Anda di halaman 1dari 16

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK

INDONESIA

OLEH :
KELOMPOK VI
DWI RIS AYUNINGSIH HARIS
YUSTIKA IKRAM
TAUFIQ KURRAHMAN
NARNI BINTI HASAN
GUSTI AYU WIDYANI
NIGHTIYA NURFAJRIN
ISBUL ANSARI

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen matakuliah Pancasila Raemon, S.Sos., M.A.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari media massa yang
berhubungan dengan Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia, tak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pancasila atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila dan
ketatanegaraan Republik Indonesia, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih
jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Bandung, 8 November 2016
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI..............................3
B. UUD/Konstitusi, Kedudukan, Sifat Serta Fungsinya...................4
C. Undang-Undang Dasar 1945.....................................................7
D. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.................................8
E. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945...................12
F. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................16
B. Saran........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur
seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia,
masih banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem
pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila
Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan
ingatan kita meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan
Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembetuk negara
Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari
nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan
Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun
jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang
merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia
berantakan dan begitupun dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul Pancasila dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :
A. Apa pengertian dari pancasila sebagai konteks ketatanegaraan NKRI?
B. Bagaimana kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia ?

C. Bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia ?

D. Apakah dasar negara Pancasila masih relevan dengan konsep otonomi daerah

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Santoso
S.Pd, M.Pd serta menjelaskan sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
1. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI
2. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara
3.
Mengetahui UUD 1945?
4.
Mengetahui apa saja yang terkait dengan pembukaan UUD 1945
5.
Mengetahui hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945

6.
7.

Menegtahui sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945


Mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945
BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI

Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas hukum, oleh
karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam
suatu sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam kontek ketatanegaraan
Republik Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak
dan kewajiban, keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam undang undang dasar negara.
Pembukaan undang- undang dasar 1945 dalam kontek ketatanegaraan, memiliki
kedudukan yang sangat penting merupakan staasfundamentalnom dan berada pada
hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
B. Kedudukan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik Indonesia
Kedudukan Pancasila sebagai Sumber dari Segala Hukum
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber
tertib hukum Indonesia maka setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu
Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokokpokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya
dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum positif lainnya. Pancasila
sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa dan
negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun semua
itu harus kita wujudkan dan di aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. konsep negara yang digunakan di
Indonesia popular dengan nama rechtsstaat, Sementara itu untuk memberikan ciri ke
Indonesianya, juga dikenal dengan istilah Negara hukum dengan menambah atribut
pancasila sehingga menjadi negara hukum Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu sebagai
sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib hukum yang ada di
negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturan-peraturan mulai dari UUD`45,
Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang), PP
(Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan
pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.
Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh bertentangan

dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk hukum yang ada
di negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak
berlaku lagi. Atau dengan kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir,
semuanya, Batal Demi Hukum. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu
Pancasila, telah dianulir. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh
diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu tertanam
dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan lembaga-lembaga
masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah menjadi cita-cita moral bangsa
Indonesia, yang mengikat seluruh warga masyarakat baik sebagai perorangan maupun
sebagai kesatuan bangsa. Namun demikian, nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
harus diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara dan
menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan pada alinea keempat
Pembukaan UUD 1945, yang secara nyata merupakan lima sila Pancasila. Hal itu
merupakan dasar negara yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dapat dianggap sebagai penjelmaan
kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Lebih spesifik lagi Pancasila sebagai
sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan No.XX/MPRS/1966 Ketetapan MPR
No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia. Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pengertian pembentukan peraturan
perundang- undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang
pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan,
pembahasan, pengesahan, pengundangan, penyebarluasan. Rumusan UU tersebut
selain memenuhi pertimbangan dan salah satu syarat dalam rangka pembangunan
hukum nasional, juga sekaligus menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara telah memiliki landasan aturan formal. Dalam pasal 7 dinyatakan
ruang lingkup hirarki peraturan perundang-undangan meliputi (i) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (ii) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang; (iii) Peraturan Pemerintah; (iv) Peraturan Presiden; dan (v)
Peraturan Daerah.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki cakupan
yang luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh aspek kehidupan sosial,
ekonomi dan lingkungan.Dinamik mengandung arti memberi ruang reaksi terhadap
perubahan lingkungan strategis. Dengan kata lain, upaya mengurai nilai-nilai Pancasila
adalah hal yang tidak pernah selesai sejalan dengan perjalanan bangsa Indonesia
mencapai tujuan nasional. Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat ditarik melalui
pancaran nilai dari kelima sila Pancasila. Implementasi nilai-nilai tersebut ditunjukkan
dengan perilaku dan kualitas SDM di dalam menjalankan kehidupan nasional menuju
tercapainya tujuan negara.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup

Nilai-nilai Pancasila yang telah diwariskan oleh pendiri bangsa Indonesia


merupakan intisari dan puncak dari sosoial budaya yang senantiasa melandasi tata
kehidupan sehari-hari. Tata nilai budaya yang telah berkembang dan dianggap baik,
serta diyakini kebenarannya ini dijadikan sebagai pandangan hidup dan sumber nilai
bagi bangsa Indonesia. Sumber nilai tersebut antara lain adalah:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan
persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya sudah lama
dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa seperti pancasila sangat penting artinya
karena merupakan pegangan yang mantap, agar tidak terombang ambing oleh keadaan
apapun, bahkan dalam era globalisasi. Pancasila sebagai penyaring budaya yang masuk
ke Indonesia. Jadi, Pancasila menyaring dan memilah mana yang sesuai dengan
karakter masyarakat Indonesia dan sesuai dengan norma yang ada dan hidup sejak
lama di Indonesia. Pancasila sebagai tembok kokoh penghalang pelindung bangsa dan
Pancasila sebagai tiang kokoh penyangga negara untuk berdiri melawan segala
ancaman dan bahaya dari luar lingkup Indonesia. Pancasila juga sebagai jalan
kehidupan dan kelangsungan ketatanegaraan bangsa Indonesia.
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara adalah hal yang paling utama bagi sebuah negara, dikarenakan
dasar negara adalah pondasi, landasan cita-cita harapan dan hal pokok bagi sebuah
bangsa. Di setiap negara memiliki dasar negaranya masing-masing, Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia yang tercantum pada alinea IV pembukaan UUD 1945 yang
merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang bertentangan dengan
pancasila harus dicabut. Perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, dalam
bentuk peraturan perundang undangan bersifat imperative (mengikat) bagi :
a)
Penyelenggaraan negara
b)
Lembaga kenegaraan
c)
Lembaga kemasyarakatan
d)
Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e)
Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara, ketetapan
MPRS No.XX/MPRS/ 1966,jo. Tap. MPR No. V/MPR/ 1973,jo. Tap. MPR No.IX/ MPR / 1978.
Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara, tercantum dalam Tap.MPR No.XVIII /
MPR / 1998.
Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh
tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) harus berdasarkan Pancasila. Hal ini berarti juga bahwa semua
peraturan yang berlaku di negara Republik Indonesia harus bersumberkan kepada
Pancasila.
Hal ini tidak serta-merta memutuskan pancasila sebagai dasar negara.
Pemilihan pancasila didapati oleh pendiri negara dengan cara yang istimewa dan
dengan perjuangan yang luar biasa. Ada beberapa aspek yang mendasari pendiri
bangsa menetapkan Pancasila sebagai dasar negara. Aspek yang mendasari dipilihnya
pancasilah adalah sebagai berikut:
1.
Aspek pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia.
2.
3.
4.
5.

Aspek alamiah ketahanan nasional


Aspek budaya
Aspek agama
Aspek persamaan nasib
Maka
Pancasila
merupakan intelligent
choice karena
mengatasi
keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya
perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan
perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris
khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka Bhinneka Tunggal Ika.
C.

Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik


Indonesia

--Undang-Undang Dasar 1945-Undang-Undang Dasar ini disahkan pada sidang PPKI sehari setelah Indonesia
merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Undag-Undang Dasar ini terdiri atas
Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh yang mencakup 37 Pasal 4 Aturan Peralihan atau
Peraturan Tambahanserta penjelasan yang dibuat oleh Prof. Mr.Soepomo.
Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik karena
kondisi Indonesia dalam suasana mempertahankan kemerdekaan. Sedang mengenai
keadaan pemerintahnya sebagai berikut:
Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945berlaku yaitu sebelum MPR, DPR dan DPA
dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri bertanggung jawab
pada presiden bukan pada DPR.
Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang merubah
kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu Presiden menjadi badan legislative
(DPR)
Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah
kabinet presidensil menjadi parlementer, ini berarti menyimpang dari UUD 1945.sistem
kabinet ini diikuti dengan Demokrasi Liberal
Akibat dari kondisi diatas menimbulkan, pemerintah tidak stabil seiring
pergantian kabinet, Terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena keadaan genting
maka kabinet kembali ke presidensil lagi, diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB)
sehingga Indonesia harus menerima berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS).
Konstitusi RIS

Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia untuk
menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang digunakan pun berganti,
dan yang digunakan adalah Konstitusi RIS.
Pada masa ini seluruh wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS.
Sedangkan UUD 1945 hanya berlaku untuk negara bagian Indonesia yang meliputi
sebagian jawa dan sumatera dengan ibukota Yogyakarta. Sistem pemerintahannya
adalah Parlementer yang berdasarkan Demokrasi Liberal.
Bentuk Negara RIS adalah federasi (serikat) dan pemerintahanya bersifat
demokrasi. Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama. Berkat kesadaran para
pemimpin kita maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS kembali lagi menjadi NKRI
dengan Undang-Undang yang lain yang disebut Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
Undang-Undang Dasar Sementara
Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI dengan
Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950 serta dengan bentuk
pemerintahanya ialah republik dengan sistem pemerintahan yang digunakan adalah
parlementer dan presiden tidak bisa diganggu gugat dan menteri bertanggung jawab
pada presiden.( Pada masa ini berlaku demokrasi liberal dan telah berhasil
melaksanakan pemilu dan membentuk badan konstituante.
Karena kabinet yang dgunakan adalah parlementer maka presiden dan wakil
presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu gugat.Yang
bertanggung jawab adalah menteri kepada parlemen.Akibat dari sistem pemeritah ini
maka pemerintahan tidak stabil, sebab sering terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan
keamanan sangat kacau, badan konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan
tugasnya untuk membuat Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS 1950.
Pada waktu itu beruntung rakyat Indonesia mempunyai rasa persatuan dan kesatuan
yang tinggi, terbukti dengan banyaknya negara bagian RIS yang melebur kembali pada
negara Republik Indonesia.
Kenyataan ini yang membuat RIS dan Republik Indonesia untuk mengadakan
perundingan dan menghasilkan kesepakatan untuk membuat negara kesatuan.
D.

Relevansi Dasar Negara Pancasila dengan Konsep Otonomi Daerah


Untuk membentuk, mengatur dan melaksanakan proses ketatanegaraan pasti
memerlukan dasar dasar hukum yang tegas dan mengikat. Hal ini bertujuan untuk
membangun bangsa Indonesia yang bersatu, teratur, dan harmonis. Untuk mencapai
tujuan tersebut dibutuhkan strategi yang tepat, akurat dan mantap. Tidak semudah
embalik telapak tangan dalam upaya menata dan mengatur bangsa Indonesia yang
sangat luas dengan berjuta pulau yang dihuni 237.641.326 penduduk pada tahun 2010
tentu saja beribu suku bahasa dan budaya yang menjamur di setiap jengkal tanah ibu
pertiwi. Dengan luasnya daerah NKRI, maka Indonesia tidak efektif jika dipimpin hanya
dengangan pemerintahan pusat semata.
Dalam Pancasila sila ke-4 berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Makna sila ini adalah:


1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan


bersama.
4. Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat
diliputi dengan semangat kekeluargaan.[7]
Sesuai dengan kutipan diatas. Makna pertama dari sila ke-4 adalah
mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Kita sadari bahwa begitu luasnya
daerah Indonesia dengan banyaknya budaya dan beraneka ragam bahasa maupun
karateristik pada setiap daerah. Tentu saja, hanya orang yang asli daerah tersebut yang
mengerti karakteristik daerah tersebut. Jadi, demi majunya Indonesia setiap daerah
diberikan kebebasan mengatur daerahnya sendiri yang bertanggung jawab terhadap
pemerintahan pusat. Pemerintahan ini dinamakan otonomi daerah yang berarti mandiri.
Pemerintahan daerah adalah pemerintahan yang dilaksanakan di daerah.[8]
Pemerintahan ini di ketuai oleh gubernur. Kemudian Gubernur memiliki wewenang
terhadap Bupati dan Walikota, Bupati dan Walikota sendiri memiliki wewenang terhadap
Camat, Camat juga bertanggung jawab membina Kepala Desa, Kepala Desa memiliki
hak mengatur Kasun, Rw dan RT.
Pemerintahan daerah memiliki tujuan yang tidak bisa dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, berikut adalah tujuanya:
a. Pertimbangan politis
b. Pertimbangan sosiologi kultural
c. Pertimbangan ekonomi
Dari tujuan berikut masing masing daerah di harapkan menumbuhkan
kesadaran politik dan ikut serta bersama membangun daerah demi pembangunan
nasional, bangsa dan demokratis yang harmonis. Hal tersebut juga memberikan
kesempatan bagi daerah untuk membangun system social yang sesuai dengan adat
daerah serta perkembangan budaya yang beraneka ragam di Indonesia serta daerah
berkesempatan membangun dan berlomba-lomba mengembangkan potensi daerah
yang belum dikenal masyarakat luas, hal ini dapat menambah penghasilan ekonomi
masyarakat.
Dalam sila ke-3 yang berbunyi Persatuan Indonesia memiliki makna cinta
tanah air Indonesia. Dalam kecintaan tanah air ini ada hal yang penting yang efektif bila
dilaksanakan dengan pemerintahan otonom. Yaitu pengelolaan usaha atau perintis
usaha mandiri yang dewasa ini digalakan oleh pemerintah daerah. Hal ini di buktikan
dengan di sorotnya pengusaha desa yang mandiri yang mampu membangun desanya
dan memajukan taraf hidup serta perekonomian desa itu. Untuk meningkatkan
penetrasi pasar, pemerintah mendukung UKM (usaha kecil menengah) untuk
menggunakan infrastruktur TI (teknologi Informasi) dalam menjalankan usaha.[9] Dalam
hal ini yang paling efektif melaksanakannya adalah pemerintah daerah. Dikarenakan
pemerintah daerah mengetahui seluk beluk dan prospek kedepanya.

E. Defenisi UUD/Konstitusi, Kedudukan UUD 1945, Sifat Serta Fungsinya


1.

Defenisi UUD/Konstitusi

Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah konstitusi
dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara harfiah, istilah
konstitusi dari bahasa Perancis konstituer yang berarti membentuk, dan diartikan
sebagai pembentuk suatu negara. Sedangkan Indonesia menggunakan istilah UUD
yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang mempunyai pengertian
suatu undang-undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu
negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah konstitusi
dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi yang
dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD) maupun yang tidak tertulis
(convensi). Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok yang fundamental
mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan bangun yang
disebut negara.
2. Kedudukan UUD 1945
Undang-Undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan
structural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai landasan structural
dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara yang berisi aturan atau ketentuan pokok
ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin suatu system atau bentuk
Negara serta cara penyelenggaraannya beserta hak-hak dan kewajiban rakyatnya maka
UUD harus merupakan hukum Negara tertinggi.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD
1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang memuat
pancasila sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia
memiliki
kedudukan
yang
sangat
penting
karena
merupakan
staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang fundamental), dan berada pada hierarki
tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
3. Sifat UUD 1945
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari semua
hukum yang berlaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam
berkehidupan di Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk
dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu sebagai pengintegrasian
dari kekuatan politik, negara mempunyai bermacam-macam sifat, seperti memaksa,
memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat memaksa, negara dapat
menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk ditaatinya semua keputusan. Walaupun
alasannya untuk mewujudkan tujuan bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara
dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas yang mungkin dapat menyengsarakan
rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau UUD disusun
dan ditetapkan.
Dalam teori konstitusi (UUD) dikenal sifat dari UUD yaitu luwes atau (fleksibel) atau
kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis. Untuk menentukan apakah setiap UUD itu luwes
atau kaku dipakai ukuran sebagai berikut:
1. Cara mengubah konstitusi

Ada dua cara mengubah UUD, pertama, UUD diubah dengan cara prosedur yang
biasa, sebagaiman mengubah dan membuat UU biasa. dalam hal ini UUD itu memiliki
sifat luwes (fleksibel). Seperti konstitusi inggris. Kedua, perubahan UUD yang
memerlukan prosedur istimewa, maka sifat UUD itu adalah kaku (rigid).
Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci dengan memberi yang sangat sulit
untuk diubah dengan mengeluarkan ketetapan MPR tentang Referendum.
2. Tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam suatu naskah atau
beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis, karena ketentuanketentuan yang mengatur suatu pemerintahan tidak tertulis dalam suatu naskah
tertentu, melainkan dalam banyak hal dalam konvensi-konvensi atau UU biasa.
Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam
bahasa Indonesia, diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak
ukurnya yaitu cara pembuatan/perubahan dan kemampuan dalam mengikuti
perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu konstitusi disebut luwes
apabila pembuatan dan perubahannya sama dengan pembuatan dan perubahan
undang-undang biasa. Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam mengikuti
perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap mampu menampung dinamika
perkembangan masyarakat, konstitusi tersebut dapat dikatakan bersifat luwes, dan
apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut kaku.
4. Fungsi UUD 1945
Sebagaimana fungsi konstitusi pada umumnya, fungsi Undang-Undang Dasar 1945
pada umumnya dapat disebutkan antara lain: membatasi kekuasaan penguasa agar
tidak bertindak sewenang-wenang, untuk melindungi hak asasi manusia, dan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintahan berjalan dengan
tertib dan lancar. Di samping itu, apabila dilihat dari substansi materi, Undang-Undang
Dasar 1945 mengatur kehidupan nasional yang meliputi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang dapat dibedakan atas:
1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan system pemerintahan Negara, di
dalamnya termasuk pengaturan system pemerintahan Negara, didalamnya termasuk
pengaturan system tentang kedudukan, wewenang, dan saling hubungan antara
kelembagaan Negara.
2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga Negara dan
penduduknya serta berbagi konsepsi berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, social
budaya, dan hokum.
E.

Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945

Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh
UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :

1.
Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
(pasal 1 ayat 2). Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai
kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas melantik
(pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD 1945
tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR
adalah menetapkan dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan
UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5).
E. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah
atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f.
Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C
ayat1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h.
Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal
4 ayat 1). Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi.
Presiden memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan
Presiden diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang
bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Preisden.
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu
kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
7.
Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala
negara mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak.
Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana kontrol DPR atas
berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
8. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1
dan pasal 18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintah daerah.
A. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan suara
terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali dalam lima tahun di ibukota negara.
Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD (pasal 3)

2. Presiden dan Wakil Presiden


Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan
kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan RUU,
dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden
memegang masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil
Presiden adalah :
1. WNI sejak kelahirannya
2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan kewajibannya
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya akan
diatur dengan UU (pasal 6).
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki fungsi
legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi,
angket, menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat serta imunitas (pasal 20).
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi.
DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan RUU
kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya.
5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(luberjurdil).
6. Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung
jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
7. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk ditindklanjuti (pasal 23E).
8. Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan
kehakiman
merupakan
kekuasaan
yang
merdeka
untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan
oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.
9. Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku hakim.
10. Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang
putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan (menjawab pertanyaan rumusan masalah)

Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai sumber


hukum yang berarti segala hukum yang mengatur kehudupan berbangsa dan bernegara
harus sesuai dan selaras dengan Pancasila. Sein sebagai dasar negara Pancasila juga
sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Masing masing berarti Pancasila sebagai
penyaring, yang menyaring semua rencana yang menjadi pandangan langkah kedepan
agar sesuai dengan pandangan pancasila dan Pancasila pondasi dasar dari bangunan
bangsa Indonesia yang menopang kehidupan dan keberlansungan bangsa Indonesia.
Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan ketatanegaraan bukan
semata mata dilihat dengan mata awam pancasila, tetapi pancasila di uraikan menjadi
undang-undang yang terperinci yang sesuai dengan aspek dan tuju bangsa.
Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan yang hanya dimiliki Indonesia.
Karena hanya cocok dengan budaya Indonesia, seperti pemerintahan otonom yang
cocok dengan keadaan geogerafis Indonesia. Indonesia memiliki daerah otonomi yang
bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang. Dan daerah
otonom memmudahkan mgontrol ekonomi, social dan politik di negara yang memiliki
banyak pulau yang dihuni lebih dari 300 juta jiwa dengan budaya yang beragam serta
pemerintahan daerah sangat efisien dalam pengembangan usaha mikro.
3.2
Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai masyarakat madani. Kita harus menjalankan dan melaksanakn ketatanegaraan
yang sesuai dengan Pancasila.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang sudah
tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah mengalir
dalam konvensi, perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan suasana masyaakat
yang kondusif. Yang menghargai dinamika dan menaati pelaksanan proses
ketatanegaraan yang di tetapkan serta memberi sangsi bagi yang melanggar, dengan
sangsi yang berat untuk memberi efek jera terhadap pelaku.
Daerah otonom harus dijalankan oleh orang orang yang tepat yang hebat,
karena diharapkan bisa mengangkat semua aspek yang bermanfaat bagi bangsa dan
negara. Melainkan bukan wakil rakyat yang korupsi.

DAFTAR PUSTAKA
Dani, Ram, 2013. Pancasila sebagai Sumber dari Segalaa Sumber Hukum , dalam
http://pedabuntung.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sumber-dari-segala.html, diakses tgl 10 juni 2014

Dekker, Nyoman.1997.Hukum Tata Negara Republik Indonesia.Malang: IKIP Malang


Hudiarini, Sri.2000.Pancasila.Malang: Politeknik Negeri Malang
Hukum online.com,2002. Pemerintah Dukung UKM Gunakan Infrastruktur TI , dalam
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol5733/pemerintah-dukung-ukm-gunakan-infrastruktur-ti. Diakses
tgl 10 juni 2014
Husein, La Ode.2005.Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat dengan Badan
Pemeriksaan Keuangan dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.Bandung: CV. Utomo
Kasil dan Christine. 2004. Ilmu Negara. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Louise, Elizabeth, 2013. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa, dalam http://elizabethlouisefisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-81925-Studi%20Strategis%20Indonesia%20I%20%20Negara
%20%20Bangsa%20dan%20Struktur%20Dasar-Pancasila%20Sebagai%20Ideologi%20Bangsa.html, diakses
pada tgl 10 Juni 2014
Wendi, 2011. Makna setiap Sila Pancasila, dalam http://bozwen.blogspot.com/2011/03/makna-setiapsila-pancasila.html. Diakses pada tgl 10 Juni 2014
1

Ahmad binta nada, Akhmad anim Rusyda, Alvian Mohammad amin, Andi candra wibowo.
[2] Dani, Pancasila sebagai Sumber dari Segalaa Sumber Hukum, dalam
http://pedabuntung.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sumber-dari-segala.html, diakses pada 10 Juni
2014
[3] Husein, Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat dengan Badan Pemeriksaan Keuangan
dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. (Bandung : Utomo,2005), hlm 58-59.
[4] Louise, Pancasila sebagai Ideologi Bangsa, dalam http://elizabethlouisefisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-81925-Studi%20Strategis%20Indonesia%20I%20%20Negara
%20%20Bangsa%20dan%20Struktur%20Dasar-Pancasila%20Sebagai%20Ideologi%20Bangsa.html, diakses
pada tgl 10 Juni 2014
[5] Hudiarini. Pancasila. (Malang: Politeknik Negeri Malang, 2000), hlm 48.

Kansil dan Christine, Ilmu Negara. (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2004), hlm 179.
Wendi,Makna setiap Sila Pancasila, dalam http://bozwen.blogspot.com/2011/03/makna-setiap-silapancasila.html. Diakses pada tgl 10 Juni 2014
[8] Dekker, Hukum Tata Negara Republik Indonesia. (Malang: IKIP Malang, 1997), hlm 125.
[9] Hukum online.com, Pemerintah Dukung UKM Gunakan Infrastruktur TI , dalam
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol5733/pemerintah-dukung-ukm-gunakan-infrastruktur-ti. Diakses
tgl 10 juni 2014
Akhmad Rusyida,MAKALAH PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA, dalam http://rusydaakhmad.blogspot.co.id/ Diakses pada tgl 2 Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai