Anda di halaman 1dari 18

FUNGSI PANCASILA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG – UNDANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu;

Dr. I Nyoman Bagiastra, SH.,M.H.

Disusun Oleh:

Nama : Ida Ayu Tri Uttari Dewi

NIM : 2204551060

KELAS :B

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
KATA PENGANTAR

Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan mata kuliah
Pendidikan Pancasila pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Makalah ini berjudul "Fungsi
Pancasila Dalam Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan”, ini disusun dengan berpedoman
pada sumber - sumber bacaan yang sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka disertai dengan
beberapa pandangan pribadi penulis. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak
mendapatkan saran dan dorongan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah
mendukung penulis dalam membuat makalah ini. Penulis menyadari bahwasanya makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, yang disebabkan oleh keterbatasan sumber dan pengetahuan yang
penulis miliki untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam
menunjang kesempurnaan makalah ini sehingga nantinya dapat berguna bagi pembaca. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

Denpasar, 19 Desember 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................................... 2

1.5 Lingkup Pembahasan .......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

2.1 Fungsi Pancasila Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ........................................... 3

2.2 Asal – Usul Nilai Pancasila ............................................................................................................... 12

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................................... 14

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara merupakan suatu wadah yang menaungi atau menjadi tempat bagi suatu bangsa.
Keberadaan negara menjadi sangat penting karena antara negara dan warganegaranya saling terikat
akan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Eksisten Negara Indonesia baru dimuai ketika
Indonesia teah mengumandangkan pidato proklamasi yag diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus
145 oleh Soekarnoyang bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta, yang merupakan
kediaman pribadi Soekarno. Ada perbedan mendasar antara negara dengan bangsa. Bangsa adalah
kumpulan orang –orang atau masyarakat yang mendiami suatu negara untuk membuat peradaban.
Sehingga, bangsa dapat dikatakan sebagai subyek yang mendiami suatu negara untuk membuat
peradaban. Sedangkan negara adalah obyek yang ditempati oleh suatu bangsa. Adapun beberapa
definisi negara menurut para ahli adalah:

 Aristoteles, negara (polis) ialah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai
kehidupan yang sebaik-baiknya.
 Jean Bodin, negara ialah suatu persekutuan dari keluarga-keluarga dengan segala
kepentingannya yang dipimpin oleh suatu kekuasaan yang berdaulat.
 Hans Kelsen, negara ialah suatu susunan pergaulan hidup bersama dengan tata paksa.
 Logeman, negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan
kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat. 1

Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa negara adalah suatu
organisasi yang mewadahi lahir dan berkembangnya suatu bangsa. Merujuk pada pembahasan
yang lebih spesifik bahwasnya negara Indonesia lahir pada detik-detik proklamasi 17 Agustus
1945 dikumandangkan yang menandakan Indonesia telah merdeka dari masa kolonialisme. Dalam
suatu negara sangat diperlukannya landasan dan alat perlengkapan negara. Untuk itulah dibuatnya

1 Wiyono, Suko. 2013. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang: Universitas Wisnuwardhana
Malang Press
Pancasila. Kesembilan tokoh Panitia Sembilan inilah yang akhirnya menyelesaikan pembahasan
mengenai dasar-dasar negara Pancasila. Proses untuk membuat dasar negara ini selesai ketika saat
itu terbentuknya Piagam Jakarta atau yang kerap disebut sebagai Jakarta Charter pada 22 Agustus
1945. Adapun bunyi Piagam Jakarta adalah;

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Keraykatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah fungsi Pancasila dalam pembentukan peraturan perundang-undangan?

b. Darimanakah asal – usul nilai – nilai Pancasila lahir?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui fungsi Pancasila dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

b. Untuk mengetahui asal usul nilai – nilai Pancasila lahir.

1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan penulis mengenai asal – usul nilai Pancasila dan fungsi
Pancasila dalam pembentukkan peraturan perundang-undangan.

b. Bagi Masyarakat Dapat menjadi salah satu referensi untuk mempelajari pengetahuan -
pengetahuan dasar mengenai Pancasila.

1.5 Lingkup Pembahasan

a. Fungsi Pancasila dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

b. Asal usul nilai – nilai Pancasila lahir.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Pancasila Dalam Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan.


Pancasila merupakan landasan negara dan Pancasila secaraetimologis berasa dari bahasa
Sansekerta yaitu Panca yang artinya lima dan sila yang artinya dasar atau prinsip. Pancasila tidak
hanya berfungsi sebagai ideologi negara tapi juga berfungsi sebagai dasar negara. Fungsi pancasila
sebagai dasar negara bermakna bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Hal ini
berarti bahwasanya Pancasila memiliki fungsi dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan. Dasar negara akan melahirkan rentetan regulasi atau peraturan yang mengikat negara
dan warganegara. Dalam hukum, dikenal dengan ius constitutum dan ius constituendum. Ius
constitutum merupakan hukum positif yang sedang berlaku, seperti UUD NRI Tahun 1945.
Sedangkan ius constituendum merupakan hukum yang akan berlaku di masa depan seperti RUU.
Dsar negara merupakan landasan dalam membuat suau peraturan. Adapun pengertian dasar negara
dari para ahli adalah;
 Kaelan MS, pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia. Sehingga pancasila merupakan asas kerokhanian tertib
hukum Indonesia.
 Karl Marx, mendefinisikan bahwa dasar negara merupakan suatu peringkat yang
mempunyai kekuasaan dalam menjalankan eksploitasi atau penindasan kepada kelas yang
lain.
 George Jellinek, menjelaskan bahwa dasar negara merupakan sebuah organisasi dengan
kekuasan suatu kelompok orang yang bertempat di suatu wilayah tertentu.
 J. J. Rousseau, mengungkapkan bahwa dasar negara merupakan suatu alat yang
mempunyai fungsi dalam menjaga kemerdekaan setiap individu & ketertiban hidup rakyat
negaranya.
 Aristoteles, menjelaskan bahwa negara merupakan perpaduan antara keluarga sampai pada
beberapa desa, yang nanti pada akhirnya mereka dapat berdiri mandiri dengan tujuan yang
sama yaitu kesenangan & kehormatan mereka.2

Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat dipahami bahwa Pancasila adalah dasar
negara. Oleh kaena itu, Pancasila mengilhami pembentukan hierarki peraturan perundang –
undangan di Indonesia. Dasar negara Indonesia adalah Pancasila yang terdiri dari lima sila.
Pancasila dilambangkan pada ruang perisai yang tersemat di burung garuda. Pancasila adalah
ideologi negara yang dijadikan pedoman bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila perlu
dihayati dan dijunjung tinggi oleh setiap warga negara Indonesia. Nama Pancasila berasal dari
bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata “panca” yang berarti lima dan “sila” yang berarti
prinsip atau asas. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara terletak pada kedudukannya sebagai
sumber dari segala sumber hukum di negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai dasar negara atau sering juga
disebut sebagai Dasar Falsafah Negara mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar
mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Hal tersebut ditegaskan dalam Ketetapan MPR No.

2
Wiyono, Suko. 2013. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Malang: Universitas Wisnuwardhana
Malang Press
XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P4 dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara. Pada ketetapan ini dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah Dasar Negara dari Indonesia.

Dasar negara Indonesia adalah Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila
dilambangkan pada ruang perisai yang tersemat di burung garuda. Pancasila adalah ideologi negara
yang dijadikan pedoman bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila perlu dihayati dan
dijunjung tinggi oleh setiap warga negara Indonesia. Nama Pancasila berasal dari bahasa
sansekerta yang terdiri dari dua kata “panca” yang berarti lima dan “sila” yang berarti prinsip atau
asas. Pancasila sebagai dasar negara setiap sendi-sendi ketatanegaraan pasa negara Republik
Indonesia harus berlandasan pada nilai-nilai Pancasila yang artinya, Pancasila harus senantiasa
menjadi ruh atau kekuatan yang menjiwai kegiatan dalam membentuk negara. Konsep Pancasila
sebagai dasar Negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang
pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar
negara Falsafah negara atau filosophische grondslarg bagi negara Indonesia. Usulan tersebut
ternyata dapat diterima oleh seluruh anggota sidang. Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas oleh
panitia kecil atau panitia 9 dan menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar”
pada tanggal 22 Juni 1945, yang selanjutnya oleh Muhammad Yamin disarankan diberi nama
“Jakarta Charter” atau piagam Jakarta, yang didalamya terdapat pancasila pada aline ke IV.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti bahwa Pancasila menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan segala norma-norma hukum dan negara. Pancasila sebagai dasar negara artinya
Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-
undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang berlaku
harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi).
Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan mengikat semua Warga
negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan dan
hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif (memaksa). Dengan kata lain,
tidak boleh ada satu pun peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan
Pancasila. kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara dalam berbagai
peraturan perundang-undangan di Indonesia dan bagaimanakah implementasi Pancasila sebagai
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara dalam bangunan negara hukum di Indonesia.
Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum tercermin kontinuitasnya antara
Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3). Sebelum perubahan
UUD Negara RI Tahun 1945 rumusan Pancasila sebagai dasar dari segala sumber hukum negara
dapat ditemukan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang tentang Memorandum
DPR-GR
Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia dan TAP II/MPR-RI/1978 Tentang Pedoman Penghayatan Dan
Pengamalan Pancasila atau sering disebut Eka Prasetya Pancakarsa. Sedangkan setelah perubahan
UUD Negara RI Tahun 1945 istilah Pancasila sebagai dasar hukum ditemukan dalam UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Presiden No. 87
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. 3Konsep
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum saat ini diimplementasikan dari aspek mikro
yaitu dalam asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan, sedangkan dari aspek makro

3 Rahmadani, W. (2021). Sumber Yuridis Pancasila Sebagai Dasar Negara. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
sebagai landasan negara hukum dan pembangunan sistem hukum nasional. Pancasila sebagai dasar
negara artinya bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum. Peraturan yang ada
dalam hukum Indonesia haruslah mengilhami dari nilai pancasila dan artinya, tidak boleh
bertentenangan dengan pancasila. Adapun Pancasila sebagai dasar negara dibuktikan dengan
sebagai berikut:

- Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber
tertib hukum Indonesia. Artinya bahwa, Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan juga menempatkan Pancasila sebagai dasar,
ideologi negara sekaligus dasar filosofis negara sehingga setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Pasal 2 UU
No.12 Tahun 2011 telah menegaskan sehingga saat ini tidak ada satupun hukum ius
constitutum yang bertentangan dengan pancasila.
- Pancasila sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan (Geistlinchenbintergrund) dari
UUD 1945. Artinya, bahwa nilai- nilai pancasila harus mendasari suasana kebatinan atau
perasaan batin ketika para perancang regulasi sedang merancang kebijakan – kebijakan.
Adapun nilai – nilainya. Seperti, selalu mengutamakan kepentingan dan keputusan
bersama, harusmenghargai pendapat orang lain, dan harus dilandaskan oleh rasa humanis
demi mencapai keadilan.
- Pancasila sebagai dasar negara mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara
Indonesia (baik hukum dasar tertulis/tidak tertulis). Adapun cita – cita hukum yaitu,
kepastian hukum, kemanfaatan hukum, dan keadilan.
- Pancasila sebagai dasar negara mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang
Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah maupun para penyelenggara negara
untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur. Artinya, bahwa pancasila yang mengandung norma – norma mewajibkan untuk
mengamalkan UUD NRI 1945 agar direalisasikan dengan maksimal kedalam bentuk
pembangunan yang konkret demi mencapai kesejahteraan masyarakat. 4

4 Sumarsono, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


Ubaidiah, A, dkk. 2000. Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education), DEmokrasi, HAM, & Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN
Jakarta Press
Pancasila merupakan dasar negara, ideologi negara, dan dasar filosofi negara. Dalam Tap MPR
Nomor III/MPR/2000 Tahun 2000 tentang Sumber Hukum dan Urutan Peraturan Perundang-
undangan dinyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber hukum dasar nasional dan sumber
hukum itu didefinisikan sebagai sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan. Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 20115 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan ditegaskan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala
sumber hukum negara. Dengan demikian, keseluruhan hukum, termasuk didalamnya peraturan
perundang-undangan, harus didasarkan pada Pancasila. Peraturan perundang-undangan dimaksud
meliputi UU, peraturan pemerintah (PP), peraturan presiden (presiden), peraturan daerah (perda),
serta bentuk peraturan lainnya. Apabila bangsa Indonesia menginginkan masyarakatnya menjadi
masyarakat Pancasila, dalam arti masyarakat yang segala perbuatan dan hubungan antar
manusianya dijiwai oleh Pancasila, maka salah satu alat yang efektif untuk mewujudkannya adalah
melalui pembentukan peraturan perundang-undangan yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila. Para
ahli sosiologi dan ahli hukum sudah sejak lama memaklumi bahwa law is a tool of social
engineering, hukum adalah alat perekayasa sosial.

Hukum, dalam arti peraturan perundang-undangan, merupakan alat yang efektif untuk
mengubah perilaku masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena hukum memiliki ciri yang tidak
dipunyai oleh norma hidup lainnya, yakni sanksi yang bisa dipaksakan. Sementara, norma sosial,
norma kesusilaan, norma agama, dan norma adat tidak memiliki sanksi yang bisa dipaksakan
sebagaimana sanksi di dalam hukum. Namun demikian, tidaklah mudah untuk dapat menginjeksi
nilai-nilai Pancasila ke dalam tubuh peraturan perundang-undangan. Tantangan utama yang
dihadapi adalah bagaimana membumikan nilai abstrak di dalam Pancasila ke dalam nilai-nilai
konkret pasal-pasal peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh, bagaimana memasukkan
nilai-nilai Pancasila ke dalam norma-norma pasal ketentuan mengenai aturan paten, kandungan
produk impor, dan sebagainya. Kesulitan lain adalah terbatasnya forum internalisasi dan advokasi
nilai-nilai Pancasila ke dalam rumusan peraturan perundang-undangan. Selama ini forum yang

5
Sumarsono, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ubaidiah, A, dkk. 2000. Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education), DEmokrasi, HAM, & Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN
Jakarta Press
dapat disebutkan adalah forum harmonisasi dalam proses penetapan suatu rancangan perundang-
undangan. Proses inipun masih perlu dimaksimalkan efektivitasnya untuk mendapatkan peraturan
perundang-undangan yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Kesulitan selanjutnya adalah
mendapatkan sumber daya manusia yang memahami nilai-nilai Pancasila, mengetahui ikhwal
kebijakan publik pemerintah, dan sekaligus memahami penyusunan peraturan perundang-
undangan. Upaya yang dilakukan sejauh ini adalah mencoba memerinci masing-masing sila dalam
Pancasila ke dalam nilai-nilai yang lebih konkret yang dulu disebut dengan butir-butir Pancasila.
Hasil rincian ini tetap masih memerlukan rincian lagi, pendalaman, exercise, dan simulasi secara
terus menerus sehingga didapatkan panduan praktis untuk menilai apakah suatu perbuatan atau
hubungan hukum sesuai atau tidak dengan nilai-nilai Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila
dapat dilakukan sejak proses awal sampai akhir pembentukan peraturan perundang-undangan dari
tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan, dan pengundangan.

Pada tahap perencanaan misalnya, penerapan tersebut dapat dilakukan dengan memastikan
arah pengaturan di dalam dokumen perencanaan telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dokumen dimaksud dapat berupa program legislasi nasional atau program penyusunan peraturan
perundang-undangan kementerian/lembaga. Sementara pada tahap penyusunan,
dilakukan exercise kesesuaian setiap norma pasal dengan nilai-nilai Pancasila. Demikian
seterusnya sampai dengan tahap pengundangan. Secara 6teknis perancangan peraturan perundang-
undangan, selain dalam rumusan pasal-pasal, nilai-nilai Pancasila dapat juga dimasukkan ke dalam
peraturan perundang-undangan melalui konsideran menimbang, khususnya pada bagian yang
merumuskan landasan filosofis yang menyatakan bahwa peraturan yang dibentuk sesuai dengan
pandangan hidup dan nilai-nilai falsafah bangsa Indonesia. Demikian juga di dalam penjelasan
umum suatu undang-undang dan peraturan daerah. Terkait dengan sumber daya manusia,
diperlukan orang-orang yang terlatih untuk menyebarluaskan cara menilai suatu norma peraturan
perundang-undangan sesuai atau tidak dengan nilai-nilai Pancasila. Orang-orang dimaksud perlu
mendapatkan pelatihan khusus untuk dapat menguasai nilai-nilai Pancasila, kebijakan publik, dan
teknis peraturan perundang-undangan secara sekaligus. Terkait proses advokasi nilai-nilai

6 Sakoikoi, A. (2021). Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Jakarta : IAIN Jakarta Press
Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang: Intans Publishing
Pancasila dalam peraturan perundang-undangan, orang-orang yang telah terlatih sebagaimana
dimaksud di atas, hendaknya terlibat di dalam setiap penyusunan peraturan perundang-undangan
sehingga didapatkan sense bagaimana memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain, menggunakan proses learning by doing untuk
menemukan metode yang efektif untuk memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan
perundang-undangan. Saat ini tengah disusun indikator nilai-nilai Pancasila yang akan dijadikan
sebagai pedoman pengujian kesesuaian peraturan perundang-undangan terhadap Pancasila.
Apabila indikator tersebut kelak menjadi pedoman bagi lembaga negara, kementerian/lembaga,
pemerintahan daerah, dan pemerintahan desa dalam suatu peraturan perundang-undangan, maka
perlu dipastikan kehadiran orang-orang yang telah dilatih untuk memastikan kandungan nilai-nilai
Pancasila dalam peraturan perundang-undangan dalam forum-forum pembahasan peraturan
perundang-undangan. Di samping upaya memasukkan nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan
perundang-undangan melalui proses perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan, dan
pengundangan peraturan perundang-undangan, harus dilakukan pula upaya pada proses setelah
peraturan perundang-undangan itu ditetapkan. Proses tersebut bisa dilakukan pada peraturan
perundang-undangan yang baru ditetapkan atau peraturan perundang-undangan secara
keseluruhan.

Untuk proses revisi peraturan perundang-undangan secara keseluruhan, dapat dilakukan kerja
besar yakni mengevaluasi dan menilai peraturan perundang-undangan secara keseluruhan
sehingga dapat dipastikan semua peraturan perundang-undangan telah sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila. Hasil kerja tersebut menjadi bahan untuk memperkuat, mengubah, menggabungkan,
atau mencabut suatu peraturan perundang-undangan yang ada. P7ada akhirnya, partisipasi dan
peran aktif masyarakat terhadap penerapan nilai-nilai Pancasila juga akan menentukan
keberhasilan penerapan nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan dengan baik.
Dengan adanya partisipasi masyarakat ini dapat diminimalkan terjadinya ketidakselarasan
substansi peraturan perundang-undangan dengan nilai-nilai Pancasila. Keberadaan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR

7 Sakoikoi, A. (2021). Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Jakarta : IAIN Jakarta Press
Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang: Intans Publishing
No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga ayat:

1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan
perundang-undangan;
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis;
3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan batang tubuh Undang-Undang Dasar
1945.8
Supremasi Pancasila dalam sistem hukum kembali ditemukan dalam Undang-
Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pada Pasal 2
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 ini disebutkan “Pancasila merupakan sumber segala sumber
hukum negara”. Undang-undang tersebut kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 12 Tahun
2011 (sebagaimana terakhir diubah sebagian dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2019) yang
mengatur tentang hal yang serupa. Pada Pasal 2 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 ini tetap
menegaskan hal yang sama sebagaimana dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 bahwa
Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara. Dengan demikian, keberadaan
Pancasila kembali menjadi supreme norm dalam sistem hukum negara Indonesia sehingga
Pancasila sebagai suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum maupun cita-cita moral
bangsa terlegitimasi secara yuridis.

8
Muchtarom, M. (2012). Strategi penguatan nilai-nilai Pancasila Melalui Inovasi Pembelajaran PKn yang Berorientasi pada
Civic Knowledge, Civic Disposition, dan Civic Skiills di perguruan tinggi. Malang : Intans Publishing
2.2 Asal – Usul Nilai Pancasila

Asal – usul Pancasila tidak datang dari nilai luar yang dibawa ketika masa kolonialisme.
Melainkan, nilai Pancasila digali dari nilai dan tatanan kehidupan yang memang ada dalam
masyarakat Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka. Sehingga, nilai Pancasila melambangkan
jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Lahirnya pancasila merupakan hasil dari sisi mengggali
nilai luhur yang tertanam dan menjadi karakter dari Indonesia sejak zaman dulu.

- Zaman Pra Sejarah, pada masa prasejarah tersebut, sebenarnya inti dari kehidupan
mereka adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Yaitu, nilai religious adanya sistem
penguburan mayat diketahui dari ditemukannya kuburan serta kerangka di dalamnya.
- Zaman Kerajaan, zaman ini dikenal adanya Yupa itu sebagai tanda terima kasih kepada
Raja yang dermawan. Masyarakat ini menampilkan nilai-nilai politik, dan ketuhanan dalam
bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para brahmana.
- Zaman Sebelum Proklamasi, zaman ini timbulnya kesadaran akan kesatuan dan persatua
sesuai sila ke-3 Pancasila untuk memerdekakan diri dari kolonialisme. Dan ditetapkan pada
tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.
- Era kemerdekaan, pada masa ini sesuai dengan sila ke- 4 maka demokrasi perlahan – lahan
ditegakkan mulai dari demokrasi Parlementer hingga demokrasi Pancasila ditegakkan.

9 Riyanto, A., Ohoitimur, J., Mulyatno, C. B., & Madung, O. G. (2015). Kearifan Lokal~ PANCASILA. Butir-Butir Filsafat
Keindonesiaan. Penerbit Kanisius.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan maka, kesimpulan yang dapat
ditarik terhadap permasalahan yang dibahas adalah:
1. Bahwa fungsi Pancasila dalam pembentukan peraturan perundang-undangan adalah
Pancasilasebagai dasar negara yang sesuai dengan amanat Ketetapan MPR No.
XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P4 dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara.
2. Bahwa asal- usul nilai Pancasila lahir dari tatanan pola hidup masyarakat Nusantara bahkan
nilai Pancasila telah ada sejak zaman prasejarah.
DAFTAR PUSTAKA

Lasiyo, M. A., Soeprapto, M. D. S., Wikandaru, R., & Fil, S. Ruang Lingkup Pendidikan
Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Muchtarom, M. (2012). Strategi penguatan nilai-nilai Pancasila Melalui Inovasi Pembelajaran
PKn yang Berorientasi pada Civic Knowledge, Civic Disposition, dan Civic Skiills di perguruan
tinggi. Malang : Intans Publishing
Rahmadani, W. (2021). Sumber Yuridis Pancasila Sebagai Dasar Negara. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
Riyanto, A., Ohoitimur, J., Mulyatno, C. B., & Madung, O. G. (2015). Kearifan Lokal~
PANCASILA. Butir-Butir Filsafat Keindonesiaan. Penerbit Kanisius.
Sakoikoi, A. (2021). Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Jakarta : IAIN Jakarta Press
Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang: Intans
Publishing
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Sumarsono, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Ubaidiah, A, dkk. 2000. Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education), DEmokrasi, HAM, &
Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press

Wiyono, Suko. 2013. Reaktualisasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press

Anda mungkin juga menyukai