Anda di halaman 1dari 21

PANCASILA

DALAM
Kelompok 7
KONTEKS Laila Nurfadilah 18115103

KETATANEGA Muhammad Yusril R.F 19902411097


Septi Fauzi N 20902411039
RAAN
INDONESIA
Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia

Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar
filsafat negara (pilisophisce gronslag).

sehingga Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia.
Oleh karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum negara baik yang tertulis maupun yang tak tertulis
atau convensi.
Fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum mangandung arti bahwa Pancasila
berkedudukan sebagai:

1) Ideologi hukum Indonesia,

2) Kumpulan nilai-nilai yang harus berada di belakang keseluruhan hukum Indonesia,

3) Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan hukum di Indonesia,

4) Sebagai suatu pernyataan dari nilai kejiwaan dan keinginan bangsa Indonesia, juga dalam
hukumnya. Keberadaan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum kemudian kembali
dipertegas dalam Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum Dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan.
Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan TAP MPR NO
XX/MPRS/1966 TAP MPR NO III/MPR/2000

1. UUD 1945

2. TAP MPR

Pasal 1 TAP MPR itu memuat tiga ayat:

1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan

2. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis

3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
3. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

4. Peraturan Pemerintah

5. Keputusan Presiden

6. Peraturan Daerah

Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pada hakikatnya merupakan
suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib
hukum di Indonesia. Sesuai dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat
dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai sumber hukum positif Indonesia. Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di Indonesia
harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar filsafat Indonesia.
Rumusan UUD 1945 ( tidak di dukung konstitusi negara )

Tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar

1. kehidupan yang demokratis

2. supremasi hukum

3. pemberdayaan rakyat

4. penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah


Peluang bagi berkembangnya praktek penyelengaraan
negara yang tidak sesuai

1. Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada presiden.

2. Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi masyarakat.

3. Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh
proses tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.

4. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru yang berkembang adalah sistem
monopoli dan oligopoli.
Sistem Ketatanegaran RI Berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945

Undang-undang diartikan sebagai : Peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis.
Undang-Undang Dasar adalah kumpulan aturan yang ketentuan dalam suatu kodifikasi mengenai hal-hal mendasar atau pokok
ketatanegaraan suatu Negara diberikan sifat kekal dan luhur, sedangkan untuk merubahnya diperlukan cara yang istimewa serta
lebih berat kalau dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan peraturan perundang-udangan.

UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas;

1. Pembukaan yang terdiri atas 4 alinia

2. Batang tubuh yang berisi Pasal 1 sampai Pasal 37, terdiri dari 16 BAB, 3 peraturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan

3. penjelasan UUD 1945 yang terbagi dalam penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.

Sehingga dengan demikian, baik Pembukaan UUD, batang tubuh dan penjelasan UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh
yang merupakan bagian satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.
U U D PA S C A
AMANDEMEN
UUD SETEL AH
AMANDEMEN
Hubungan UUD dengan Batang Tubuh UUD

Begitu pentingnya pembukaan UUD maka pembukaan tidak bisa diubah, mengubah sama saja
membubarkan negara, sedangkan Batang tubuh bisa diubah (diamandeman). maka dalam hubungannya
dengan Batang Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD 1945 Alinea IV pada kedudukan yang amat
penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi
inti sari Pembukaan dalam arti yang sebenarnya.
Sistematika UUD 1945 yang terdiri dari :
1. Pembukaan
2. Batang Tubuh
3. Penjelasan

Dari sistematika diatas, jelas Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan Lebih tinggi
dibanding Batang tubuh, alasannya dalam Pembukaan terdapat :
1. Dasar Negara (Pancasila)
2. Fungsi Dan Tujuan Bangsa Indonesia
3. Bentuk Negara Indonesia (Republik)
Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD 1945 memenuhi kedudukan
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, alasan:

1. Dibuat oleh pendiri negara (PPKI)


2. Pernyataan lahirnya sebagai bangsa yang mandiri
3. Memuat asas rohani (Pancasila), asas politik negara (republik berkedaulatan
rakyat), dan tujuan negara (jadi negara adil makmur)
4. Memuat ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD
Hubungan UUD Dengan Pancasila

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara tidak hanya pamornya telah meredup, melainkan sudah mengalami
degradasi kredibilitas yang luar biasa sehingga bangsa Indonesia memasuki babak baru pasca jatuhnya pemerintahan
otoritarian laiknya sebuah bangsa yang tanpa roh, cita-cita maupun orentasi ideologis yang dapat mengarahkan perubahan
yang terjadi.

perubahan paling mendasar terhadap UUD 45 adalah bagaimana prinsip kedaulatan rakyat yang pengaturannya
sangat kompleks dalam sistem kehidupan demokrasi dapat dituangkan dalam suatu konstitusi.

Untuk bangkit dari keterpurukan tidak ada pilihan lain bagi bangsa Indonesia, pertama-tama dan terutama harus
kembali kepada Pancasila sebagai falsafah dan ideologi bangsa. Caranya adalah para pemimpin bangsa dan negara tidak
hanya mengucapkan Pancasila dan UUD 45 dalam pidato-pidato, tetapi mempraktekkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
kenegaraan serta kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kesaktian Pancasila bukan hanya diwujudkan dalam bentuk
seremonial, melainkan benar-benar bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi
Kemerdekaan

Proklamasi kita memberikan tahu kepada kita sendiri dan kepada seluruh dunia, bahwa rakyat Indonesia
telah menjadi satu bangsa yang merdeka.

Proklamasi kita adalah sumber kekuatan dan sumber tekad perjuangan kita, Proklamasi kita adalah
ledakan pada saat memuncaknya kracht total semua tenaga-tenaga nasional, badaniah dan batiniah – fisik dan
moril, material dan spiritual. Declaration of independence kita, yaitu terlukis dalam Undang-Undang Dasar 1945
serta Pembukaannya, mengikat bangsa Indonesia kepada beberapa prinsip sendiri, dan memberi tahu Declaration
of independence kita, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Hal ini menunjukkan hubungan antara Proklamasi dengan Pembukaan merupakan
suatu kesatuan yang utuh, dan apa yang terkandung dalam pembukaan adalah
merupakan amanat dari seluruh Rakyat Indonesia takkala mendirikan negara dan untuk
mewujudkan tujuan bersama.
Sangkut-paut antara Proklamasi dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 :

1. kemerdekaan untuk bersatu 8. kemerdekaan yang berkedaulatan rakyat,


kemerdekaan untuk berdaulat, 9. kemerdekaan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. kemerdekaan untuk adil dan makmur, 10. kemerdekaan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
3. kemerdekaan untuk memajukan 11. kemerdekaan yang berdasarkan persatuan Indonesia;
kesejahteraan umum,
12. kemerdekaan yang berdasar kerakyatan yang dipimpin oleh
4. kemerdekaan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa,
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
5. kemerdekaan untuk ketertiban dunia, 13. kemerdekaan yang mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
6. kemerdekaan perdamaian abadi, seluruh rakyat Indonesia,
7. kemerdekaan untuk keadilan sosial,
CONTOH KASUS

Saat ini ada beberapa konvensi ketatanegaraan Indonesia yang masih bertahan salah satunya adalah
pengangkatan pejabat setingkat Menteri setiap 5 tahun sekali. Khusus untuk pengangkatan pejabat
setngkat Menteribahkan sudah diuji konstitusionalitasnya di Mahkamah Konstitusi dengan putusan MK
adalah Konstitusional bersyarat. Hal ini mengindikasikan bahwa MK sejatnya jugamelihat bahwa posisi
konvensi dalam system ketatanegaraan Indonesia masih simpang siur, apakah konstitusional ataukah
inkonsttusional. Oleh karena itulah tindakan pemerintah untuk menormakan segala tradisi
ketatanegaraan dalam norma tertulis sejatnya merupakan upaya untuk menghapus konvensi sebagai
salah satu sumber hukum tata negara Indonesia.
Upacara Bendera Setiap Tanggal 17 Agustus

Pelaksanaan Upacara Bendera setiap tanggal 17 Agustus Upacara bendera setiap tanggal 17
Agustus merupakan agenda rutin ketatanegaraan di seluruh wilayah Indonesia. Pada awalnya
tradisi ini dilandasi oleh konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan di seluruh Indonesia. Namun,
sejalan dengan waktu, tradisi ini diformalkan dalam sejumlah peraturan perundang- undangan.
Formalisasi itu dimulai dari munculnya pasal terkait kewajiban pengibaran bendera merah putih
dalam Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
Merujuk pada Undang-Undang tersebut, Presiden melakukan 2 (dua) kali pidato dalam
satu hari tanggal 16 Agustus. Pidato pertama adalah Pidato Kenegaraan menyambut Hari
Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI dan pidato kedua adalah Pidato Penyampaian RUU
tentang APBN. Pidato Penyampaian RUU APBN dilakukan di hadapan DPR, sedangkan Pidato
Kenegaraan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI dilakukan dalam Sidang
Bersama (joint session) antara DPR dengan DPD. Sidang bersama DPR-DPD diatur dalam
Peraturan Bersama DPR dan DPD yang disahkan pada tanggal 3 Agustus 2010, dan
penyelenggaranya bergantan antara DPR dan DPD. Di Pasal 228 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2014, praktek diatur lebih tegas dan mendetail.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai