(KONSTITUSI)
Disusun oleh :
KELAS B
FAKULTAS SYARIAH
2022/2023
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A.Simpulan ......................................................................................... 28
B. Saran ............................................................................................... 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang becorak multi etnik, agama, ras, dan multi
golongan. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan
kemajemukan budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Wilayah negara yang membentang luas dari Sabang sampai
Merauke selain memiliki sumber daya alam (natural recsources) juga
mempunyai sumber daya budaya (cultural resources) yang beraneka ragam
coraknya.1 Kemajemukan Indonesia juga bertambah dengan diakuinya 6
(enam) agama resmi serta berbagai aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
1
Multikultural: Perspektif Hukum Progresif, Makalah disampaikan dalam Seminar Hukum
Progresif I, Kerjasama Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Program Doktor Ilmu Hukum
dan Universitas Trisakti Jakarta, Semarang, 15 Desember 2007, 13
1
ideologis” (ideological statement). Sebagai pernyataan politik Pancasila
memang mempersatukan berbagai kepentingan dan aliran politik yang ada. 2
3
Ibid, 92.
2
istilah atau nama “Pancasila” tidak terdapat di dalam pembukaan ataupun di
dalam bagian dari konstitusi. Mengenai hal ini, Presiden RI ke-5, bahkan
pernah menyatakan bahwa persoalan sumber rujukan bahwa Pancasila sebagai
dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum negara seringkali menjadi
pertanyaan yang sederhana namun sangat menohok. Pertanyaan yang menohok
tersebut adalah, ketika para penyelenggara negara dan pembuat undang-undang
harus mencari dasar rujukan tentang dokumen apakah yang bisa digunakan
oleh mereka sebagai referensi tentang Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum.4 Hal ini juga sering dipertanyakan oleh mahasiswa dalam
perkuliahan-perkuliahan Hukum Tata Negara maupun Ilmu Perundang-
Undangan.
B. Rumusan Masalah
4
Megawati Soekarnoputri, Pidato Kebangsaan Memperingati Hari Lahirnya Pancasila 1 Juni 2011
dalam Historisitas dan Spiritualitas Pancasila, disampaikan dalam Refleksi Peringatan 67 Tahun
Hari Lahir Pancasila, Fraksi PDIP MPR RI, 60.
3
C. Tujuan Pembuatan Makalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Chairul Anwar, Konstitusi dan Kelembagaan Negara, (Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri,
1999), h.3-5
6
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
(Jakarta: PSH Tata Negara Fak. Hukum UI, 1983), h.62
5
berkembangnya teori theokrasi pada waktu itu. Usaha untuk mencegah agar
raja tidak berbuat sewenang-wenang maka golongan ini menghendaki suatu
perjanjian yang membatasi kekuasaan raja. Perjanjian antara rakyat dan raja
dalam kedudukan sama tinggi dan sama rendah menghasilkan suatu naskah
yang disebut Leges Fundamental. Di dalamnya diatur dan ditetapkan hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Dalam perkembangan sejarah sejak saat itu,
maka setiap kali diadakan perjanjian antara rakyat dan raja dibuatkan atau
dituangkan dalam naskah, yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban yang
berkaitan dengan hubungan pemerintahan (antara yang memerintah dan yang
diperintah)7
Konstitusi sebagai Undang-Undang Dasar dan hukum dasar yang
mempunyai arti penting atau sering disebut dengan “Konstitusi Modern”, baru
muncul bersamaan dengan semakin berkembangnya “Sistem Demokrasi
Perwakilan dan Konsep Nasionalisme”. Demokrasi Perwakilan muncul sebagai
pemenuhan kebutuhan rakyat akan kehadiran Lembaga Legislatif. Lembaga ini
diharapkan dapat membuat undang-undang untuk mengurangi serta membatasi
dominasi hak-hak raja. Alasan inilah yang mendudukkan konstitusi (yang
tertulis) itu sebagai hukum dasar yang lebih tinggi dari pada raja, sekaligus
terkandung maksud memperkokoh Lembaga Perwakilan Rakyat.
Kemudian Wirjono Prodjodikoro mengatakan, bahwa konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu Negara. Dengan
demikian suatu konstitusi memuat suatu peraturan pokok (fundamental)
mengenai soko guru-soko guru atau sendi-sendi pertama untuk menegakkan
bangunan besar yang bernama “Negara”.8
Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata,
yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah preposisi yang berarti “bersama
dengan….”, sedangkan statuere berasal dari kata sta yang membentuk kata
kerja pokok stare yang berarti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere mempunyai
arti “membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan/menetapkan”. Dengan
7
Rozikin Daman, Hukum…., Op Cit., h.87
8
Dahlan Thaib dkk, Teori Hukum dan Konstitusi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h.1
6
demikian bentuk tunggal (constitutio) berarti menetapkan sesuatu secara
bersama-sama dan bentuk jamak (constitusiones) berarti segala sesuatu yang
telah ditetapkan.9
Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan salah satu konstitusi yang
paling singkat dan sederhana di dunia. UUD 1945 hanya terdiri dari 16 Bab, 37
Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan. UUD 1945
memuat lima unsur antara laian kekuasaan negara, hak rakyat, kekusaan
ekskutif, legislatif dan yudikatif. Sedangkan untuk mengatur hal-hal pokok
yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan negara diserahkan
pengaturannya pada undang-undang yang lebih rendah.
Sejarah mencatat bahwa waktu dalam pembuatan UUD 1945 sangat
singkat, karena itu Soekarno pada waktu menyatakan berlakunya UUD 1945
tanggal 18 Agustus 1945 mengatakan bahwa UUD 1945 ini bersifat sementara,
nanti setelah kondisi kita bernegara sudah stabil kita dapat membuat UUD
yang lebih lengkap dan lebih sempurna.
Hal yang sangat menarik untuk diuraikan bahwa betapa para penyusun
konstitusi negara ini begitu percaya diri dengan semangat dan iktikad baik
penyelenggara negara. Meskipun UUD 1945 tidak lengkap dan tidak sempurna
tetap dapat menjalankan praktik pemerintahan yang baik. Pandangan semacam
ini tertulis secara eksplisit dalam bagian Penjelasan UUD 1945 sebagai berikut:
“ Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal kehidupan negara
adalah semangat yaitu semangat para penyelenggara negara, semangat para
pemimpin pemerintahan. Meskipun UUD dibuat menurut kata-kata yang
bersifat kekeluargaan, apabila semangat penyelenggara negara, para pemimpin
pemerintahan bersifat perorangan, UUD tadi tidak ada artinya dalam praktik.
Sebaliknya meskipun UUD itu tidak sempurna, jika semangat para
penyelenggara negara dan pemerintahan itu baik, maka tentu UUD itu tidak
akan merintangi jalannya roda pemerintahan negara “.10
9
Dahlan Thaib dkk, OP Cit., h.7
10
Ismail MZ, Sejarah Perkembangan Konstitusi Ditinjau dari Perspektif Ketatanegaraan
Indonesia Sejak Zaman Kemerdeka , Orda Lama, Orda baru dan Era Reformasi Hingga Saat Ini,
7
Berdasarkan catatan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam UUD
yang pernah perlaku di Indonesia yaitu :
a. UUD 1945 yang berlaku 18 Agustus 1945 sampai dengan tanggal 27
Desember 1949;
b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat ( R I S ) berlaku 27 Desember
1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950;
c. UUD Sementara Tahun 1950 berlaku 17 Agustus 1950 sampai dengan 5
Juli 1959;
d. UUD 1945 yang berlaku lagi sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5
Juli 1959.
Dalam masa keempat priode berlakunya UUD itu, UUD 1945 berlaku
dalam dua kurun waktu. Dalam waktu pertama telah berlaku UUD 1945
sebagaimana diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun II
Nomor 7. Kemudian kurun waktu kedua berlaku sejak Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 sampai sekarang. Dengan Dekrit itu UUD
1945 dinyatakan berlaku kembali. Kenapa kembali ke UUD 1945, karena
Mejelis Konstituante tidak berhasil menyelesaikan tugasnya untuk menyusun
UUD baru. Oleh karena itu perkembangan politik pada suatu negara akan
mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan suatu bangsa, demikian juga
dengan bangsa Indonesia yang sudah mengalami dinamika politik pada setiap
periode pergantian rezim penguasa selalu memberikan pengaruh terhadap
perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Perkembangan ketatanegaraan
Indonesia sejalan dengan tuntutan perubahan konstitusi di Indonesia seperti
yang akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
1. Periode Masa Berlakunya UUD 1945 Tanggal 18 Agustus 1945 sampai
dengan 27 Desember 1949.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, Konstitusi Indonesia sebagai suatu revolusi groundwet untuk
pertama kalinya disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Pesiapan
8
Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) dalam sebuah naskah yang dinamakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Berdasarkan Pasal III
Aturan Peralihan UUD 1945 memilih Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
PPKI yang seharusnya dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR ).
Hal ini dapat dimaklumi karena sesuatu yang pertama kali dilakukan dan diatur
dalam kita bernegara, dan ketika itu MPR belum terbentuk.11
Menurut UUD 1945, Pemerintah Republik Indonesia dipimpin oleh
Presiden dan dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden selain sebagai
Kepala Negara, juga sebagai Kepala Pemerintahan. Presiden selain dibantu
oleh Wakil Presiden, juga dibantu oleh para menteri yang memimpin
departemen. Para Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden ( Pasal 17
ayat (1 ), (2) dan (3). Wakil Presiden dan para Menteri sama-sama menjadi
pembantu Presiden, tapi sifat pembantuan diantara keduanya ada perbedaan.
Pertama : Wakil Presiden dipilih oleh MPR, sedangkan Menteri diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden;
Kedua : Wakil Presiden bukan pebantu Kepala Pemerintahan, tapi sebagai
pembantu Kepala Negara; Semnetara para Menteri adalah pembantu Kepala
Pemerintahan ( Pasal 17 ayat (3);
Ketiga : Wakil Presiden dapat mengganti posisi Presiden bila berhalangan
( Pasal 8 UUD 1945 ).
Sedangkan Menteri tidak dapat menggantikan Presiden, Kecuali dalam
waktu yang bersamaan Presiden dan Wakil Presiden juga berhalangan. Oleh
karena itu, tidak salah kalau dimata internasional Indonesia memproleh
tuduhan tidak melaksanakan pemerintahan yang demokratis. Secara formal
memang didukung secara konstitusional meskipun tuduhan itu tidak
mengandung kebenaran materiil. Namun demikian tuduhan dunia internasional
itu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
politik yang dilakukan oleh seorang Presiden. Perjalanan sejarah telah
membuktikan bahwa UUD 1945 telah mengalami perkembangan pesat sejak
11
Ibid, 618.
9
ditetapkan sebagai konstitusi negara. Dalam kurung waktu kurang lebih dua
bulan perjalanan UUD 1945 terjadi perubahan ketatanegaraan Indonesia,
khususnya perubahan terhadap Pasal IV Aturan Peralihan yaitu dengan
dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945
yang menetapkan sebagai berikut :
“ Komite Nasional Pusat, sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi tugas Legislatif dan ikut serta
menetapkan garis-garis besar haluan negara.”
“ Bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dengan
gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan Pekerja yang dipilih antara
mereka serta bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat”.
Untuk menghindari adanya kesalah fahaman terhadap status dan fungsi
Badan Pekerja KNIP tersebut, pada tanggal 20 Oktober 1945 dikeluarkan
penjelasan yang intinya sebagai berikut :
1. Turut menetapkan garis-garis besar haluan negara. Ini mengandung arti
bahwa Badan Pekerja bersama-sama dengan Presiden menetapkan garis-
garis besar haluan negara, akan tetapi kebijakan peemerintahan tetap
ditangan Presiden;
2. Menetapkan undang-undang bersama-sama dengan Presiden, mengenai
segala urusan pemerintah.12
2. Priode Masa Belakunya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Serikat ( RIS ) Tanggal 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950.
Perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia, mengalami perjalanan
pahit ketika Belanda memaksakan diri menunjukkan kepada dunia bahwa
republik yang telah diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 sudah runtuh,
sudah tidak memiliki kedaulatan lagi. Belanda tiada henti-hentinya
menggunakan berbagai siasat unutk merongrong dan menguasai Republik
Indonesia kembali. BelQanda berusaha terus menerus membuat negara dalam
wilayah Republik Indonesia meskipun telah disetujui dan diakui secara de facto
12
Ibid, 618.
10
dalam persetujuan linggar jati. Pada tanggal 2 Nopember 1945 bertempat di
Den Haag, Belanda telah menyetujui hasil Konfrensi Meja Bundar ( KMB ).
Tanggal 27 Desember 1949 ditanda tangani naskah penyerahan kedaulatan dari
pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat. Dalam
Konfrensi Meja Bundar para pihak menyepakati tiga hal yaitu :13
a. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat;
b. Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat yang berisi 3
hal yaitu:
(1) Piagam penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Kerajaan Belanda
kepada Pemerinrak RIS; Istilah penyerahan kedaulatan, Belanda
mengatakannya penyerahan kedaulatan kepada Indonesia, sedngkan kita
bangsa Indonesia menamakannya pengembalian kedaulatan atau
pemulihan kedaulatan, karena kitalah bangsa Indonesia yang memiliki
kedaulatan atas Indonesia yang telah diambil atau dirampas oleh
kolialisme Belanda. Istilah penyelarahan kita terima sebagai siasat atau
taktik agar Belanda lepas dari Indonesia.
(2) Statusnya Uni
(3) Persetujuan perpindahan;
c. Mendirikan uni antara Republik Indonesia Serikat dengan Kerajaan
Belanda.
Pada tahun 1949 tepatnya tanggal 27 Desember 1949 berubahlah
konstitusi Indonesia dari UUD 1945 menjadi UUD Republik Indonesia
Serikat. Berdasarkan UUD RIS ini bentuk negara kesatuan berubah
menjadi negara federal atau serikat. Indonesia yang semula berasal dari
satu negara berubah menjadi beberapa negara bagian. Sistim pemeritahan
juga ikut berubah dari sistim Presidensiil menjadi sistim Perlementer.
Kekuasaan Republik Indonesia Serikat dijalankan oleh Pemerintah
bersama-sama dengan DPR dan Senat. Tanggung jawab pelaksanaan
kebijakan pemerintah berada ditangan para Menteri baik secara bersama-
13
Ibid, 619.
11
sama maupun sendiri-sendiri bertanggung jawab Perdana Menteri. Selaku
Presiden pada Republik Indonesia Serikat tetap Soekarno, sedangkan Drs.
Moh. Hatta diangkat sebagai perdana Menteri pertama pada Republik
Indonesia Serikat. Pembentukan negara federal tidak memiliki landasan
konsepsional dan menurut kenyataannya negara federal merupakan upaya
kolonial Belanda untuk bagaimana menghancurkan Republik Indonesia
hasil Proklamasi 17 Agustus tahun 1945 dan pembentukannya pun
ditentang oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
14
Ibid, 620.
12
yang baru dengan nama Udang-undang Dasar Sementara Tahun 1950. Seperti
halnya Konstitusi RIS, UUDS 1950 juga bersifat sementara. Hal ini terlihat
jelas dalam ketentuan Pasal 134, yang mengharuskan Konstituante bersama-
saama dengan pemerintah segera menyusun Undang-undang Negara Republik
Indonesia yang akan menggatikan UUDS 1950 itu. Berbeda dengan Konstitusi
RIS yang tidak sempat membentuk Konstituante seperti yang diamanatkan di
dalamnya. Amanat UUDS 1950 telah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
pemilihan umum pertama berhasil diselenggarakan pada bulan Desember tahun
1955 untuk memilih anggota Konstutuante. Pemilihan umum dilaksanaakan
berdasarkan Undang-Undang Nonor 7 Tahun 1953. Undang-undang Nomor 7
tahun 1953 berisi dua pasal yaitu :
15
Ibid, 620.
13
Soekarno berkesimpulan bahwa Konstituante telah gagal dalam melaksanakan
tugas yang sesuai dengan amanat konstitusi. Keputusan kembali ke UUD 1945
dan pembubaran Konstituante adalah titik awal perakhirnya proses demokrasi
di Indonesia, karena Indonesia akan memasuki era Demokrasi terpimpin untuk
memenuhi ambisi politik Soekarno dan tentara yang watak kekuasaannya
otoriter. Tindakan Soekarno mengeluarkan Dekrit dan membubarkan
Konstituante menurut Buyung Nasution itu merupakan kudeta konstitusional
dan merupakan suatu kesalahan besar yang menjauhkan bangsa Indonesia dari
cita-cita pembentukan negara demokrasi yang konstitusional.
Pada priode ini UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dasar
hukum Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit dituangkan dalam bentuk
Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 1959 . Dekrit itu berisi membubarkan
Konstituante, berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS
1950, membentuk MPRS dan DPAS. Apabila kita baca konsideran Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang dimuat dalam Keppres Nomor 150 Tahun 1959,
Dekrit dikeluarkan dengan alaasan :16
1. Bahwa anjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali ke UUD 1945 yang
disampaikan kepada seluruh Rakyat Indonesia dengan amanat Presiden tanggal
22 April 1959, tidak memproleh keputusan dari Konstituante sebagaimana
yang ditentukan dalam UUD Sementara;
14
4. Bahwa dengan dukungan sebagian besar rakyat Indonesia serta didorong
oleh keyakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh satu-satunya jalan
untuk menyelamatkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945;
5. Bahwa kami berkeyakinan bahwa piagam jakarta tanggal 22 Juni 1945
menjiwai UUD 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan
konstitusi tersebut.
17
Hasanuddin Hasim, Hierarki Peraturan Perundang-undangan Negara Republik Indonesia
Sebagai Suatu Sistem, Madani Legal Review, Vol 1. No. 2 Desember 2017, hal. 125
15
2.6. Peraturan Daerah
3.2 UU/Perpu
18
Ibid, 126.
16
III Tahun 2000, soal ini tidak tepat dan menempatkan kedudukannya sama
dengan Undang-Undang dalam UU No. 10 Tahun 2004. Ketiga,
Keputusan Menteri yang diatur dalam TAP MPRS No. XX Tahun 1966.
Keputusan Menteri tersebut tidak mempunyai dasar yuridis. keempat, Kata
“dan lain-lain“ yang tersebut dalam dalam TAP MPRS No. XX Tahun
1966 sempat membingungkan karena dapat menimbulkan berbagai
penafsiran. Kelima, Soal “Instruksi“ yang dimasukkan dalam golongan
peraturan perundang-undangan adalah soal yang tidak tepat. Dan kelima,
Menempatkan UUD 1945 sebagai peraturan perundang undangan adalah
suatu hal yang tidak tepat, karena UUD 1945 merupakan norma dasar atau
kaidah-kaidah dasar bagi pengaturan Negara dan merupakan landasan
filosofis dari Negara yang memuat aturan-aturan pokok Negara,
sedangkan yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adaalah
dimulai dari Undang-Undang ke bawah sampai dengan Perda yang
merupakan peraturan-peraturan pelaksanaan.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari
segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka setiap produk
hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila.19
Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD
1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok
pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD1945, yang pada akhirnya
19
Citra Anugrah Lifany, dkk. Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia, hal.
6. https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-bukittinggi/sosial-
media/pancasila-dalam-konteks-ketatanegaraan-r/34998418, (2022).
17
dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum positif
lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta
idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata
yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan diaktualisasikan di
dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Konsep negara yang digunakan di Indonesia popular dengan nama
rechtsstaat, sementara itu untuk memberikan ciri “ke Indonesiaanya”,
jugadikenal dengan istilah Negara Hukum dengan menambah atribut
“pancasila‟ sehingga menjadi “Negara Hukum Pancasila”.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang
ada di negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturan-peraturan mulai
dari UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres(Keputusan
Presiden), dan seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada
Pancasila sebagai landasan hukumnya.
Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak
boleh bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka
seluruh produk hukum yang ada dinegara RI sejak tahun 1945 sampai
sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan
kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, „Batal
Demi Hukum karena sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila, telah
dianulir. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan
telah membudaya didalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai
itu tertanam dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan
lembaga-lembaga masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah
menjadi cita-cita moral bangsa Indonesia, yang mengikat seluruh warga
masyarakat baik sebagai perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa. Namun
demikian, nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara harus diimplementasikan
18
sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara dan menjadi
landasan bagi penyelenggaraan negara.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki
cakupan yang luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh
aspek kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Dinamik mengandung arti
memberi ruang reaksi terhadap perubahan lingkungan strategis. Dengan kata
lain, upaya mengurai nilai-nilai Pancasila adalah hal yang tidak pernah selesai
sejalan dengan perjalanan bangsa Indonesia mencapai tujuan nasional.
Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat ditarik melalui pancaran nilai
dari kelima sila Pancasila. Implementasi nilai-nilai tersebut ditunjukkan
dengan perilaku dan kualitas SDM di dalammenjalankan kehidupan
nasional menuju tercapainya tujuan negara.
3. Persatuan Indonesia
20
Ibid, 7.
19
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang tercantum pada alinea IV
pembukaan UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis konstitusional dan
dapat disebut sebagai ideologi negara.21
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang bertentangan
dengan pancasila harus dicabut Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara, dalam bentuk peraturan perundang undangan bersifat imperative
(mengikat) bagi:
a) Penyelenggaraan Negara
b) Lembaga kenegaraani
c) Lembaga kemasyarakatan
21
Ibid, 8.
20
pendiri bangsa menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Aspek yang
mendasari dipilihnya pancasila adalah sebagai berikut:
1 Aspek pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia.
2 Aspek alamiah ketahanan nasional
3. Aspek budaya
4. Aspek agama
5. Aspek persamaan nasib22
Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi
keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap
adanya perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak
menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam
satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka
"Bhinneka Tunggal Ika".
22
Ibid, 9-10.
21
4) Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang
meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD
negara dan dasar negara.
23
Wulan Rahmadani, "Sumber Yuridis Pancasila Sebagai Dasar Negara". (2021)
22
Pancasila sebagai landasan filosofi untuk pedoman dalam menemukan
muatan-muatan hukum. Peranan Pancasila memimbing pemikiran para
pembentuk hukum sekaligus memberikan landasan yang kuat terhadap produk
hukum. Landasan norma dasar sangat diperlukan dalam pembentukan hukum,
tanpa landasan norma dasar sulit untuk dibentuk bahkan akan kehilangan
kekuatan spritualnya.
3) Undang-Undang
5) Peraturan pemerintah
6) Keputusan Presiden
7) Peraturan Daerah
24
Wulan Rahmadani, "Sumber Yuridis Pancasila Sebagai Dasar Negara". (2021)
23
E. Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan RI
25
Badriyatus Salma, Syavina Damar Rosi, Zhafirah Khatir, Riska Andi Fitriono, Studi Tentang
dinamika pancasila dari Masa ke Masa, Intelektiva Vol. 4 No.3 November 2022, hal. 133.
24
partai komunis, dan kelompok Islam. Puncak kerusuhan terjadi saat meletusnya
pemberontakan komunis yang dikenal dengan Gerakan G30S/PKI. 26
26
Ibid, 133.
27
Ibid, 133.
28
Ibid, 134.
25
menjujung tinggi asas demokrasi. Melalui kebijakan ini, kebebasan rakyat dan
media masa sangat dibatasi sehingga rakyat kehilanggan peranannya untuk
mengontrol jalannya pemerintahan. Beberapa tindakan lain di era orde baru,
yang dianggap tidak sesuai dengan ideologi Pancasila antara lain yaitu :
2.) Marak terjadi Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) di kalangan pejabat
tinggi negara.
5.) Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia seperti pembunuhan yang terjadi
di Timor Timur, Aceh, Irian Jaya, dan Tanjung Priok.
Puncak kegagalan era orde lama terjadi pada tahun 1997, dimana terjadi
krisis ekonomi dan moneter yang cukup parah. Peristiwa tersebut kemudian
memicu aksi demonstrasi besar-besaran yang menuntut turunnya presiden
Soeharto setelah berkuasa selama 32 tahun. 29
29
Ibid, 134.
26
pancasila harus sesuai dengan sistem ketatanegaraan Indonesia yang menganut
sistem pemerintahan demokrasi. Dikutip dari Ekatjahjana tahun 2015 bahwa
konsep pancasila dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu:30
c. Hak-hak asasi manusia yang tidak hannya menekankan hak atau kewajiban,
terjalinnya suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban.
30
Ibid, 134-135.
31
Ibid, 135.
27
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Salma, B., Rosi, SD, Khatir, Z., & Fitriono, RA (2022). Studi Tentang Dinamika
Pancasila dari Masan ke Masa. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora , 4
(03).
Thaib, D. (1999). Teori Hukum dan Konstitusi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
29