Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan
ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untukdisalurkan dan digunakan
pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi,
pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan
obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian mencakup
pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter
berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara
menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai.
Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani “pharmakon”, yang berarti
cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan selanjutnya berubah lagi menjadi
obat atau bahan obat. Oleh karena itu seorang ahli farmasi (Pharmacist) ialah orang yang paling
mengetahui hal ihwal obat. Ia satu-satunya ahli mengenai obat, karena pengetahuan keahlian mengenai
obat memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai semua aspek kefarmasian seperti yang
tercantum pada definisi di atas.

II. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :1.

Mengetahui sejarah Farmasi 2.

Mengetahui bagaimana Farmasi Masa Kini 3.

Mengetahui bagaimana Farmasi masa Depan

BAB II
PEMBAHASAN

I. SEJARAH FARMASI
Farmasi adalah profesi kesehatan yang menghubungkan kesehatan ilmu dengan ilmu kimia dan
dibebankan dengan memastikan penggunaan yang amandan efektif dari obat farmasi . Kata ini berasal
dari bahasa yunani: Φάρμακον (pharmakon), yang berarti "obat" atau "obat" (bentuk awal dari kata
tersebut adalah mycenaean yunani pa-ma-ko, dibuktikan dalam B linear script suku kata )

Ruang lingkup dari praktek farmasi termasuk peran lebih tradisional seperti peracikan dan penyaluran
obat-obatan, dan juga mencakup layanan modern lebih terkait dengan perawatan kesehatan , termasuk
layanan klinis, meninjau obat untuk keamanan dan keampuhan, dan memberikan informasi obat.
Apoteker , karena itu, adalah ahli pada terapi obat dan para professional kesehatan dasar yang
menggunakan obat mengoptimalkan untuk menyediakan pasien dengan hasil kesehatan positif.
Sebuah pendirian yang farmasi (dalam arti pertama) dipraktekkan disebut
apotek, kimia atau (di Amerika Serikat) toko obat. toko obat AS umumnya hanya menjual obat-obatan
tidak, tapi juga bermacam-macam barang seperti permen (permen), kosmetik , dan majalah , serta
minuman ringan atau makanan.
Apotek Kata berasal dari akar kata farmasi yang merupakan istilah yang digunakan sejak abad-17 15.
Selain tanggung jawab farmasi, farmasi menawarkan nasihat medis umum dan berbagai layanan yang
sekarang dilakukan semata-mata oleh praktisi spesialis lain, seperti bedah dan kebidanan.

The Pharma (seperti yang dimaksud) sering dioperasikan melalui toko ritel yang, di samping bahan untuk
obat-obatan, tembakau dijual dan obat-obatan paten. Para pharmas juga menggunakan herbal lainnya
tidak terdaftar. Dalam penyelidikan bahan herbal dan bahan kimia, pekerjaan farmasi yang dapat
dianggap sebagai pelopor dari ilmu-ilmu modern kimia danfarmakologi, sebelum perumusan metode
ilmiah.

Sejarah awal farmasi dunia

FARMASI Arab ataupun lebih khusus lagi dikenali sebagai saydanah merupakan satu bentuk profesi yang
mulanya agak asing daridunia kedokteran. Pada abad ke-9, dunia Arab dan Islam telah berhasil
membangun jembatan ilmu yang menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia farmasi
moderen sekarang ini. Malah tahap ilmu yang diperoleh dari pada Yunani khususnya terus ditingkatkan
dan usaha ini diteruskan hinggake abad ke-13 melalui berbagai karya, terjemahan ataupun peningkatan
ilmu pada zaman-zaman berikutnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, farmasi dipraktekkan secara
terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai dengan
siapnya satu panduan praktikum farmasi pada tahun 1260

Tulisan berjudul Minhaj itu adalah hasil karya Abu’l-Muna al-Kohen al-Attar dari Mesir. Al-Attar
seorang ahli farmasi berpengalaman. Dalam Minhaj,al-Attar menuliskan pengalaman hidupnya serta ilmu
dalam seni apotek, atau seni meracik ubat. Sebahagian besar buku itu menguraikan tentang etika farmasi,
salah satu topik penting dalam sejarah profesi kesehatan. Sementara itu, di kota-kota seperti Baghdad,
profesi farmasi dipraktekkan dengan rapi sehingga ahli farmasi mendapat perlindungan dan sanjungan
daripada pemerintah serta pengguna ketika itu. Melalui penyebara perdagangan dunia Islam yang kian
pesat, dan daya tarik bahan rempah-rempahdan bahan obat-obatan, menjadikan kedudukan profesi
farmasi khususnya, dan kesehatan pada umunya di dunia Arab semakin meningkat. Dan
sebenarnya bidang farmasi Barat adalah berasal daripada farmasi Arab dan Islam. Aspek dan pengaruh
Arab ini tidak ditulis oleh penulis barat pada sejarah perubatan umumnya dan sejarah farmasi
khususnya. Sedangkan pada hakikatnya prestasisains dan budaya dunia Arab begitu banyak
mempengaruhi profesi serta sumbangan pustaka farmasi di barat yang ada hingga hari ini. Sayangnya,
kurang daripada satu abad selepas al-Attar, praktek farmasi
mulai beku dan kaku, dan terus merosot dengan jatuhnya peradaban Arab pada abad ke 19. Sejak dari
itu, farmasi mula berkembang dengan pesatnya di Eropakhususnya dan Barat umumnya
TOKOH ARAB DAN ISLAM YANG UTAMAYuhanna b. Masawayh (777 – 857)Beliau adalah anak
seorang ahli farmasi (dikenali sebgai apoteker). Beliau terkenal melalui tulisannya dalam bahasa Arab
tentang meteria medica danrawatan. Salah satu daripadanya berjudul al-Mushajjar al-Kabir yang
menyusun daftar penyakit serta obat-obatnya dan juga pola makanan yang berkaitan. Malah beliau
menyatakan bahwa para dokter yang boleh menyembuhkan penyakit dengan hanya melalui pengaturan
pola makan tanpa penggunaan ubat adalah yang paling berjaya dan beruntung. Masawayh juga
mengusulkan penggunaan beberapa tumbuhan terkenal untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh terh
adap penyakit. Beliau menyeru para dokter agarmenggunakan hanya satu obat untuk satu penyakit
berdasarkan prinsip empiriksdan analogi
Bahan yang banyak digunakan dalam terapi perubatan Arab adalah kamfora. Menurut Masawayh bahan
ini berasal dari China dan dibawa ke Arab melalui perdagangan dengan India dan Parsi. Menurutnya lagi,
sandalwood iaitu bahan yang digunakan untuk menghasilkan minyak wangi, baik yang jenis
kuning, putih atau merah juga datang dari India. Bahan-bahan seperti ini digunakan dalam sediaan
farmasi Islam pada abad ke-8 (atau lebih awal lagi) dan lewat ini istilah farmasi terbentuk dalam Islam.
Misalnya, kata-kata seperti al-Saydanani ataupun al-
Saydalani yang berarti dia yang menjual atau yang berkaitan dengan sandalwood, sedang perkataan
saydanah bermaksud farmasi. Pada masa itu, Masawayh dikenal sebagai dokter dari beberapa khalifah,
di ibukota Abbasiah selama hampir empat dekade. Beliau juga merupakan dokter Islam yang pertama
mendirikan sekolah kolej farmasi swasta Arab.

Abu Hasan Ali bin Sahl Rabban al-TabariBeliau dilahirkan pada 808, sahabat dari Masawayh. Pada usia
30 tahun beliau diperintahkan untuk ke kota Samarra oleh Khalifah Mu’tasim (833
-842) untuk mengabdi sebagai dokter. Tabari menulis banyak buku kedokteran, yang
terkenal adalah Syurga Hikmah yang membicarakan tentang tingkah lakumanusia, kosmologi,
embriologi, psikoterapi, kebersihan, pola makan dan penyakit (akut dan kronik) serta cara merawatnya.
Buku ini juga memuat kisah-kisah kedokteran abstrak serta petikan dari referens yang berbahasa India.
Bukunya juga mengandung beberapa bab tentang meteria medika, makanan biji-
bijian, kegunaan terapeutik hewan serta organ-organ burung dan juga campuran obat-obatan termasuk
cara membuatnya. Tabari juga menyarankan agar nilai terapeutik setiap obat
digunakan berdasarkan tujuan-tujuan tertentu dan dokter harus pandai membuat pilihan yang terbaik.
Beliau pernah menguraikan dengan terperinci penggunaan
sesuatu bahan sebagai bahan terapeutik, termasuk cara-cara menyimpannya sambil memperingatkan
tentang bahaya yang ada pada bahan tersebut. Contohnya peringatan terhadap penggunaan satu
mithqal (lebih kurang 4 gram) candu bisa menyebabkan tidur ataupun maut. Sabur b. SahlBeliau
merupakan orang pertama menulis formula pertama dalam sejarah Islam.Formula ini dikenali
sebagai Agradadhin. Sabur meninggal dunia pada 869. Dalam tulisannya, beliau memberikan resep
kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik obat, tindakan farmakologinya, dosis-dosisnya untuk
setiapsekali pengunaan. Formula-formula ubat ini disusun berdasarkan jenis sediaan:tablet, serbuk, salap,
sirup dan sebagainya. Banyak dari resep-reses ini menunjukkan persamaan dengan dokumen dari Asia
Barat dan Yunani-Roman.Formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi apakah di apotik ataupun di hospital.
Oleh itu, hampir selama 200 tahun formula ini digunakan sebagai panduan ahlifarmasi di seluruh dunia
Islam. Tulisan Sabur ini merupakan satu
langkah penting dalam sejarah farmakope dan banyak disalin serta ditiru dalam buku kedokteran Arab
selanjutnya.

6yang terbaik. Beliau pernah menguraikan dengan terperinci penggunaan


sesuatu bahan sebagai bahan terapeutik, termasuk cara-cara menyimpannya sambilmemperingatkan
tentang bahaya yang ada pada bahan tersebut. Contohnya peringatan terhadap penggunaan satu
mithqal (lebih kurang 4 gram) candu bisamenyebabkan tidur ataupun maut.Sabur b. SahlBeliau
merupakan orang pertama menulis formula pertama dalam sejarah Islam.Formula ini dikenali
sebagai Agradadhin. Sabur meninggal dunia pada 869.Dalam tulisannya, beliau memberikan resep
kedokteran tentang kaedah danteknik meracik obat, tindakan farmakologinya, dosis-dosisnya untuk
setiapsekali pengunaan. Formula-formula ubat ini disusun berdasarkan jenis sediaan:tablet, serbuk, salap,
sirup dan sebagainya. Banyak dari resep-reses inimenunjukkan persamaan dengan dokumen dari Asia
Barat dan Yunani-Roman.Formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi apakah di apotik ataupun di
hospital.Oleh itu, hampir selama 200 tahun formula ini digunakan sebagai panduan ahlifarmasi di seluruh
dunia Islam. Tulisan Sabur ini merupakan satu
langkah penting dalam sejarah farmakope dan banyak disalin serta ditiru dalam bukukedokteran Arab
selanjutnya.Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi (809-873)Sumbangan beliau tidak kurang pentingnya kepada
praktek farmasi dankedokteran Arab. Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar
keBaghdad, yang pada masa itu merupakan pusat pendidikan Islam terpentinguntuk mengikuti pendidikan
dalam perawatan. Beliau kemudian ke Syria, Mesirdan negara sekitarannya untuk mendalami lagi
latihannya. Setelah beliau

7kembali ke Baghdad, beliau sudah mahir tentang asal-usul perubatan Yunanikhususnya yang
diterjemahkan dalam Bahasa Syria.Hunayn memainkan peranan yang penting dalam penterjemahan atau
penentuanketepatan terjemahan yang dilakukan (termasuk penulis Hippocrate, Gelen dan penulis Yunani
lain) di samping menulis buku-bukunya sendiri. Sumbangannyamenjadi lebih terasa pada tahun 830,
Khalifah al-
Ma’mun mendirikan satu
institusi sains (bait al-Hikmah) untuk tujuan penyelidikan dan penterjemahan bahan-
bahan Yunani ke dalam bahasa Arab. Hunayn menjadi pembimbing pusat kajian ini dan dalam masa 40 ta
hun, beliau menterjemahkan danmewujudkan istilah serta rangkaian kata yang digunakan untuk tujuan
praktekkedokteran dan pengajaran.Antara buku dan tulisan Hunayn adalah tentang aspek kebersihan
mulut, pecucidan penggunaan bahan-bahan pergigian. Beliau terkenal sebagai penulis
Arab pertama yang melakukan hal ini. Beliau juga yang menemukan bahan-bahanmakanan dan minuman
yang dianggap dapat merusak gigi. Hunayn jugamengusulkan pembersihan gigi, khususnya selepas
makan seperti yangdianjurkan dalam kedokteran moderen. Tulisannya yang lain termasuklahtentang nilai
gizi dan pemakanan, tentang mandi, terapi gizi secara umum dan juga tentang bunga mawar serta obat-
obatan tertentu

Sejarah kefarmasian Indonesia


Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda
dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pa
da masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia per
tumbuhannya sangat lambat,dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai
proklamasikemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada

umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangatsedikit.Tenaga apoteker pada
masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark,Austria, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang
kemerdekaan,kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengandidirikannya
Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan diBandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan
Tinggi Farmasi yang didirikan padamasa perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi
perkembangansejarah kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.Dewasa ini kefamasian diIndonesia
telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang cukup luas danmantap. Industri farmasi di Indonesia
dengan dukungan teknologi yang cukupluas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan
teknologi yangcukup modern telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besardengan jaringan
distribusi yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90%kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi
oleh industri farmasi dalam negeri

Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga


semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya SelintasSejarah Kefarmasian
Indonesia1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang KemerdekaaanTonggak sejarah kefarmasian di
Indonesia pada umumnya diawalidengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan
HindiaBelanda.2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958Pada periode ini
jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asistenapoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih
besar. Pada tahun1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik)yang pertama ,
dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun.

Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar30 orang, sementara itu jumlah
apoteker juga mengalami
peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan daridalam negeri.3. Periode
Tahun 1958 sampai dengan 1967Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat
telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasimenghadapi hambatan dan kesulitan
yang cukup berat, antara lainkekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku
obatsehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yangmemperoleh bagian jatah atau mereka
yang mempunyai relasi denganluar negeri. Pada periode ini, terutama antara tahun 1960

1965,karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industrifarmasi dalam negeri hanya
dapat berproduksi sekitar 30% darikapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat
menjadisangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itukarena pengawasan belum
dapat dilakukan dengan baik banyak terjadikasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi
persyaratanstandar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan
berkaitan dengan kefarmasian yangdikeluarkan oleh pemerintah antara lain :(1) Undang-undang Nomor 9
tahun 1960 tentang Pokok-pokokKesehatan(2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang(3)
Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang TenagaKesehatan, dan

10(4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.Pada periode ini pula ada hal penting
yang patut dicatat dalam sejarahkefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan
apotekdarurat.Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962,
antara lain ditetapkan :(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter,dan(2) Semua
izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejaktanggal 1 Januari 1963.Sedangkan berakhirnya
apotek darurat ditetapkan dengan SuratKeputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29
Oktober1963 yang isinya antara lain :(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek
darurat,(2) Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakantidak berlaku lagi sejak tanggal
1 Pebruari 1964, dan(3) Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kotakota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei1964.Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-undang
PokokKesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
39521/Kab/199 tanggal11 Juli 1963).
II.

FARMASI MASA KINI


Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffmanmenemukan cara menambahkan dua
atom ekstra karbon dan lima atom ekstrakarbon dan lima atom ekstra hidrogen ke adlam sari pati kulit
kayu willow.Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama Aspirin, yang akhirnyamenyebabkan lahirnya
perusahaan industri farmasi modern di dunia, yaituBayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca
Perang Dunia I. Kemudian, pada Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-
obatan secaramassal, seperti obat TBC, hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.Sejak saat
itulah, dunia farmasi terus berkembang dengan didukung
oleh berbagai penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi.Sekolah-sekolah farmasi saat
ini hampir dijumpai di seluruh dunia.
Kiblat perkembangan ilmu, kalau bolehh kita sebut, memang Amerika Serikat danJerman (karena di
sanalah industri obat pertama berdiri).Dunia Farmasi masa kini telah banyak mengalami perkembangan
yangsangat pesat dengan majunya perkembangan dunia Iptek. Dulu, ketika manusiamulai mengerti dan
mendalami masalah kesehatan, terbentuklah satu profesiyang bertanggung jawab dalam menanggulangi
masalah ini yang sering kitasebut dengan dokter. Kemudian, seiring berjalannya waktu, semakin
banyak permasalah kesehatan yang ditemui. sehingga tak mungkin bagi seorang doktermendalami semua
ilmu terkait bidang kesehatan. Selanjutnya, banyak
terjadi pemekaran bidang ilmu pengetahuan dari bidang kesehatan, salah satunyaadalah ilmu farmasi. Jika
mendengar kata farmasi, maka gambaran yangterbentuk di masyarakat adalah seorang ahli obat-obatan.
"tukang" buat obat- begitulah sebutan yang sering terdengar.Benar memang, farmasi adalah bagian dari
ilmu kesehatan yang mendalamimasalah terkait obat. Dulu, seorang farmasis berorientasi untuk
membuatsediaan (seperti sirup, tablet, kapsul,dan salep) obat sehingga diharapkan
dengan obat tersebut, dapat menyembuhkan penyakit atau paling tidakmegurangi rasa sakit atau
menghambat progresifitas penyakit. Ahli farmasi berlomba-lomba dalam menemukan obat baru atau
memodifikasi obat sehinggadapat memberikan efek penyembuhan yang lebih baik dari obat
lain. Namun ternyata, di lapangan ditemukan banyaknya masalah terkait penggunaan obat. Seorang pasi
en menjadi "lebih sakit" akibat menggunakanobat-obatan tersebut. Kenapa? Banyak hal yang
menyebabkan hal itu. Cipolle,1998- meerangkan dalam bukunya bahwa ada 7 kategor masalah terkait
obat,yaitu membutuhkan tambahan terapi obat, terapi obat yang tidak perlu, terapisalah obat, dosis
terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, reaksi obat yangmerugikan, dan kepatuhan. Hal ini kemudian menjadi
permasalahan yangcukup menarik perhatian di dunia kesehatan. Berangkat dari kejadian-kejadiandi
lapangan seperti di atas, maka sekitar tahun 80-an, konsentrasi farmasi diIndonesia mulai melakukan
pengembangan ke arah patient oriented
atau pelayanan yang berorientasi pada pasien yang ditekuni oleh ahli-ahli bidangfarmasi klinis.
Sebenarnya di USA, farmasi klinis telah menjadi perhatian sejaksekitar tahun 60-an. Namun, di Indonesia
farmasi klinis baru memperlihatkan perkembangan di tahun 2000-
an dengan tercetusnya PP 51 yang memuat peraturan standar pelayanan kefarmasian.Lalu, apa yang
dikerjakan oleh farmasis klinis di lapangan? Ini juga
menjadi pertanyaan pertama saya ketika mendengar istilah farmasi klinis. Contohterdekatnya, selama
ini ketika kita "singgah" ke apotek, kita tak pernah tausiapa apoteker yang bertugas di apotek tersebut.
Sehingga banyak masyarakatyang beranggapan bahwa petugas yang selama ini melayani pembelian
obat diapotek adalah apoteker atau menyamakan antara asisten apoteker denganapoteker. Selama ini,
apoteker tak pernah ada di tempat ketika apotek buka.Setelah PP 51 diberlakukan, apoteker wajib
berada di tempat selama
apotek buka. Lalu, apa gunanya bagi masyarakat ? Nah, jika Anda mengalami sakitringan atau perlu
informasi mengenai obat-obat yang Anda konsumsi, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan
apoteker di apotek Anda. Dengan Andamengetahui informasi seputar obat yang Anda konsumsi, Anda
telahmengurangi resiko terkena masalah terkait obat seperti di atas. Misalnya, ketikaAnda diresepkan
Antibiotik oleh dokter, hal-hal yang harus Anda ketahui
ialah bahwa Antibiotik haruslah diminum dengan waktu yang teratur dan digunakanhingga obat yang
diresepkan habis. Penggunaan antibiotik tidak boleh dibarengidengan antasida (obat mag) dan pemberian
susu dalam waktu yang berdekatan.Apoteker Anda akan menjelaskan hal-hal lain yang perlu Anda
ketahui.Obat akan menyembuhkan penyakit ketika diberikan dengan dosis dan
cara penggunaan yang tepat. Namun jika tidak, obat justru bisa membunuh Andasecara spontan atau
perlahan-lahan.Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembanganteknologi agar mampu
menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratandan sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum
pendidikan bidang farmasi disusunlebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk menunjang keberhasilan
paraanak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.

Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belummerupakan bidang tersendiri
melainkan termasuk dalam bidang MIPA(Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan
kelompok ilmumurni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukandisebut SarjanaFarmasi
melainkan Sarjana Sains.

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam


“informasi jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik
Kimia Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-
obatan, dengan persyaratan : pendidikan SarjanaTeknik Farmasi.

Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi


merupakan bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan,
pengendalian, distribusi dan penggunaan.

Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”,
menyatakan bahwa :

1.

Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu doktermenuliskan resep rasional.
Membanu melihat bahwa obat yang tepat, padawaktu yang tepat, dalam jumlah yang benar, membuat
pasien tahu mengenai
“bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik dengan atau tanpa resep
dokter.

2.

Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam
hal produk/produksi obat yang memiliki kesempatan yang paling besar untukmengikuti perkembangan
terakhir dalam bidang obat, yang dapat melayani
baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang berpengalaman.
3.

Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaanobat yang salah,
penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional.
Sedangkan Herfindal dalam bukunya “Clinical Pharmacy and Therapeutics”(1992) menyatakan bahwa
Pharmacist harus memberikan “TherapeuticJudgement” dari pada hanya
sebagai sumber informasi obat.

Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikanfarmasi, karena pendidikan farmasi
yang semula menjadi bagian dari
MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berk
embang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya Ward
Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).

Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesionallain memerlukan informasi
obat tang seharusnya datang dari para apoteker Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para
dokter bahwa apoteker

merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan


para dokter akan informasi obat Apoteker yang berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan dikatakan b
ahwa dibandingkan dengan apotekeer,medical representatif dari industri farmasi justru lebih merupakan
sumberinformasi obat bagi para dokter.

Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care”


yang membawa para praktisi maupun p
ara “profesor” ke arah “wilayah” pasien.

Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arahakarnya semula yaitu sebagai mitra
dokter dalam pelayanan pada pasien.Apoteker diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber
informasi obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah sakit, diapotek atau
dimanapun apoteker berada.

III.

FARMASI MASA DEPAN


Tidak bisa kita pungkiri bahwa pendidikan tinggi farmasi mengambil peranyang sangat vital dalam
menghasilkan lulusan farmasi yang berkompeten. Halini didasarkan kepada fungsi dan peran perguruan
tinggi sebagai penghasilsumber daya yang berkualitas yang berdasarkan kepada Tri Dharma
perguruantinggi.Untuk mewujudkan hal tersebut, perguruan tinggi farmasi dituntut untukselalu
melakukan perbaikan secara terus-menerus karena secara konseptualilmu kefarmasian akan terus
berkembang dan perkembangan dalam duniakefarmasian harus direspon secara cepat dan aktual.

Komponen utama dalam dunia pendidikan adalah kurikulum. Begitu


juga pendidikan tinggi farmasi. Untuk mendapatkan lulusan yang berkompeten,kurikulum farmasi pun
harus berlandaskan kompetensi dan sesuai dengankebutuhan dunia kerja sehingga lulusan yang dihasilkan
nantinya bisa dijaminkualitasnya. Ini merupakan pekerjaan berat untuk seluruh
stakeholder
, baik itu pemerintah, asosiasi perguruan tinggi farmasi maupun perguruan tinggi farmasiitu
sendiri.Permasalahan kunci hari ini adalah pendidikan tinggi farmasi belum bisamerespon permintaan
dunia kerja dalam menghasilkan sumber daya manusiayang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini disebabkan oleh tidakadanya komunikasi yang berkelanjutkan antara perguruan tinggi sebagai
“produsen” dengan pemberi pekerja sebagai “konsumen”. Perguruan tinggi
farmasi berjalan dengan teori-teori yang notabene
textbook
tidak sejalan denganrealita dunia kerja hari ini. Tak ayal,
miss-link and match
selalu mewarnaihubungan keduanya. Dunia kerja hari ini masih menganggap bahwa
teori perkuliahan adalah sebuah kehidupan maya dan berbeda dengan dunia kerjasebagai sebuah
realita.Untuk itu, ke depannya kurikulum dunia pendidikan tinggi farmasi harusdisesuaikan dengan apa
yang dibutuhkan dunia kerja. Agar sejalan, perluadanya sebuah korelasi antara perguruan tinggi farmasi
dengan pihak yangmembutuhkan sumberdaya yang dihasilkan fakultas farmasi, baik itu
industri, pemerintahan, ataupun dunia usaha.Untuk mewujudkan suatu kurikulum yang sesuai dengan
permintaan duniakerja, perlu sebuah forum bersama antara pelaku dunia kerja sebagai pihak
yangmembutuhan lulusan farmasi yang berkompeten, pemerintah sebagai pengaturregulasi dan pihak
perguruan tinggi sebagai penghasil lulusan.Penting untuk membahas perkembangan baru kefarmasian,
perubahan- perubahan paradigma kefarmasian dan segala sesuatu yang berkaitan dengandunia
kefarmasian sehingga nantinya akan tercipta sesuatu sinergisitas antar semua pihak yang terlibat dalam
dunia kefarmasian tersebut, sehingga peran perguruan tinggi farmasi benar-
benar terlihat sebagai poros depan kemajuandunia farmasi.

BAB IIIPENUTUPI.

KESIMPULAN
1.

Perkembangan ilmu farmasi dari zaman ke zaman bisa di bilang sangat pesat

2.

Pada masa kini farmasi masih kurang di kenal di masyarakat , bahkan peranannya di bidang kesehatan
masih kurang di perhatikan

3.

Perkembangna farmasi masa depan akan lebih baik bila di tunjangdengan bekal pendidikan yang
memadai, untuk itu maka untukmemajukan dunia farmasi harus di mulai dengan membangun
sistem pendidikan farmasi yang berkualitas

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Supratmo, A. 2008. Ilmu Alamiah Dasar . Jakarta:Rineka Cipta.

http://dheelis.wordpress.com/2012/04/30/sejarah-farmasi/

Ansel, H.C., 1995, The Prescription in : Genaro,A.R., (Ed.), Remington The Science andPractice of Pharmacy, Mack
Publising Company.
Ansel, H. C., Popovich,N.G.,Allen, L.V., 1999 , Pharmaceutical Dosage Forms and DrugDelivery Systems, 7th Ed., Williams
& Wilkins, Philadelphia.

Rovers, J.P., Currie, J.D., Hagel, H.P., McDonough, R.P., Sobotka, J.L., 2003, A PracticalGuide to Pharmaceutical Care,
2nd Eddition, AphA, Washington, D.C.

Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, McGrawHill, New york.

Anda mungkin juga menyukai