Anda di halaman 1dari 28

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK

INDONESIA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

ANDRIYANSYAH 34403316045

EPRIL KHAZAR W. 34403316050

HANNY BUDHIYANI 34403316054

INTAN MR 34403316058

MOCH AGUNG A. 34403316064

NELI HARTINI 34403316067

KELAS IB

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB GARUT

2016-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia–Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini

yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PANCASILA DALAM

KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga

Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin

Garut, Oktober 2016

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................2

C. Tujuan Penulisan........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketatanegaraan RI....................................................3

B. Kedudukan Pancasila dalam Ketatanegaraan RI.......................3

1. Kedudukan Pancasila sebagai Sumber dari Segala

Hukum..................................................................................3

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup...................................7

3. Pancasila Sebagai Dasar Negara..........................................8

C. Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan

Republik Indonesia....................................................................10

1. Undang-Undang Dasar 194510............................................10

2. Konstitusi RIS......................................................................12

3. Undang-undang Dasar Sementara........................................12

D. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Pancasila.....................................................................................13

1. Hubungan Sacara Formal.....................................................14

2. Hubungan Secara Material...................................................16

ii
E. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17

Agustus 1945..............................................................................17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...................................................................................21

B. Saran.............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur

seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.Dalam pemerintahan

Indonesia, masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan

juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada

dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan

ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan

memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila,

Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembetuk negara

Republik Indonesia.

Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari

nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem

ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi

bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat

banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia,

itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan

begitupun dengan bangsanya sendiri.

Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam

Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia”.

1
2

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam

tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa pengertian ketatanegaraan Republik Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik

Indonesia?

3. Bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan

Republik Indonesia?

4. Bagaimana hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Pancasila?

5. Bagaimana hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Proklamasi 17 Agustus 1945?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian ketatanegaraan Republik Indonesia.

2. Untuk mengetahui kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan

republik Indonesia.

3. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Pancasila dalam

ketatanegaraan Republik Indonesia.

4. Untuk mengetahui hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Pancasila.

5. Untuk mengetahui hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Proklamasi 17 Agustus 1945.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketatanegaraan Republik Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat

prinsip dasar yang mencakup peraturan susunan pemerintah, bentuk

negara dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara.

Ketatanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Menurut

hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur

kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan

pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap pemerintah

atau sebaliknya. Untuk mengerti ketatanegaraan dari suatu negara pertama

sekali perlu dimengerti apa itu negara: paham negara secara umum dan

negara menurut bangsa Indonesia. Hubungan negara dan konstitusi akan

diuraikan selanjutnya.

B. Kedudukan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia

1. Kedudukan Pancasila sebagai Sumber dari Segala Hukum

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri

dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip

atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan

berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila

sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum

Indonesia maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh

3
4

bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan

tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau

dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi

suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya

dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum positif

lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup

bangsa serta idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah

rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus kita wujudkan

dan di aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konsep negara yang

digunakan di Indonesia popular dengan nama rechtsstaat, sementara itu

untuk memberikan ciri “ke Indonesianya”, juga dikenal dengan istilah

Negara hukum dengan menambah atribut “pancasila’ sehingga menjadi

“negara hukum Pancasila”

Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu

sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh

tertib hukum yang ada di negara RI. Berarti semua sumber hukum atau

peraturan-peraturan mulai dari UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang,

Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang), PP

(Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh

peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila

sebagai landasan hukumnya. Semua produk hukum harus sesuai

dengan Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengannya. Oleh sebab


5

itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk hukum yang ada di

negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis produk

hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan kata lain, semua produk

hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, “Batal Demi Hukum”.

Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila, telah

dianulir. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh

diubah.

Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah

membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai

itu tertanam dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta

kegiatan lembaga-lembaga masyarakat. Dengan perkataan lain,

Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa Indonesia, yang

mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan maupun

sebagai kesatuan bangsa. Namun demikian, nilai-nilai Pancasila

sebagai dasar negara harus diimplementasikan sebagai sumber dari

semua sumber hukum dalam negara dan menjadi landasan bagi

penyelenggaraan negara.

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan pada alinea

keempat Pembukaan UUD 1945, yang secara nyata merupakan lima

sila Pancasila.  Hal itu merupakan dasar negara yang ditetapkan pada

tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) yang dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak

seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.  Lebih spesifik lagi Pancasila


6

sebagai sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan

No.XX/MPRS/1966 Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan

MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila

sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib

hukum di Indonesia. Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari

segala sumber hukum negara dinyatakan dalam pasal 2 Undang-

Undang (UU) No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan.  Pengertian pembentukan peraturan perundang-

undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan

yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik

penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan,

penyebarluasan.  Rumusan UU tersebut selain memenuhi

pertimbangan dan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum

nasional, juga sekaligus menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai

Pancasila sebagai dasar negara telah memiliki landasan aturan formal. 

Dalam pasal 7 dinyatakan ruang lingkup hirarki peraturan perundang-

undangan meliputi (i) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945; (ii) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang; (iii) Peraturan Pemerintah; (iv) Peraturan

Presiden; dan (v) Peraturan Daerah.

Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki

cakupan yang luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup

seluruh aspek kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Dinamik


7

mengandung arti memberi ruang reaksi terhadap perubahan

lingkungan strategis. Dengan kata lain, upaya mengurai nilai-nilai

Pancasila adalah hal yang tidak pernah selesai sejalan dengan

perjalanan bangsa Indonesia mencapai tujuan nasional.  Keluasan dan

kedinamikaan tersebut dapat ditarik melalui pancaran nilai dari kelima

sila Pancasila.  Implementasi nilai-nilai tersebut ditunjukkan dengan

perilaku dan kualitas SDM di dalam menjalankan kehidupan nasional

menuju tercapainya tujuan negara.

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup

Nilai-nilai Pancasila yang telah diwariskan oleh pendiri bangsa

Indonesia merupakan intisari dan puncak dari sosoial budaya yang

senantiasa melandasi tata kehidupan sehari-hari. Tata nilai budaya

yang telah berkembang dan dianggap baik, serta diyakini

kebenarannya ini dijadikan sebagai pandangan hidup dan sumber nilai

bagi bangsa Indonesia. Sumber nilai tersebut antara lain adalah:

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan

5.  Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


8

Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan

persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang

sebenarnya sudah lama dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pandangan hidup bagi suatu bangsa seperti pancasila sangat penting

artinya karena merupakan pegangan yang mantap, agar tidak

terombang ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi.

Pancasila sebagai penyaring budaya yang masuk ke Indonesia. Jadi,

Pancasila menyaring dan memilah mana yang sesuai dengan karakter

masyarakat Indonesia dan sesuai dengan norma yang ada dan hidup

sejak lama di Indonesia. Pancasila sebagai tembok kokoh penghalang

pelindung bangsa dan Pancasila sebagai tiang kokoh penyangga negara

untuk berdiri melawan segala ancaman dan bahaya dari luar lingkup

Indonesia.Pancasila juga sebagai jalan kehidupan dan kelangsungan

ketatanegaraan bangsa Indonesia.

3. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dasar negara adalah hal yang paling utama bagi sebuah negara,

dikarenakan dasar negara adalah pondasi, landasan cita-cita harapan

dan hal pokok bagi sebuah bangsa. Di setiap negara memiliki dasar

negaranya masing-masing, Pancasila  sebagai dasar negara Indonesia

yang tercantum pada  alinea IV pembukaan UUD 1945 yang

merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai

ideologi negara.
9

Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk

peraturan perundang undangan bersifat imperative (mengikat) bagi :

a) Penyelenggaraan negara

b) Lembaga kenegaraan

c) Lembaga kemasyarakatan

d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan

e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia

Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara

berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam

negara, ketetapan MPRS No.XX/MPRS/ 1966,jo. Tap. MPR

No.V/MPR/ 1973,jo. Tap. MPR No.IX/ MPR / 1978.Penegasan

kembali Pancasila sebagai dasar negara, tercantum dalam Tap.MPR

No.XVIII / MPR / 1998.

Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur

seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, artinya

segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem

ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus

berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti juga bahwa semua peraturan

yang berlaku di negara Republik Indonesia harus bersumberkan

kepada Pancasila. 

Hal ini tidak serta-merta memutuskan pancasila sebagai dasar

negara. Pemilihan pancasila didapati oleh pendiri negara dengan

cara yang istimewa dan dengan perjuangan yang luar biasa. Ada
10

beberapa aspek yang mendasari pendiri bangsa menetapkan

Pancasila sebagai dasar negara. Aspek yang mendasari dipilihnya

pancasilah adalah sebagai berikut:

1. Aspek pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia

2. Aspek alamiah ketahanan nasional

3. Aspek budaya

4. Aspek agama

5. Aspek persamaan nasi

Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi

keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran

terhadap adanya perbedaan.Penetapan Pancasila sebagai dasar

negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi

merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia

yang dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.

C. Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik

Indonesia

1. Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar ini disahkan pada sidang PPKI sehari setelah

Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. Undang-

Undang Dasar ini terdiri atas Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh

yang mencakup 37 Pasal 4 Aturan Peralihan atau Peraturan Tambahan

serta penjelasan yang dibuat oleh Prof. Mr.Soepomo.


11

Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik

karena kondisi Indonesia dalam suasana mempertahankan

kemerdekaan. Sedang mengenai keadaan pemerintahnya sebagai

berikut:

• Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 berlaku yaitu sebelum MPR,

DPR dan DPA dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat

(KNIP).

• Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri

bertanggung jawab pada presiden bukan pada DPR.

• Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945,

yang merubah kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu

Presiden menjadi badan legislative (DPR)

• Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945

yang merubah kabinet presidensil menjadi parlementer, ini berarti

menyimpang dari UUD 1945. Sistem kabinet ini diikuti dengan

Demokrasi Liberal

Akibat dari kondisi diatas menimbulkan pemerintah tidak stabil seiring

pergantian kabinet, terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena

keadaan genting maka kabinet kembali ke presidensil lagi,

diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) sehingga Indonesia

harus menerima berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS).


12

2. Konstitusi RIS

Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada

Indonesia untuk menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis

UUD yang digunakan pun berganti, dan yang digunakan adalah

Konstitusi RIS.

Pada masa ini seluruh wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS.

Sedangkan UUD 1945 hanya berlaku untuk negara bagian Indonesia

yang meliputi sebagian jawa dan sumatera dengan ibukota Yogyakarta.

Sistem pemerintahannya adalah Parlementer yang berdasarkan

Demokrasi Liberal.

Bentuk Negara RIS adalah federasi (serikat) dan pemerintahanya

bersifat demokrasi. Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama.

Berkat kesadaran para pemimpin kita maka pada tanggal 17 Agustus

1950 RIS kembali lagi menjadi NKRI dengan Undang-Undang yang

lain yang disebut Undang-Undang Dasar Sementara 1950.

3. Undang-Undang Dasar Sementara

Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI

dengan Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950

serta dengan bentuk pemerintahanya ialah republik dengan sistem

pemerintahan yang digunakan adalah parlementer dan presiden tidak

bisa diganggu gugat dan menteri bertanggung jawab pada presiden.

Pada masa ini berlaku demokrasi liberal dan telah berhasil

melaksanakan pemilu dan membentuk badan konstituante.


13

Karena kabinet yang digunakan adalah parlementer maka presiden dan

wakil presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu

gugat. Yang bertanggung jawab adalah menteri kepada parlemen.

Akibat dari sistem pemeritah ini maka pemerintahan tidak stabil, sebab

sering terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan keamanan sangat kacau,

badan konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan tugasnya untuk

membuat Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS

1950. Pada waktu itu beruntung rakyat Indonesia mempunyai rasa

persatuan dan kesatuan yang tinggi, terbukti dengan banyaknya negara

bagian RIS yang melebur kembali pada negara Republik Indonesia.

Kenyataan ini yang membuat RIS dan Republik Indonesia untuk

mengadakan perundingan dan menghasilkan kesepakatan untuk

membuat negara kesatuan.

D. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-Undang Dasar

1945 diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7,

ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari pembukaan UUD

1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Sebab segala aspek

penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdasarkan Pancasila

terdapat dalam Pembukaan alinea IV.

Oleh karena itu justru dalam Pembukaan itulah secara formal yuridis

Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia.


14

Maka hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik

sebagai berikut:

1. Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan

UUD 1945, maka Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma

dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak

hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik, yaitu

perpaduan asas-asas kultural, religigius dan asas-asas kenegaraan yang

unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik

Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD

1945 alenia IV.

2) Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah,

merupakan pokok kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap

tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu :

a) Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang

memberi faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum Indonesia.

b) Memasukan dirinya di dalam tertib hukum sebagai tertib hukum

tertinggi.

3) Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan

berfungsi, selain sebagai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam


15

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan sebagai

suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya

berbeda dengan pasal-pasalnya. Karena Pembukaan UUD 1945 yang

intinya adalah Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD

1945, bahkan sebagai sumbernya.

4) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai

hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai pokok kaedah negara

yang fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar

kelangsungan hidup negara Republik Indonesia yang di

proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.

5) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan

demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di

ubah dan terletak pada kelangsungan hidup Negara Republik

Indonesia.

Dengan demikian pancasila sebagai substansi esensial dari pembukaan

dan mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam pembukaan,

sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya sebagai dasar negara

adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, maka

perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah sama

halnya dengan mengubah secara tidak sah Pembukaan UUD 1945,

bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun dan hal ini sebagaimana

ditentukan dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, (Juncto Tap

no. V/MPR/1973).
16

2. Hubungan secara material

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan

yang bersifat formal, sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan

secara material sebagai berikut:

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan

pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas

oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru

kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama

pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara

Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarata yang di susun oleh

panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD

1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum

Indonesia bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai

sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib

hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam

pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi

sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan

pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang

fundamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi

atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak lain

adalah Pancasila. (Notonagoro tanpa tahun : 40)


17

E. Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus

1945

Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/MPR, bahwa

Pembukaan UUD 1945 merupakan satu kesatuan dengan proklamasi 17

Agustus 1945, oleh karena itu antara Pembukaan dan Proklamasi 17

Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan. Kebersatuan antara Proklamasi

dengan Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Disebutkannya kembali pernyataan Proklamasi Kemerdekaan dalam

alinea ketiga Pembukaan menunjukkan bahwa antara Proklamasi

dengan Pembukaan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat

dipisah-pisahkan.

2. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945

bersama-sama dengan ditetapkannya UUD, Presiden dan Wakil

Presiden merupakan realisasi tindak lanjut dari Proklamasi.

3.  Pembukaan UUD 1945  pada hakikatnya adalah merupakan suatu

pernyataan kemerdekaan yang lebih rinci dari adanya cita-cita luhur

yang menjadi semangat pendorong ditegakannya kemerdekaan, dalam

bentuk Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur dengan berdasarkan asas kerokhanian Pancasila.

Berdasarkan sifat kesatuan antara Pembukaan UUD 1945 dengan

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, maka sifat hubungan antara

Pembukaan dengan Proklamasi adalah sebagai berikut   :


18

Pertama, memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi

pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu menegakan hak kodrat dan hak moral

dari setiap bangsa akan kemerdekaan, dan demi inilah maka bangsa

Indonesia berjuang terus menerus sampai bangsa Indonesia mencapai pintu

gerbang kemerdekaan (bagian pertama dan kedua pembukaan).

Kedua, memberikan penegasan terhadap dilaksanakannya Proklamasi  17

Agustus 1945, yaitu bahwa perjuangan gigih bangsa Indonesia dalam

menegakan hak kodrat dan hak moral itu adalah sebagai gugatan di

hadapan bangsa-bangsa di dunia terhadap adanya penjajahan atas bangsa

Indonesia, yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Bahwa perjuangan bangsa Indonesia itu telah diridhoi oleh Tuhan Yang

Maha Kuasa dan kemudian bangsa Indonesia memproklamirkan

kemerdekaanya (bagian ketiga pembukaan)

Ketiga, memberikan pertanggung jawaban terhadap dilaksanakan

proklamasi 17 Agustus 1945. yaitu bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia

yang diperoleh melalui perjuangan luhur, disusun dalam suatu UUD

Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :  Ketuhanan

yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,

dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan

social bagi seluruh rakyat Indonesia (bagian keempat pembukaan UUD

1945).
19

Penyusunan UUD ini untuk dasar-dasar pembentukan pemerintahan

Negara Indonesia dalam melaksanakan tujuan negara, yaitu  melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

(Tujuan ke dalam). Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

perdamaian abadi dan keadilan sosial (Tujuan ke luar atau tujuan

internasional).

Proklamasi pada hakikatnya bukanlah merupakan tujuan, melainkan

prasyarat untuk tercapainya tujuan bangsa dan negara, maka proklamasi

memiliki dua macam makna sebagai berikut :

1. Prasyaratan bangsa Indonesia baik kepada diri sendiri, maupun kepada

dunia luar, bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.

2. Tindakan-tindakan yang segera harus dilakukan berhubungan dengan

persyaratan kemerdekaan tersebut.

Seluruh makna proklamasi tersebut dirinci dan mendapat

pertanggungjawaban dalam pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :

1. Bagian pertama proklamasi, mendapatkan penegasan dan penjelasan

pada bagian pertama sampai dengan ketiga pembukaan UUD 1945.

2. Bagian kedua proklamasi, yaitu suatu pemebntukan Negara Republik

Indonesia yang berdasarkan pancasila, sebagaimana tercantum dalam

pembukaan UUD 1945 alinea IV. Adapun prinsip-prinsip negara yang

terkandung dalam pembukaan tersebut meliputi empat hal:


20

a. Tujuan negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintah negara.

b. Ketentuan diadakannya UUD negara, sebagai landasan

konstitusional pembentukan   pemerintahan negara.

c. Bentuk Negara Republik yang berkedaulatan rakyat

d. Atas kerokhanian atau dasar filsafat negara pancasila.

Berpegang pada sifat hubungan antara proklamasi 17 Agustus 1945

dengan pembukaan UUD 1945 yang tidak hanya menjelaskan dan

menegaskan akan tetapi juga mempertanggung jawabkan proklamasi,

maka hubungan itu tidak hanya bersifat fungsional korelatif, melainkan

juga bersifat kausal organis.

Hal ini menunjukkan hubungan antara proklamasi dengan pembukaan

merupakan suatu kesatuan yang utuh, dan apa yang terkandung dalam

pembukaan adalah merupakan amanat dari seluruh rakyat Indonesia

tatkala mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama. Oleh

Karena itu merupakan suatu tanggung jawab moral bagi seluruh bangsa

untuk memelihara dan merealisasikannya (Darmodihardjo, 1979:232.233)


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik

Indonesia sebagai sumber hukum yang berarti segala hukum

yang mengatur kehudupan berbangsa dan bernegara harus

sesuai dan selaras dengan Pancasila. Selain sebagai dasar

negara Pancasila juga sebagai pandangan hidup dan dasar

negara. Masing-masing berarti Pancasila sebagai penyaring,

yang menyaring semua rencana yang menjadi pandangan

langkah kedepan agar sesuai dengan pandangan pancasila dan

Pancasila pondasi dasar dari bangunan bangsa Indonesia yang

menopang kehidupan dan keberlansungan bangsa Indonesia.

Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan

ketatanegaraan bukan semata mata dilihat dengan mata awam

pancasila, tetapi pancasila di uraikan menjadi undang-undang

yang terperinci yang sesuai dengan aspek dan tujuan bangsa.

Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan yang hanya dimiliki

Indonesia. Karena hanya cocok dengan budaya Indonesia,

seperti pemerintahan otonom yang cocok dengan keadaan

geogerafis Indonesia.Indonesia memiliki daerah otonomi yang

bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala

21
21
22

bidang. Dan daerah otonom memmudahkan mgontrol ekonomi,

social dan politik di negara yang memiliki banyak pulau yang

dihuni lebih dari 300 juta jiwa dengan budaya yang beragam

serta pemerintahan daerah sangat efisien dalam pengembangan

usaha mikro.

B. Saran

Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati

nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.Dalam konteks

kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai masyarakat

madani. Kita harus menjalankan dan melaksanakn

ketatanegaraan yang sesuai dengan Pancasila.

Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik

itu yang sudah tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-

undangan maupun yang sudah mengalir dalam konvensi, perlu

adanya suatu evaluasi untuk menciptakan suasana masyaakat

yang kondusif. Yang menghargai dinamika dan menaati

pelaksanan proses ketatanegaraan yang di tetapkan serta

memberi sangsi bagi yang melanggar, dengan sangsi yang berat

untuk memberi efek jera terhadap pelaku.

Daerah otonom harus dijalankan oleh orang orang yang tepat

yang hebat, karena diharapkan bisa mengangkat semua aspek

yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.Melainkan bukan

wakil rakyat yang korupsi.


23

DAFTAR PUSTAKA

Hudiarini, Sri.2006.Pancasila.Malang: Politeknik Negeri Malang

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Paradigma

Kasil dan Christine. 2006. Ilmu Negara. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

http://rusydaakhmad.blogspot.co.id/ oleh Akhmad Rusyda diakses pada tanggal

22 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai