Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan
ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara
Republik Indonesia. Pancasila juga dapat diartikan sebagai landasan dan dasar
negara Indonesia yang mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik
Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat banyak
anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan
nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-
nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan
Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila.
Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan
kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem
ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun dengan bangsanya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1.1 Apakah faktor-faktor yang melatar belakangi Pancasila digunakan dalam


konteks ketatanegaraan ?
1.2 Bagaimana sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi Pancasila digunakan
dalam konteks ketatanegaraan.
1.3.2 Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pancasila Digunakan dalam Konteks Ketatanegaraan


RI

Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian


dalam ilmu kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam
setiap aspek  penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan perundang-
undangan serta penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas
hukum, oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara diatur dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam
kontek ketatanegaraan Republik Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga
lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan lainnya diatur
dalam undang undang dasar negara. Pembukaan undang- undang dasar 1945
dalam kontek ketatanegaraan, memiliki kedudukan yang sangat penting
merupakan asas fundamental dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di
Negara Indonesia.
Dalam beberapa tahun ini Imdonesia mengalami perubahan yang sangat
mendasar mengenai sistem ketatanegaraan. Dalam hal perubahan tersebut secara
umum dapat kita katakana bahwa perubahan mendasar setelah empat kali
amandemen UUN 1945 ialah komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri
atas Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri
atas Pembukaan dan pasal-pasal.
Penjelasan UUD 1945, yang semula ada dan kedudukannya mengandung
kontroversi karena tidak turut disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945,
dihapuskan. Materi yang dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada
pula yang dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal amandemen. Perubahan
mendasar UUD 1945 setelah empat kali amandemen, juga berkaitan dengan
pelaksanaan kedaulatan rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-lembaga

2
Negara. Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat,
dilaksanakan sepenuhnya oleh anggota anggota DPR ditambah dengan utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar dan luas
kewenangannya. Antara lain mengangkat dan memberhentikan Presiden, serta
mengubah Undang-Undang Dasar.

2.2 UUD dan Konstitusi serta Fungsinya


Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah
konstitusi dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara
harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti
membentuk , dan diartikan sebagai “pembentuk suatu negara”. Sedangkan
Indonesia menggunakan istilah UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet
dari belanda yang mempunyai pengertian suatu undang-undang yang menjadi
dasar (Grond) dari segala hukum dalam suatu negara.
Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah
konstitusi dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD.
Konstitusi yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD)
maupun yang tidk tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat
peraturan pokok yang fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama
dalam menegakan bangun yang disebut “negara”.
UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber
dari semua hukum yang belaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar
dalam berkehidupan di Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya
berusaha untuk dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu
sebagai pengintegrasian dari kekuatan politik,  negara mempunyai bermacam-
macam sifat, seperti memaksa, memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan
sifat memaksa, negara dapat menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk
ditaatinya semua keputusan. Walaupun alasannya untuk mewujudkan tujuan
bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara dapat disalahgunakan ataupun
melampaui batas yang mungkin dapat menyengsarakan rakyatnya. Untuk
mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau UUD disusun dan
ditetapkan.

3
2.3 Undang-Undang Dasar 1945
Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat
dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari
1946. UUD 1945 ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang
utuh, dimana antara satu bagian dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.
Memahami pasal II Aturan Peralihan tersebut, maka secara yuridis jelas
bahwa “Penjelasan” sudah tidak berlaku lagi, dan tidak bisa menjadi bagian dari
pengertian UUD 1945. UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai
hukum, maka UUD 1945 adalah mengikat pemerintah, lembaga negara dan
lembaga masyarakat, juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimana saja
dan setiap penduduk yang berada di wilayah Indonesia. T dilaksanakan dan
ditaati. UUD bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar yang semua
tindakan dan perbuatan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan pada
ketentuan-ketentuan UUD 1945. Dalam kedudukan demikian, UUD dalam
kerangka tata urutan atau tata tingkat norma hukum yang berlaku, merupakan
hukum yang menempati kedudukan tinggi. Dalam hubungan ini, UUD juga
berfungsi sebagai alat kontrol atau alat mengecek norma hukum yang lebih
rendah.
UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum
dasar, disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat
singkat, sifat singkatnya itu dikarenakan :
1.      UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja,
hanya memuat garis-gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-
lain penyelenggara negara untuk melakukan tugasnya.
2.      UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang
masih harus berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus
mengalami perubahan.
Semangat para penyelenggara negara dalm menyelenggarakan UUD 1945
sangat penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui

4
teks UUD 1945, juga harus menghayati semangat UUD 1945. Dengan semangat
penyelenggara yang baik, pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera
dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai dengan maksud ketentuannya.

2.4 Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945


Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara dan merupakan unsur penentu berlakunya tertib hukum
Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan inti dari Pembukaan UUD
1945, itu terbukti pada alinea keempat yang menunjukan bahwa pancasila
merupakan dasar negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, yang
bentuk dan wujudnya tertuang dalam UUD. Pembukaan maupun pancasila tidak
bisa dirubah maupun diganti oleh siapapun, karena merubah ataupun mengganti
berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945 karena Pancasila
merupakan fundamental terbentuknya bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai substansi esensial daripada Pembukaan UUD 1945
adalah sumber dari segala sumber hukum republik Indonesia. Hal terpenting yang
bagi bangsa Indonesia adalah mewujudkan cita-citanya sesuai dengan Pancasila,
artinya cara dan hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di
dalam Pembukaan UUD 1945 oleh karena itu Pancasila dan Pembukaan yang
memilki hubungan erat harus dilaksanakan secara serasi, seimbang, dan selaras.

2.5 Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila

Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang


dianut oleh UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :
1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD pasal 1
ayat 2 Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen , MPR tidak mempunyai
kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas
melantik (pasal 3 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya
denganGBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal istilah GBHN sebagai produk
MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan mengubah UUD
(pasal 3 ayat 1).

5
2. Sistem Konstitusional
Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a) Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
(pasal 1 ayat 2).
b)  MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).
c) Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD
(pasal 4 ayat 1).
d) Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya
bersumpah atau berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).
e) Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).
f) Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD
9pasal 24C ayat 1).
g) Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C
ayat 1).
h) Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil
Presiden oleh Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C
ayat 2).
 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui
pemilu, dengan suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali
daalam lima tahun di ibukota negara.Kewenangan MPR adalah mengubah
dan menetapkan UUD (pasal 3). Adapun wewenang MPR :

a) menetapkan Undang-Undang Dasar dan/atau Perubahan UUD,

b) melantik Presiden dan Wakil Presiden,

c) memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta

d) menetapkan Presiden dan/atau Wakil Presiden

6
b. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan
dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden.
Presiden berhak mengajukan RUU, dan menetapkan Peraturan Pemerintah
untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden memegang masa jabatan
selama lima tahun. Kewenangan lain dari presiden selaku kepala negara
adalah dimilikinya hal prerogatif, antara lain :
 Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10)
 Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi negara (pasal 11)
 Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan
dengan UU (pasal 12).
 Mengangkut dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan
pertimbangan DPR (pasal 13).
 Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan
amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR (pasal 14).
 Presiden memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dan lain-lain
menurut UU (pasal 15).
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasca Perubahanan Keempat,
fungsi legislatif berpusat di tangan Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 20
ayat (1) yang baru menyatakan: “Dewan Perwakilan Rakyat memegang
kekuasaan membentuk Undang-Undang”. Selanjutnya dinyatakan: “setiap
rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat :
1. Bersama-sama pemerintah menetapkan undang-undang.
2. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Negara dengan
UU.
3. Memberikan persetujuan kepada presiden atas pernyataan
perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara
lain.
 Hak Dewan Perwakilan Rakyat

7
1. Sebagai lembaga yang memegang peran pembuat undang-
undang (bersama Presiden), DPR memiliki hak antara lain :
a. Hak Inisiatif (usul)
b. Hak Amandemen (mengubah)
c. Hak Refuse (menolak)
d. Hak Ratifikasi (mengesahkan)
2. Sebagai Lembaga yang memegang peran pengawasan (control)
terhadap aktifitas Lembaga Eksekutif, maka pada dirinya
memiliki beberapa hak control yang khusus, yaitu :
a. Hak mengajukan pertanyaan
b. Hak Interpelasi
c. Hak Angket
d. Dewan Perwakila Daerah (DPD)
Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari
setiap provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun.
DPD berhak mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai
dengan bidangnya.
Dalam pengaturan UUD 1945 pasca perubahan Keempat DPD,
menurut ketentuan pasal 22D (a) dapat mengajukan rancangan UU tertentu
kepada DPR (ayat 1), (b) ikut membahas rancangan UU tertentu (ayat 2),
(c) memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan UU APBN dan
rancangan UU tertentu (ayat 2), (d) dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan UU tertentu (ayat 3). Dengan kata lain, DPD hanya
memberikan masukan, sedangkan yang memutuskan adalah DPR,
sehingga DPD ini lebih tepat disebut sebagai Dewan Pertimbangan DPR,
karena kedudukannya hanya memberikan pertimbangan kepada DPR.
e. Badan Pengawas Keuangan (BPK)
BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk
ditindklanjuti (pasal 23E).
f. Mahkamah Agung (MA)
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan
dilakukan oleh sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.

8
g. Mahkamah Konstitusi (MK)
MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat
terakhir yang putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD,
dan lain-lain.
h. Komisi Yudisial (KY)
Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku
hakim.

9
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai
sumber hukum yang berarti segala hukum yang mengatur kehidupan berbangsa
dan bernegara harus sesuai dan selaras dengan Pancasila. Selain sebagai dasar
negara Pancasila juga sebagai pandangan hidup dan. Masing masing berarti
Pancasila sebagai penyaring, yang menyaring semua rencana yang menjadi
pandangan langkah kedepan agar sesuai dengan pandangan pancasila dan
Pancasila sebagai pondasi dasar dari bangunan bangsa Indonesia yang menopang
kehidupan dan keberlansungan bangsa Indonesia.
            Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan ketatanegaraan bukan
semata - mata dilihat dengan mata awam pancasila, tetapi pancasila diuraikan
menjadi undang - undang yang terperinci yang sesuai dengan aspek dan tujuan
bangsa.
           
3.2 Saran
      Kita sebagai bangsa Indonesia, harus mampu mencermati nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
kita harus menjalankan dan melaksanakan ketatanegaraan yang sesuai dengan
Pancasila.
            Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang
sudah tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah
mengalir dalam konvensi, perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan suasana
masyarakat yang kondusif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dani, Ram, 2013.” Pancasila sebagai Sumber dari Segalaa Sumber Hukum “,


dalam http://pedabuntung.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sumber-dari-
segala.html, diakses tgl 10 juni 2014

Husein, La Ode.2005.Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat dengan


Badan Pemeriksaan Keuangan dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.Bandung: CV.
Utomo

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila . Yogyakarta:Paradigma

11

Anda mungkin juga menyukai