“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.”
Kalimat tersebut antara lain menunjukkan keteguhan dan kuatnya motivasi bangsa
Indonesia untuk melawan penjajahan untuk merdeka, dengan demikian segala bentuk
penjajahan haram hukumnya dan segera harus dienyahkan dari muka bumi ini karena
bertentangan dengan nilai-nilaikemanusian dan keadilan. Di dalam alinea pertama ini
terkandung makna bahwa bangsa Indonesia menjunjungi tinggi kemerdekaan bukan
hanya untuk bangsa Indonesia sendiri, melainkan juga kemerdekaan seluruh bangsa di
dunia. Dari alinea ini juga terlihat bahwa walaupun Indonesia baru memproklamasikan
kemerdekaannya tetapi Indonesia telah mengakui adanya hak asasi manusia (HAM)
yang dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia bahkan sebelum Universal Declaration of
Human Right (UDHR) 10 Desember 1948.
2. Alinea Kedua
Alinea kedua dari Undang-undang Dasar 1945 berbunyi sebagaiberikut:
1) Pembukaan.
2) Pasal-Pasal yang terdiri dari 37 Pasal, ditambah 3 Pasal Aturan Peralihan dan 2
Pasal Aturan Tambahan.
Rangkaian isi, arti, dan makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
melukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan berdirinya
Negara Indonesia melalui pernyataan kemerdekaan kebangsaan Indonesia. Adapun
rangkaian makna yangterkandung dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut.
1) Rangkaian peristiwa yang mendahului terbentuknya negara yang merupakan
rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong bagi
kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud terbentuknya negara Indonesia (
alinea I, II, dan III pembukaan).
2) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara Indonesia
terwujud ( alinea IV pembukaan).
Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut
ditandai oleh pengertian yang terkandung dalam anak kalimat,“Kemudian dari pada itu”
pada bagian keempat Pembukaan UUD 1945, sehingga dapatlah ditemukan sifat
hubungan antara masing-masing bagian Pembukaan UUD 1945, adalah sebagai berikut:
1) Bagian pertama, kedua, dan ketiga Pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan
pernyataan yang tidak mempunyai hubungan kausalorganis dengan batang tubuh
UUD 1945.
2) Bagian keempat Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang kausal
organis dengan batang tubuh UUD 1945, yang mencakup beberapa segi sebagai
berikut :
(a) Undang-undang dasar ditentukan akan ada.
(b) Yang diatur dalam UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara
yang memenuhi berbagai persyaratan dan meliputi segala aspek
penyelenggaraan negara.
(c) Negara Indonesia ialah berbentuk republik yang berkedaulatan rakyat.
(d) Ditetapkannya dasar kerohanian negara (dasar filsafat negara Pancasila).
Atas dasar-dasar sifat tersebut maka dalam hubungannya dengan Batang Tubuh
UUD 1945, menempatkan Pembukaan UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang
amat penting (Kaelan, 2004).
2. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
Pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945, terdapat lima sila Pancasila. Pancasila di
dalam Pembukaan UUD 1945, ditetapkan sebagai dasar negara.Pancasila sebagai dasar
negara pada hakikatnya mengandung pengertian sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan segala aspek
penyelenggaraannegara berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dinyatakan dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 juncto Ketetapan MPR-RINo. V/MPR/1973
dan No. IX/MPR/1978. Kemudian mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum ini dijelaskan kembali dalam Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang
sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan pada Pasal 1 ayat (3)
yang menyatakan bahwa ”sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila.”
Selanjutnya, UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 menyatakan bahwa ”Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum negara”. Kemudian dalam Pasal 2
Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, juga disebutkan “Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum
negara”. Oleh karena itu, materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pembahasan tentang hubungan antara Norma Fundamental Negara
(staatsfundamentalnorm), Pancasila, dan Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara
(Verfassungsnorm), Undang-undang Dasar 1945, dapat dilakukan dengan melihat dan
mencermati rumusan dalam penjelasan
tentang Undang-undang Dasar 1945 angka III yang menyatakan sebagai berikut:
“undang-undang dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam pembukaan di dalam pasal-pasalnya. Pokok- pokok pikiran tersebut
meliputi suasana kebatinan dari undang- undang dasar negara Republik
Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut menciptakan cita-cita hukum
(rechtside) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis
(undang-undang dasar) maupun hukum yang tidak tertulis. Undang-undang
dasar menciptakan pokok-pokok pikiran di dalam pasal-pasalnya.”
Dari perumusan tersebut dapat dilihat bahwa kedudukan dari Pembukaan UUD
1945 adalah lebih utama daripada Batang Tubuh UUD 1945, oleh karena Pembukaan
UUD 1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang tidak lain adalah Pancasila.
Apabila pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 tersebut
mencerminkan Pancasila yang menciptakan pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD
1945, dengan demikian Pancasila merupakan Norma Fundamental Negara
(staatfundamentalnorm) yang menjadi dasar dan sumber bagi Aturan Dasar
Negara/Aturan Pokok Negara (verfassungnorm) yaitu Batang Tubuh UUD 1945
(Indrati, 2007).
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila bersifat timbal-balik
seperti terlihat berikut ini. Pertama, hubungan yang bersifat formal. Dengan
dicantumkan Pancasila secara formal dalam Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila
memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif (Adnan, 2003).
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2) Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah merupakan pokok
kaidah negara yang fundamental dan terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai
dua macam kedudukan yaitu:
(a) Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan
faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukumIndonesia.
(b) Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib hukum
tertinggi.
3) Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan danberfungsi,
selain sebagai mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang
hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Karena pembukaan
UUD 1945 yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung pada batang
tubuh UUD 1945,bahkan sebagai sumbernya.
4) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat,
fungsi dan kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, yang
menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara Republik Indonesia
yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
5) Bahwa Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap, dan tidak dapat diubah dan terlekat pada
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia(Kaelan, 2004).
Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan UUD 1945 mendapat
kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan, sehingga rumusan yuridis sebagai dasar
negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Kedua, hubungan
secara material. Bila ditinjau proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945,
secara kronologis materi yang dibahas pertama oleh BPUPKI adalah dasar filsafat
Pancasila dan kemudian dibahas Pembukaan UUD 1945. Berdasarkan tertib hukum
pembukaan UUD 1945 adalah tertib hukum tertinggi, sedangkan tertib hukum
Indonesia berdasarkan pada Pancasila. Dengan kata lain Pancasila adalah sumber tertib
hukum Indonesia. Hal ini berarti bahwa secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. (Kaelan, 2003).
2. Lembaga Ketatanegaraan
a. MPR
MPR terdiri atas anggota-anggota DPR dan anggota-anggota DPD yang dipilih
melalui Pemilu. Dengan demikian maka seluruh anggota MPR menurut UUD
1945 dipilih melalui Pemilu. MPR sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai
wakil rakyat sesuai dengan UUD 1945 di samping DPR dan Presiden. Hal ini
berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 bahwa baik Presiden maupun MPR
dipilih langsungoleh rakyat (Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 6 ayat UUD 1945).
b. DPR
Hal-hal mengenai DPR diatur dalam Pasal 19, 20, 20A, 21, 22B, 22C, dan dalam
pasal-pasal yang berkaitan dengan kerja-sama dengan Presiden. Anggota DPR
seluruhnya merangkap angota MPR. DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan. DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket,
dan hak menyatakan pendapat. Setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan
pertanyaan, menyampaikan usul, dan pendapat, serta hak imunitas.
c. Presiden
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan peme-rintahan menurut
UUD. Sebagai sesama lembaga dan sesama anggota badan legislatif maka DPR
dan Presiden bersama-sama mempunyai tugas antara lain:
1) Membuat undang-undang (Pasal 5 ayat (1), 20 dan 21), dan menetapkan
undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara (Pasal 23
ayat (1)).
2) Membuat undang-undang berarti menentukan kebijakan politik yang
diselenggarakan oleh presiden (Pemerintah).
3) Menetapkan budget negara pada hakekatnya berarti menetapkan rencana
kerja tahunan DPR melalui anggaran belanja yang telah disetujui dan
mengawasi Pemerintah dengan efektif.
f. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya memegang
kekuasaan kehakiman terlepas dari pengaruh semua lembaga negara.
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang (Pasal 24 A
UUD 1945).
g. Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
dengan keputusan yang bersifat final, menguji undang- undang terhadap
undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara dan
kewenangan yang diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik,
dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (Pasal 24C UUD
1945).
BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
Pasal 28B
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasal 28D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, danmengeluarkan
pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain.
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikirandan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa
pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang- undangan.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang denganmaksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
I. Rangkuman
UUD 1945 adalah konstitusi negara Republik Indonesia yang disahkansebagai undang-
undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum perubahan atau
amandemen atas UUD 1945, yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan
naskah yang terdiri atas 3 bagian yaitu Pembukaan, Batang Tubuh (yang terdiri dari 16
Bab, 37 Pasal, 4 PasalAturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan) dan Penjelasan
UUD 1945(yang terbagi atas Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal demi Pasal). Pada
kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen).
Setelah amandemen, sistematika UUD 1945 mengalami perubahan. Sistematika UUD
1945 setelah amandemen terdiri atas Pembukaan dan Pasal-Pasal (yang terdiri dari 37
Pasal, dan ditambah 3 Pasal Aturan Peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan).