NKRI
19.48 Ahmad Sugiarto No comments
MAKALAH
“PENDIDIKAN PANCASILA”
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN
NKRI
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas hukum, oleh
karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu
sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam kontek ketatanegaraan Republik
Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban,
keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam undang undang dasar negara. Pembukaan undang-
undang dasar 1945 dalam kontek ketatanegaraan, memiliki kedudukan yang sangat penting
merupakan staasfundamentalnom dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara
Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Sistem ketatanegaraan dengan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan dengan
Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang
tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Negara Indonesia dan masyrakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada
Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.
MAKALAH
“ Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia “
Disusun untuk memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen Pengajar : Agus Sutono, S. Fil, M. Phil
Disusun oleh :
Nama : Sri Suparmiatun
Kelas : 1 C
NPM : 11120148
i
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian konstitusi dan hubungannya dengan UUD 1945………………3
2. Makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945…………………..4
A. Kesimpulan……………………………………………………………..17
B. Saran……………………………………………………………………17
Daftar Pustaka…………………………………………………………………18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan berkaitan dengan keberadaan Pancasila
sebagai dasar Negara yang menjadi landasan dalam kehidupan bernegara, yang berarti bahwa
segala macam peraturan perundangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara
Negara tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Membahas Negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan kita meninnjau dan
memahami kembali sejarah perumusan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan
UUD 1945 oleh para pendiri atau pembentuk Negara Indonesia. Negara dan ketatanegaraan
Indonesia harus menempatkan Pancasila sebagai asas kerohanian, artinya jiwa, semangat dan
nilai-nilai Pancasila harus menjadi inti sel yang menjiwai dan meliputi Negara dan
kenegaraan Indonesia.
Pancasila tidak dapat dipisahkan keberadaan dan kebermaknaannya dengan Pembukaan
UUD 1945, karena disamping rumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan, Pancasila
bahkan merupakan substansiisi inti dari Pembukaan UUD 1945 yang merupakan sumber
motivasi, aspirasi, cita hukum dan cita moral dalam kehidupan kebangsaan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian konstitusi dan hubungannya dengan UUD 1945 ?
2. Bagaimana makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ?
3. Sebutkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 ?
4. Bagaimana isi UUD 1945 ?
1
5. Bagaimana hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 ?
6. Bagaimana hubungan antara Pancasila dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 ?
7. Mengapa Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai pokok kaidah fundamental
Negara ?
8. Bagaimana ssistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 ?
9. Siapa sajakah yang termasuk dalam kelembagaan Negara menurut UUD 1945 ?
10. Bagaimana struktur ketatanegaraan RI menurut UUD 1945 setelah di amandemen ?
11. Bagaimana hubungan Negara dengan warga Negara atau penduduk ?
12. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 ?
C. Tujuan
1. Mengetahu pengertian konstitusi dan hubungannya dengan UUD 1945
2. Mengetahui makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
3. Mengetahui pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
4. Mengetahui isi UUD 1945
5. Mengetahui hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
6. Menetahui hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
7. Mengetahui penyebab Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai sebagai pokok
kaidah fundamental Negara
8. Mengetahui system Pemerintahan Negara menurut UUD 1945
9. Mengetahui anggota-anggota kelembagaan Negara menurut UUD 1945
10. Mengetahui struktur ketatanegaraan RI menurut UUD 1945 setelah di amandemen
11. Mengetahui hubungan Negara dan warga Negara atau pendudukan
12. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Konstitusi dan Hubungannya dengan UUD 1945
Konstitusi berasal dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti membentuk. Dalam
bahasa Belanda konstitusi disebut juga Grondwet yang berarti undang-undang yang menjadi
dasar dari segala hukum dalam suatu Negara. Konstitusi dan UUD di Indonesia sering
disejajarkan. UUD 1945, Konstitusi RIS dan UUD 1945 pernah berlaku di Indonesia.
Konstitusi dimaknai dalam arti yang lebih luas dari pada UUD. Konstitusi yang dimaksud
adalah hukum dasar, baik yang tertulis ( UUD ) maupun yang tidak tertulis (konvensi).
Konstitusi dalam arti sempit (formil) adalah UUD, sedangkan konstitusi dalam arti luas
(materiil) adalah semua aturan atau ketentuan baik yang tertulis maupun tidak tertulis,baik
yang berderajat hukum ataupun yang berderajat kebiasaan, asal semua itu mengatur atau
menentukan ketatanegaraannya. UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar, dan
norma sumber dari semua hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia. Berisikan pola dasar
dalam kehidupan bernegara di Indonesia.
Konstitusi (UUD) berisi pembatasan kekuasaan dalam Negara. Pembatasan kekuasaan
tersebut terlihat adanya 3 hal dalam setiap konstitusi, yaitu : (1). Menjamin hak asasi manusia
atau warga Negara; (2). Memuat suatu ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat mendasar;
(3). Mengatur tugas serta wewenang dalam Negara yang juga bersifat mendasar.
UUD 1945 adalah naskah yang terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh (pasal-pasal)
. UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang bersifat mengikat; mengikat pemerintah,
lembaga Negara, dan lembaga masyarakat, juga mengikat setiap warga Negara Indonesia di
mana saja dan setiap penduduk yang ada di wilayah Negara Indonesia.
3
2. Makna yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan
tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber cita hukum dan cita moral yang ingin
ditegakkan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-
bangsa di dunia.
Alenia pertama dari pembukaan UUD 1945 mengungkapkan suatu dalil obyektif.
Bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan oleh karenanya
harus dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak kemerdekaannya
yang merupakan hak asasinya.
Alenia ini juga mengandung pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia
sendiri untuk membebaskan diri dari perjuangan /penjajahan . Tugas dan kewajiban pada
bangsa atau pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang melawan setiap bentuk
penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa.
Alenia kedua dari Pembukaan UUD 1945 berisi harapan oleh para pengantar
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Nilai-
nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk
mewujudkannya.
Alenia ini menunjukkan adanya ketepatan dan ketajaman penilaian :
a) Bahwabperjuangan pergerakan di Indonesiatelah sampai pada tingkat yang menentukan.
b) Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan.
c) Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan
mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
4
Alenia ketiga memuat motivasi spiritual yang luhur serta suatu pengukuhan dari
Proklamasi kemerdekaan. Alenia ini juga menunjukkan pula ketaqwaan Bangsa Indonesia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi keyakinan dan kepercayaan , menjadi motivasi
spirituil bahwa maksud dan tindakan menyatakan kemerdekaan itu berkat Allah Yang Maha
Esa. Bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang berkeseimbangan, keseimbangan
hidup materiil dan spiritual, keseimbngan hidup dunia dan akhirat.
Alenia keempat merumuskan tujuan dan prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan
bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka. Prinsip dasar yang harus dipegang
untuk mencapai tujuan adalah dengan menyusun kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu UUD Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kepada Pancasila.
Alenia ini juga menegaskan bahwa :
a) Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuan yaitu :
1. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social
b) Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat
c) Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
5
3. Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
a) Pokok pikiran pertama
Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian Negara Persatuan, Negara yang melindungi
dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Negara mengatasi segala paham golongan,
mengatasi segala paham perorangan. Rumusan ini berisi pokok pikiran Persatuan, dengan
pengertian yang lazim, Negara, penyelenggara Negara dan setiap warga Negara wajib
mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan.
b) Pokok pikiran kedua
Pokok pikiran Keadilan Sosial, yang berdasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam
kehidupan masyarakat.
c) Pokok pikiran ketiga
Pokok pikiran Kedaulatan rakyat , yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah ditangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
d) Pokok pikiran keempat
Pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Pokok-pokok pikiran itu adalah pancaran dari falsafah Negara Pancasila.
4. Isi UUD 1945
Undang-undang Dasar bukan satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar. UUD “aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun
tidak tertulis. Aturan itu disebut konvensi.
Konvensi tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam UUD, UUD 1945
bersifat singkat, memuat 73 pasal, ditambah dengan tiga pasal Aturan Peralihan dan dua pasal
Aturan Tambahan. Sifat UUD yang singkat itu karena :
1) UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saj, hanya memuat garis-
garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara
menyelenggarakan tugasnya.
6
2) UUD yang singkat itu menguntungkan bagi Negara seperti Indonesia ini, yang masih harus
terus berkembang, harus terus hidup secara dinamis, masih terus mengalami perubahan.
Dengan aturan-aturan pokok itu akan merupakan aturan yang luwes, kenyal, tidak akan
mudah ketinggalan zaman.
Penyelenggara Negara disamping harus mengetahui teks Undang-Undang Dasar 1945, juga
menghayati semangat Undang-Undang Dasar 1945. Dengan semangat penyelenggara yang
baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945, meskipun hanya
singkat akan baik dan sesuai dengan kemampuannya.
Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi 2 bagian :
b) Bagian pertama, adalah Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat alinea, di mana alenia
terakhir memuat Dasar Negara Pancasila.
c) Bagian kedua terdiri dari : Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan tambahan.
Cara dan hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila. Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945
oleh karena itu Pancasila dan Pembukaan yang mempunyai hubungan erat harus dilaksanakan
secara serasi, seimbang, dan selaras.
Sila-sila Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalam pokok-pokok pikiran
Pembukaan.
8
Sedangkan Pembukaan UUD 1945, terutama dalam alenia ketiga memuat pernyataan
kemerdekaan dan alenia keempat memuat tindakan yang harus dilaksanakan setelah adanya
Negara. Letak dan sifat hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17
Agustus 1945 adalah sebagai berikut :
a. Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
b. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia merupakan realisasi dari alenia kedua Proklamasi 17 agustus 1945.
c. Pembukaan UUD 1945 pada hakekatnya merupakan pernyataan kemerdekaan secara
terperinci dengan memuat pokok-pokok pikiran daripadanya adanya cita-cita luhur yang
menjadi semangat pendorong ditegakkannyakemerdekaan dalam bentuk Negara Indonesia
Merdeka berdaulat, bersatu, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sifat hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus
adalah sebagai berikut :
a. Alenia pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945memberi penjelasan terhadap
dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Alenia keempat Pembukaan UUD 1945 memberi pertanggungjawaban terhadap
dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan satu
kesatuan yang bulat. Amanat keramat dari Proklamasi 17 Agustus 1945 terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945. Artinya Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 hanya dapat disusun
dan diselenggarakan berdasarkan Pembukaan UUD 1945, inklusif Pancasila terkandung di
dalamnya.
9
7. Pembukaan UUD 1945 Mempunyai Kedudukan Sebagai Pokok Kaidah Fundamental Negara
Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah
Fundamental daripada Negara Republik Indonesia. Dengan demikian Pembukaan memiliki
kedudukan lebih tinggi dari pasal-pasal UUD 1945. Atau dengan kata lain :
a. Pembukaan merupakan tertib hukum tertinggi dan terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.
b. Pembukaan merupakan Poko Kaidah Fundamental yang menentukan adanya UUD itu.
c. Terbawa oleh kedudukannya sebagai Pokok Kaidah Fundamental, Pembukaan mengandung
pokok-pokok pikiran yang oleh UUD itu.
d. Terbawa oleh kedudukannya sebagai Pokok Kaidah Fundamental, Pembukaaan mengandung
pokok-pokok pikiran yang oleh UUD harus diciptakan atau dituangkan dalam pasal-pasalnya.
10
e. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi.
f. Menteri Negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1)
g. Kekuasaan Kepala Negara tak terbatas
h. Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal 18 ayat
1)
11
Mengangkat dan menerima duta konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR (pasal
13).
Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesty dan abolisi
dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
Presiden member gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan menurut UU (pasal 15).
Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan pertimbangan
kepada Presiden (pasal 16)
Presiden berhak mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu Presiden (pasal 17)
12
e. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU bersifat nasional, tetap, dan mandiri (pasal 22E).
f. Bank Sentral
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, tanggung jawab, dan
indepedensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
13
10. Struktur Ketatanegaraan RI Menurut UUD 1945 (Hasil Amandemen)
MENTERI
14
Sedangkan bagi yang berstatus penduduk, memiliki hak-hak yaitu :
Mendapat kewarganegaraan Indonesia (pasal 26 ayat 1)
Berserikat, berkumpul,dan mengeluarkan pikiran (pasal 28)
Memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2)
15
Keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak terkendali. Keadan ini menghantarkan
tercetusnya Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura yaitu :
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan cabinet dari unsure PKI
3. Turunkan harga atau perbaikan ekonomi
d. Masa Reformasi
Tap MPR RI No. III/MPR/MPR tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. UU
4. Peraturan Pemerintah UU
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila tidak dapat dipisahkan keberadaan dan kebermaknaannya dengan UUD
1945, karena disamping rumusan Pancasila terdapat di dalam Pembukaan. Pancasila bahkan
merupakan substansi isi inti dari Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan cita-cita hukum, motivasi, aspirasi, dan cita moral dalam kehidupan bangsa
Indonesia memuat empat pokok-pokok pikiran, yang disebut Pancasila. Pancasila tidak lain
adalah pembahasan pasal UUD yang merupakan penjabaran atau implementasi konsepsi
pancasila sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar Negara tersebut dijabarkan dalam ketentuan UUD 1945. Oleh
karena itu, bicara Pancasila dalam konteks ketatanegaraan adalah bicara tentang ketentuan-
ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945. Mengharuskan untuk meninjau dan memahami
kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan UUD
1945.
B. Saran
Sebaiknya pemerintah memperbaiki kebijakan tentang system ketatanegaraan
Republik Indonesia. Agar peraturan tidak berdampak negative terhadap bangsa Indonesia.
Setidaknya siswa, mahasiswa, maupun masyarakat luasbisa mengenal dan melaksanakan dan
mematuhi peraturan tentang ketatanegaraan karena peraturan sangat penting untuk
kesejahteraan bangsa Indonesia.
17
Daftar Pustaka
Alhaj,S.Z.S.Pangeran. 2002. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Universitas Terbuka.
Soegito AT dkk. 2000. Pendidikan Pancasila. Semarang : IKIP Semarang Press.
Soegito AT dkk. 2003. Pendidikan Pancasila. Semarang : UNNES Press.
OLEH :
KELOMPOK II
YUSTIKA IKRAM
TAUFIQ KURRAHMAN
NARNI BINTI HASAN
GUSTI AYU WIDYANI
NIGHTIYA NURFAJRIN
ISBUL ANSARI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang penulis peroleh dari buku panduan yang
berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Pancasila dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliah Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila dan ketatanegaraan Republik Indonesia, khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI........................................ 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat benyak
anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap
sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita
meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD
1945 oleh para pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai Pancasila,
pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari
ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan
kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan
begitupun dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia”
A. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :
A. Apa pengertian dari pancasila sebagai konteks ketatanegaraan NKRI?
B. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?
C. Bagaimana UUD 1945 itu ?
D. Apa saja yang terkait dengan Pembukaan UUD 1945?
E. Bagaimanakah sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945?
F. Bagaimanakah kelembagaan negara menurut UUD 1945?
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen kami Raemon, S.Sos,.
M.A. serta menyusun dan menjelaskan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
A. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI
B. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara
C. Mengetahui UUD 1945?
D. Mengetahui apa saja yang terkait dengan pembukaan UUD 1945
E. Menegtahui sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945
F. Mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila adalah dasar falsafat Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945. Oleh sebab itu, setiap warga Indonesia harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya
dalam segala bidang kehidupan. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila, sebaiknya
kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa berikut:
1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas, dasar
atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang
berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara
Indonesia.
3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam
bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni
falsafah bangsa Indonesia.
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu segala aspek
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam suatu sistem perundang-undangan. Dalam
pengertian inilah maka Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau UUD Negara. Pembagian
kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara, keadilan sosial, dan lainnya
diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila
dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.
1. Defenisi UUD/Konstitusi
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah konstitusi dalam pengertian
yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis
“konstituer” yang berarti membentuk, dan diartikan sebagai “pembentuk suatu negara”. Sedangkan Indonesia
menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang mempunyai pengertian
suatu undang-undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah konstitusi dimaknai dalam
arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang
tertulis (UUD) maupun yang tidak tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok
yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan bangun yang disebut
“negara”.
Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci dengan memberi yang sangat sulit untuk diubah dengan
mengeluarkan ketetapan MPR tentang Referendum.
Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam bahasa Indonesia,
diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak ukurnya yaitu cara pembuatan/perubahan dan
kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu konstitusi disebut
luwes apabila pembuatan dan perubahannya sama dengan pembuatan dan perubahan undang-undang biasa.
Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap
mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi tersebut dapat dikatakan bersifat luwes,
dan apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut kaku.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD
'45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.Naskah
UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah
tersebut secara resmi dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari
1946. UUD 1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan
Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak
dapat dipisahkan.
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas :
1. Pembukaan yang terdiri atas 4 alinea,
2. Batang tubuh yang terdiri atas 37 pasal yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat
aturan tambahan
3. Serta penjelasan yang terdiri dari atas penjelasan umum dan penjelasan khusus, yaitu penjelasan pasal demi
pasal.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar, disampingnya masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya memuat garis-gars besar sebagai
instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang masih harus berkembang, harus hidup
secara dinamis, dan masih akan terus mengalami perubahan.
Semangat para penyelenggara negara dalam menyelenggarakan UUD 1945 sangat penting, oleh karena
itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD
1945. Dengan semangat penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam
UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.
“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan Yang
maha dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” merupakan bunyi dari alenia ke empat yang merumuskan
dengan padat sekali tujuan dari prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah
menyatakan dirinya merdeka.
Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-Undang dasar sekaligus
menegaskan :
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu seperti yang tertuang dalam
alenia ke empat tersebut.
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.
5. Hubungan Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan pasal UUD 1945
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat dilihat dari beberapa
aspek sebagai berikut :
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya
negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan
tersebut tidak mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah negara Indonesia terwujud. Pernyataan
tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis dengn Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek
:
UUD itu ditentukan akan ada
Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang memenuhi berbagai
persyaratan
Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)
b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai berikut :
1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam “Pembukaan” itu mengehendaki
persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, UUD
menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-
pasal UUD 1945.
c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara Republik Indonesia,
dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945.
Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh UUD 1945 yang
telah diamandemen adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Dalam UUD 1945
yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden,
tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD
1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan
dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik
Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
(pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah atau berjanji memegang teguh
UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C ayat1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD
(pasal 24C ayat 2).
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1). Namun
dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Presiden memegang
tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk membentuk
suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Preisden .
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu kedudukan menteri
sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara mempunyai
kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu
adalah dimana kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
8. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal 18 ayat
1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah daerah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan popular
disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib
hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.
Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan
dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang tercermin
dalam sila-sila Pancasila. Negara Indonesia dan masyarakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada
Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.
B. Saran
Kepada semua pembaca khususnya mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) atau siapa saja yang
menyempatkan membaca makalah ini bila mendapat kekeliruan terhadap materi kami harap bisa meluruskannya
dan memakluminya. Maka kami banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan memberikan
kritik, saran, dan masukan yang membangun kepada kami.