PENDAHULUAN
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan
ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara
Republik Indonesia. Pancasila juga dapat diartikan sebagai landasan dan dasar
negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik
Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat banyak
anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan
nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-
nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan
Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila.
Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan
kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem
ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan bangsanya sendiri.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi Pancasila digunakan
dalam konteks ketatanegaraan.
1.3.2 Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Negara. Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat,
dilaksanakan sepenuhnya oleh anggota anggota DPR ditambah dengan utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar dan luas
kewenangannya. Antara lain mengangkat dan memberhentikan Presiden, serta
mengubah Undang-Undang Dasar.
3
2.3 Undang-Undang Dasar 1945
Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat
dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari
1946. UUD 1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang
utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.
Memahami pasal II Aturan Peralihan tersebut, maka secara yuridis jelas
bahwa “Penjelasan” sudah tidak berlaku lagi, dan tidak bisa menjadi bagian dari
pengertian UUD 1945. UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai
hukum, maka UUD 1945 adalah mengikat pemerintah, lembaga negara dan
lembaga masyarakat, juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimana saja
dan setiap penduduk yang berada di wilayah Indonesia. T dilaksanakan dan
ditaati. UUD bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar yang semua
tindakan dan perbuatan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan pada
ketentuan-ketentuan UUD 1945. Dalam kedudukan demikian, UUD dalam
kerangka tata urutan atau tata tingkat norma hukum yang berlaku, merupakan
hukum yang menempati kedudukan tinggi. Dalam hubungan ini, UUD juga
berfungsi sebagai alat kontrol atau alat mengecek norma hukum yang lebih
rendah.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum
dasar, disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat
singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :
1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja,
hanya memuat garis-gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-
lain penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang
masih harus berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus
mengalami perubahan.
Semangat para penyelenggara negara dalm menyelenggarakan UUD 1945
sangat penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui
4
teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD 1945. Dengan semangat
penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera
dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.
5
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a) Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
(pasal 1 ayat 2).
b) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c) Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD
(pasal 4 ayat 1).
d) Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya
bersumpah atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e) Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f) Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD
9pasal 24C ayat 1).
g) Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C
ayat 1).
h) Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil
Presiden oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C
ayat 2).
Kelembagaan Negara menurut UUD 1945
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui
pemilu, dengan suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali
daalam lima tahun di ibukota negara.Kewenangan MPR adalah mengubah
dan menetapkan UUD (pasal 3). Adapun wewenang MPR :
6
b. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan
dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah
untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan
selama lima tahun. Kewenangan lain dari presiden selaku kepala negara
adalah dimilikinya hal prerogatif, antara lain :
Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10)
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi negara (pasal 11)
Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan
dengan UU (pasal 12).
Mengangkut dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (pasal 13).
Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan
amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
Presiden memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dan lain-lain
menurut UU (pasal 15).
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasca Perubahanan Keempat,
fungsi legislatif berpusat di tangan Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 20
ayat (1) yang baru menyatakan: “Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang”. Selanjutnya dinyatakan: “setiap
rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat :
1. Bersama-sama pemerintah menetapkan undang-undang.
2. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Negara dengan
UU.
3. Memberikan persetujuan kepada presiden atas pernyataan
perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara
lain.
Hak Dewan Perwakilan Rakyat
7
1. Sebagai lembaga yang memegang peran pembuat undang-
undang (bersama Presiden), DPR memiliki hak antara lain :
a. Hak Inisiatif (usul)
b. Hak Amandemen (mengubah)
c. Hak Refuse (menolak)
d. Hak Ratifikasi (mengesahkan)
2. Sebagai Lembaga yang memegang peran pengawasan (control)
terhadap aktifitas Lembaga Eksekutif, maka pada dirinya
memiliki beberapa hak control yang khusus, yaitu :
a. Hak mengajukan pertanyaan
b. Hak Interpelasi
c. Hak Angket
d. Dewan Perwakila Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari
setiap provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun.
DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai
dengan bidangnya.
Dalam pengaturan UUD 1945 pasca perubahan Keempat DPD,
menurut ketentuan pasal 22D (a) dapat mengajukan rancangan UU tertentu
kepada DPR (ayat 1), (b) ikut membahas rancangan UU tertentu (ayat 2),
(c) memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan UU APBN dan
rancangan UU tertentu (ayat 2), (d) dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan UU tertentu (ayat 3). Dengan kata lain, DPD hanya
memberikan masukan, sedangkan yang memutuskan adalah DPR,
sehingga DPD ini lebih tepat disebut sebagai Dewan Pertimbangan DPR,
karena kedudukannya hanya memberikan pertimbangan kepada DPR.
e. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk
ditindklanjuti (pasal 23E).
f. Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan
dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.
8
g. Mahkamah Konstitusi (MK)
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat
terakhir yang putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD,
dan lain-lain.
h. Komisi Yudisial (KY)
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku
hakim.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai
sumber hukum yang berarti segala hukum yang mengatur kehidupan berbangsa
dan bernegara harus sesuai dan selaras dengan Pancasila. Selain sebagai dasar
negara Pancasila juga sebagai pandangan hidup dan. Masing masing berarti
Pancasila sebagai penyaring, yang menyaring semua rencana yang menjadi
pandangan langkah kedepan agar sesuai dengan pandangan pancasila dan
Pancasila sebagai pondasi dasar dari bangunan bangsa Indonesia yang menopang
kehidupan dan keberlansungan bangsa Indonesia.
Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan ketatanegaraan bukan
semata - mata dilihat dengan mata awam pancasila, tetapi pancasila diuraikan
menjadi undang - undang yang terperinci yang sesuai dengan aspek dan tujuan
bangsa.
3.2 Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, harus mampu mencermati nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
kita harus menjalankan dan melaksanakan ketatanegaraan yang sesuai dengan
Pancasila.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang
sudah tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah
mengalir dalam konvensi, perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan suasana
masyarakat yang kondusif.
10
DAFTAR PUSTAKA
11