PENDAHULUAN
“Pokok kaidah negara yang fundamental tersebut menurut ilmu hukum mempunyai
hakikat dan kedudukan hukum yang tetap”(Kaelan,2010:153).
Dalam hubungannya dengan batang tubuh UUD 1945, pembukaan
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, tertib hukum tertinggi, pokok kaidah
yang fundamental yang dijabarkan dalam pasal-pasal. Terdapat perbedaan pendapat
mengenai hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Batang tubuh (isi) itu sendiri,
ada yang mengatakan bahwa pembukaan memiliki kedudukan tertinggi sehingga
terpisah dengan pasal-pasalnya. Sedang yang kontra mengatakan bahwa pembukan
UUD 1945 satu kesatuan dengan pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945.
Kedua pendapat ini ditengahi dengan diambil dua keputusan.
1) Memiliki kedudukan kuat dan tidak berubah sebagai pokok kaidah yang
fundamental terlekat pada kehidupan negara.
2) Pembukaan memiliki kududukan yang lebih tinggi dari pasal-pasalnya UUD
1945 sehingga terpisah. “terpisah” dalam hal ini bukan memiliki hubungan,
akan tetapi terdapat hubungan kausal-organis, UUD harus menciptakan pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. “terpisah”
mengandung arti bahwa keduanya memiliki kedudukan yang berbeda.
Kekuatan Pembukaan UUD 1945 sangat tinggi, di mana tidak ada yang
bisa mengubahnya sekalipun penguasa, MPR hasil pemilu. Hal ini dikarenakan
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan sangat tinggi yang hanya bisa diubah
oleh penguasa yang lebih tinggi atau yang memiliki kedudukan yang sama yang
ditegaskan dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1966. Sesuai dengan pasal 3 dan 37
UUD 1945 berkaitan mengenai kewenangan MPR mengubah UUD 1945 hanya
pada pasal-pasalnya saja. dengan demikian, pembukaan UUD 1945 ditinjau dari
hukum tatanegara memiliki kedudukan yang kuat, karena terlekat pada
kelangsungan hidup negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik
Indonesian 17 Agustus 1945
Nilai-nilai fundamental dasar negara digali dari lingkungan negara
Indonesia sehingga pembukaan UUD 1945 menjadi sangat kuat dan penting
keberadaan. Dasar negara sebagai jaminan kelangsungan hidup negara Proklamasi
17 Agustus 1945. Adapun alasan-alasanya adalah sebagai berikut.
1) Menurut tata hukum peraturan hukum hanya dapat di ubah oleh penguasa yang
lebih tinggi kedudukannya atau sama. Dalam hal ini pembentuk negara yang
berperan dalam merumuskan dasar-dasar negara, tujuan, bentuk negara, dan
pancasila. Setela terbentuk sebuah negara, para penguasa menjadi
perlengkapan negara yang kedudukannya lebih rendah dari pembukaan UUD
1945.
2) Pembukaan UUD 1945 sebagai Staatsfundamentalnorm mengandung syarat
mutlak tertib hukum suatu negara, bersifat tetap terlekat pada negara dan tidak
dapat diubah.
3) Identitas negara Indonesia dapat diketahui dari Pembukaan UUD 1945, karena
di dalamnya merupakan pengejawentahan dari Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 mengiringi kelahiran
negara Indonesia yang hanya sekali terjadi Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945
“Pembukaan UUD merupakan “Declaratiom of Independence” atau pernyataan
kemerdekaan yang terperinci dari proklamasi kita itu, artinya: memberikan
penjelasan tentang dasar, maksud, tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia mendirikan
suatu negara merdeka”(Laboratorium Pancasila IKIP Malang,1979:49). Pembukaan
UUD 1945 terdiri atas empat alinea yang memiliki prinsip-prinsip pokok pikiran
yang berbeda, tetapi saling berhubungan.
1) Alinea Pertama
Berbunyi “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena
tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri keadilan”. Kalimat “Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa” mengandung hak
kodrati (hak kemerdekaan) bahwa kemerdekaan adalah hak semua orang,
bukan individu saja (liberal). Hak kodrat adalah hak yang merupakan karunia
Tuhan yang Maha Esa yang melekata pada manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial (asas kerohanian). “Hak kodrat disebut juga dengan hak
kodrat dan hak moral”(Kaelan,2010:163).
Dikarenakan kemerdakaan adalah hak semua bangsa, maka penjajahan
harus dihapuskan karena melanggar peri kemanusian (hakikat manusia) dan
keadilan (hakikat adil) yang menimbulkan wajib kodrat dan wajib moral.
Kemerdekaan bersifat universal, sekaligus sebagai prinsip negara Indonesia
menjalin hubungan dengan negara lain merealisasikan HAM. Dalam alinea
pertama merupakan premis mayor (pernyataan bersifat umum).
2) Alinea Kedua
Alinea kedua sebagai konsekuensi logis dari alinea pertama (hak kodrat
kemerdekaan) dalam bentuk merealisasikan perjuangan dalam suatu cita-cita
bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Setelah
terbentuk negara yang merdeka, yakni negara yang bebas dari campur tangan
negara lain, bangsa Indonesia berusaha mencapai cita-cita bangsa mewujudkan
masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai cita-cita tersebut bangsa
Indonesia yang merdeka, dan bersatu dan berdaulat. Berdaulat adalah berdiri
atas kemampuannya sendiri. Bersatu sangat penting demi terlaksanya cita-cita
bangsa, sangat pentingnya persatuan dalam lingkungan yang majemuk
dikukuhkan dalam pembukaan UUD 1945 dan Berita Republik Indonesia tahun
II No. 7. Konsekuensi dari hak kodrat yang menghasilkann wajib kodrat dan
wajib moral dalam alinea kedua merupakan premis minor (pernyataan khusus).
3) Alinea Ketiga
Pada alinea ketiga menyatakan hubungan pembukaan UUD 1945 dengan
proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan satu kesatuan. Dalam alinea ketiga
terdapat nilai religius, nilai moral, dan pernyataan kembali Proklamasi. Nilai
religius terdapat dalam baris pertama, di dalamnnya mengandung pengertian
bahwa negara Indonesia mengakui nilai-nilai religius dan telah menjadi dasar
negara. Sedangkan pernyataan kembali Proklamasi dimaksudkan sebagai
penegasan dan rincian. Alinea ketiga ini juga memiliki hubungan dengan alinea
pertama dan kedua dalam hal pernyataan kembali ke proklamasi yang tidak
dapat dilepaskan dari alinea sebelumnya. Alinea ketiga merupakan titik
kulminasi, di mana setelah mendapat kemerdekan tidak berhenti begitu saja.
Hal ini direalisasikan dalam alinea keempat, yakni pendirian negara. Dengan
demikkan dapat dikataan bahwa hubungan alinea ketiga dengan alinea
sebulumnya merupakan konklusi (kesimpulan).
4) Alinea Keempat
Alinea keempat merupakan realisasi dari proklamasi, pendirian
pemerintahan negara Indonesia berdasarkan Pancasila. Di mana dalam alinea
keempat terdapat prinsip-prinsip pokok kenegaraan yang berasal dari alinea I,
II, dan III, meliputi.
1) Tujuan negara
Tujuan negara terdapat tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
merupakan hal yang ingin dicapai Indonesia dalam lingkup kehidupan
negara. Sedangkan tujuan khusus adalah hal yang ingin dicapai oleh negara
Indonesia dalam lingkup kehidupan antar bangsa. Tujuan umum meliputi
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
hubungannya dengan politik mengandung pengertian negara hukum formal.
Tujuan umum yang kedua adalah memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, hubungannya dengan politik mengandung
pengertian sebagai negara hukum material.
Sedangkan tujuan khusus dari negara Indonesia adalah ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan prinsip kemerdekaan,
perdamaian dunia serta keadilan sosial. Hal ini yang mendasari politik luar
negeri yang bebas aktif.
2) Ketentuan diadakannya UUD negara
Indonesia merupakan negara hukum yang berlandaskan konstitusional.
Kalimat “... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”, menjadi dasar
yuridis pembentukan UUD 1945. Hal ini juga jelas menunjukkan bahwa
pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada
pasal-pasalnya.
3) Bentuk negara
Bentuk negara Indonesia adalah berkedaulatan rakyat, yang artinya
kekuasan berada ditangan rakyat. Bentuk negara ditegasakan dalam
pembukaan UUD 1945 pada kalimat “...yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat...”. Selain
itu, terdapat dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Dapat
disimpulkan bahwa rakyat memiliki kekuasan tertinggi dalam negara
Indonesia.
4) Dasar filsafat negara
Dasar filsafat negara atau dasar kerohanian negara Indonesia merupakan
dasar yang fundamental yang berisi identitas negara Indonesia yakni
dikenal dengan Pancasila. Sila-sila Pancasila termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea keempat kalimat terakhir. Hal ini salah satu alasan
pembukaan menjadi dasar hukum dan norma tertinggi dalam ilmu hukum
tatanegara Indonesia. Semua peraturan harus berlandaskan pancasila dan
tidak boleh menyalahinya.
Nilai-Nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945
Dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat hukum-hukum dasar, yakni hukum
Tuhan (alinea III), hukum kodrat (alinea I), hukum etis (alinea III), dan hukum
filosofis (alinea IV). Sedangkan pada alinea kedua terdapat cita-cita kemerdekaan.
Berdasarkan kedudukannya, maka urutanya yakni hukum Tuhan, hukum kodrat,
hukum etis (hukum moral), hukum filosof (Pancasila). Semuanya memiliki
hubungan yang sangat erat sebagaimana hubungan antar alinea dalam Pembukaan
UUD 1945. Hukum Tuhan, hukum kodrat, dan hukum etis merupakan sumber
bahan dan sumber nilai dan hukum positif Indonesia. Sedangkan hukum filosof
merupakan kesimpulan dari hukum Tuhan, hukum kodrat, dan hukum etis yang
karenanya dijadikan sebagai dasar negara Indonesia. Hukum filosof merupakan
sumber bentuk dan sifat.
Dalam kaitannya dengan kerangka hukum yang berlaku di Indonesia
memiliki hubungan. Di mana hukum Tuhan, hukum kodrat, hukum etis, dan hukum
filosof dijadikan sebagai sebagai materi, nilai, bentuk dan sifat dari unsur-unsur
nilai-nilai hukum tersebut. Nilai-nilai yang didapat dari hukum-hukum dalam
Pembukaan UUD 1945 kemudian dijabarkan dalam hukum positif dalam bentuk
peraturan-peraturan baru di bawahnya sesuai kebutuhan, kondisi, tempat, dan lain
sebagainya.
Empat pikiran di atas merupakan penjabaran logis dari inti alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 (Pancasila). Pokok-pokok pikiran tersebut memberikan
prinsip bahwa negara Indonesia dalam melaksanakan kehidupannya yang
didasarkan hukum juga harus berlandaskan moralitas, karena pada hakikatnya cita-
cita bangsa untuk mencapai kemanusian yang bermartabat luhur.
2.2 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD
1945
Pembukaan UUD 1945 berisi suasana kebatinan dan cita-cita bangsa yang
kemudian pokok-pokok pikirannya dijabarkan dalam pasal-pasal (Batang Tubuh
UUD 1945) yang berlandaskan dasar filsafat negara yakni Pancasila. Hal ini yang
memberikan identitas bahwa Pancasila sebagai dasar negara, karena menjiwai
pasal-pasal UUD 1945. Dengan demikian Pembukaan UUD 1945 mempunyai
hubungan kausal organis dengan Batang Tubuh UUD 1945 dan merupakan satu
kesatuan. Hubungan kausal organis terlihat pada semangat yang dipancarkan dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berisikan sila-sila Pancasila. Sila-sila
Pancasila memberikan semangat kepada pasal-pasal UUD 1945.
Dalam alinea Pembukaan UUD 1945 terdapat serangkaian peristiwa yang
saling berhubungan. Alinea I, II, dan III merupakan rangkaian peristiwa pendorong
kemerdekaan. Sedangkan alinea IV mengenai penggambaran setelah terwujudnya
negara Indonesia. Oleh karena itu, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan
Batang Tubuh memiliki dua hubungan, yakni.
1) Bagian pertama, kedua, dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan
segolongan dan tidak mempunyai kausal-organis dengan Batang Tubuh.
2) Bagian keempat Pembukaan UUD 1945 memiliki hubungan kausal organis,
yang meliputi beberapa segi: UUD ditentukan akan ada, UUD mengatur
pembentukan pembagian persyaratan dan segala aspek mengenai
penyelenggaraan negara, negara Indonesia berbentuk Republik yang
berkedaulatan rakyat, dan ditetapkannya dasar kerohanian negara (Pancasila).
Oleh karena Pembukaan UUD 1945 alinea keempat memiliki hubungan yang erat
dengan pasal-pasal memiliki kedudukan yang penting bahkan dikatakan bahwa
alinea IV merupakan intisari sebenarnya Pembukaan UUD 1945.
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD
1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-
tama adalah dasar filsafat Pncasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah
pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat
negara Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarata yang di susun oleh panitia
9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber
pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal
ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia
meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara
fundamental tersebut tidak lain adalah pancasila.
1.1 Kesimpulan
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
1) Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan yang sangat tinggi sebagai dasar
nilai dan norma hukum (Staatsfundamentalnorm) karena memenuhi syarat
sebagai tertib hukum. Pembukaan terdiri atas empat alinea yang
menggambarkan suasana kebatinan negara Indonesia dan cita-cita bangsa.
2) Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh (pasal-pasal) UUD 1945
memiliki hubungan yang erat dan merupakan satu kesatuan. Hubungan
keduanya terbagi atas dua macam, yakni alinea I, II, dan III tidak memiliki
hubungan dengan pasal-pasal UUD 1945. Sedangkan alinea IV memiliki
hubungan kausal organis (terdapat dasar filsafat negara).
3) Menetukan dan melahirkan pembukkan UUD 1945 itu harus didasarkan pada
nilai-nilai yang ada didalam pola kehidupan yang bersendikan kepada
pancasila. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai
hubungan yang erat dengan pembukaan UUD 1945 bahwa Pancasila terikat
oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar Negara.
4) Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan Proklamasi
Kemerdekaan adalah satu kesatuan yang utuh dan bulat dan tidak ada yang
boleh memisahkan arti yang ada dalam Pembukaan adalah amanat Proklamasi
Kemerdekaan.
1.2 Saran
Makalah mengenai “Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik
Indonesia” dirasa masih belum sempurna. Masih terdapat kekurangan yang harus
diperbaiki demi menuju kesempurnaan makalah. Dengan adanya saran dan kritik
yang membangun makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dalam masalah-
masalah yang berkenaan dengan ini.
DAFTAR RUJUKAN
Kaelan.2010.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma
Kusnardi, M. dan Saragih.1991.Susunan Pembagian Menurut Sistem UUD
1945.Jakarta:PT. Gramedia
Laboratorium Pancasila.1979.Pokok-Pokok Pembahasan Pancasila (dasar filsafat
Negara Republik Indonesia).Malang:IKIP Malang
Raka,bintang. 2014. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi.
(online).http://kumpulantugassekolahnyarakabintang.blogspot.com/2014/09/
hubungan-pembukaaan-uud-ri-1945-dengan.html. diakses tanggal 19 februari
2015
Riaviinola. 2014. Hubungan UUD 1945 dengan Pancasila. (online)
http://riaviinola.blogspot.com/2014/09/hubungan-antara-pembukaan-uud-
1945_79.html. Diakses tanggal 19 februari 2015
Saleh, Roeslan.1979.Penjabaran Pancasila dan UUD 1945 dalam Perundang-
undangan.Jakarta:Aksara baru