Anda di halaman 1dari 36

Makalah Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan

NKRI
19.48 Ahmad Sugiarto No comments

MAKALAH
“PENDIDIKAN PANCASILA”
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN
NKRI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan
sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai
dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan
ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan memahami kembali
sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para
pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai
Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus
mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu
pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa
Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun
dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia”

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Apa pengertian dari pancasila sebagai kontek ketatanegaraan NKRI?
2. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?
3. Bagaimana UUD 1945 itu ?
4. Apa saja yang terkait dengan Pembukaan UUD 1945?
5. Bagaimanakah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945?
6. Bagaimanakah sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945?
7. Bagaimanakah kelembagaan negara menurut UUD 1945?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Santoso S.Pd, M.Pd
serta menjelaskan sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :

1. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI


2. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara
3. Mengetahui UUD 1945?
4. Mengetahui apa saja yang terkait dengan pembukaan UUD 1945
5. Mengetahui hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945
6. Menegtahui sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945
7. Mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas hukum, oleh
karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu
sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam kontek ketatanegaraan Republik
Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban,
keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam undang undang dasar negara. Pembukaan undang-
undang dasar 1945 dalam kontek ketatanegaraan, memiliki kedudukan yang sangat penting
merupakan staasfundamentalnom dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara
Indonesia.

2.2 UUD dan Konstitusi serta Fungsinya


Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah konstitusi
dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara harfiah, istilah
konstitusi dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti membentuk , dan diartikan sebagai
“pembentuk suatu negara”. Sedangkan Indonesia menggunakan istilah UUD yang
disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang mempunyai pengertian suatu undang-
undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah konstitusi
dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi yang
dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD) maupun yang tidk tertulis
(convensi). Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok yang fundamental
mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan bangun yang disebut
“negara”.
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari semua
hukum yang belaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam berkehidupan di
Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk dapat mewujudkannya
dengan berbagai cara, oleh karena itu sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik, negara
mempunyai bermacam-macam sifat, seperti memaksa, memonopoli, dan mencakup
semuanya. Dengan sifat memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah
untuk ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan bersama,
sifat memaksa yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas
yang mungkin dapat menyengsarakan rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan
tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan ditetapkan.

2.3 Undang-Undang Dasar 1945


Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan, Batang
Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita Republik
Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945 ditetapkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasannya
merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain
tidak dapat dipisahkan.
Memahami pasal II Aturan Peralihan tersebut, maka secara yuridis jelas bahwa
“Penjelasan” sudah tidak berlaku lagi, dan tidak bisa menjadi bagian dari pengertian UUD
1945. UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum, maka UUD 1945 adalah
mengikat pemerintah, lembaga negara dan lembaga masyarakat, juga mengikat setiap warga
negara Indonesia dimana saja dan setiap penduduk yang berada di wilayah Indonesia. T
dilaksanakan dan ditaati. UUD bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar yang semua
tindakan dan perbuatan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan pada ketentuan-
ketentuan UUD 1945. Dalam kedudukan demikian, UUD dalam kerangka tata urutan atau
tata tingkat norma hukum yang berlaku, merupakan hukum yang menempati kedudukan
tinggi. Dalam hubungan ini, UUD juga berfungsi sebagai alat kontrol atau alat mengecek
norma hukum yang lebih rendah.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar,
disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat, sifat
singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya memuat garis-
gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang masih harus
berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus mengalami perubahan.
Semangat para penyelenggara negara dalm menyelenggarakan UUD 1945 sangat
penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks UUD 1945, juga
harus menghayati semangat UUD 1945. Dengan semangat penyelenggara yang baik,
pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai
dengan maksud ketentuannya.

2.4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


1. Makna pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia
Apabila UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di
Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi
perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita
moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan
pergaulan bangsa-bangsa di Dunia.
2. Makna Alenia-Alenia Pembukaan UUD 1945
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan” merupakan bunyi alenia pertama pembukaan UUD 1945 yang menunjukan
keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah “kemerdekaan
lawan penjajahan”. Alenia ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, karena dalam alinea
pertama terdapat letak moral luhur dari pernyataan Indonesia. Alenia ini juga mengandung
suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari
perjuangan. Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan, karena bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini berarti setiap hal atau sifat yang bertentangan atau
bertentangan dengan pernyataan diatas juga harus secara sadar ditentang oleh Bangsa
Indonesia.
“Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepda saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur” merupakan bunyi
alenia ke dua yang menunjukan kebangsaan dan penghargaan kita atas perjuangan bangsa
Indonesia selama ini. Alenia ini juga menunjukan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian :
1. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan
2. Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan
mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
“Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya” merupakan bunyi dari alenia ke tiga yang menjadi motivasi riil dan
materiil Bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi
keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spiritualnya, karena menyatakan kemerdekaan
itu diberkati oleh Allah SWT, serta menunjukan ketaqwaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa
serta merupakam suatu pengukuhan dari Proklamasi Kemerdekaan.
“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar
Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan Yang maha
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” merupakan bunyi dari
alenia ke empat yang merumuskan dengan padat sekali tujuan dari prinsip-prinsip dasar
untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.
Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-
Undang dasar sekaligus menegaskan :
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu seperti yang
tertuang dalam alenia ke empat tersebut.
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.

3.Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan UUD
1945 itu sendiri, bahwa Pembukaan UUD 1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang
diciptakan dan dijelmakan dalam UUD, yaitu dalam pasal-pasalnya.
Ada 4 pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu :
1. Pokok pikiran pertama menunjukan pokok pikiran persatuan, dengan pengertian yang lazim,
penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara
diatas kepentingan golongan maupun perorangan.
2. Pokok pikiran yang kedua adalah kesadaran bahwa manusia Indonesia memiliki hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial bangsa.
3. Pokok pikiran yang ketiga menyatakan bahwa kedaulatan berad ditangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral Rakyat yang luhur.
4.Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945
Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian yang memiliki kedudukan berbeda, yaitu :
1. Pembukaan UUD yag terdiri dari empat alinea, dimana alinea terakhir memuat Dasar nagara
Pancasila.
2. Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal Aturan Peralihan dan 2
pasal Aturan Tambahan.
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat dilihat
dari beberapa aspek sebagai berikut :
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan yang
mendahului terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang
mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebut tidak mempunyai hubungan
organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah negara Indonesia
terwujud. Pernyataan tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis dengn Pasal-pasal
UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :
 UUD itu ditentukan akan ada
 Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang
memenuhi berbagai persyaratan
 Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
 Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)
b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai
berikut :
1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam “Pembukaan” itu
mengehendaki persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara,
UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah hubungan antara
Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.
c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara Republik
Indonesia, dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada
Pasal-pasal UUD 1945.
5.Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara dan merupakan unsur penentu berlakunya tertib hukum Indonesia. Dengan
demikian Pancasila merupakan inti dari Pembukaan UUD 1945, itu terbukti pada alinea
keempat yang menunjukan bahwa pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat, yang bentuk dan wujudnya tertuang dalam UUD. Pembukaan
maupun pancasila tidak bisa dirubah maupun diganti oleh siapapun, karena merubah ataupun
mengganti berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945 karena Pancasila
merupakan fundamental terbentuknya bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai substansi esensial daripada Pembukaan UUD 1945 adalah sumber
dari segala sumber hukum republik Indonesia. Hal terpenting yang bagi bangsa Indonesia
adalah mewujudkan cita-citanya sesuai dengan Pancasila, artinya cara dan hasilnya tidak
boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sedangkan cita-cita
bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 oleh karena itu Pancasila dan
Pembukaan yang memilki hubungan erat harus dilaksanakan secara serasi, seimbang, dan
selaras.
6.Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
Apabila kita hubungkan antara isi pengertian Pembukaan UUD 1945 dengan
Proklamasi 17 Agustus 1945 maka keduanya memiliki hubungan azasi yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pembukaan UUD 1945, terutama pada alinea ketiga memuat
pernyataan-pernyataan kemerdekaan dan aline keempat memuat memuat tindakan yang harus
dilaksanakan setelah adanya negara.
Dengan demikian dapat ditentukan letak dan sifat hubungan antara Pembukaan UUD
1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai berikut :
1. Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
2. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI merupakan
realisasi dari alinea/bagian kedua Proklamasi 17 Agustua 1945.
3. Pembukaan UUD pada hakekatnya merupakan pernyataan kemerdekaan secara terperinci
dengan memuat pokok-pokok pikiran adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat
pendorong ditegakkannya kemerdekaan Indonesia.
Hal ini berarti antara Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945
merupakan satu kesatuan yang bulat, karena apa yang terkandung didalam Pembukaan UUD
1945 merupakan amanat keramat dari Proklamasi 17 Agustus 1945.
2.5 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945
Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh
UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Dalam
UUD 1945 yang telah diamandemen , MPR tidak mempunyai kewenangan untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat
3). Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN
sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah UUD
(pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik
Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut
:
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah
atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C
ayat 1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Presiden memegang
tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan Presiden diberi kewenangan
untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan
pertimbangan kepada Preisden.
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu kedudukan menteri
sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara mempunyai
kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan kepala negara yang
tidak tak terbatas itu adalah dimana kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden
sangatlah dominan.
8. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal 18 ayat
1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah
daerah.
2.6 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan
suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali daalam lima tahun di ibukota
negara.Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD (pasal 3)

2.Presiden dan Wakil Presiden


Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan
kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan RUU, dan
menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang
masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden adalah :
1. WNI sejak kelahirannya
2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan keajibannya
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya akan diatur
dengan UU (pasal 6).
Kewenangan lain dari presiden selaku kepala negara adalah dimilikinya hal
prerogatif, antara lain :
 Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10)
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi negara
(pasal 11)
 Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU (pasal 12).
 Mengangkut dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR
(pasal 13).
 Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesti dan abolisi
dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
 Presiden memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dan lain-lain menurut UU (pasal 15).
3.Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki fungsi
legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket,
menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta
imunitas (pasal 20).
4.Dewan Perwakila Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi.
DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan RUU
kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya.
5.Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(luberjurdil).
6. Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung
jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
7.Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk ditindklanjuti (pasal 23E).
8.Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan oleh sebuah MA dan badan
peradilan yang berada dibawahnya.
9.Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluruhan martabat serta perilaku hakim.
10.Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang putusannya
bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem ketatanegaraan dengan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan dengan
Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang
tercermin dalam sila-sila Pancasila.
Negara Indonesia dan masyrakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada
Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.
MAKALAH
“ Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia “
Disusun untuk memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen Pengajar : Agus Sutono, S. Fil, M. Phil

Disusun oleh :
Nama : Sri Suparmiatun
Kelas : 1 C
NPM : 11120148

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2011
Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya. Sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk melengkapi nilai
tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta bantuan dari
pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki kekurangan dan kesalahan,
baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah
ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini. Juga
menjadikan pedoman untuk bertindak dan bertingkah laku tidak melanggar UUD yang
berlaku.
Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis,

i
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………i

Daftar Isi…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian konstitusi dan hubungannya dengan UUD 1945………………3
2. Makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945…………………..4

3. Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945……………………...6

4. Isi UUD 1945……………………………………………………………...6

5. Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945………………7

6. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi……………8

7. Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai kaidah Fundamental


Negara……………………………………………………..10

8. Sistem pemerintahan Negara menurut UUD 1945………………………10

9. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945………………………………11

10. Struktur ketatanegaraan menurut UUD 1945 setelah di amandemen……14

11. Hubungan warga Negara dan warga Negara/penduduk…………………14

12. Dinamika pelaksanaan UUD 1945………………………………………15

BAB III PENUTUP…….……………………………………………………...17

A. Kesimpulan……………………………………………………………..17

B. Saran……………………………………………………………………17

Daftar Pustaka…………………………………………………………………18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan berkaitan dengan keberadaan Pancasila
sebagai dasar Negara yang menjadi landasan dalam kehidupan bernegara, yang berarti bahwa
segala macam peraturan perundangan dan kebijakan yang diambil oleh para penyelenggara
Negara tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Membahas Negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan kita meninnjau dan
memahami kembali sejarah perumusan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan
UUD 1945 oleh para pendiri atau pembentuk Negara Indonesia. Negara dan ketatanegaraan
Indonesia harus menempatkan Pancasila sebagai asas kerohanian, artinya jiwa, semangat dan
nilai-nilai Pancasila harus menjadi inti sel yang menjiwai dan meliputi Negara dan
kenegaraan Indonesia.
Pancasila tidak dapat dipisahkan keberadaan dan kebermaknaannya dengan Pembukaan
UUD 1945, karena disamping rumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan, Pancasila
bahkan merupakan substansiisi inti dari Pembukaan UUD 1945 yang merupakan sumber
motivasi, aspirasi, cita hukum dan cita moral dalam kehidupan kebangsaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian konstitusi dan hubungannya dengan UUD 1945 ?
2. Bagaimana makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ?
3. Sebutkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 ?
4. Bagaimana isi UUD 1945 ?

1
5. Bagaimana hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 ?
6. Bagaimana hubungan antara Pancasila dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 ?

7. Mengapa Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai pokok kaidah fundamental
Negara ?
8. Bagaimana ssistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 ?
9. Siapa sajakah yang termasuk dalam kelembagaan Negara menurut UUD 1945 ?
10. Bagaimana struktur ketatanegaraan RI menurut UUD 1945 setelah di amandemen ?
11. Bagaimana hubungan Negara dengan warga Negara atau penduduk ?
12. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD 1945 ?

C. Tujuan
1. Mengetahu pengertian konstitusi dan hubungannya dengan UUD 1945
2. Mengetahui makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
3. Mengetahui pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
4. Mengetahui isi UUD 1945
5. Mengetahui hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
6. Menetahui hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945
7. Mengetahui penyebab Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai sebagai pokok
kaidah fundamental Negara
8. Mengetahui system Pemerintahan Negara menurut UUD 1945
9. Mengetahui anggota-anggota kelembagaan Negara menurut UUD 1945
10. Mengetahui struktur ketatanegaraan RI menurut UUD 1945 setelah di amandemen
11. Mengetahui hubungan Negara dan warga Negara atau pendudukan
12. Mengetahui dinamika pelaksanaan UUD 1945

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Konstitusi dan Hubungannya dengan UUD 1945

Konstitusi berasal dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti membentuk. Dalam
bahasa Belanda konstitusi disebut juga Grondwet yang berarti undang-undang yang menjadi
dasar dari segala hukum dalam suatu Negara. Konstitusi dan UUD di Indonesia sering
disejajarkan. UUD 1945, Konstitusi RIS dan UUD 1945 pernah berlaku di Indonesia.
Konstitusi dimaknai dalam arti yang lebih luas dari pada UUD. Konstitusi yang dimaksud
adalah hukum dasar, baik yang tertulis ( UUD ) maupun yang tidak tertulis (konvensi).
Konstitusi dalam arti sempit (formil) adalah UUD, sedangkan konstitusi dalam arti luas
(materiil) adalah semua aturan atau ketentuan baik yang tertulis maupun tidak tertulis,baik
yang berderajat hukum ataupun yang berderajat kebiasaan, asal semua itu mengatur atau
menentukan ketatanegaraannya. UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar, dan
norma sumber dari semua hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia. Berisikan pola dasar
dalam kehidupan bernegara di Indonesia.
Konstitusi (UUD) berisi pembatasan kekuasaan dalam Negara. Pembatasan kekuasaan
tersebut terlihat adanya 3 hal dalam setiap konstitusi, yaitu : (1). Menjamin hak asasi manusia
atau warga Negara; (2). Memuat suatu ketatanegaraan suatu Negara yang bersifat mendasar;
(3). Mengatur tugas serta wewenang dalam Negara yang juga bersifat mendasar.
UUD 1945 adalah naskah yang terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh (pasal-pasal)
. UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang bersifat mengikat; mengikat pemerintah,
lembaga Negara, dan lembaga masyarakat, juga mengikat setiap warga Negara Indonesia di
mana saja dan setiap penduduk yang ada di wilayah Negara Indonesia.

3
2. Makna yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan
tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber cita hukum dan cita moral yang ingin
ditegakkan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-
bangsa di dunia.
Alenia pertama dari pembukaan UUD 1945 mengungkapkan suatu dalil obyektif.
Bahwa penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan dan oleh karenanya
harus dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat menjalankan hak kemerdekaannya
yang merupakan hak asasinya.
Alenia ini juga mengandung pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia
sendiri untuk membebaskan diri dari perjuangan /penjajahan . Tugas dan kewajiban pada
bangsa atau pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang melawan setiap bentuk
penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa.
Alenia kedua dari Pembukaan UUD 1945 berisi harapan oleh para pengantar
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Nilai-
nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha untuk
mewujudkannya.
Alenia ini menunjukkan adanya ketepatan dan ketajaman penilaian :
a) Bahwabperjuangan pergerakan di Indonesiatelah sampai pada tingkat yang menentukan.
b) Bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan.
c) Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan
mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
4
Alenia ketiga memuat motivasi spiritual yang luhur serta suatu pengukuhan dari
Proklamasi kemerdekaan. Alenia ini juga menunjukkan pula ketaqwaan Bangsa Indonesia
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi keyakinan dan kepercayaan , menjadi motivasi
spirituil bahwa maksud dan tindakan menyatakan kemerdekaan itu berkat Allah Yang Maha
Esa. Bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang berkeseimbangan, keseimbangan
hidup materiil dan spiritual, keseimbngan hidup dunia dan akhirat.
Alenia keempat merumuskan tujuan dan prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan
bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka. Prinsip dasar yang harus dipegang
untuk mencapai tujuan adalah dengan menyusun kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu UUD Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kepada Pancasila.
Alenia ini juga menegaskan bahwa :
a) Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuan yaitu :
1. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social
b) Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat
c) Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

