Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Disusun Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen : Heru Sofian, S.H

Disusun Oleh
Kelompok 3:
Ahmad Syaugie (2221000420150)
Risma Melati (2221000420007)
Fifin Alvina Alviani (2221000420063)
Rivaldi Ghoba (2221000420039)
Misbahul Munir (2221000420087)

Kelas 2022B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS IKIP BUDI UTOMO MALANG
2022
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Pancasila.....................................................................................3
B. Sejarah Lahirnya Pancasila...........................................................................4
C. Pengertian Dasar Negara dan Pancasila sebagai Dasar Negara....................5
D. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi....................................................12
E. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945.....................................................14
F. Bagaimana Implementasi sebagai Dasar Negara........................................15
G. Ideologi Pancasila sebagai Dasar Negara...................................................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
A. Kesimpulan.................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Pancasila yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara” ini dengan tepat
waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Heru Sofian, S.H pada mata kuliah Pancasila, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan baik bagi para pembaca dan juga penulis.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Pancasila Bapak Heru Sofian, S.H yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami sebagai penulis, mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membantu menambah
pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang Pancasila sebagai Dasar
Negara.

Malang, 16 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa Sansakerta, “Panca” yang


artinya adalah lima, dan “Sila” yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila juga merupakan buah pikiran, musyawarah, dan
mufakat yang dilakukan para tokoh penting pada masa perjuangan
kemerdekaan.
Dalam Pancasila ada lima sila atau pedoman yang perlu diketahui.
Kelima prinsip yang ada dalam pancasila tersebut pertama kali di cetus oleh
Presiden RI Ir. Soekarno, pada 1 Juni 1945. Kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia mempunyai arti bahwa Pancasila menjadi sumber
nilai, norma, dan kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-
undangan yang dibuat dan berlaku di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan
hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila. Baik yang tertulis
(UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi).
Sebagai dasar negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan
mengikat semua warga negaranya. Pengertian mengikat ialah bahwa
ketentuan mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber
pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif. Dengan kata lain, tidak boleh ada
satu pun peraturan atau hukum di Indonesia yang bertentangan dengan
Pancasila.
Dengan mempelajari bab ini, diharapkan para pembaca dapat mengetahui
atau memahami konsep, hakikat, dan pentingnya pancasila sebagai dasar
negara, ideologi negara, atau dasar filsafat negara Republik Indonesia dalam
kehidupan bernegara. Kita sebagai generasi muda seharusnya berpartisipasi
atau berjuang untuk mewujudkan tujuan negara berdasarkan pancasila. Agar
partisipasi kita di masa yang akan datang efektif, maka perlu perluasan dan
pendalaman wawasan akademik mengenai dasar negara melalui mata kuliah
pendidikan pancasila.
B. Rumusan Masalah

Setelah menyusun latar belakang masalah kami memiliki beberapa


rumusan masalah yang nantinya akan di bahas dalam makalah ini.
1. Apa yang di maksud dengan Pancasila?
2. Kapan lahirnya Pancasila?
3. Apa yang di maksud dasar negara dan bagaimana Pancasila sebagai dasar
negara?
4. Bagaimana hubungan Pancasila dengan Proklamasi?
5. Bagaimana implementasi pancasila sebagai dasar negara?
6. Apa Ideologi pancasila sebagai dasar negara?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas kami memiliki beberapa tujuan dalam


penulisan makalah ini.
1. Untuk mengetahui arti Pancasila.
2. Mengetahui sejarah lahirnya Pancasila.
3. Untuk mengetahui arti dasar negara dan bagaimana Pancasila sebagai
dasar negara.
4. Untuk mengetahui apa hubungan Pancasila dengan Proklamasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan sebuah dasar negara dari Republik Indonesia. Di
dalamnya terdapat sila-sila yang digunakan sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sila-sila yang ada di Pancasila memiliki maknanya masing-masing
yang harus diterapkan ke dalam kehidupan setiap masyarakat Indonesia
sehari-hari.
Kata Pancasila yang berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata panca
memiliki arti yaitu lima dan kata sila yang memiliki arti dasar. Jika
digabungkan, Pancasila memiliki pengertian yaitu lima dasar negara
Indonesia.
Pancasila yang digambarkan dengan lambang seekor burung Garuda
memiliki makna yaitu sebuah sumber kekuatan. Selain itu, dengan warna
emas yang ada pada burung Garuda tersebut memiliki makna sebagai simbol
kemuliaan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, lambang Pancasila adalah seekor
burung Garuda yang menjadi gambaran sebuah kekuatan dengan warna emas
yang menunjukkan simbol kemuliaan. Selain itu, pada burung Garuda yang
ada pada lambang Pancasila, terdiri dari tujuh belas jumlah buku, delapan
bulu di ekor, sembilan belas bulu di pangkal ekor, serta empat puluh lima bulu
pada leher untuk menggambarkan waktu kemerdekaan negara Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada lambang Pancasila juga, dapat kita lihat seekor burung Garuda yang
mencengkram gulungan yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Pada hal ini,
Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna kesatuan yang ada pada keberagaman
di Indonesia. Dimana walaupun masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai
suku, ras, dan budaya yang berbeda namun tetap menjadi sebuah satu
kesatuan.

B. Sejarah lahirnya Pancasila

Berdasarkan Keppres Nomor 24 Tahun 2016, tanggal 1 Juni merupakan


salah satu hari penting dalam kalender bangsa Indonesia. Pasalnya, di tanggal
tersebut diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Pemilihan tanggal 1 Juni
sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momen sidang Dokuritsu Junbi
Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) dalam
upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Badan ini menggelar
sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945. Dalam sidang tersebut, anggota
BPUPKI membahas mengenai dasar-dasar Indonesia merdeka.
Dalam sidang kedua BPUPKI, Soekarno dalam pidatonya yang bertajuk
“Lahirnya Pancasila” berkesempatan menyampaikan gagasannya mengenai
konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia tepatnya pada 1
Juni 1945. Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara
aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh
mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar
buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.
Dalam pidatonya Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait
dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamai “Pancasila”. Panca artinya
lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas. Pada saat itu Bung Karno
menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama
“Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila
ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima
“Ketuhanan yang Maha Esa”.
Untuk menyempurnakan rumusan Pancasila dan membuat Undang-
Undang Dasar yang berlandaskan kelima asas tersebut, maka Dokuritsu Junbi
Cosakai membentuk sebuah panitia yang disebut sebagai panitia Sembilan.
Berisi Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus
Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, Mr. AA
Maramis, dan Achmad Soebardjo.
Setelah melalui beberapa proses persidangan, Pancasila akhirnya dapat
disahkan pada Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Pada sidang tersebut,
disetujui bahwa Pancasila dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang sah.
Itulah sekilas sejarah Hari Lahir Pancasila yang perlu untuk kita ingat.
Tapi tidak hanya untuk diingat saja, Hari Lahir Pancasila juga merupakan
momen untuk mengenang, menghormati, sekaligus menghargai perjuangan
pendiri bangsa dalam merumuskan dasar negara Indonesia. Kita sebagai
generasi penerus bangsa harus dapat dapat memaknai Pancasila sebagai dasar
negara dan sebagai landasan berkeperilaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan pandangan hidup
bangsa yang digali dan ditetapkan oleh pendiri bangsa merupakan suatu
anugerah yang tiada tara dari Tuhan Yang Maha Esa buat bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa. Dengan lahirnya lima sila
tersebut, Pancasila dapat menyatukan masyarakat dengan segala perbedaan
yang ada.
Pengamalan nilai-nilai Pancasila merupakan perwujudan rasa cinta
kepada Tanah Air sehingga dapat membangun bangsa dan negara yang lebih
baik. Nilai-nilai Pancasila dapat diamalkan dalam bentuk sederhana, seperti
saling menghargai, bekerja sama, dan saling menghormati.
Berkat Pancasila dengan nilai-nilai inklusivitas, toleransi dan gotong
royong keberagaman yang ada menjadi suatu berkah penuntun keberagaman
yang dapat dirajut menjadi identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika.

C. Pengertian Dasar Negara dan Pancasila sebagai Dasar Negara

Mengutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan yang disusun oleh


Retno Listyarti dan Setiadi, dasar negara merupakan filsafat negara yang
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari
tata tertib hukum dalam negara.
Sedangkan filsafat negara disebut sebagai political philosophy, artinya
filsafat sebagai pandangan hidup dari suatu bangsa dan negara. Di Indonesia
sendiri, filsafat negara adalah Pancasila.
Mengapa Setiap Negara Harus Memiliki Dasar Negara?
Tiap-tiap negara wajib memiliki dasar negara sebagai pedomannya.
Dasar negara merupakan pedoman dan komponen penting agar negara
terbebas atau merdeka dari penjajahan. Dikutip dari laman resmi Badan
Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia (BPIP RI), setidaknya ada
beberapa dampak buruk jika suatu negara tidak memiliki dasar negara, berikut
penjelasannya.
1. Negara Tidak Memiliki Pandangan Hidup
Saat sebuah negara tidak memiliki dasar negara, maka negara tersebut bisa
hancur. Hal itu dikarenakan tidak adanya tujuan, visi misi, dan cita-cita
yang ingin diwujudkan bersama. Padahal, dalam membangun suatu
negara, pandangan hidup dinilai sangat penting sebagai keberlangsungan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Negara Tidak Memiliki Pedoman dalam Mengatur Kehidupan Bernegara
Sebagai pedoman, dasar negara menjadi pegangan tiap-tiap bangsa dalam
menjalani kehidupan. Jika suatu negara tidak memiliki dasar negara,
akibatnya sistem pemerintahan mereka akan berantakan dan berujung
pada kehancuran suatu negara.
3. Rentan Terhadap Konflik
Saat suatu negara tidak memiliki dasar negara, maka negaranya dinilai
rentan terlibat konflik. Tidak adanya nilai kehidupan yang dijadikan
pegangan, menyebabkan masyarakat kehilangan arah dalam menjalani
kehidupan.
4. Sulit untuk Maju dan Berkembang
Negara yang tidak memiliki dasar negara akan sulit untuk maju dan
berkembang. Tidak adanya cita-cita, visi misi, serta tujuan hidup
berbangsa dan bernegara akan mengakibatkan masyarakat dan pemerintah
tidak memiliki rasa percaya satu sama lain.
 Pancasila Sebagai Philosopische Grondslag
Bangsa Indonesia memperingati tanggal 1 Juni sebagai hari kelahiran
Pancasila. Referensi histori dari “kelahiran” Pancasila pun dapat kita temui
baik dalam bentuk sumber/bahan kepustakaan maupun media elektronik
visual yang berkembang pesat saat ini. Namun, terkadang kita sering lupa
untuk menelaah tidak hanya dari sisi “seremonial” perayaan kelahirannya,
tetapi selayaknya kita perlu juga untuk memahami secara lebih komprehensif
mengenai kedudukan Pancasila. Bahkan mungkin diantara kita masih
berpendapat bahwa Pancasila hanya merupakan sebagai ideologi negara.
Apakah pendapat ini sudah tepat?
Soekarno menyebut Pancasila sebagai philosopische grondslag atau
pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila memiliki dua
kepentingan yaitu:
a. Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan petunjuk dalam
menjalani keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga,
bermasyarakat maupun berbangsa.
b. Pancasila diharapkan sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban
bahwa dalam segala tatanan kenegaraan entah itu dalam hukum, politik,
ekonomi maupun sosial masyarakat harus berdasarkan dan bertujuan pada
Pancasila.
Pancasiila dalam kedudukannya sebagai kristalisasi nilai-nilai yang
dimiliki dan diyakıni kebenarannya oleh bangsa Indonesia, telah dirumuskan
dalam alinea keempat pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa, memiliki fungsi utama sebagai dasar
negara Indonesia. Dalam kedudukannya yang demikian Pancasila menempati
kedudukan yang paling tinggi, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sebagai sumber hukum dasar nasional dalam tata hukum di Indonesia.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai
ukuran dalam menilai hukum yang berlaku di negara Indonesia. Hukum yang
dibuat dan berlaku di negara Indonesia harus mencerminkan kesadaran dan
rasa keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hukum di Indonesia
harus menjamin dan merupakan perwujudan serta tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan Pancasila sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya dalam tubuh
UUD 1945 tersebut.
Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber hukum, atau
sebagai sumber hukum dasar nasional, berada di atas konstitusi, artinya
Pancasila berada di atas UUD 1945. Jika UUD 1945 merupakan konstitusi
negara, maka Pancasila adalah Kaidah Pokok Negara yang Fundamental
(staats fundamental norm).
Kaidah pokok yang fundamental itu mempunyai hakikat dan kedudukan
yang tetap, kuat dan tidak berubah bagi negara tersebut. Pancasila tidak dapat
diubah dan ditiadakan, karena Ia merupakan kaidah pokok yang fundamental.
Bung Karno menyebut Pancasila itu sebagai philosofische grondslag
(fundamen filsafat), pikiran sedalam-dalamnya, untuk kemudian di atasnya
didirikan bangunan “Indonesia merdeka yang kekal dan abadi”.
Secara yuridis formal berdasarkan Pasal 37 UUD 1945, konstitusi
sebagai hukum dasar memungkinkan adanya perubahan. namun Pancasila
dalam kedudukannya sebagai kaidah pokok negara (staats fundamental norm)
sifatnya tetap kuat dan tak berubah. Staats fundamental norm adalah norma
yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi. Ia ada terlebih dahulu
sebelum adanya konstitusi.
Pancasila sebagai staats fundamental norm diletakkan sebagai dasar asas
dalam mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah. Hukum di Indonesia
tidak membenarkan perubahan Pancasila, karena ia sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sebagai sumber hukum dasar nasional di Indonesia.
Mengubah Pancasila berarti mengubah dasar atau asas negara.
Kalau dasar asas atau fundamental dari negara tersebut diubah maka
dengan sendirinya negara yang diproklamasikan hasil perjuangan para
pahlawan bangsa akan berubah atau tidak ada sebab dasarnya atau
fundamennya tidak ada.
 Kedudukan Pancasila Dikaitkan Dengan Theorie Von Stafenufbau Der
Rechtsordnung
Hans Kelsen (1881 – 1973), ahli hukum dan filsuf Austria, terakhir
berkarir di University of Berkeley Amerika Serikat, dan dikenal sebagai
pencetus Teori Hukum Murni, memiliki gagasan yang dikenal dengan
stufenbau theorie yang pada hakikatnya merupakan usaha untuk membuat
kerangka suatu bangunan hukum yang dapat dipakai dimanapun, dalam
perkembangan selanjutnya diuraikan oleh Hans Nawiasky (ahli hukum
berkebangsaan Jerman, “murid” dari Hans Kelsen) dengan theorie von
stufenfbau der rechtsordnung yang menggariskan bahwa selain susunan
norma dalam negara adalah berlapis-lapis dan berjenjang dari yang tertinggi
sampai terendah, juga terjadi pengelompokan norma hukum dalam negara.
Tatanan hukum tertinggi dalam pandangan Kelsen adalah berpuncak
pada basic norm atau grundnorm (norma dasar),yaitu berupa konstitusi, tetapi
konstitusi dimaksud adalah dalam pengertian materiil, bukan konstitusi
formil.
Menurut Kelsen, norma yang validitasnya tidak dapat diperoleh dari
norma lain yang lebih tinggi disebut sebagai norma dasar. Semua norma yang
validitasnya dapat ditelusuri ke satu norma dasar yang sama membentuk suatu
sistem norma, atau sebuah tatanan norma. Norma dasar yang menjadi sumber
utama ini merupakan pengikat diantara semua norma yang berbeda-beda yang
membentuk suatu tatanan norma. Bahwa suatu norma termasuk ke dalam
sistem suatu norma, ke dalam tatanan normatif tertentu, dapat diuji hanya
dengan mengonfirmasikan bahwa norma tersebut memperoleh validitasnya
dari norma dasar yang membentuk tatanan norma tersebut.
Konsep norma dasar Kelsen, kemudian diafirmasi oleh Nawiasky
meskipun dengan sebutan lain yaitu staats fundamentalnorm. Nawiasky
menegaskan, staats fundamental norm atau norma fundamental negara (norma
dasar) adalah norma tertinggi dalam suatu negara dan norma ini merupakan
norma yang tidak dibentuk oleh norma yang lebih tinggi lagi, tetapi bersifat
pre-supposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat dalam negara
dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma
hukum di bawahnya. Bahkan Nawiasky juga menegaskan bahwa isi norma
fundamental negara merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau
undang-undang dasar.
Apabila mencermati maksud norma dasar menurut Kelsen dan atau
norma fundamental negara menurut Nawiasky maka Pancasila merupakan
norma dasar yang menginduki segala macam norma dalam tatanan norma di
Indonesia. Untuk memperjelas kedudukan norma dasar dalam tatanan hukum
suatu negara, Kelsen juga menjelaskan pola hubungan antarnorma melalui
teorinya stufenbau atau hirarkis norma. Kelsen menjelaskan hubungan antara
norma yang mengatur pembentukan norma lain dengan norma yang lain lagi
dapat digambarkan sebagai hubungan antara “superordinasi” dan
“subordinasi” yang merupakan kiasan keruangan.
Norma yang menentukan norma lain adalah norma yang lebih tinggi,
sedangkan norma yang dibentuk menurut peraturan ini adalah norma yang
lebih rendah. Menurut Achmad Ali, stufenbau theorie Kelsen merupakan
peraturan hukum keseluruhannya dari norma dasar yang berada di puncak
piramida, dan semakin ke bawah semakin beragam dan menyebar. Norma
dasar teratas adalah bersifat abstrak dan semakin ke bawah semakin konkrit.
Dalam proses itu, apa yang semula berupa sesuatu yang “seharusnya”,
berubah menjadi sesuatu yang “dapat” dilakukan.
Teori Kelsen tentang hirarkis norma kemudian dikembangkan oleh
muridnya Nawiasky dalam bukunya Allgemeine Rechtslehere. Nawiasky
menegaskan bahwa sistem norma hukum di negara manapun selalu berlapis
dan berjenjang. Norma yang di bawah berlaku, bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi lagi, sampai pada suatu norma yang tertinggi yang
disebut norma dasar. Nawiasky kemudian memberi gagasan baru tentang
sistem norma tersebut yaitu dengan adanya pengelompokan norma.
Menurut Nawiasky, pengelompokan norma dalam suatu negara terdiri
atas empat kelompok besar yaitu: kelompok pertama, Staats fundamental
norm atau norma fundamental negara. Kelompok kedua, Staatgrundgesetz
(aturan dasar/pokok negara). Kelompok ketiga, Formell Gesetz (Undang-
Undang). Kelompok keempat, Verordnung & Autonome Satzung (aturan
pelaksana & aturan otonom).
Berdasarkan gagasan Kelsen dan Nawiasky di atas tentang stufenbau
theorie atau teori tata urutan norma, dapat dipahami bahwa norma dasar atau
norma fundamental negara berada pada puncak piramida. Apabila dikaitkan
dengan Pancasila, maka dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai norma dasar
berada pada puncak piramida norma. Dengan demikian, Pancasila kemudian
menjadi sumber tertib hukum atau yang lebih dikenal sebagai sumber dari
segala sumber hukum.
Hal demikian, telah dikukuhkan oleh memorandum DPR-Gotong
Royong yang kemudian diberi landasan yuridis melalui Ketetapan MPR No.
XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 jo Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1978[8]. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
dimaksudkan sebagai sumber dari tertib hukum negara Indonesia. Menurut
Roeslan Saleh, fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum
mengandung arti bahwa Pancasila berkedudukan sebagai:
1. Ideologi hukum Indonesia;
2. Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum
Indonesia;
3. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan
hukum di Indonesia;
4. Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa
Indonesia, juga dalam hukumnya.
Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
kemudian kembali dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000
Tentang Sumber Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga ayat:
1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan
peraturan perundang-undangan;
2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis;
3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan batang
tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah
sumber hukum dalam sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber
hukum (tempat untuk menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang
tertulis dan tidak tertulis. Selain itu, menjadikan Pancasila sebagai rujukan
utama dari pembuatan segala macam peraturan perundang-undangan. Akan
tetapi, tidak lagi ditemukan istilah Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum. Hal ini memang tidak mengganggu keberadaan Pancasila
sebagai norma dasar yang menginduki segala norma tetapi tentu mengurangi
supremasi dan daya ikat Pancasila dalam tatanan hukum.
Dikatakan demikian, karena nilai-nilai Pancasila seperti sebagai
pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum dan cita-cita moral tidak lagi
mendapatkan legitimasi yuridis. Terutama, sistem hukum modern sudah
banyak dipengaruhi oleh aliran pemikiran positivisme hukum yang hanya
mengakui peraturan-peraturan tertulis. Untuk itu, adalah suatu kekeliruan
apabila tidak menerangkan secara eksplisit mengenai Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum.
Menariknya, supremasi Pancasila dalam sistem hukum kembali
ditemukan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Pada Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun
2004 ini disebutkan “Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum
negara”. Undang-undang tersebut kemudian diganti dengan Undang-Undang
No. 12 Tahun 2011 (sebagaimana terakhir diubah sebagian dengan Undang-
Undang No. 15 Tahun 2019) yang mengatur tentang hal yang serupa.
Pada Pasal 2 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 ini tetap menegaskan
hal yang sama sebagaimana dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004
bahwa Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum negara. Dengan
demikian, keberadaan Pancasila kembali menjadi supreme norm dalam sistem
hukum negara Indonesia sehingga Pancasila sebagai suatu pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita hukum maupun cita-cita moral bangsa terlegitimasi
secara yuridis.

D. Hubungan Pancasila dengan Proklamasi

Ketika memperhatikan apa saja fungsi serta peran pancasila bagi bangsa
Indonesia maka Pancasila adalah jiwa dari bangsa Indonesia, Selain itu
Pancasila juga menjadi asas kerohanian serta dasar dari filsafat negara.
Pancasila juga menjadi penentu penentu dari berlakunya tata tertib hukum
yang ada di negara Indonesia.
Sedangkan untuk proklamasi sendiri adalah titik dari perjuangan bangsa
Indonesia yang memiliki tekad untuk memperoleh kemerdekaan, yang mana
tekad tersebut disemangati dengan adanya jiwa Pancasila. Pancasila sendiri
menjadi sumber dari segala sumber hukum, kemudian kemerdekaan kesadaran
akan cita-cita sehingga hubungan Pancasila dengan proklamasi sangat
berkaitan dengan erat.
Keterkaitan antara proklamasi dan juga pancasila sebagai berikut:
1. Pancasila adalah dasar pembuatan Proklamasi
2. Menjadi dasar perjuangan dari bangsa Indonesia
3. Tindakan para penjajah yang melecehkan bangsa Indonesia
 Pentingnya Pancasila bagi Negara Indonesia
Pancasila adalah salah satu landasan dan juga pernah mandi dari
kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit. Pancasila
sendiri adalah sebuah hal yang teruji kebenarannya dan kekuatan bahkan
kesaktiannya. Sehingga Pancasila tidak akan pernah bisa dipisahkan dari
kehidupan yang ada di bangsa Indonesia sejak dahulu bahkan sampai saat
ini.
Pancasila jugalah yang menjadi pegangan serta petunjuk arah bagi
seluruh kegiatan dan aktivitas dari kehidupan di semua bidang. Dimulai
dari kehidupan yang bermasyarakat hingga proses dalam pengaturan
penyelenggaraan penyelenggaraan sertanya yang seluruhnya harus
didasarkan pada Pancasila. Hal tersebut memberikan makna jika seluruh
tingkah laku dari masyarakat Indonesia didasarkan dengan adanya kelima
sila tersebut.
 Pentingnya Proklamasi dalam bangsa Indonesia
Proklamasi adalah puncak dari perjuangan rakyat Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan. Proklamasi sendiri adalah alat hukum
internasional untuk menyatakan kepada seluruh rakyat dan seluruh dunia
jika bangsa Indonesia menggenggam semua hak dari kemerdekaan.
Jika kita cermati jika proklamasi sendiri adalah pernyataan yang
memiliki isi Jika keputusan dari sebuah bangsa untuk menetapkan tatanan
hukum nasional serta menghapuskan tatanan hukum kolonial. Proklamasi
bagi bangsa Indonesia sendiri adalah sebuah pernyataan untuk terlepas
dari kebebasan dari Kemerdekaan. Sehingga, bisa menjadi suatu bangsa
yang bebas dalam mengambil nasib bangsanya tanpa campur tangan
bebas.
Proklamasi adalah mercusuar yang menunjukkan bagaimana sejarah,
mempersembahkan dari inspirasi dan motivasi untuk mendapatkan
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Dengan adanya proklamasi tersebut,
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka baik itu secara de facto
maupun secara de jure.

E. Hubungan Pancasila dengan UUD 1945

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. UUD 1945 merupakan


dasar konstitusi negara Indonesia.
Pancasila mengandung nilai-nilai yang hendaknya dapat diterapkan
masyarakat. Sedangkan UUD 1945 memuat dasar hukum yang bentuknya
tertulis.
Menurut Winarno dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila
(2016) karya Winarno, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia,
kedudukan pancasila sebagai dasar negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat
diubah karena terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat.
Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit.
Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty,
Pembukaan UUD 1945 adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan serta
peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum lainnya, termasuk hukum dasar
tertulis dan hukum dasar tidak tertulis.
Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945, khususnya bagian
pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya memiliki hubungan yang saling
berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila
adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya.
Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur
pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945,
sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
Melansir dari buku Pendidikan Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-
Nilai (2020) karya Ardhamon Prakoso, Pancasila yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan
posisinya tidak dapat tergantikan.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks penyelenggaraan
negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan, perundang-
undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya.
Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal. Artinya
Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah.
Sedangkan Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi.
Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga memiliki hubungan
material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum negara Indonesia,
yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila.
Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hukum Indonesia.
F. Bagaimana Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan


kekuatan serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang baik.
Pancasila merupakan kepribadian dan pandangan hidup bagi bangsa
Indonesia, yang telah terbukti kebenaran dan kesaktiannya, sehingga tidak ada
yang mampu memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Secara etimologi pengertian implementasi menurut kamus Webster yang
dikutip oleh Soclihin Abdul Wahab adalah menyediakan sarana untuk
melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu.
Implementasi sendiri sering disebut juga dengan pelaksanaan atau tindakan
dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.
Adapun pengimplementasian Pancasila dalam kehidupan dan bernegara
dapat dilihat dalam berbagai bidang sebagai berikut:

a) Implementasi Pancasila dalam bidang Politik


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus
mematuhi estologis manusia. Sebab secara kenyataan objektif bahwa
manusia adalah sebagai subjek negara, karenanya kehidupan politik
harus benar – benar merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat
manusia.
b) Implemenrasi Pancasila dalam Ekonomi
Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat yang kuatlah yang
menang, sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah
persaingan bebas dan jarang memetingkan moralitas kemanusiaan.
Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang lebih tertuju kepada
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang
berorientasi pada tujuan demi kesejahteraan rakyat yang luas,
(Mubyarto, 1999).
c) Implementasi Pancasila dalam bidang Sosial dan Budaya
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial dan
budaya hendaknya disesuaikan dengan sistem nilai yang sesuai
dengan nilai – nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat. Oleh
karena itu dalam pengembangan nilai social budaya di era reformasi
ini semua pihak turut ambil bagian untuk membangun kembali nilai –
nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagaimana nilai – nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
d) Implementasi Pancasila dalam bidang Pertahanan dan Keamanan
Pancasila sebagai dasar negara senantiasa menyesuaikan diri
pada hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan
keamanan negara harus dikembailkan pada kedudukannya seperti
sediakala, agar tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai
pendukung pokok negara. Dasar – dasar kemanusiaan yang beradab
merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan negara.
Pertahanan dan keamanan negara harus mengimplementasikan nilai –
nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Sehingga ungkapan yang
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara berdasar atas hukum,
bukan atas kekuasaan belaka dapat terwujud adanya.

G. Ideologi Pancasila sebagai Dasar Negara


Menurut KKBI, ideology adalah kumpulan konsep bersistem yang dapat
dijadikan dasar pendapat yang mengarahkan dan memberikan tujuan untuk
kelangsungan hidup suatu kumpulan inividu atau suatu negara. Ideologi juga
dapat berarti cara berfikir seseorang atau suatu golongan tertentu yang
menjadi pedoman hidup mereka.
Pancasila sebagai ideology juga memiliki makna sebagi berikut :
- Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi cita – cita yang
hendak dicapai menjadi pedoman hidup dalam penyelenggara
bernegara.
- Pancsila disepakati bersama dan digunakan sebagai prinsip yang
dipegang teguh dan menjadi sarana pemersatu bangsa Indonesia.
Kedua makna di atas menunjukan bahwa pancasila menjadi fundamental
dalam kehidupan bernegara di Indonesia. apabila suatu wilayah di Indonesia
memiliki kebijakan tanpa berlandaskan pancasila maka secara otomatis aturan
tersebut tidak berlaku.
Pancasila memiliki lima sila yang memiliki nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai – nilai ini menjadi dasar untuk
hidup berbangsa dan bernegara. Nilai tersebut adalah nilai yang bersifat
objektif dan nilai yang bersifat subjektif.
 Objektif
- Rumusan dari sila pancasila memiliki makna yang paling dalam
- Pancasila yang terdapat pada pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah
pokok yang mendasar
- Nilai – nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia
 Subjektif
- Nilai – nilai pancasila muncul dari bangsa Indonesia
- Terdapat nilai – nilai kerohanian yang terkandung di dalam pancasila
- Menjdai pandagan hidup bangsa Indonesia
- Nilai – nilai pancasila berasal dan tumbuh serta berkembang dari
budaya bangsa Indonesia
Fungsi ideology pancasila adalah sebagai dasar negara, pedoman hidup
masyarakat, motivasi dan jati diri Indonesia, sarana pemersatu bangsa
Indonesia, dan dapat mengarahkan Indonesia untuk mencapai tujuan.
Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pancasila yang digunakan sebagai
dasar negara memiliki peranan atau fungsi yaitu:
- Sarana pemersatu bangsa Indonesia
- Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai
tujuan bersama
- Memberikan motivasi untuk menjaga dan memajukan jati diri bangsa
Indonesia
- Menunjukan jalan serta mengawasi dalam upaya mewujudkan cita –
cita yang terkandung dalam pancasila
- Menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia untuk menjaga keutuhan
negara
- Menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriorisme
Pancasila sebagai dasar negara memiliki maksud yaitu semua hukum
yang dibuat harus sesuai dan mengikuti isi pancasila dan tidak boleh
menyimpang dari tujuan asli pancasila. Pancasila sebagai pedoman hidup
masyarakat berarti pancasila sebagai petunjuk dan pengarah masyarakat
Indonesia dalam kehidupan sehari – hari. Pancasila sebagai sarana pemersatu
bangsa, hal ini sesuai dengan sila yang ke-3, yaitu persatuan Indonesia.
Pancasila sebagai pengarah Indonesia untuk mencapai tujuan berarti
pancasila dapat menjadi pedoman negara agar dapat mencapai tujuan negara
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Ideology pancasila berfungsi srbagai dasar negara dan juga pedoman
hidup masyarakat. Tanpa adanya pancasila, hukum – hukum yang dibuat akan
bersifat menguntungkan beberapa individu dan tidak bersifat adil bagi
masyarakat Indonesia.
Ideology asing yang masuk dapat merusak sendi kehidupan bangsa
Indonesia jika dipengaruhi oleh pola pikir dan tindakan masyarakat ke arah
menyimpang dari akar budaya, adat istiadat, pancasila dan kearifan lokal
bangsa sendiri. Ketidaksetaraan dan pertentangan dapat merajalela karena
tidak adanya pedoman yang mengajarkan masyarakat mengenai keadilan ras,
agama, budaya, dan suku.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar


negara menjadi sunber nilai, norma – norma, dan kaidah bagi segala peraturan
hokum dan undang – undang yang dibuat dan berlaku bagi negara Indonesia,
baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Hal ini menjadikan Pancasila sebagai
norma – norma dasar dalam mencapai cita – cita bangsa.
Pancasila merupakan pandangan hidup bagi bangsa Indonesia, yang
memiliki fungsi sebagai dasar negara. Dalam kedudukannya yang tinggi,
Pancasila sebagai sumber dari segala hukum dasar nasional dalam tata hukum
di Indonesia. Nilai – nilai yang ada pada sila – sila Pancasila harus diterapkan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar terciptanya keadilan,
keseimbangan, dan keselarasan dalam negara Indonesia.

B. Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan tentang materi yang menjadi


bahasan makalah ini, dengan banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan, dan kurangnya rujukan yang diperoleh mengenai
hubungan dengan makalah ini. Pembahasan ini menjadikan pelajaran bagi
seluruh masyarakat Indonesia untuk mengubah pola berpikir yang menjadikan
Pancasila hanya untuk pelajar dan mahasiswa, dan mulai memahami nilai –
nilai yang terkandung pada Pancasila serta menerapkan dalam kehidupan di
masyarakat, agar terwujudnya satu tujuan bersama yakni, menjadi bangsa
yang makmur, aman, dan sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan pancasila (Implementasi nilai-nilai karakter bangsa) di perguruan


tinggi, Syahrial Syarbaini,2011
Filsafat dan ideologi pancasila, slamet sutrisno tahun 2006
https://www.gramedia.com/literasi/makna-pancasila/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-lampung/baca-artikel/15075/Hari-
Lahir-Pancasila-Sejarah-dan-Maknanya.html
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13144/Pancasila-Sebagai-
Philosopische-Grondslag-Dan-Kedudukan-Pancasila-Dikaitkan-
Dengan Theorie-Von-Stafenufbau-Der-Rechtsordnung
Buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila (2016) karya Winarno
Buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty

Anda mungkin juga menyukai