Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Disusun Oleh :

1. Ismifta Yudhi Ainun B : (P27902123103)


2. Lhasa Iqlima Azami : (P27902123104)

Dosen Pengampu :
Lina Marlina, M.Pd

POLTEKKES KEMENKKES BANTEN


JURUSAN KEBIDANAN RANGKASBITUNG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan
hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang
berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara” ini dapat terselesaikan. Kami juga
berterima kasih kepada Ibu Lina Marlina, M.Pd. yang memberikan tugas ini untuk
pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah Pancasila ini. Dalam makalah ini kami
akan membahas masalah mengenai “Pancasila Sebagai Dasar Negara” karena sangat
penting untuk kita ketahui apa itu Pancasila dan kami juga akan membahas lebih detil
tentang Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 . Kami
menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa tanggal 1 juni diperingati
sebagai hari lahirnya Pancasila. Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak
jaman nenek moyang sampai dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut terdapatlah
perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Kesepakatan bersama tersebut sifatnya kuhur, tidak boleh diganti ataupun
diubah. Masyarakat Pancasila pulalah yang hendak kita wujudkan, artinya suatu
masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai luhur tersebut. Untuk mewujudkan
masyarakat Pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi norma-norma aturan atau
ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap warga negara Indonesia.
Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945

Pancasila adalah sebagai inti Pembukaan UUD 1945, sehingga mempunyai


kedudukan kuat, tetap dan tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara fundamental secara hukum tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR dan DPR.
(Landasan Hukumnya Tap MPRS Nomor XX/MPRS/1966 No Tap MPR No. V/MPR/ 1973
dan TAP MPR No. IX/MPR/1978). Mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan
negara proklamasi. Oleh karena itu, alinea keempat (yang memuat Pancasila) juga bersifat
tetap (tidak dapat diubah), melekat kuat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan tertib hokum Republik Indonesia,
perumusan otentiknya termuat dalam pembukaan yang telah pasti demi kepastian hukumnya.
Oleh karena itu, Pancasila merupakan substitusi esensial Pembukaan UUD 1945. Pancasila
merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka Pancasila
diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup kenegaraan. Hubungan Pancasila dengan
Pembukaan UUD 1945 adalah bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan tidak lain adalah sila-
sila Pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut antara lain negara persatuan, negara hendak
mewujudkan keadilan seluruh rakyat Indonesia, Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar
atas kerakyatan dan permusyawaratan dan negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan
cita-cita hukum bangsa Indonesia tersebut merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan
bernegara dan yang menjadi sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (recht-idee), baik
tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita-cita ini secara langsung merupakan cerminan
kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga bangsa.

Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat


Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian, bangsa
perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu pancasila di jadikan
ideologi negara. Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur
yang memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi prolamasi
kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar falsafah negara pancasila,
merupakan satu keasatuan nilai dan norma yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan dengan
rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945. hal inilah yang harus kita ketahui,
dipahami dan dihayati oleh setiap orang Indonesia.

Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi


penjelasan. Hal itulah yang termuat dalam penjelasan otentik UU Indonesiaa. Jadi pancasila
adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis dapat dikatakan bahwa
pokokpokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis besar cita- yang
terkandung dalam pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilainilai
pancasila yang disusun dalam pasal-pasal.

Kedua bagian (kompenan) UUD 1945 tersebutr dijelaskan dalam penjelasan


otentik Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang dasar
adalah hukum dasar yang tertulis. Hal ini mengandung pengertian bahwa sebagai
hukum,maka undang-undang dasar adalah mengikat perintah, mengikat tembaga negara dan
lembaga masyarakat dan juga mengikat semua negara indonesia dimana saja dan setiap
penduduk warga Indonesia dan sebagai hukum, maka undang-undang dasar berisi norma-
norma,atura-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakandan ditaati.

UUD bukanlah hukum dasar biasa,melainkan hukum dasar yang merupakan


sumber hukum. Setiap produk hukum misalnya undang-undang, peraturan pemerintah atau
keputusan pemerintah, bahkan setiap kebijak sanaan pemerintah haruslah berlandaskan atau
bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi,yang pada akhirnya dapat di pertanggung
jawaban pada ketentuan UUD 1945.

Dalam kedudukan yang demikianlah,UUD alam kerangka tata urutan atau


tata tingkatan norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku yang menempati
kedudukan yang tinggi. Sehubungan dengan undang-undang dasar juga berfungsi sebagai alat
control untuk mengecek apakah norma hukum yang redah yang berlaku sesuai atau tidak
dengan ketentuan undang-undang dasar.

Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan
undang-undang dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar 1945 mempunyai fungsi atau
hubungan langsung dengan batang tubuh undang-undang dasar 1945 itu sendiri ialah bahwa;
pembukaan undang-undang dasar 1945 mengandung pokok-pokok pikiran itu diciptakan oleh
undang-undang dasar 1945 dalam pasal-pasalnya.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila dan dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat
dasar falsafah negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. UUD 1945
terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran
terkandung dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran: persatuan Indonesia,
keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab, yang
tidak lain adalah sila dari pancasila, sedangkan pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai
luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat
dalam perangkat UUD 1945. Semangat dan yang disemangati pada hakikatnya merupakan
satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar,


masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupkan sumber hukum, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-auran dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah yang dimaksudkan dengan
konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi kekosongan yang
timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang
dasar.

UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal
Aturan Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan
bersifat supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan UUD 1945 mengemukakan
bahwa telah cukuplah kalau Undang-Undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok garis-
garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah pusatdan lain-lain penyelengaraan negara
untuk menyelenggarakan kehidupan negara. UndangUndang dasar yang disingkat itu sangat
menguntungkan bagi negara seperti Indonesia ini yang masih harus terus berkembang secara
dinamis, sehingga dengan aturan-aturan pokok itu akan merupakan aturan yang luwes,
kenyal, tidak mudah ketinggalan zaman, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan
aturan-aturan pokok itu diserahkan kepada Undang-Undang yang lebih mudah caranya
membuat, menubah dan mencabut. Oleh karena itu, makin supel (elastic)
Sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem
UndangUndang dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan
dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para pemimpin pemerintahan. Yaitu semangat
yang dinamis, positif dan konstuktif seperti yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945.

Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang berfungsi


sebagai dasar negara tercantum dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945,
yang dengan jelas menyatakan, “…..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdaar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi selutuh rakyat Indonesia”.

Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD


NRI Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah
sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana
tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan Pelaksanaan lainnya yang
dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan
Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan Peraturan Perundangundangan RI tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila.

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD


NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material.
Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya
Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi
dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-
asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam
Pancasila.

1) Hubungan Secara Formal :


Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD
1945, maka Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif.
Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial,
ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religigius dan asasasas kenegaraan
yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan sebagai
berikut :

a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.

b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok kaedah
Negara yang Fundamental dan terhadap tertib hukum

c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi, selain
sebgai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga
berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya
berbeda dengan pasal-Pasalnya. Karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya adlah Pancasila
tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.

d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat,sifat,kedudukan


dan fungsi sebagai pokok kaedah negara yang fundamental, yang menjelmakan dirinya
sebagai dasar kelangsungan hidup negara Republik Indonesia yang di proklamirkan tanggal
17 Agustus 1945.

e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada kelangsungan hidup
Negara Republik Indonesia

2) Hubungan secara material :

Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang


bersifat formal, sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai
berikut:
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan
UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-
tama adalah dasar filsafat Pncasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada
sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara
Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarta yang di susun oleh panitia 9, sebagai
wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945


adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber
pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini
berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi sumber nilai,
sumber materi, sumber bentuk dan sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan


UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental
tersebut tidak lain adalah Pancasila Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan
sumber bagi batang tubuh UUD NRI Tahun 1945. Hal ini disebabkan karena kedudukan
hukum Pembukaan berbeda dengan pasal-pasal atau batang tubuh UUD NRI Tahun 1945,
yaitu bahwa selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 mempunyai
kedudukan atau eksistensi sendiri. Akibat hukum dari Pembukaan ini adalah memperkuat
kedudukan Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat diubah
dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

Menurut pandangan Kaelan (2000; 92), bilamana proses perumusan


Pancasila dan Pembukaan ditinjau kembali maka secara kronologis materi yang di bahas
oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat pancasila, baru kemudian
pembukaan. Setelah siding pertama selesai, BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat
Negara Pancasila dan berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh Panitia
Sembilan yang merupakan wujud pertama Pembukaan UUD NRI tahun 1945.

Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian yang


hirarkis.UndangUndang Dasar bukanlah peraturan hukum yang tertinggi. Di atasnya
masih ada dasar pokok bagi UUD, yaitu Pembukaan sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental yang didalamnya temuat Pancasila. Walaupun UUD itu merupakan hukum
dasar Negara Indonesia yang tertulis atau konstitusi, namun kedududkannnya bukanlah
sebagai landasan hukum yang terpokok.

Menurut teori dan keadaan,sebagaimana ditunjukkan oleh Bakry (2010:


222), Pokok Kaidah Negar yang Fundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. Pokok
Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif, dengan
kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah. Walaupun demikian,
Pokok Kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu memiliki formulasi yang tegas
dan sebagai hukum positif mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan.

Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini diharapkan
tetap berupa pembukaan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 tidak
dapat diubah, karena menurut Bakry (201: 222), fakta sejarah yang terjadi hanya satu kali
tidak dapat diubah. Pembukaan UUD RI tahun 1945 dapat juga tdak digunakan sebagai
Pokok Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana
perubahan ketatanegaraa yang pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS 1950

Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu
karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas semingga mudah
tidak diketahui atau tidak diiingat. Walaupun demikian, Pokok Kaidah terulis juga
memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat diubah atau dihilangkan oleh kekuasaan karena
bersifat imperative moral dan terdapat dalm jiwa bangsa Indonesianya (Bakry, 2010:
223).

Pokok Kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat,
dan hukum etis. Pokok Kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral negara, yaitu
“Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945

Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang


meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-
pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia
karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok
pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh melalui
pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh
UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh
UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya
pokok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke
dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah
menjadi hukum positif.

dengan penjelasan UUD NRI tahun 1945, pembukaan mengandung 4 pokok


pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut
adalah sebagai berikut:

A. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

B. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”

C. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang berkedaulatan
rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”

D. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara


persatuan diterima dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945, yaitu negara yang melindungi
bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham
golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka
persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan
setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan
atau perorangan.

Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui
pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam
UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran
pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial
merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan


bahwa sistem negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat
dan permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara
yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus


mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung
pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil
dan beradab sehingga mengandung maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur
dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry, 2010; 210).

MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak


empat kali secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November
2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang tubuh
UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian, yaitu;

1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara


2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi
warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa
negara, lambang negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan
aturan tambahan.

Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang


Tubuh UUD NRI Tahun 1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila
kedalam batang tubuh melalaui pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945.
1) Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang
dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3
a. ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD
b. ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden
c. ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD
2) Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama,
pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
c. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.

3) Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambang negara, dan lagu
kebangsaan.
a. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
b. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika
d. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD


NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material.
Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya
Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi
dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-
asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam
Pancasila.

Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh
UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh
UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya
popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke
dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah,
menjadi hukum positif.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai