Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan hikmah,
hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Pancasila
Sebagai Dasar Negara” ini dapat terselesaikan. Kami juga berterima kasih kepada Ibu
Nufikha Ulfah, M.Pd. yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk
mata kuliah Pancasila ini.

Dalam makalah ini kami akan membahas masalah mengenai “Pancasila Sebagai
Dasar Negara” karena sangat penting untuk kita ketahui apa itu Pancasila dan kami juga akan
membahas lebih detil tentang Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 . Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun
menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Warunggunung, 8 Desember 2022

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945............................3
B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945.......................11
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sansekerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila. Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak jaman nenek moyang
sampai dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara masyarakat
Indonesia dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan bersama tersebut
sifatnya luhur, tidak boleh diganti ataupun diubah. Masyarakat pancasila pulalah yang hendak
kita wujudkan, artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai luhur tersebut.
Untuk mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi norma-
norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh
setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945 sebagai hukum dasar
tertulis di negara kita.

Dengan ditulisnya makalah ini harapan saya dapat sedikit membantu memberikan
gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk mempelajari pancasila yang
benar. Mempelajari pancasila yang benar, yakni yang dapat di pertanggung jawabkan baik
secara yuridis, konstitusional, maupun secara objektif – ilmiah. Secara yuridis –
konstitusional artinya karena pancasila adalah dasar negara yang di pergunakan sebagai dasar
mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan negara. Oleh karena itu setiap orang boleh
memberikan pengertian atau tafsiran menurut pendapat sendiri. Secara objektif – ilmiah
artinya karena pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu philoshofical way of thingking
atau philoshophical system sehingga uraian harus logis dan diterima oleh akal sehat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945?

2. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945

2. Untuk mengetahui penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945


Pancasila adalah sebagai inti Pembukaan UUD 1945, sehingga mempunyai kedudukan
kuat, tetap dan tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
fundamental secara hukum tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR dan DPR.
(Landasan Hukumnya Tap MPRS Nomor XX/MPRS/1966 No Tap MPR No. V/MPR/ 1973
dan TAP MPR No. IX/MPR/1978). Mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan
negara proklamasi. Oleh karena itu, alinea keempat (yang memuat Pancasila) juga bersifat
tetap (tidak dapat diubah), melekat kuat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan tertib hokum Republik
Indonesia, perumusan otentiknya termuat dalam pembukaan yang telah pasti demi kepastian
hukumnya. Oleh karena itu, Pancasila merupakan substitusi esensial Pembukaan UUD 1945.

Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka
Pancasila diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup kenegaraan. Hubungan
Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 adalah bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan
tidak lain adalah sila-sila Pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut antara lain negara
persatuan, negara hendak mewujudkan keadilan seluruh rakyat Indonesia, Negara yang
berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan dan negara berdasar atas
Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab Pancasila
sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia tersebut merupakan norma
dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber hukum sekaligus sebagai
cita hukum (recht-idee), baik tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita-cita ini secara
langsung merupakan cerminan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga
bangsa.

3
Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian, bangsa
perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu pancasila di jadikan
ideologi negara. Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur
yang memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi prolamasi
kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar falsafah negara pancasila, merupakan satu
keasatuan nilai dan norma yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-
pasal dan batang tubuh UUD 1945. hal inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan dihayati
oleh setiap orang Indonesia.

Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi penjelasan. Hal
itulah yang termuat dalam penjelasan otentik UU Indonesiaa. Jadi pancasila adalah jiwa, ini
sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis dapat dikatakan bahwa pokok- pokok pikiran
yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis besar cita- yang terkandung dalam
pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai- nilai pancasila yang
disusun dalam pasal-pasal.

Kedua bagian (kompenan) UUD 1945 tersebutr dijelaskan dalam penjelasan otentik
Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang dasar adalah
hukum dasar yang tertulis. Hal ini mengandung pengertian bahwa sebagai hukum,maka
undang-undang dasar adalah mengikat perintah, mengikat tembaga negara dan lembaga
masyarakat dan juga mengikat semua negara indonesia dimana saja dan setiap penduduk
warga Indonesia dan sebagai hukum, maka undang-undang dasar berisi norma-norma,atura-
aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakandan ditaati.

UUD bukanlah hukum dasar biasa,melainkan hukum dasar yang merupakan sumber
hukum. Setiap produk hukum misalnya undang-undang, peraturan pemerintah atau keputusan
pemerintah, bahkan setiap kebijak sanaan pemerintah haruslah

4
berlandaskan atau bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi,yang pada akhirnya dapat
di pertanggung jawaban pada ketentuan UUD 1945.

Dalam kedudukan yang demikianlah,UUD alam kerangka tata urutan atau tata
tingkatan norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku yang menempati
kedudukan yang tinggi. Sehubungan dengan undang-undang dasar juga berfungsi sebagai alat
control untuk mengecek apakah norma hukum yang redah yang berlaku sesuai atau tidak
dengan ketentuan undang-undang dasar.

Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan undang-
undang dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan
langsung dengan batang tubuh undang-undang dasar 1945 itu sendiri ialah bahwa;
pembukaan undang-undang dasar 1945 mengandung pokok-pokok pikiran itu diciptakan oleh
undang-undang dasar 1945 dalam pasal-pasalnya.

Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan
dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat dasar falsafah
negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. UUD 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran terkandung
dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran: persatuan Indonesia, keadilan sosial,
kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan dan
ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lain
adalah sila dari pancasila, sedangkan pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang
telah mampu memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat
UUD 1945. Semangat dan yang disemangati pada hakikatnya merupakan satu rangkaian
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupkan sumber hukum, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-auran dasar yang timbul dan

5
terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah yang
dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi
kekosongan yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam
Undang-Undang dasar.

UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal Aturan
Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan bersifat
supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan UUD 1945 mengemukakan bahwa telah
cukuplah kalau Undang-Undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok garis-garis besar
sebagai instruksi kepada Pemerintah pusatdan lain-lain penyelengaraan negara untuk
menyelenggarakan kehidupan negara. Undang- Undang dasar yang disingkat itu sangat
menguntungkan bagi negara seperti Indonesia ini yang masih harus terus berkembang secara
dinamis, sehingga dengan aturan-aturan pokok itu akan merupakan aturan yang luwes,
kenyal, tidak mudah ketinggalan zaman, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan
aturan-aturan pokok itu diserahkan kepada Undang-Undang yang lebih mudah caranya
membuat, menubah dan mencabut. Oleh karena itu, makin supel (elastic)

Sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem Undang- Undang
dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan dan dalam hal
hidupnya negara ialah semangat para pemimpin pemerintahan. Yaitu semangat yang dinamis,
positif dan konstuktif seperti yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945.

Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang berfungsi sebagai
dasar negara tercantum dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yang
dengan jelas menyatakan, “…..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdaar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanan dalam

6
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi selutuh
rakyat Indonesia”.

Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI Tahun
1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah sumber dari
segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978). Hal ini
mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, dan Praturan-peraturan Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain,
isi dan tujuan Peraturan Perundang- undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila.

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI


Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan
secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara
formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara
tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya
dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus
dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.

1) Hubungan Secara Formal :

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945,


maka Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan
demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial,
ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religigius dan asas- asas kenegaraan
yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan sebagai
berikut :

7
a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok
kaedah Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum
c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi,
selain sebgai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang
hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-Pasalnya. Karena Pembukaan
UUD 1945 yang intinya adlah Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD
1945, bahkan sebagai sumbernya.
d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai
hakikat,sifat,kedudukan dan fungsi sebagai pokok kaedah negara yang fundamental,
yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara Republik
Indonesia yang di proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada kelangsungan
hidup Negara Republik Indonesia.

8
2) Hubungan secara material :

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang bersifat
formal, sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut:

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD
1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama
adalah dasar filsafat Pncasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada
sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara
Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarta yang di susun oleh panitia 9, sebagai
wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.

9
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada
Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti
secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi sumber
nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara material
yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut
tidak lain adalah Pancasila Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan sumber
bagi batang tubuh UUD NRI Tahun 1945. Hal ini disebabkan karena kedudukan
hukum Pembukaan berbeda dengan pasal-pasal atau batang tubuh UUD NRI Tahun
1945, yaitu bahwa selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
mempunyai kedudukan atau eksistensi sendiri. Akibat hukum dari Pembukaan ini
adalah memperkuat kedudukan Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang
tidak dapat diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara
Republik Indonesia.

Menurut pandangan Kaelan (2000; 92), bilamana proses perumusan Pancasila


dan Pembukaan ditinjau kembali maka secara kronologis materi yang di bahas oleh
BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat pancasila, baru kemudian
pembukaan. Setelah siding pertama selesai, BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat
Negara Pancasila dan berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia
Sembilan yang merupakan wujud pertama Pembukaan UUD NRI tahun 1945.

Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang hirarkis.Undang-


Undang Dasar bukanlah peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada

10
dasar pokok bagi UUD, yaitu Pembukaan sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental yang didalamnya temuat Pancasila. Walaupun UUD itu merupakan
hukum dasar Negara Indonesia yang tertulis atau konstitusi, namun kedududkannnya
bukanlah sebagai landasan hukum yang terpokok.

Menurut teori dan keadaan,sebagaimana ditunjukkan oleh Bakry (2010: 222),


Pokok Kaidah Negar yang Fundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. Pokok
Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif, dengan
kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah. Walaupun demikian,
Pokok Kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu memiliki formulasi yang
tegas dan sebagai hukum positif mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan.

Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini diharapkan tetap
berupa pembukaan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 tidak
dapat diubah, karena menurut Bakry (201: 222), fakta sejarah yang terjadi hanya satu
kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD RI tahun 1945 dapat juga tdak digunakan
sebagai Pokok Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaan yang ada,
sebagaimana perubahan ketatanegaraa yang pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah
UUDS 1950.

Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu
karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas semingga mudah
tidak diketahui atau tidak diiingat. Walaupun demikian, Pokok Kaidah terulis juga
memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat diubah atau dihilangkan oleh kekuasaan karena
bersifat imperative moral dan terdapat dalm jiwa bangsa Indonesianya (Bakry, 2010:
223).

Pokok Kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat, dan
hukum etis. Pokok Kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral negara, yaitu
“Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

11
B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi
suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok
pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena
bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang
bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal
UUD NRI tahun 1945.

Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam batang
tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD NRI
tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun
1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok
pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang
tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi
hukum positif.

Sesuai dengan penjelasan UUD NRI tahun 1945, pembukaan mengandung 4 pokok
pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut
adalah sebagai berikut:

A. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap


Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

B. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”

C. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang


berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”

12
D. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan


diterima dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa
Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham
golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka
persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan
setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan
atau perorangan.

Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945
yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok
pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD
sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama,
yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan
negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem
negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara
yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab
sehingga mengandung maksud menjunjung tinggi

13
hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran
keempat Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry,
2010; 210).

MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak empat kali
secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November
2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang tubuh
UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu;

1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara


2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga
negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial

3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa negara,
lambang negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan
tambahan.

Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh UUD


NRI Tahun 1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam batang
tubuh melalaui pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.

1) Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara


a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang
dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3

ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD ayat (2) :

MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden

ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD

14
2) Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama,
pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
c. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.

3) Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambang negara, dan lagu
kebangsaan.
a. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
b. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika

d. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan
secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara
formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara
tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya
dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus
dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam batang
tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD NRI
tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun
1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok
pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang
tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi
hukum positif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rey Manda Sianipar. 2013. “Pancasila Dalam Batang Tubuh UUD NRI 1945”. Online.
(http://reymandasianipar.blogspot.com/2013/10/pancasila-dalm-batang-tubuh-uud- nri.html?
m=1) Diakses 22 September 2018.

Anak Ciremai. 2016. “Makalah PPKN tentang Hubungan Pancasila”. Online.


(http://www.anakciremai.com/2016/03/makalah-ppkn-tentang-hubungan-
pancasila.html?m=1) Diakses 22 September 2018.

Ria Vinola. 2014. “Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945”. Online.


(http://riaviinola.blogspot.com/2014/09/hubungan-antara-pembukaan-uud-
1945_79.html?m=1) Diakses 22 September 2018.

Bhatara Media. (Tidak ada tahun). “Sebutkan dan Jelaskan Hubungan Antara
Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945”. Online.
(http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-hubungan-antara-
pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945/) Diakses 22 September 2018.

17

Anda mungkin juga menyukai