5
3. Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
a) Pokok pikiran pertama
Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian Negara Persatuan, Negara yang melindungi
dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Negara mengatasi segala paham golongan,
mengatasi segala paham perorangan. Rumusan ini berisi pokok pikiran Persatuan, dengan
pengertian yang lazim, Negara, penyelenggara Negara dan setiap warga Negara wajib
mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan ataupun perorangan.
b) Pokok pikiran kedua
Pokok pikiran Keadilan Sosial, yang berdasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam
kehidupan masyarakat.
c) Pokok pikiran ketiga
Pokok pikiran Kedaulatan rakyat , yang menyatakan bahwa kedaulatan adalah ditangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
d) Pokok pikiran keempat
Pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Pokok-pokok pikiran itu adalah pancaran dari falsafah Negara Pancasila.
4. Isi UUD 1945
Undang-undang Dasar bukan satu-satunya atau keseluruhan hukum dasar. UUD “aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun
tidak tertulis. Aturan itu disebut konvensi.
Konvensi tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam UUD, UUD 1945
bersifat singkat, memuat 73 pasal, ditambah dengan tiga pasal Aturan Peralihan dan dua pasal
Aturan Tambahan. Sifat UUD yang singkat itu karena :
1) UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saj, hanya memuat garis-
garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara
menyelenggarakan tugasnya.
6
2) UUD yang singkat itu menguntungkan bagi Negara seperti Indonesia ini, yang masih harus
terus berkembang, harus terus hidup secara dinamis, masih terus mengalami perubahan.
Dengan aturan-aturan pokok itu akan merupakan aturan yang luwes, kenyal, tidak akan
mudah ketinggalan zaman.
Penyelenggara Negara disamping harus mengetahui teks Undang-Undang Dasar 1945, juga
menghayati semangat Undang-Undang Dasar 1945. Dengan semangat penyelenggara yang
baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945, meskipun hanya
singkat akan baik dan sesuai dengan kemampuannya.
Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi 2 bagian :
b) Bagian pertama, adalah Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat alinea, di mana alenia
terakhir memuat Dasar Negara Pancasila.
c) Bagian kedua terdiri dari : Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan tambahan.

5. Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945


Pancasila sebagai asas kerohanian dan dasar filsafat Negara mempunyai fungsi dan
kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pancasila sebagai asas
kerohanian dan dasar filsafat Negara merupakan unsur penentu berlakunya tertib hukum
Indonesia. Pancasila merupakan inti dari Pembukaan UUD 1945. Alenia keempat Pembukaan
UUD 1945 menjelaskan bahwa Pancasila merupakan Dasar Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat, yang bentuk dan wujudnya tertuang dalam UUD.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia , itu berarti bahwa Negara
Indonesia harus didirikan dan dibangun di atas dasar tersebut. Pancasila tidak dapat diubah
dan diganti oleh siapapun MPR hasil pemilihan umum, karena merubah/mengganti berarti
membubarkan Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
7
Dengan dicantumkan Pancasila di dalam Pembukaan UUD 1945, maka pancasila
berkedudukan sebagai norma hukum objektif. Pancasila sebagai substansi esensial daripada
pembukaan UUD 1945 adalahsumber dari segala sumber hukum Republik Indonesia. Maka
dari itu untuk mewujudkan cita-cita harus sesuai dengan Pancasila.

Cara dan hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila. Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945
oleh karena itu Pancasila dan Pembukaan yang mempunyai hubungan erat harus dilaksanakan
secara serasi, seimbang, dan selaras.
Sila-sila Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalam pokok-pokok pikiran
Pembukaan.

Sila-sila Pancasila Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD


1945
1 I (sila ke 3)
2 II (sila ke 5)
3 III (sila ke 4)
4 IV (sila ke 1 dan 2)
5

6. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945


Proklamasi 17 Agustus 1945 memuat dua hal pokok, yaitu :
a. Pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia.
b. Tindakan-tindakan yang harus segera diselenggarakan sehubungan dengan pernyataan
kemerdekaan itu.

8
Sedangkan Pembukaan UUD 1945, terutama dalam alenia ketiga memuat pernyataan
kemerdekaan dan alenia keempat memuat tindakan yang harus dilaksanakan setelah adanya
Negara. Letak dan sifat hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17
Agustus 1945 adalah sebagai berikut :
a. Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
b. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia merupakan realisasi dari alenia kedua Proklamasi 17 agustus 1945.
c. Pembukaan UUD 1945 pada hakekatnya merupakan pernyataan kemerdekaan secara
terperinci dengan memuat pokok-pokok pikiran daripadanya adanya cita-cita luhur yang
menjadi semangat pendorong ditegakkannyakemerdekaan dalam bentuk Negara Indonesia
Merdeka berdaulat, bersatu, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sifat hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus
adalah sebagai berikut :
a. Alenia pertama, kedua dan ketiga Pembukaan UUD 1945memberi penjelasan terhadap
dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945.
b. Alenia keempat Pembukaan UUD 1945 memberi pertanggungjawaban terhadap
dilaksanakannya Proklamasi 17 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan satu
kesatuan yang bulat. Amanat keramat dari Proklamasi 17 Agustus 1945 terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945. Artinya Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 hanya dapat disusun
dan diselenggarakan berdasarkan Pembukaan UUD 1945, inklusif Pancasila terkandung di
dalamnya.

9
7. Pembukaan UUD 1945 Mempunyai Kedudukan Sebagai Pokok Kaidah Fundamental Negara
Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah
Fundamental daripada Negara Republik Indonesia. Dengan demikian Pembukaan memiliki
kedudukan lebih tinggi dari pasal-pasal UUD 1945. Atau dengan kata lain :
a. Pembukaan merupakan tertib hukum tertinggi dan terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.

b. Pembukaan merupakan Poko Kaidah Fundamental yang menentukan adanya UUD itu.
c. Terbawa oleh kedudukannya sebagai Pokok Kaidah Fundamental, Pembukaan mengandung
pokok-pokok pikiran yang oleh UUD itu.
d. Terbawa oleh kedudukannya sebagai Pokok Kaidah Fundamental, Pembukaaan mengandung
pokok-pokok pikiran yang oleh UUD harus diciptakan atau dituangkan dalam pasal-pasalnya.

8. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945


Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 yang telah diamndemen sangat
berbeda dengan system yang dianut sebelum amandemen. Secara garis besar gambaran
tentang system pemerintahan Negara yang dianut oleh UUD 1945 yang telah diamandemen
adalah sebagai berikut :
a. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945 (pasal 1 ayat 2)
b. Sistem Konstitusional
c. Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 ayat 3)
d. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (pasal 4 ayat 1)

10
e. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan Negara yang tertinggi.
f. Menteri Negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1)
g. Kekuasaan Kepala Negara tak terbatas
h. Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal 18 ayat
1)

9. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945


a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
Tugasnya melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum TAP MPRS
dan MPR untuk diambil keputusan pada sidang MPR Tahun 2003 (pasal I AT).
b. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk
menjalankan UU (pasal 5). Syarat menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden adalah WNI
sejak kelahirannya, tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah mengkhianati Negara, dan mampu secara rohani dan jasmani untuk
melakukan kewajibannya, sedang syarat-syarat yang lain diatur dengan UU (pasal 6).
Hak dan Kewenangan dari Presiden selaku kepala Negara adalah dimilikinya hal
prerogative, antara lain :
Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10).
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain dengan
persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi Negara
(pasal 11).
Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU (pasal 12).

11
Mengangkat dan menerima duta konsul dengan memperhatikan pertimbangan DPR (pasal
13).
Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesty dan abolisi
dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
Presiden member gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan menurut UU (pasal 15).
Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan pertimbangan
kepada Presiden (pasal 16)
Presiden berhak mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu Presiden (pasal 17)

c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


DPR memegang kekuasaan membentuk UU, dan setiap RUU dibahas oleh DPR dan
Presiden secara bersama-sama dan selanjutnya disahkan oleh Presiden. DPR mempunyai
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan, dan untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi,
angket, menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul, dan pendapat
serta imunitas (pasal 20).

d. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat-daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat-daerah, serta member pertimbangan atas RUU APBN yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama (pasal 22D). DPD dapat melakukan pengawasan terhadap UU
yang usulan dan pembahasannya dimiliki oleh DPD.

12
e. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU bersifat nasional, tetap, dan mandiri (pasal 22E).
f. Bank Sentral
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, tanggung jawab, dan
indepedensinya diatur dengan UU (pasal 23D).

g. Badan Pengawas Keuangan (BPK)


Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan
diresmikan oleh Presiden, sedangkan pimpinan BPK dipilih oleh anggota (pasal 23F).

h. Mahkamah Agung (MA)


MA berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah UU terhadap UU. Ketua dan Wakil MA dipilih oleh Hakim Agung (pasal
24A).

i. Komisi Yudisial (KY)


KY berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang
lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. Anggota komisi yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Ptresiden dengan
persetujuan DPR (pasal 24B).

j. Mahkamah Konstitusi (MK)


MK berkewajiban member keputusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil menurut UUD. Mk mempunyai 9 anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan Presiden yang masing-masing 3 orang diajukan oleh MA, DPR,
dan Presiden.

13
10. Struktur Ketatanegaraan RI Menurut UUD 1945 (Hasil Amandemen)

BADAN LEGISLATIF BADAN EKSEKUTIF BADAN


YUDIKATIF
MPR DPR DPD PRESIDEN BANK BPK MA MK
WAPRES CENTRAL KOMYUD
WANTIM

MENTERI

11. Hubungan Negara dan Warga Negara/ Penduduk


Warga Negara Indonesia adalah orang-orang Indonesia asli dsn bangsa lain yang
memenuhi syarat menurut UU.
Hak-hak warga Negara Indonesia :
 Kesamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1)
 Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 27 ayat 2)
 Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28D ayat 3)
 Hak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara (pasal 30 ayat 1)
 Hak mendapat pembiayaan untuk mengikuti pendidikan dasar (pasal 31 ayat 2)
 Hak dipelihara oleh Negara bagi fakir miskin (pasal 34 ayat 1)
 Hak mendapat jaminan social dan pemberdayaan (pasal 34 ayat 2)
 Hak menggunakan fasilitasumum dan pelayanan umum (pasal 34 ayat 3)
Kewajiban-kewajiban warga Negara Indonesia :
 Menjunjung hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1)
 Ikut serta dalam upaya pembelaan Negara (pasal 27 ayat 3)
 Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara (pasal 30 ayat 1)
 Mengikuti pendidikan dasar (pasal 31 ayat 2)

14
Sedangkan bagi yang berstatus penduduk, memiliki hak-hak yaitu :
 Mendapat kewarganegaraan Indonesia (pasal 26 ayat 1)
 Berserikat, berkumpul,dan mengeluarkan pikiran (pasal 28)
 Memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2)

12. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945


Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional, serta
memilih Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 18 Agustus 1945.
a. Masa Awal Kemerdakaan
Pada masa ini berkembang dua macam pemerintah, yaitu sentral dan local.
 Pemerintahan Republik Indonesia mempertahankan hak dan kedaulatannya atas seluruh bekas
wilayah Hindia Belanda, baik terhadap dunia internasionalberdasarkan hak mutlak setiap
bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri.
 Pemerintah Nederlanshe, suatu persekutuan hukum otonom dalam ikatan Negara Koninkrijk
der Nederlander yang kedaulatannya atas wilayah Hindia Belanda diakui secara de jure oleh
dunia Internasional berdasarkan traktat-traktat dan perjanjian-perjanjian internasional yang
lain berusaha menguasai kembali.

b. Masa Orde Lama


Orde lama ditandai dengan berbagai penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Kegagalan Konstituante dalam merumuskan UUD baru dan ketidakmampuan menembus
jalan buntu kembali ke UUD 1945, telah mendorong Presiden Soekarno untuk
mengeluarkan”Dekrit Presiden” pada tanggal 5 Juli 1945.

15
Keadaan ekonomi dan keamanan makin tidak terkendali. Keadan ini menghantarkan
tercetusnya Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura yaitu :
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan cabinet dari unsure PKI
3. Turunkan harga atau perbaikan ekonomi

c. Masa Orde baru


Masa ini ditandai dengan keinginan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945secara murni
dan konsekuen. Orde baru lahir sebagai jawaban ata krisis yang dialami bangsa Indonesia
yang bertekad untuk :
1. Menegakkan atau tidak ingin mengubah Pancasila dan UUD 1945
2. Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
3. Mengisi kemerdekaan dan pembangunan

d. Masa Reformasi
Tap MPR RI No. III/MPR/MPR tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. UU
4. Peraturan Pemerintah UU
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila tidak dapat dipisahkan keberadaan dan kebermaknaannya dengan UUD
1945, karena disamping rumusan Pancasila terdapat di dalam Pembukaan. Pancasila bahkan
merupakan substansi isi inti dari Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan cita-cita hukum, motivasi, aspirasi, dan cita moral dalam kehidupan bangsa
Indonesia memuat empat pokok-pokok pikiran, yang disebut Pancasila. Pancasila tidak lain
adalah pembahasan pasal UUD yang merupakan penjabaran atau implementasi konsepsi
pancasila sebagai dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar Negara tersebut dijabarkan dalam ketentuan UUD 1945. Oleh
karena itu, bicara Pancasila dalam konteks ketatanegaraan adalah bicara tentang ketentuan-
ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945. Mengharuskan untuk meninjau dan memahami
kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD 1945, dan UUD
1945.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah memperbaiki kebijakan tentang system ketatanegaraan
Republik Indonesia. Agar peraturan tidak berdampak negative terhadap bangsa Indonesia.
Setidaknya siswa, mahasiswa, maupun masyarakat luasbisa mengenal dan melaksanakan dan
mematuhi peraturan tentang ketatanegaraan karena peraturan sangat penting untuk
kesejahteraan bangsa Indonesia.

17
Daftar Pustaka
Alhaj,S.Z.S.Pangeran. 2002. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Universitas Terbuka.
Soegito AT dkk. 2000. Pendidikan Pancasila. Semarang : IKIP Semarang Press.
Soegito AT dkk. 2003. Pendidikan Pancasila. Semarang : UNNES Press.

“PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK


INDONESIA”

OLEH :
KELOMPOK II

DWI RIS AYUNINGSIH HARIS

YUSTIKA IKRAM
TAUFIQ KURRAHMAN
NARNI BINTI HASAN
GUSTI AYU WIDYANI
NIGHTIYA NURFAJRIN
ISBUL ANSARI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرح من الر حيم‬


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Pancasila Raemon, S.Sos., M.A.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi yang penulis peroleh dari buku panduan yang
berkaitan dengan Pancasila, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Pancasila dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliah Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini
dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila dan ketatanegaraan Republik Indonesia, khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Kendari, 19 November 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI........................................ 3

B. UUD/Konstitusi, Kedudukan, Sifat Serta Fungsinya........................... 4


C. Undang-Undang Dasar 1945.............................................................. 7
D. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945........................................... 8
E. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945.............................. 12
F. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945.......................................... 13
BAB III PENUTUP............................................................................................... 16
A. Kesimpulan........................................................................................ 16
B. Saran.................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur
ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat benyak
anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap
sila Pancasila. Padahal jika membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita
meninjau dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan UUD
1945 oleh para pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai Pancasila,
pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari
ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan
kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan
begitupun dengan bangsanya sendiri.

Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia”

A. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :
A. Apa pengertian dari pancasila sebagai konteks ketatanegaraan NKRI?
B. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?
C. Bagaimana UUD 1945 itu ?
D. Apa saja yang terkait dengan Pembukaan UUD 1945?
E. Bagaimanakah sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945?
F. Bagaimanakah kelembagaan negara menurut UUD 1945?

B. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen kami Raemon, S.Sos,.
M.A. serta menyusun dan menjelaskan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
A. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI
B. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara
C. Mengetahui UUD 1945?
D. Mengetahui apa saja yang terkait dengan pembukaan UUD 1945
E. Menegtahui sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945
F. Mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila dalam Konteks Ketatangeraan RI


Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan popular
disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib
hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.

Pancasila adalah dasar falsafat Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945. Oleh sebab itu, setiap warga Indonesia harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya
dalam segala bidang kehidupan. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang arti kata Pancasila, sebaiknya
kita membaca beberapa pengertian Pancasila menurut para tokoh pendiri bangsa berikut:

1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas, dasar
atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang
berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara
Indonesia.
3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya terpendam
bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni
falsafah bangsa Indonesia.

Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu segala aspek
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam suatu sistem perundang-undangan. Dalam
pengertian inilah maka Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atau UUD Negara. Pembagian
kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi Negara, hak dan kewajiban warga Negara, keadilan sosial, dan lainnya
diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila
dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.

A. Defenisi UUD/Konstitusi, Kedudukan UUD 1945, Sifat Serta Fungsinya

1. Defenisi UUD/Konstitusi
Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah konstitusi dalam pengertian
yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis
“konstituer” yang berarti membentuk, dan diartikan sebagai “pembentuk suatu negara”. Sedangkan Indonesia
menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang mempunyai pengertian
suatu undang-undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah konstitusi dimaknai dalam
arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang
tertulis (UUD) maupun yang tidak tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok
yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan bangun yang disebut
“negara”.

2. Kedudukan UUD 1945


Undang-Undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan structural dalam
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai landasan structural dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara yang berisi aturan atau ketentuan pokok ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu, yaitu untuk menjamin
suatu system atau bentuk Negara serta cara penyelenggaraannya beserta hak-hak dan kewajiban rakyatnya
maka UUD harus merupakan hukum Negara tertinggi.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang memuat pancasila sebagai dasar Negara,
tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan
staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang fundamental), dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di
Negara Indonesia.

3. Sifat UUD 1945


UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari semua hukum yang
berlaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam berkehidupan di Indonesia. Negara dengan
segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu
sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik, negara mempunyai bermacam-macam sifat, seperti memaksa,
memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik
secara sah untuk ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan bersama, sifat
memaksa yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas yang mungkin dapat
menyengsarakan rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan
ditetapkan.
Dalam teori konstitusi (UUD) dikenal sifat dari UUD yaitu luwes atau (fleksibel) atau kaku (rigid),
tertulis dan tidak tertulis. Untuk menentukan apakah setiap UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran sebagai
berikut:
1. Cara mengubah konstitusi
Ada dua cara mengubah UUD, pertama, UUD diubah dengan cara prosedur yang biasa, sebagaiman
mengubah dan membuat UU biasa. dalam hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (fleksibel). Seperti konstitusi
inggris. Kedua, perubahan UUD yang memerlukan prosedur istimewa, maka sifat UUD itu adalah kaku (rigid).

Seperti orde baru telah menjadi sakral atau suci dengan memberi yang sangat sulit untuk diubah dengan
mengeluarkan ketetapan MPR tentang Referendum.

2. Tertulis dan tidak tertulis


Suatu konstitusi disebut tertulis apabila iya tertulis dalam suatu naskah atau beberapa naskah. Sedangkan
suatu konstitusi disebut tidak tertulis, karena ketentuan-ketentuan yang mengatur suatu pemerintahan tidak
tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal dalam konvensi-konvensi atau UU biasa.

Dalam teori hukum, sifat konstitusi dibedakan atas fleksibel dan rigid, yang dalam bahasa Indonesia,
diterjemahkan dengan luwes dan kaku. Ada dua kriteria tolak ukurnya yaitu cara pembuatan/perubahan dan
kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman (Kusnardi, dan Ibrahim, 1983:75). Suatu konstitusi disebut
luwes apabila pembuatan dan perubahannya sama dengan pembuatan dan perubahan undang-undang biasa.
Kriteria kedua dilihat dari kemampuan dalam mengikuti perkembangan zaman. Apabila konstitusi masih tetap
mampu menampung dinamika perkembangan masyarakat, konstitusi tersebut dapat dikatakan bersifat luwes,
dan apabila sebaliknya maka konstitusi tersebut disebut kaku.

4. Fungsi UUD 1945


Sebagaimana fungsi konstitusi pada umumnya, fungsi Undang-Undang Dasar 1945 pada umumnya
dapat disebutkan antara lain: membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang, untuk
melindungi hak asasi manusia, dan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintahan
berjalan dengan tertib dan lancar. Di samping itu, apabila dilihat dari substansi materi, Undang-Undang Dasar
1945 mengatur kehidupan nasional yang meliputi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
dapat dibedakan atas:
1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan system pemerintahan Negara, di dalamnya termasuk pengaturan
system pemerintahan Negara, didalamnya termasuk pengaturan system tentang kedudukan, wewenang, dan
saling hubungan antara kelembagaan Negara.
2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga Negara dan penduduknya serta berbagi
konsepsi berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, social budaya, dan hokum.

C. Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD 1945 atau UUD
'45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.Naskah
UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah
tersebut secara resmi dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari
1946. UUD 1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh, dan
Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak
dapat dipisahkan.
Yang dimaksud dengan UUD 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas :
1. Pembukaan yang terdiri atas 4 alinea,
2. Batang tubuh yang terdiri atas 37 pasal yang dikelompokkan dalam 16 bab, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat
aturan tambahan
3. Serta penjelasan yang terdiri dari atas penjelasan umum dan penjelasan khusus, yaitu penjelasan pasal demi
pasal.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar, disampingnya masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya memuat garis-gars besar sebagai
instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang masih harus berkembang, harus hidup
secara dinamis, dan masih akan terus mengalami perubahan.

Semangat para penyelenggara negara dalam menyelenggarakan UUD 1945 sangat penting, oleh karena
itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD
1945. Dengan semangat penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam
UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.

D. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


1. Makna pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia
Apabila UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia, maka
Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia,
yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional,
maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di Dunia.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah yang menjadi landasan dan peraturan hukum
yang tertinggi bagi hukum-hukum lainnya, termasuk hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar yang tidak
tertulis (konvensi). Pokok-pokok kaidah Negara fundamental itu terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu
sbb:
1. Dasar-dasar pembentukan Negara
a. Tujuan Negara, yang menyatakan Negara Indonesia mempunyai fungsi dan tujuan.
b. Asas politik Negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa Negara Indonesia yang berbentuk Republic dan
berkedaulatan Rakyat
c. Asas Kerohanian Negara, yaitu dasar falsafah Negara pancasila yang meliputi hidup kenegaraan dan tertib
hokum Indonesia.
2. Ketentuan diadakannya UUD Negara
Ketentuan ini dapat terlihat kalam kalimat, “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam
suatu UUD Negara Indonesia

2. Makna Alenia-Alenia Pembukaan UUD 1945


“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan” merupakan bunyi
alenia pertama pembukaan UUD 1945 yang menunjukan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia
menghadapi masalah “kemerdekaan lawan penjajahan”. Alenia ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, karena
dalam alinea pertama terdapat letak moral luhur dari pernyataan Indonesia. Alenia ini juga mengandung suatu
pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari perjuangan. Alasan bangsa
Indonesia menentang penjajahan, karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini berarti
setiap hal atau sifat yang bertentangan atau bertentangan dengan pernyataan diatas juga harus secara sadar
ditentang oleh Bangsa Indonesia.
“Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat
sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur” merupakan bunyi alenia ke dua yang menunjukan kebangsaan dan
penghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Alenia ini juga menunjukan adanya ketetapan
dan ketajaman penilaian :
1. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan
2. Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
“Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” merupakan bunyi
dari alenia ke tiga yang menjadi motivasi riil dan materiil Bangsa Indonesia untuk menyatakan
kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spiritualnya, karena
menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah SWT, serta menunjukan ketaqwaan tehadap Tuhan Yang
Maha Esa serta merupakam suatu pengukuhan dari Proklamasi Kemerdekaan.

“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan Yang
maha dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” merupakan bunyi dari alenia ke empat yang merumuskan
dengan padat sekali tujuan dari prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia setelah
menyatakan dirinya merdeka.
Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-Undang dasar sekaligus
menegaskan :
1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu seperti yang tertuang dalam
alenia ke empat tersebut.
2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.

4. Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan UUD 1945 itu sendiri,
bahwa Pembukaan UUD 1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam
UUD, yaitu dalam pasal-pasalnya.
Ada 4 pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu :
1. Pokok pikiran pertama menunjukan pokok pikiran persatuan, dengan pengertian yang lazim, penyelenggara
negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan golongan maupun
perorangan.
2. Pokok pikiran yang kedua adalah kesadaran bahwa manusia Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama
untuk menciptakan keadilan sosial bangsa.
3. Pokok pikiran yang ketiga menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita
moral Rakyat yang luhur.

5. Hubungan Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan pasal UUD 1945

Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat dilihat dari beberapa
aspek sebagai berikut :
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya
negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan
tersebut tidak mempunyai hubungan organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah negara Indonesia terwujud. Pernyataan
tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis dengn Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek
:
 UUD itu ditentukan akan ada
 Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang memenuhi berbagai
persyaratan
 Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
 Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)
b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai berikut :
1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam “Pembukaan” itu mengehendaki
persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, UUD
menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-
pasal UUD 1945.
c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara Republik Indonesia,
dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945.

E. Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945

Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut oleh UUD 1945 yang
telah diamandemen adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Dalam UUD 1945
yang telah diamandemen, MPR tidak mempunyai kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden,
tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD
1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan
dan mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan Negara Republik
Indonesia (pasal 37 ayat 5).
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
(pasal 3 ayat 3).
c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah atau berjanji memegang teguh
UUD (pasal 9 ayat 1).
e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C ayat1).
g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).
h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD
(pasal 24C ayat 2).
3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1). Namun
dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.
5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Presiden memegang
tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan Presiden diberi kewenangan untuk membentuk
suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Preisden .
6. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu kedudukan menteri
sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara mempunyai
kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan kepala negara yang tidak tak terbatas itu
adalah dimana kontrol DPR atas berbagai kewenangan presiden sangatlah dominan.
8. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal 18 ayat
1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah daerah.

A. Kelembagaan Negara menurut UUD 1945

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan suara terbanyak dan
sedikitnya MPR bersidang sekali dalam lima tahun di ibukota negara. Kewenangan MPR adalah mengubah dan
menetapkan UUD (pasal 3)
2. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan kewajibannya
dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah
untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk menjadi
Presiden dan Wakil Presiden adalah :
1. WNI sejak kelahirannya
2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah menghianati negara
4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan kewajibannya
5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6).
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki fungsi legislatif,
anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat,
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta imunitas (pasal 20).
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap provinsi. DPD bersidang
paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya
sesuai dengan bidangnya.
5. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas (luberjurdil).
6. Bank Sentral
Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).
7. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang pengelolaan keuangan yang
bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk
ditindklanjuti (pasal 23E).
8. Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada
dibawahnya.
9. Komisi Yudisial
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta
perilaku hakim.
10. Mahkamah Konstitusi
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang putusannya bersifat final
untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan popular
disebut sebagai dasar filsafat Negara (Philosofische gronslai). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, termasuk sebagai sumber tertib
hukum di Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.

Dengan menggunakan sistem ketatanegaraan berdasarkan pada nilai-nilai dan yang berhubungan
dengan Pancasila, dapat menjadikan karakter suatu bangsa memiliki moral yang sesuai dengan yang tercermin
dalam sila-sila Pancasila. Negara Indonesia dan masyarakat Indonesia dengan ketatanegaraannya berdasar pada
Pancasila akan membawa dampak positif bagi terbentuknya bangsa Indonesia.

B. Saran

Kepada semua pembaca khususnya mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) atau siapa saja yang
menyempatkan membaca makalah ini bila mendapat kekeliruan terhadap materi kami harap bisa meluruskannya
dan memakluminya. Maka kami banyak berharap kepada para pembaca untuk tidak segan memberikan
kritik, saran, dan masukan yang membangun kepada kami.

Anda mungkin juga menyukai