KETATANEGARAAN
MAKALAH
Dosen Pengampu :
Heru Wiyadi, M.Pd
Disusun Oleh :
Syamsul Huda (NIM.2197174041)
Nandita Putri Rizky Nur Akbar (NIM.2197174039)
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh
karena itu, saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis
berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan dunia
pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah ............................................................................... 2
1.5 Metode Penulisan...................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber Tertib Hukum Ketatanegaraan
RI..................................................................................................................4
2.2 Pembukaan UUD 1945 dan kedudukannya dalam Tertib Hukum di
Indonesia....................................................................................................5
2.3 Sistem Ketatanegaraan Sesudah Amandemen UUD 1945.................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan
populer disebut sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk
dalam sumber tertib hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan
kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum
negara baik yang tertulis maupun yang tak tertulis atau convensi. Indonesia adalah negara demokrasi
yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara diatur dalam sistem peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan
pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. Hal ini tidaklah lepas dari
eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan
yang sangat penting karena merupakan suatu letak untuk kaidah negara yang fundamental
(staasfundamentalnorm) dan berada pada sebuah kumpulan yang disusun (hierarkhi) tertib hukum
tertinggi di Indonesia. Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pada
hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap aspek penyelenggaraan negara
termasuk dalam penyusunan tertib hukum di Indonesia. Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
sesuai dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai sumber hukum positif Indonesia. Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di
Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar filsafat
Indonesia. Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini Indonesia mengalami
perubahan yang sangat mendasar mengenai sistem ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut
Secara umum dapat kita katakan bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD 1945
ialah komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan
1
Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD 1945,
yang semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak turut disahkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945, dihapuskan. Materi dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula
yang dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945 setelah
empat kali amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan rakyat, dan penjelmaannya ke
dalam lembaga-lembaga negara. Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat,
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-
anggota DPR ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar
dan luas kewenangannya. Antara lain mengangkat dan memberhentikan Presiden, menetapkan Garis-
1.2..Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
2.Bagaimana Pembukaan UUD 1945 dan Kedudukanya dalam tetib hukum di Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan dari pemaparan masalah ini yaitu :
a. Mengetahui dan memahami kedudukan Pancasila sebagai sumber tertib hukum ketatanegaraan RI
b. Mengetahui dan memahami Pembukaan UUD 1945 dan Kedudukanya dalam tetib hukum di
Indonesia
1.4 Manfaat
a.Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
b.Bagi guru, makalah ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru tentang Pancasila
b.Bagi prodi, makalah ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka prodi PGSD
2
Universitas Hasyim As’ary terkait dengan Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan
Penulisan dan penyusunan makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Artinya makalah
ini ditulis dan disusun berdasarkan referensi-referensi yang ada didalam buku-buku dan
3
BAB II
PEMBAHASAN
hukum yang memenuhi empat syarat yaitu adanya kesatuan subyek yang mengadakan
peraturan hukum itu,adanya kesatuan waktu yang di dalamnya peraturan itu berlaku. Di
dalam tertib hukum terdapat pembagian susunan haerarkhis dari peraturan-peraturan hukum.
itu merupakan suatu sistem karena peraturan-peraturan hukum yang satu (yang lebih tinggi)
merupakan dasar yang mengikatnya peraturan hukum yang lain (yang lebih rendah).
Demikian tingkatan-tingkatan atau jenjang-jenjang itu akhirnya sampai pada dasar yang
yang pertama-tama harus ada dalam negara hukum. Terdapat dua aspek utama dalam
Menurut Suyadi (1999:13) ditinjau dari aspek filosofis makna pancasila sebagai sumber
tertib hukum RI adalah nilai-nilai luhur yang terlekat pada keberadaan bangsa Indonesia
kemanusiaan dan nilai-nilai moral yang menjadi dasar moral bagi tertib hukum di Indonesia.
Secara yuridis kenegaraan Pancasila adalah dasar negara RI dan pada akhirnya secara
sosiologis diterima sebagai pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu Pancasila tidak boleh
diabaikan dalam kaitannya dengan masalah pembentukan hukum dan penafsiran hukum. Ini
4
berarti Pancasila memberikan inspirasi bagi pembentukan hukum dan penegakan hukum.
Selanjutnya dikatakan Suyadi bahwa Pancasila mempunyai tiga dimensi yaitu dimensi
moral/etis, ideologi/politis dan yuridis. Ketiga dimensi ini disebut trias imperatif Pancasila.
Jalinan yang serasi antara ketiga dimensi tersebut memberi sumbangan positif bagi
terwujudnya Hukum Nasional Indonesia yang dinamis sebagai sarana mengatur kehidupan
terwujudnya cita-cita bangsa sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 dan
Pancasila itu sendiri. Dimensi moral/etis berarti bahwa hukum nasional Indonesia
Tuhan yang bermartabat. Dimensi ideologis berarti bahwa hukum nasional Indonesia
didasari oleh cita-cita serta tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945,
sedangkan dimensi yuridis artinya Pancasila sebagai pokok kaidah fudamental negara RI
2.2 Pembukaan UUD 1945 dan kedudukannya dalam Tertib Hukum di Indonesia
Pembukaan UUD 1945 memuat norma-norma dasar kehidupan bernegara. Isi Pembukaan UUD 1945
pikiran yang merupakan cita-cita hukum yang melandasi lahirnya hukum negara. Dengan demikian
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 lebih tinggi dari pasal pasal dalam UUD 1945. Itulah sebabnya,
ketika terjadi amendemen UUD 1945, MPR merasa tidak perlu mengubah bagian Pembukaan UUD
1945. Mengapa MPR tidak mengubah Hal ini tidak berarti bahwa Undang-Undang Dasar 1945 tidak
lengkap atau tidak sempurna dan mengabaikan kepastian hukum. Keluwesan dan fleksibel itu tetap
Dengan aturan-aturan pokok itu kepastian hukum sudah cukup terpenuhi. Pengaturannya lebih lanjut
sebagai penyelenggaraan aturan pokok itu diserahkan kepada hukum yang tingkatannya lebih rendah
Pembukaan UUD 1945 memuat dasar filosofis dan dasar normative yang mendasari seluruh pasal dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Pembukaan UUD 1945 mengandung staatsidee berdirinya Negara
5
Kesatuan Republik Indonesia, tujuan (haluan) negara, serta dasar negara yang harus tetap
dipertahankan”. Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, menurut penelitian ilmu hukum terdapat
hal-hal yang merupakan syarat-syarat bagi adanya suatu tertib hokum atau sistem hukum.
Maksud dari tertib hukum di sini adalah kebulatan peraturan-peraturan hukum yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya dan bersama-sama membentuk suatu kesatuan. Adapun syarat-syarat yang
dimaksudkan adalah meliputi empat hal. Akan tetapi, dalam Pembukaan UUD 1945 ini terdapat lima hal
a. Adanya kesatuan subjek (penguasa) yang mengadakan peraturanperaturan hukum; terpenuhi oleh
b. Adanya kesatuan asas kerohanian yang menjadi dasar dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum;
c. Adanya kesatuan daerah untuk berlakunya keseluruhan peraturan-peraturan hukum terpenuhi oleh
d. Adanya kesatuan waktu untuk berlakunya keseluruhan peraturan-peraturan hukum terpenuhi oleh
penyebutan ”disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia”, yang menyangkut saat sejak terbentuknya negara dan seterusnya.
e. Adanya kesatuan tujuan yang merupakan cita-cita ingin diwujudkan oleh keseluruhan peraturan-
peraturan hukum terpenuhi adanya penyebutan ”ketertiban, perdamaian dan keadilan” sebagai cita-cita
hukum, serta ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah peraturan-peraturan hukum yang ada dalam Negara Republik
Indonesia mulai saat ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah
merupakan suatu tertib hukum atau sistem hukum, yaitu tertib hukum Indonesia.
Dalam proses amendemen sejak tahun 1999 hingga tahun 2002, komitmen MPR RI untuk tidak
mengubah bagian Pembukaan UUD 1945 tertuang dalam kesepakatan dasar MPR tentang pengubahan
pasal.
Perubahan UUD 1945 dengan cara adendum artinya perubahan dilakukan dengan tetap mempertahankan
naskah asli UUD 1945 sebagaimana terdapat dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959 hasil
Dekret Presiden 5 Juli 1959. Naskah perubahan UUD 1945 diletakkan melekat pada naskah asli.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam Pembukaan UUD 1945 itu mengandung beberapa pokok pikiran yang
merupakan cita-cita nasional dan cita hukum kita. Pokok-pokok pikiran dalam UUD 1945 itu dijelmakan dalam
Pasal-pasal UUD 1945, dan cita hukum UUD 1945 besumber atau dijiwai oleh falsafah Pancasila. Di sinilah arti
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan Pasal-pasal
Undang-Undang Dasar 1945, karena Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengandung pokok-pokok pikiran
yang dijelmakan lebih lanjut dalam Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Dengan tetap menyadari akan
keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan dengan tetap memperhatikan hubungan antara
Pembukaan dengan Pasal-pasal UndangUndang Dasar 1945, dapatlah disimpulkan bahwa Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 yang memuat dasar falsafah negara Pancasila dengan Pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945 merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan
norma yang terpadu. Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang tidak lain adalah pokok-pokok pikiran
Persatuan Indonesia, Keadilan Sosial, Kedaulatan Rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Pokok-pokok pikiran tersebut tidak lain adalah pancaran dari Pancasila. Kesatuan serta semangat yang
demikian itulah yang harus diketahui, dipahami, dan dihayati oleh setiap insan Indonesia
7
2.3. Sistem Ketatanegaraan Sesudah Amandemen UUD 1945
Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen terhadap UUD 1945 yang kemudian
berhasil dilaksanakan selama 4 tahun berturut urut melalui Sidang Tahunan MPR yaitu tahun 1999,
2000,2001 dan tahun 2002. Reformasi dalam sistem perundang – undangan Indonesia ini dilakukan dengan
pertimbangan penyesuaian dengan kondisi negara dan masyarakat Indonesia. Diharapkan dengan
diadakannya amandemen , UUD 1945 sebagai dasar hukum negara Indonesia bisa lebih menyerap kebutuhan
rakyat serta sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini. Karena UUD 1945 setelah amandemen dianggap
1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi
di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
2. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan
eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan
berada di tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim. disebut hak prerogatif
(antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi) dan kekuasaan legislatif karena memiliki
3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel” sehingga dapat menimbulkan
lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum diamandemen).
4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal
sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-Undang.
Amandemen terhadap UUD 1945 dilaksanakan dengan beberapa kesepakatan dari panitia Ad Hoc, antara
lain
1. Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sistematika, aspek kesejarahan dan
orisinalitasnya.
8
2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
4. Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam penjelasan dimasukkan dalam pasal-pasal.
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi
yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
Setelah dilakukan amandemen, MPR yang semula berisi anggota - anggota DPR dan kelompok - kelompok
fungsional tambahan, termasuk militer, telah dirubah sehingga anggota MPR hanya terdiri dari anggota -
anggota DPR dan DPD saja. Bila anggota DPR mewakili kepentingan - kepentingan partai politik, maka
anggota DPD mewakili kepentingan – kepentingan daerah yang diwakilinya. Anggota MPR tersebut dipilih
oleh rakyat sehingga bisa dikatakan bahwa tidak terdapat lagi "kursi pesanan" untuk militer dan golongan -
Perubahan pada sistem pemerintahan setelah amandemen dilakukan juga terlihat jelas pada kekuasaan MPR
dimana sebelumnya MPR memiliki kekuasaan yang tidak terbatas dirubah menjadi kedaulatan
Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang - Undang dari tangan Presiden dan
memberikan kekuasaan untuk membuat Undang - Undang tersebut kepada DPR. Sehingga jelas bahwa
amandemen ingin mempertegas posisi check and balances antara presiden sebagai lembaga eksekutif dan
Setelah pelaksanaan amandemen, Presiden tetap memegang hak veto secara absolut untuk menolak segala
rancangan Undang - Undang yang dibuat DPR pada tahap pembahasan. Langkah reformasi lembaga
legislatif setelah amandemen adalah dibentuknya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dimaksudkan
untuk
memberi kesempatan kepada masyarakat daerah untuk turut berperan aktif dalam pelaksanaan sistem
pemerintahan, dimana ide ini sejalan dengan konsep otonomi daerah yang telah berjalan. Namun, otoritas
9
BAB III
KESIMPULAN
Pancasila mempunyai tiga dimensi yaitu dimensi moral/etis, ideologi/politis dan yuridis. Ketiga dimensi ini
disebut trias imperatif Pancasila. Jalinan yang serasi antara ketiga dimensi tersebut memberi sumbangan
positif bagi terwujudnya Hukum Nasional Indonesia yang dinamis sebagai sarana mengatur kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara yang sedang mengalami reformasi menuju terwujudnya cita-cita
bangsa sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 dan Pancasila itu sendiri. Dimensi moral/etis
berarti bahwa hukum nasional Indonesia merupakan sistem norma yang mencerminkan nilai-nilai
kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat. Dimensi ideologis berarti bahwa hukum nasional
Indonesia didasari oleh cita-cita serta tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, sedangkan
dimensi yuridis artinya Pancasila sebagai pokok kaidah fudamental negara RI yang merupakan norma dasar
Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945, terjadilah perubahan yang signifikan terhadap kedudukan,
tugas dan wewenang DPR/DPRD. Kalau sebelum amandemen UUD 1945 kekuasaan membentuk undang-
undang berada di tangan Presiden, maka sesudah amandemen UUD 1945 kekuasaan membentuk undang-
undang berada di tangan DPR, sedangkan Presiden hanya mengesahkan rancangan undang-undang yang
telah dibahas bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan diberikannya kekuasaan membentuk
undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat, maka kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat baik dari
aspek politik maupun yuridis menjadi semakin kuat untuk menjaga sistem check and balances dalam
penyelenggaraan pemerintahan
10
DAFTAR PUSTAKA
http://panmohamadfaiz.blogspot.com.
diakses pada tanggal 17 Oktober 2021 pukul 10.21.