Anda di halaman 1dari 3

Percobaan kali ini dilakukan ekstraksi simplisia kering daun teh (Camellia sinensis).

Daun the merupakan tanamaan yang dibudidayakan di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain di konsumsi sebagai minuman, the juga dikonsumsi sebagai obat. Menurut penelitian Setiawan (2012), the memiliki khasiat sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi, dan antikanker. Daun the mengandung berbagai senyawa antara lain Falavanols, Flavanol Glukosida, Proantosianidin, Kafein, Saponin, Tanin, Minyak atsiri, Katekin, Vitamin dan lainnya. Senyawa polifenolpada the membantu kerja enzim superoxide dismutase (SOD) yang berfungsi menyingkirkan radikal bebas dalam tubuh. Senyawa katekin dalam the terutama the hijau memiliki banyak manfaat seperi mampu mengurangi risiko kanker, tumor, stroke, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah tekanan darah tinggi, mencegah arthritis, membunuh bakteri dan jamur, membunuh virus influenxa dan menjaga napas dari bau busuk (halitosisi). Katekin juga mampu menangkap radikal bebas lebih efektif daripada vitamin C dan vitamin E, verturut-turut 100 dan 125 kali. Senyawa alkaloid dalam the seperti kafein nerkhasiat memperlancar keluarnya air seni. Sementara itu, mineral penting di dalam the adalah flour yang bagus untuk kesehatan gigi. Vitamin C mampu menurunkan stress dan mencegah flu, vitamin B-kompleks mampu membantu metabolism karbohidrat, dan asam amino mampu menurunkan tekanan darah. Senyawa kumarin memiliki aktivitas antimikroba. Simplisia merupakan . . . . ., simplisia yang digunaka pada percobaan ini adalah simplisia kering. Digunakan simplisia kering dikarenakan tidak memungkinkan mendapatkan bahan dalam bentuk segar sengan cepat, selain itu kandungan yang diinginkan seperti alkaloid masih ditemukan disimplisia kering. Simplisia segar adalaah bagian tumbuhan yang masih segar dan belum mengalami perlakuan apapun, Simplisia seperti ini umum digunakan pada buah, contohnya dalam mengekstraksi buah naga untuk di ketahui sifat antioksidan didalamnya. Metode ekstraksi dibedakan menjadi dua berdasarkan fasenya yaitu ekstraksi padat-cair dna ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair . .. . . . . . Ekstraksi cair-cair . . . . . .. Ekstraksi ini menggunakan simplisia kering sehingga termasuk ektraksi dari fase padat dan didapat hasil ekstrak cair (senyawa yang dan pelarut pembawa). Secara umum cara ekstraksi dibedakan berdasarkan suhu pada proses menjadi cara panas dan cara dingin. Cara panas dibedakan menjadi Destilasi uap, refluks, sokletasi, Digesti, Infundasi, dan Dekok. Cara dingin dibedakan menjadi Maserasi dan perkolasi. Perbedaan pemilihan cara ekstraksi juga dipengaruhi oleh senyawa yang akan diambil, ketahanan terhadap panas atau mudah rusak oleh panas. Contohnya alkaloid diekstraksi dengan cara panas , sedangakn flavonoid diekstraksi dengan cara dingin. Juga dilihat dari segi ekonomis, dipilih metode denagn menggunakan alat yang tersedia dan sederhana, dipilih metode dengan menggunakan pelarut yang minimal namun dapat mengahsilkan ekstrak yang baik, dan pertimbangan lainnya. Dalam ekstraksi menggunakan bahan verupa simplisia, prinsip yang digunakan adalah difusi. Proses ini menggunakan perbedaan konsentrasi antara pelarut dan cairan intrasel dari simplisia. Dimana konsentrasi pelarut lebih tinggi dan konsentrasi intra sel lebih rendah. Difusi terjadi yaitu dengan masuknya cairan pelarut ke dalam sel, sehingga cairan intra sel yang mengandung senyawa atau metabolit sekunder yang diinginkan keluar menuju pelarut. Proses ini berlangsung hingga konsentrasi menjadi seimbang. Saat konsentrasi seimbang, maka berakhir proses ekstraksi. Dengan pemanasan pada beberapa metode, bertujuan mempercepat terjadinya pertukana cairan tersebut. Sokletasi merupakan .. . Sokletasi digunakan untuk bahan yang tak tahan dengan panas langsung. Karena di sokletasi hanay menggunakan uap pelarut untuk mengekstrak bahan. Proses ekstraksi dalam sokletasi ditandai dengan siklus. Keuntungan dari metode ini adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit

dan relative konstan. Digesti merupakan. . . . . . dikarenakan pengadukan yang terus menerus , metode ini umumnya digunakna oleh industry dengan bantuan mesin. Infundasi merupakan . . . . . . Metode ini digunakan pada bagian tanaman yang lunak seperti daun (Infusa daun sirih). Dekok merupakan . . . . . . . Metode ini samahalnya dengan infundasi, namun penggunaaan waktu yang lebih lama, digunakan untuk ekstraksi bagian tumbuhan yang keras seperti biji (dekokta tamarin). Keuntungan dari metode infundasi dan dekok adlah metode ini sederhana dan aplikatif. MAserasi merupaka . . . .. . Prinsip maserasi adalah perendaman dalam pelarut dan dibiarkan selama beberapa hari. Maserasi diebdakan mnjadi 2 yaitu remaserasi dan maserasi kinetic. Remaserasi adlah pengulangan maserasi dengan pergantian pelarut. Sedangkan maserasi kinetic adalh maserasi dengan pengadukan continue, dan tidak melibatkan panas. Lamanya maserasi tergantung seberapa banyak ekstrak yang didapat dan kepekatan dari ekstrak tersebut. Semakin pekat ekstrak maka senyawa yang terkandung didalamnya semakin banyak. Kerugian dari metode ini adalah waktu pengerjaan yang lama dan menggunakan banyak pelarut. Keuntungan metode in adalah kontak pelarut dengan bahan ekstraksi lebih lama dan luas. Perklasi merupakan Perkolasi deilakukan dengan pengaliran pelarut secara continue. Perkolasi terdiri dari 3 tahap yaitu perendaman bahan hingga sel simplisia mengembang menandakan terjadi difusi cairan. Selanjutnya pengaliran pelarut sehingga metode ini memerlukan pelarut lebih banyak karena pelarut harus selalu baru. Dan yang terakhir adalah penyaringan ekstrak dan didapat filtrate yang jernih. Jika filtrate belum jernih maka harus dialkuakn pengulangan pengaliran pelarut. Keugian dari metode ini sleain menggunakan plarut yang banyak juga karenakontak antara bahan ekstraksi dan pelarut kecil. Ekstraksi simplisia kering daun the (Camellia sinensis) dilakukan dengan metode panas yaitu Refluks. Refluks merupakan . . . .. . Pelarut yang digunakan adalah etanol 96 %. Pelarut etanol dibedakan menjadi 3 yaitu etanol dilitus atau diencerkan (70%) , etanol fortiori (95%) dan etanol absolute (96%). Kadar dalam etanol menandakan bahwa pelarut tidak murni menggunakan etanol, tapi campuran denagn pelarut polar lain. Campuran dalam etanol absolute (96%) adalah air. Dikarenakan air merupakan pelarut polar, dan mudah didapat. Seklain itu juga air meningkatkan penetrasi pelarut organic ke sel. Jadi 4 % dari etanol tersebut adalah air. Tidak digunakannya alcohol 100% dikarenakan sifat alcohol yang volatile yaitu mudah menguap. Selanjutnya simplisia yang digunakan sebanyak 70,5 gr ke dalam labu alas bundar dan ditambah pelarut etanol 96 % hingga merendam simplisia (setenagh tinggi labu alas bundar) Selanjutnya labu alas bundar dipasang pada alat refluks yang juga tersambungan dengan kondensor. Kondensor berfungsi sebagai pendingin uap ekstrak menjadi cair sehingga kembali menyatu dengan pelarut. Lamanya proses refluks juga dilihat dari jumlag pelarut yang tertinggal dan kepekatan pelarut yang mengandung metabolit sekunder yang diinginkan. Refluks dilakuakn sebanayk 2 kali masing-masing satu jam. Hasil ekstrak daunthe berwarna hijau kehitaman berbau khas the dan total volume ekstrak adlaah 275 ml. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya: 1. Suhu Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat dengan meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan 2. Ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi. JIka ukuran partikel terlalu kecil, sulit untuk permeasi dan lama waktu yang diperlukan untuk ekstraksi. Jika ukuran partikel terlalu kecil, maka dikhawatirkan lolos dari penyaringan. Umumnya ukuran partikel yang digunakan berkisar antara 30-40 mesh. (Kirk-Othmer, 1998) 3. Faktor solven Pelarut dibedakan menjadi 2 yaitu pelarut ternis dan pro analisis. Pelarut teknis diketahui kadarnya berdasarkan stoikiometri (perhitungan) sederhana. Sedangakan pelarut pro analisis (p.a) diketahui kadarnya dengan pasti karena pabrik yang mengeluarkan pelarut tersebut telah melakukan pengujian stoikiometri dna uji kuantotatif lain serta dilengkapi dengan sertifikat. Solven harus memenuhi criteria sebagai berikut (Perry, 1997): Selektf Ekonimis Aman (tidak merusak senyawa yang diinginkan dan tidak menyebabkan toksik kepada praktikum Mudah diuapkan Daya larut terhadap solute cukup besar

tkan diluen

a solven dengan diluen harus mempunyai perbedaan densitas yang cukup besar ketiga

Selain ketiga factor tadi , factor yg mempengaruhu estraksi adalah proses persiapan simplisia / bahan. Harus diperhatikann proses pemanenan dan proses pengeringan agar bahan yang di gunakan dalam ekstraksi masih memiliki kandunagn senyawa yang diinginkan dalam kadar yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai