bukanlah parlemen melainkan rakyat secara langsung.
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Dalam sistem Parlementer, warganegara tidak memilih kepala negara secara
langsung. Mereka memilih anggota-anggota dewan perwakilan rakyat, yang
diorganisasi ke dalam satu atau lebih partai politik. Umumnya, sistem Parlementer
mengindikasikan hubungan kelembagaan yang erat antara eksekutif dan legislatif.
Kepala pemerin- tahan dalam sistem Parlementer adalah perdana menteri (disebut
Pre- mier di Italia atau Kanselir di Jerman). Perdana menteri memilih men- teri-
menteri serta membentuk kabinet berdasarkan suatu 'mayoritas' dalam parlemen
(berdasarkan jumlah suara yang didapat masing- masing partai di dalam Pemilu).
Dalam bentuk pemerintahan parlementer, pemilu hanya diadakan satu macam
yaitu untuk memilih anggota parlemen. Lewat mekanisme pemilihan umum,
warganegara memilih wakil-wakil mereka untuk duduk di parlemen. Wakil-wakil
yang mereka pilih tersebut merupakan anggota dari partai-partai politik yang ikut
serta di dalam pemilihan umum.
Jika sebuah partai memenangkan suara secara mayoritas (misalnya 51% suara
pemilih), maka secara otomatis, ketua partai tersebut menjadi perdana menteri.
Selanjutnya, tugas yang harus dilakukan si perdana menteri ini adalah membentuk
kabinet, di mana anggota- anggota kabinet diajukan oleh para anggota parlemen
terpilih, sehingga anggota kabinet dapat berasal baik dari partainya sendiri maupun

9
partai saingannya yang punya jumlah suara signifikan. Menteri-menteri inilah yang
nantinya mengarahkan atau mengepalai kementerian- kementerian yang dibentuk.
Jika pemilu tidak menghasilkan jumlah suara mayoritas (misalnya 30% hingga
50%), maka partai-partai harus berkoalisi untuk kemudian memilih siapa perdana
menterinya. Biasanya, partai dengan jumlah suara paling besar-lah yang ketua
partainya menjadi perdana menteri di dalam koalisi (kabinet koalisi). Susunan kabinet
pun, dengan koalisi ini, tidak bisa dimonopoli oleh satu partai saja, layaknya ketika
pemilu menghasilkan suara mayoritas 51%.
Masing-masing partai yang berkoa-lisi biasanya menuntut jatah' menteri sesuai
dengan jumlah suara yang mereka hasilkan dalam pemilu. Untuk selanjutnya, perdana
menteri (beserta kabinetnya) bertanggung jawab kepada parlemen sebagai
representasi rakyat hasil pemilihan umum. Dalam bentuk parlementer, perdana
menteri menjadi kepala pemerintahan sekaligus pemimpin partai. Dalam sistem
parlementer, partai yang menang dan masuk ke dalam kabinet menjadi 'pemerintah'
sementara yang tetap berada di dalam parlemen menjadi. 'oposisi.
Hal yang menarik adalah, anggota-angggota parlemen yang menjadi oposisi
membentuk semacam kabinet bayangan. Jika kabinet peme- rintah jatuh, maka
kabinet bayangan inilah yang akan menggantikannya lewat pemilu yang dipercepat
atau pemilihan perdana menteri baru. Sistem kabinet bayangan ini berlangsung efektif
di Inggris di mana kabinet bayangan tersebut bekerja layaknya kabinet pemerintah
dan digaji pula.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembukaan undang-undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal Undang-


undang Dasar 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan di
undangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7. Pembukaan undang-undang
Dasar 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan diatas pasal-pasal undang-undang
Dasar 1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan,
namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 terdiri atas empat alinea, dan setiap alinea
memiliki spesifikasi jikalau ditinjau berdasarkan isinya. Alinea pertama, kedua dan ketiga
memuat segolongan pernyataan yang tidak memiliki hubungan kausal organis dengan
pasal-pasalnya. Bagian tersebut memuat serangkaian pernyataan yang menjelaskan
peristiwa yang mendahului terbentuknya negara Indonesia, adapun bagian keempat (aline
IV) memuat dasar-dasar fundamental negara yaitu:

b. tujuan negara
c. ketentuan UUD negara
d. bentuk negara dan dasar filsafat negara Pancasila

Oleh karna itu alinea IV ini memiliki hubungan 'kausal organis' dengan pasal-pasal
UUD 1945, sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-pasal UUD 1945 tersebut.

Sistem Pemerintahan Indonesia. Sistem pemerintahan di Indonesia terbagi menjadi


dua fase yaitu :
1. Fase sistem pemerintahan sebelum Amandemen UUD 1945 Sistem Pemerintahan
Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen. Pokok-pokok
sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen
tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan
negara tersebut sebagai berikut :
1) Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)19

11
2) Sistem Konstitusional.
3) Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4) Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.Sistem pemerintahan ini
dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden
Suharto.Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat
besar pada lembaga kepresidenan. Sistem Pemerintahan adalah hubungan antara lembaga
legislatif dan eksekutif terdapat perbedaan yang jelas antara sistem pemerintahan
presidensil dan sistem pemerintahan parlementer.Masing-masing memiliki ciri-ciri
sebagaimana diungkapkan dalam kutipan berikut.Pertama, masalah sistem pemerintahan
yang dianut oleh UUD.
Indonesia merupakan negara dengan sistem pemerintahan Presidensial. Hal ini
didasarkan pada kesepakatan pendiri bangsa (founding father) Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.Karena itu tidak
adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar
dan cenderung dapat disalahgunakan.Meskipun adanya kelemahan, kekuasaan yang
besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan
yang kompak dan solid.
Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum diamandemen:
1. Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR.
2. DPR sebagai pembuat UU.
3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan.
4. DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan.
5. MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan.
6. BPK pengaudit keuangan
2. Fase sistem pemerintahan sesudah Amandemen UUD 1945
Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah diamandemen
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945
dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan
yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah
dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokoksistempemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi.

12
2) Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
3) Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima
tahun. Untuk masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih
secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4) Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
5)
B. SARAN
Menurut penulis, di saaat ini Indonesia sudah menganut sistem Demokrasi. Kita juga
perlu menanamlkan penerapan nilai-nilai UUD 1945 dan Pancasila agar bangsa
Indonesia tetap maju dan ciri khas dari bangsa tersebut tetap terjaga meskipun
pengaruh era Globalisasi tidak dapa dihindarkan. Saya yakin bahwa bangs ini akan
memiliki kehidupan yang lebih baik jika berpegang teguh pada pedoman yang ada,
walaupun zaman dan teknologi semakin canggih
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk kedepannya
penulis akan lebih memperbaikinya lagi. Untu itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat dibutuhkan penulis.

13
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU
Ali Amran, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Edisi Kedua, Depok: Rajawali
Pers, 2019
Ujang Charda, Pendidikan Pancasila : Untuk Pendidikan Tinggi, Depok: Rajawali
Pers, 2018.
Kabul Budiyono, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2010
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, Edisi kesembilan 2010
B. JURNAL
Noviati, C. E. (2016). Demokrasi dan Sistem Pemerintahan. Jurnal Konstitusi,
10(2), 333. https://doi.org/10.31078/jk1027
Rachman, T. (2018). Sejarah pancasila. AngewaRachman, T, 10–27.

14
15

Anda mungkin juga menyukai