Pada materi ini akan dijelaskan tentang makna yang terkandung pada
alinea pembukaan UUD 1945.
Alinea pertama adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau
kemerdekaan semua bangsa dari segala bentuk penjajahan dan
penindasan oleh bangsa lain. Contoh jika Anda sedang berbicara dengan
teman Anda berilah kesempatan kebebasan mereka untuk mengeluarkan
pendapat jangan Anda memaksa kehendak.
Alinea kedua adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan
dan pengakuan azasi ekonomi yang berupa kemakmuran dan
kesejahteraan. Contoh lihatlah di lingkungan sekitar Anda tentang
hubungan antara majikan atau tuan tanah atau pemilik kapal dengan
nelayan atau pekerja.
Alinea ketiga adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang
Maha Esa kepada semua bangsa. Contoh hak untuk memeluk agama,
berbicara dan lain sebagainya.
Alinea keempat adalah memuat tujuan negara. Contoh pak polisi tidak
boleh menangkap seseorang tanpa alasan yang jelas, pemerintah harus
memajukan kesejahteraan umum dan juga kita hendaknya ikut
mewujudkan ketertiban dunia dan lain sebagainya.
http://saifulns.blogspot.com/2012/02/hubungan-pembukaan-uud-dengan-
batang.html
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suasana
kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik
moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-
Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara,
Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka Setiap
produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila
tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD
1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum positif
lainnya.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa dan
negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus
kita wujudkan dan di aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasarakat,
berbangsa dan bernegara.
Dalam kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara sebagai negara republik indonesia,
maka kedudukan pancasila sebagai mana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum indonesia. Dengan demikian seluruh peraturan
perudang- undangan di indonesia harus bersumber pada pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya terkandung asas kerohanian negara atau dasar filsafat negara RI.
Dalam alinia ke empat pembukaan UUD 1945, termuat unsur- unsur yang menurut ilmu hukum
di syaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di indonesia (rechts orde) atau (legai orde) yaitu
suatu kebulatan dan keseluruhan peraturan- peraturan hokum
Dengan di cantumkanya pancasila secara formal didalam pembukaan UUD 1945, maka pancasila
memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif, dengan demikian tata kehidupan
benegara tidak hanya bertopang pada asas- asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam
perpaduanya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya yaitu panduan asas- asas kultural.
Hubungan Kausal Organis Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945
Dalam sistem tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa Pokok Pikiran
itu meliputi suasana kebatinan dari Undang- Undang Dasar Negara Indonesia serta mewujudkan
cita- cita hukum, menguasai hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum dasar tidak tertulis
(convensi), selanjutnya Pokok Pikiran itu di jelmakan dalam pasal- pasal UUD 1945. Maka
dapatlah disimpulkan bahw suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain di jiwai atau bersumber pada
dasar filsafat negara dan fungsi pancasila sebagai dasar negara RI.
Pembukaan UUD 45 mempunyai kedudukan Lebih tinggi dibanding Batang Tubuh, alasannya
Dalam Pembukaan terdapat :
Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans Kelsen dan
Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang bersifat tetap;
sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum dalam negara. Karenanya,
kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan
hanya sekali oleh Pendiri Negara.
Sebagai kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan
jiwa konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya, semua
warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif untuk
melaksanakan dan membudayakannya. Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun
organisasi di dalam negara yang dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini,
apalagi merubahnya.
Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
sehingga Pembukaan UUD 1945 tidak bisa diubah, Pokok kaidah negara yang fundamental
tersebut menurut ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap terletak
pada kalangan tertinggi maka secara hukum tidak dapat diubah. Karena mengubah pembukaan
UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran negara RI, sedangkan Batang Tubuh bisa diubah
(diamandeman)
Dalam sistem tata hukum RI, Pembukaan UUD 45 pada hakikatnya telah memenuhi syarat
sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Pokok kaidah negara yang fundamental dapat
di rinci sebagai berikut :
1. Ditentukan oleh Pendiri Negara (PPKI) dan terjelma dalam suatu pertanyaan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pendiri Negara.
2. Pernyataan Lahirnya sebagai Bangsa yang mandiri
3. Memuat Asas Rohani (Pancasila), Asas Politik Negara (Republik berkedaulatan Rakyat),
dan Tujuan Negara (menjadi Negara Adil Makmur)
4. Memuat Ketentuan yang menetapkan adanya suatu UUD Negara
Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi negara
Proklamasi 17 Agustus 1945 ialah berwujud: Pembukaan UUD Proklamasi 1945. Maknanya,
PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan mengamanatkan bahwa atas nama bangsa
Indonesia kita menegakkan sistem kenegaraan Pancasila UUD 45.
Asas demikian terpancar dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan
UUD 45 sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan
apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan hanya 1 X oleh
pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki legalitas dan otoritas pertama dan
tertinggi (sebagai penyusun yang mengesahkan UUD negara dan lembaga-lembaga negara).
Artinya, mengubah Pembukaan dan atau dasar negara berarti mengubah negara; berarti pula
mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara baru; mengkhianati
negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi apapun yang tidak mengamalkan
dasar negara Pancasila beserta jabarannya di dalam UUD negara, bermakna pula tidak loyal
dan tidak membela dasar negara Pancasila, maka sikap dan tindakan demikian dapat dianggap
sebagai makar (tidak menerima ideologi negara dan UUD negara). Jadi, mereka dapat
dianggap melakukan separatisme ideologi dan atau mengkhianati negara.
http://y0g4ajust.wordpress.com/2009/05/08/pancasila-pembukaan-uud-1945-dan-
batang-tubuh-uud-1945/
Semangat dari UUD 1945 serta yang disemngati yakni pasal pasal UUD 1945
serta penjelasan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian kesatuan yang
bersifat kausal organis. Ketentuan serta semangat yang demikian itulah yang harus
diketahui, dipahami serta dihayati oleh segenap bangsa Indonesia yang mencintai
negaranya.
Rangkaian isi, arti makna yang terkandung dalam masing masing alinea
dalam pembukaan UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dankeadaan
yang berkaitan dengan berdirinya Negara Indonesia melalui pernyataan
Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Adapun rangkaian makna yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
2) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah Negara Indonesia
terwujud.
Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut
ditandai oleh pengertian yang terkandung dalam kalimat, kemudian dari pada itu
pada bagian keempat Pembukaan UUD 1945, sehingga dapatlah ditentukan sfat
hubungan antar masing masing bagian Pembukaan dengan batang tubuh UUD
1945, adalah sebagai berikut:
1) Bagian pertama, kedua dan ketiga pembukaan UUD 1945 merupakan segollongan
pernyataan yang tidak mempunyai hubungan kausal organis dengan batang tubuh
UUD 1945.
Perumusan Masalah
Pembahasan Masalah
http://denyarfen.blogspot.com/2013/04/hubungan-antara-pembukaan-dengan-
batang.html
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN RI
(Pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh
UUD 1945)
Dalam system tertib hukum di Indonesia, UUD 1945 menyatakan bahwa pokok pikiran itu
meliputi suasana kebatinan dari UUD Negara Indonesia serta mewujudkan cita-cita hukum, yang
menguasai hukum dasar tertulis ( UUD ) dan hukum dasar tidak tertulis ( covensi ), selanjutnya
pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945. maka dapatlah disimpulkan bahwa
suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain dijiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara
pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar
Negara republik Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945, mempunyai
fungsihubungan langsung yang bersifat kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945, karena
isi dalam pembukaan dijabarkan kedalam pasal-pasal UUD 1945. maka pembukaan UUD 1945
yang memuat dasar filsafat Negara, dan UUD merupakan satu kesatuan, walaupun dapat
dipisahkan, bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Pembukaan
UUD 1945 yang di dalamnya terkandung pokok-pokok pikiran persatuan Indonesia, keadilan
social, kedaulatan rakyat berdasarkan atas permusyawaratan/perwakilan, serta ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yang inti sarinya merupakan
penjelamaan daridasar filsafat pancasila. Adapun pancasila itu sendiri memancarkan nilai-
nilai luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada UUD 1945.
Semangat dari UUD 1945 serta yang disemangati yakni pasal-pasal UUD 1945 serta
penjelasannya pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang bersifat kausal organis.
Ketentuan serta semangat yang demikian itulah yang harus diketahui, dipahami serta dihayati
oleh segenap bangsa Indonesia yang mencintai negaranya.
Rangkaian isi, arti makna yang terkandung dalam masing-masing alinea dalam pembukaan UUD
1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan berdirinya
Negara Indonesia melalui pernyataan kemerdekaan kebangsaan Indonesia. Adapun rangkaian
makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya Negara, yang merupakan
rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong bagi kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam wujud terbentuknya Negara Indonesia (alinea I, II, dan III
pembukaan).
2. Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah Negara Indonesia terwujud
(alinea IV pembukaan )
Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut ditandai oleh
pengertian yang terkandung dalam anak kalimat, kemudian daripada itu pada bagian keempat
pembukaan UUD 1945, sehingga dapatlah ditentukan sifat hubungan antara masing-masing
bagian pembukaan dengan batang tubuh UUD 1945, adalah sebagai berikut :
1. Bagian pertama, kedua, ketiga pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan pernyataan yang
tidak mempunyai hubungan kausal organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
2. Bagian keempat, pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat kausal organis
dengan Batang Tubuh UUD 1945, yang mencakup beberapa segi sebagai berikut :
b. Yang diatur dalam UUD, adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang
memenuhi berbagai persyaratan dan meliputi segala aspek penyelenggaraan negara.
Atas dasar sifat-sifat tersebut maka dalam hubungannya dengan batang tubuh UUD 1945,
menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan
boleh dikatakan sebenarnya hanya alinea IV pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari
pembukaan dalam arti yang sebenarnya. Hal ini sebagaimana termuat dalam penjelasan resmi
pembukaan dalam berita republik Indonesia tahun II, no. 7, yang hampir keseluruhannya
mengenai bagian keempat pembukaan UUD 1945. ( Pidato Prof. Mr. Dr. Soepomo tanggal 15
juni 1945 di depan rapat Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia )
Pembukaan UUD 1945 bersama-sama UUD 1945 diundangkan dalam berita Republik Indonesia
tahun II No, 7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. inti dari pembukaan UUD 1945,
pada hakikatnya terdapat pada alinea IV. Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan
negara yang berdasarkan pancasila terdapat dalam Pembukaan alinea IV.
Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis pancasila ditetapkan
sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara Pembukaan UUD 1945
adalah bersifat timbal balik sebagai berikut :
a. Hubungan secara formal
Dengan dicantumkannya pancasila secara formal didalam pembukaan UUD 1945, maka
pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi
dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas
kultural, religius dan asas-asas kenegaraanyang unsurnya terdapat dalam pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Bahwa rumusan pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah merupakan pokok kaidah
Negara yang fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam
kedudukan yaitu
a. Sebagai dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak
bagi adanya tertib hukum Indonesia.
b. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.
3. Bahwa negara demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi, selain sebagai
mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan
sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan
pasal-pasalnya. Karena pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah pancasila adalah tidak
tergantung pada Batang Tubuh UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.
4. Bahwa pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan
dan fungsi sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai
dasar kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus
1945.
5. Bahwa pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara
Republik Indonesia.
Dengan demikian pancasila sebagai substansi esensial dari pembukaan dan mendapatkan
kedudukan formal yuridis dalam pembukaan, sehingga baik rumusan maupun yuridiksinya
sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, maka
perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah sama halnya dengan mengubah
secara tidak sah Pembukaan UUD 1945, bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun dan hal ini
sebagaimana ditentukan dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, ( juncto Tap no.
V/MPR/1973).
b. Hubungan secara material
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan pancasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut.
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka
secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat
pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. setelah pada sidang pertama Pembukaan UUD
1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara pancasila berikutnya tersusunlah piagam
Jakarta yang disusun oleh panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan pada pancasila, atau
dengan lain perkataan pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara
material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber
bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan
esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak lain adalah pancasila
( Notonagoro, tanpa tahun:40 )
Sebagaimana telah disebutkan dalam ketetapan MPRS/MPR, bahwa Pembukaan UUD 1945
merupakan satu kesatuan dengan proklamasi 17 Agustus 1945, oleh karena itu antara Pembukaan
dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat dipisahkan. Kebersatuan antara Proklamasi dengan
Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
2. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan
ditetapkannya UUD, Presiden dan Wakil Presiden merupakan realisasi tindak lanjut dari
Proklamasi.
3. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya adalah merupakan suatu pernyataan kemerdekaan
yang lebih rinci dari adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakannya
kemerdekaan, dalam bentuk Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmurdengan berdasarkan asas kerokhanian Pancasila.
Berdasarkan sifat kesatuan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, maka sifat hubungan antara Pembukaan dengan Proklamasi adalah sebagai
berikut :
Penyusunan UUD ini untuk dasar-dasar pembentukan pemerintahan Negara Indonesia dalam
melaksanakan tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ( Tujuan
ke dalam ). Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial ( Tujuan ke luar atau tujuan internasional ).
Proklamasi pada hakikatnya bukanlah merupakan tujuan, melainkan prasyarat untuk tercapainya
tujuan bangsa dan negara, maka proklamasi memiliki dua macam makna sebagai berikut :
1. Prasyaratan bangsa Indonesia baik kepada diri sendiri, maupun kepada dunia
luar, bahwa bangsa Indonesia telah merdeka.
2. Tindakan-tindakan yang segera harus dilakukan berhubungan dengan
persyaratan kemerdekaan tersebut.
Seluruh makna proklamasi tersebut dirinci dan mendapat pertanggungjawaban dalam pembukaan
UUD 1945, sebagai berikut :
1. Bagian pertama proklamasi, mendapatkan penegasan dan penjelasan pada bagian pertama
sampai dengan ketiga pembukaan UUD 1945.
2. Bagian kedua proklamasi, yaitu suatu pemebntukan Negara Republik Indonesia yang
berdasarkan pancasila, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV. Adapun
prinsip-prinsip negara yang terkandung dalam pembukaan tersebut meliputi empat hal:
a. Tujuan negara yang akan dilaksanakan oleh pemerintah negara.
Berpegang pada sifat hubungan antara proklamasi 17 Agustus 1945 dengan pembukaan UUD
1945 yang tidak hanya menjelaskan dan menegaskan akan tetapi juga mempertanggung
jawabkan proklamasi, maka hubungan itu tidak hanya bersifat fungsional korelatif, melainkan
juga bersifat kausal organis.
Hal ini menunjukkan hubungan antara proklamasi dengan pembukaan merupakan suatu kesatuan
yang utuh, dan apa yang terkandung dalam pembukaan adalah merupakan amanat dari seluruh
rakyat Indonesia tatkala mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama. Oleh Karena
itu merupakan suatu tanggung jawab moral bagi seluruh bangsa untuk memelihara dan
merealisasikannya ( Darmodihardjo, 1979:232.233)
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa, antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh
UUD 1945, Pancasila, Proklamasi 17 Agustus 1945, masing-masing mempunyai hubungan baik
itu bersifat kausal orbanis maupun bersifat timbal balik karena di dalamnya masing-masing
mengandung tujuan yang sama sesuai yang tertuang di pembukaan UUD 1945, yakni :
http://agaunpur.wordpress.com/pengetahuan/pancasila/pancasila-dalam-konteks-
ketatanegaraan-ri-pembukaan-uud-1945-dengan-batang-tubuh-uud-1945/
BAB I
Pendahuluan
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan be asila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
2. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
2. Untuk mengetahui penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945
2.
2.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya
adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR
No. IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan
Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan
tujuan Peraturan Perundanga-undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila.
Dalam hubungan yang bersifat formal antara Pancasila dengan Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 dapat ditegaskan bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 alinea keempat. Menurut Kaelan, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental sehingga terhadap tertib
hukum Indonesia mempunyai 2 macam kedudukan, yaitu: 1) sebagai dasarnya,
karena pembukaan itulah yang memberikan factor-faktor mutlak bagi adanya tertib
hukum Indonesia; 2) mmasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai
tertib hukum tertinggi.
Adapun hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara
material menunjuk pada materi pokok atau isi Pembukaan yang tidak lain adalah
Pancasila. Oleh karena kandungan material Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang
demikian itulah maka Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat disebut sebagai Pokok
Kaidah Negara yang Fundamental, sebagaimana dinyatakan oleh Notonagoro,
esensi atau intisari Pokok Kaidah Negara yang Fundamental secara material tidak
lain adalah Pancasila.
Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini diharapkan tetap
berupa pembukaan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 tidak
dapat diubah, karena menurut Bakry (201: 222), fakta sejarah yang terjadi hanya
satu kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD RI tahun 1945 dapat juga tdak
digunakan sebagai Pokok Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaan yang
ada, sebagaimana perubahan ketatanegaraa yang pernah terjadi saat berlakunya
Mukadimah UUDS 1950.
Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu
karena tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas semingga
mudah tidak diketahui atau tidak diiingat. Walaupun demikian, Pokok Kaidah terulis
juga memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat diubah atau dihilangkan oleh kekuasaan
karena bersifat imperative moral dan terdapat dalm jiwa bangsa Indonesianya
(Bakry, 2010: 223).
Pokok Kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat, dan
hukum etis. Pokok Kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral negar, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.2 Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945
Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti
Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI
tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila
tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.
MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak empat kali
secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November
2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang
tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu;
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara,
bahasa negara, lambing negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan
peralihan, dan aturan tambahan.
a. Pasal 1 ayat (3) : Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang
dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
b. Pasal 3
ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan / atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
2. Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara,
agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
d. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
3. Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambing negara,
dan lagu kebangsaan.
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti
Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI
tahun 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila
tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.
http://reymandasianipar.blogspot.com/2013/10/pancasila-dalm-batang-tubuh-uud-
nri.html
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945
atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik
Indonesia saat ini. [1]
UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal
17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli
1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang
mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
Daftar isi
[sembunyikan]
o 2.6 Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)
3 Referensi
4 Pranala luar
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal
Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945 adalah badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang
pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan
gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38
anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang
Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak
kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka naskah
Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus
1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945
dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29
Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia"
karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera.
Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan
UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat
Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi
kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945
dibentuk Kabinet Semi-Presidensial ("Semi-Parlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan perubahan pertama dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 45.
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan
bentuk negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang
masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam
negerinya. Ini merupakan perubahan dari UUD 45 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah
Negara Kesatuan.
Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang sering disebut
Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan
tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau
golongannya. Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang dialami
rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, maka rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950
dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa Pancasila dan
UUD 1945.
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)[sunting |
sunting sumber]
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan konsekuen.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui
sejumlah peraturan:
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh
B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap
UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde
Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga
dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensial.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang
ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat
UUD 1945
http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-
Undang_Dasar_Negara_Republik_Indonesia_Tahun_1945
Batang Tubuh UUD 1945 adalah uraian pasal demi pasal yg mengatur berbagai hal
dalam penjalankan pemerintahan dimana kesemua pasal tsb tidak boleh
bertentangan dengan jiwa Pembukaan UUD 1945.
Dengan kata lain Pembukaan UUD 1945 menyinari semua pasal2 pad batang tubuh
UUD 1945.
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100526005354AArx26T
UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945
Pembukaan
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
inikemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan
yang ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota
negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.
Pasal 3
Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar dari
ada haluan negara.
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA
Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.
Pasal 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang- undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.
Pasal 6
(1) Presiden ialah orang Indonesia asli.
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara
yang terbanyak.
Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya
dapat
dipilih kembali.
Pasal 8
Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya,
ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.
Pasal 9
Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil
Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
"Janji Presiden (WakilPresiden):
"Sayaberjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang
teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."
Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
Pasal 11
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat
perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan
dengan undang-undang.
Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Presiden menerima duta negara lain.
Pasal 14
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
Pasal 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa ,dan lain-lain tanda kehormatan.
BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG
Pasal 16
(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan
usul kepada pemerintah.
BAB V
KEMENTERIAN NEGARA
Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.
BAB VI
PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 18
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar
permusyawaratan
dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat
istimewa.
BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pasal 19
(1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Pasal 20
(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
Pasal 21
(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang.
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disyahkan oleh
Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.
BAB VIII
HAL KEUANGAN
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang. Apabila
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka
pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
(2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil pemeriksaan itu
diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
(1) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan
kehakiman menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.
Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan diperhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang.
BAB X
WARGA NEGARA
Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
BABXI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
BAB XII
PERTAHANAN NEGARA
Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
BAB XIII
PENDIDIKAN
Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang
diatur dengan undang-undang.
Pasal 32
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
BAB XIV
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara.
BAB XV
BENDERA DAN BAHASA
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.
BAB XVI
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
Pasal 37
(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.
ATURAN PERALIHAN
Pasal 1
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengatur dan menyelenggarakan kepindahan
pemerintahan kepada Pemerintah Indonesia .
Pasal II
Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Pasal III
Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
Pasal IV
Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang-Undang Dasar ini, segala kekuasaannya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
ATURAN PERTAMBAHAN
(1) Dalam enam bulan sesudah akhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia
mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.
(2) Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, Majelis itu bersidang
untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.
http://indonesia.ahrchk.net/news/mainfile.php/Constitution/22/