Anda di halaman 1dari 8

MODUL PERKULIAHAN

Hukum Dasar

1. Undang-undang Dasar Sebagai Hukum Dasar Tertulis;


2. Pembukaan UUD 1945;
3. Batang Tubuh UUD1945;

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

09
FEB, BAHASA, Semua Program 190001006 Tim Dosen
TEKNIK, DAN DKV Studi

Abstract

Materi pada perkuliahan ke sembilan ini diarahkan mampu menjelaskan


mengaplikasikan secara kritis dan objektif Pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat
UUD 1945, kaitan dengan proklamasi, Pancasila dan cita-cita nasional, serta
pembukaan UUD 1945 dan pokok-pokok pikirannya, dan permasalahan sebagai
orientasi Pendidikan Pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan
Tinggi.
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif
pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat UUD 1945, kaitan dengan proklamasi,
Pancasila dan cita-cita nasional, serta pembukaan UUD 1945 dan pokok-pokok
pikirannya, dan permasalahan sebagai orientasi pendidikan pancasila agar menjadi
pedoman berkarya lulusan Perguruan Tinggi.
Kompetensi
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat
UUD 1945, kaitan dengan proklamasi, Pancasila dan cita-cita nasional, serta
pembukaan UUD 1945 dan pokok-pokok pikirannya dan permasalahan di perguruan
tinggi. Meyakini nilai-nilai pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat UUD 1945, kaitan
dengan proklamasi, Pancasila dan cita-cita nasional, serta pembukaan UUD 1945 dan
pokok-pokok pikirannya sebagai konstitusi nasional dan permasalahannya agar
menjadi pedoman berkarya lulusan perguruan tinggi.
Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan
dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, kedudukan, fungsi dan sifat
UUD 1945, kaitan dengan proklamasi, Pancasila dan cita-cita nasional, serta
pembukaan UUD 1945 dan pokok-pokok pikirannya serta permasalahannya sebagai
orientasi pendidikan pancasila di perguruan tinggi. Meyakini nilai – nilai Pancasila
sebagai orientasi agar menjadi pedoman berkarya lulusan di perguruan tinggi

Undang-Undang Dasar Sebagai Hukum Dasar


Pengertian Hukum Dasar dan Undang-undang Dasar
Hukum dasar adalah aturan-aturan dasar yang dijadikan landasan bagi berlakunya
peraturan perundang-undangan dan penyelenggaraan Negara. Adapun yang dimaksud dengan
Undang-undang Dasar, menurut UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis.

Maka sebagai hukum, UUD itu mengikat, baik bagi pemerintah, setiap lembaga Negara
dan Lembaga Masyarakat, serta mengikat bagi semua warga negara Indonesia dimana pun ia
berada, maupun bagi setiap penduduk yang ada di wilayah republik Indonesia.

Dan sebagai hukum, Undang-undang Dasar itu berisikan norma-norma, aturan – aturan,
atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.

Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, dan sebagai
hukum dasar maka Undang-undang Dasar itu sendiri merupakan sumber hukum. Oleh karena
itu setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan atau keputusan pemerintah harus
didasarkan dan bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi.

‘20 Pendidikan Pancasila


2 Nama Dosen Pengampu
Sebagai Hukum dasar tertulis, Undang-undang dasar dalam kerangka aturan atau tata
tingkatan norma hukum yang berlaku menempati kedudukan yang tinggi, yang mempunyai
fungsi sebagai alatr pengontrol bagi norma hukum yang kedudukannya lebih rendah.

Selain dari pada Undang-undang Dasar sebagai hukum dasar tertulis, masih ada
hukum lainnya yang tidak tertulis, yaitu yang dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan sebagai
“aturanaturan dasar yang tidak tertulis” yang dikenal dengan sebutan Konvensi. Konvensi ini
merupakan aturan-aturan pelengkap yang mengisi kekosongan yang timbul dalam praktek
kenegaraan yang tidak terdapat pada Undang-undang Dasar.

Perbedaan yang mendasar antara UUD 1945 sebelum dan setelah amandemen
sebagai berikut :

1) Batang Tubuh UUD 1945 yang meskipun firmatnya berubah, namun sesungguhnya
isinya telah banyak mengalami perubahan, sehingga bila dicermati telah berubah
menjadi 20 BAB, 73 Pasal, 3 Pasal Aturan peralihan dan 2 Pasal Aturan Tambahan.
Dengan demikian UUD 1945 hasil amandemen tidak lagi dapat disebut bersifat singkat,
supel dan elastis, melainkan bersifat rigid/kaku.
2) Penjelasan UUD 1945 telah ditiadakan (diadakan pencabutan secara diam-diam) yakni
dari ketentuan pasal II aturan tambahan yang menyebutkan bahwa : “Dengan
ditetapkannya perubahan UUD ini, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 terdiri
atas Pembukaan dan Pasal-Pasal. Materi dari penjelasan sebagian ada yang sudah
ditampung dalam perubahan UUD 1945, meskipun dalam nuansa dan dengan alasan
yang berbeda.
3) Lahirnya lembaga-lembaga baru seperti Dewan Perwakilan Daerah, Komisi Yudisial.
Mahkamah Konstitusi, dan hapusnya lembaga lama, yakni Dewan Pertimbangan Agung.
4) Berkurangnya kekuasaan, wewenang, dan berubahnya kedududkan lembaga tertinggi
Negara (MPR), yakni kekuasaan tidak lagi tak terbatas, tidak lagi menetapkan GBHN,
tidak lagi memilih presiden dan wakil Presiden, sehingga kedudukan MPR juga tidak
dapat disebut lembaga tertinggi Negara.

Kedudukan, fungsi dan sifat UUD 1945


Undang-undang Dasar merupakan hukum negara yang tertinggi di antara peraturan
perundangan lainnya yang mempunyai sifat elastis/fleksibel dapat saja mengalami perubahan,
tambahan, penyempurnaan demi menyesuaikan dengan perkembangan jaman, meskipun UUD
1945 hasil amandemen terkesan kaku/rigid serta mempunyai fungsi sebagai alat kontrol,
apakah norma hukum yang lebih rendah yang berlaku sesuai atau tidak dengan ketentuan
Undang-undang Dasar 1945.

‘20 Pendidikan Pancasila


3 Nama Dosen Pengampu
Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari 4 alinea itu menjadi sumber motivasi dan
aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan
cita moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungannya
dengan pergaulan bangsabangsa di dunia.

Tiap-tiap alinea dan kata-katanya mengandung arti makna yang sangat dalam, serta
mengandung arti dan makna yang sangat dalam, serta mengandung nilai-nilai universal dan
lestari. Dikatakan mengandung nilai universal, karena mengandung nilai yang dijunjung tinggi
oleh bangsa-bangsa yang beradab diseluruh muka bumi sedangkan nilai lestari, karena
menampung dinamika masyarakat, dan akan tetap menjadi landasan perjuangan Bangsa dan
Negara, selama bangsa Indonesia tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

Pokok-pokok pikiran tiap-tiap alinea Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan
dijelmakan dalam batang tubuh UUD 1945, yaitu dalam bentuk pasal-pasalnya. Pokok-pokok
pikiran dimaksud terdiri atas 4 (empat) pokok pikiran, yaitu :

a. Pokok pikiran pertama : Persatuan


b. Pokok pikiran kedua : Keadilan sosial
c. Pokok pikiran ketiga : kerakyatan
d. Pokok pikiran keempat : Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan demikian keempat pokok pikiran ini tidak lain dari pada pancaran dasar
Falsafah Negara Pancasila, walaupun apabila kita perhatikan susunan daripada pokok-pokok
pikiran tersebut tidak mencerminkan suatu susunan yang beraturan/sistematis seperti halnya
yang tredapat pada susunan pancasila pada alienea keempat pembukaan UUD 1945 yang
dimulai dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan bukan sila Persatuan Indonesia.

Batang Tubuh UUD 1945


Sistem pemerintahan negara
Sistem pemerintahan negara dikenal sebagai Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan
Negara Republik Indonesia, yang pada dasarnya berisikan : bentuk negara, sistem konstitusi,
kedaulatan rakyat, penyelenggaraan pemerintahan negara, pertanggungjawaban Presiden,
kedudukan menteri negara, dan kekuasaan kepala negara.

Ketujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UUD
1945 hasil amandemen, adalah sebagai berikut :

‘20 Pendidikan Pancasila


4 Nama Dosen Pengampu
(1) Indonesia ialah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat) tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat).
Negara hukum adalah negara dimana kekuasaan penguasa negara tidak berdasarkan
atas kekuasaan semata-mata, melainkan didasarkan atas hukum dan dibatasi oleh hukum,
bukannya kekuasaan, hukumlah yang mempunyai kedudukan tertinggi.

Dengan demikian setiap kegiatan pemerintah/kemasyarakatan harus berdasarkan hukum dan


dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Hukum di sini adalah negara hukum dalam arti material (luas), yang berarti setiap tindakan
Negara harus mempertimbangkan dua aspek, yaitu aspek kegunaan dan aspek landasan
hukumnya.

Kunci pertama ini menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara Hukum.

(2) Sistem Konstitusional


Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini mempertegas bahwa pengendalian pemerintah atau
penyelenggaraan negara dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi dan konstitusi lain yang
merupakan produk konstitusional dan bukan kekuasaan yang tidak terbatas. Hukum dasar
tertulis Indonesia adalah Undang-undang Dasar 1945. Dengan demikian, pemerintah Indonesia
berdasar pada UUD 1945.

Kunci kedua ini menegaskan bahwa Indonesia menggunakan sistem Konstitusional, yaitu UUD
1945.

(3) Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat


Kekuasaan tertinggi (kedaulatan) di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD
(Pasal 1 ayat 2).

Hal ini berarti terjadi suatu reformasi kekuasaan tertinggi dalam negara secara kelembagaan
tertinggi negara, walaupun esensinya tetap rakyat yang memiliki kekuasaan. MPR hanya
memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden sesuai masa jabatannya, atau jikalau melanggar
suatu konstitusi. Oleh karena itu sekarang Presiden bersifat “Neben” bukan Untergeordnet
terhadap MPR, karena Presiden dip[ilih langsung oleh rakyat.

(4) Presiden ialah Penyelenggara Pemerintah Negara yang tertinggi.


Presiden merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi yang kedudukannya berada
di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat. UUD 1945 Pasal 6A

‘20 Pendidikan Pancasila


5 Nama Dosen Pengampu
ayat (1). Jadi menurut UUD 1945 ini Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR, melainkan
dipilih langsung oleh rakyat.

(5) Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat


Presiden tidak bertanggungjawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak
tergantung pada Dewan. Meskipun begitu Presiden harus bekerjasama dengan Dewan dalam
bidang legislatif.

(6) Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Mentri Negara tidak bertanggungjawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.

Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri


Negara. Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri Negara. Menteri-menteri
Negara itu tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Kedudukannya tidak
tergantung kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(7) Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak-Terbatas


Meskipun kepala Negara tidak bertanggungjawab kepada Dwan Perwakilan Rakyat, ia
bukan “Diktator”, artinya kekuasaan terbatas. Di atas telah menegaskan bahwa ia bukan
mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat, namun demikian ia tidak dapat membubarkan
DPR ataupun MPR. Kecuali itu ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara Dewam
Perwakilan Rakyat.

KELEMBAGAAN NEGARA
Secara konstitusional Lembaga-lembaga Negara menurut UUD 1945 hasil amandemen
2002 adalah MPR, Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daera
(DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi
(MK), dan Komisi Yudisial (KY),. Lembaga-lembaga Negara ini kedudukan, wewenang,
kewajiban, dan tanggungjawabmya diatur dalam Undang-undang Dasar 1945.

Lembaga-lembaga Negara ini perlu sekali ditingkatkan kegiatannya, agar supaya


terhindar adanya pemusatan kekuasaan pada satu tangan dan terwujudnya pembagian
kekuasaan seperti yang ditetapkan di dalam UUD 1945 yang mantap.

‘20 Pendidikan Pancasila


6 Nama Dosen Pengampu
Daftar Pustaka

Alfian,Dalam Pancasila Sebagai Ideologi.Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan


Politik.Jakarta:BP-7 Pusat 1991.

Budiarjo,Miriam.Dasar Ilmu Politik.Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1991.

Bakry,Noor MS. Oriental Filsafat Pancasila. Yogyakarta,Liberty,1990.

Bakry,Noor MS. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta,Liberty,1994

Darmodiharjo,cs Darji.Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional, 1981.

Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan
Hidup.Jakarta: BP-7 Pusat,1995/1996,No.76.

Djuharno,Hasanudin.Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.Bandung,1989.

KMKLU Universitas Kristen Maranatha, Diktat Kuliah Pendidikan Pancasila,2009.

Hatta, Mohamad cs. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara,1980.

Kaelan,M.S, Pancasila Sebagai Filsafat, Pancasila Sebagai Etika Politik, Paradigma


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Paradigma Yogyakarta,2003.

Laboratorium Pancasila IKIP Malang. Glossarium Sekitar Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional,
1981.

Mubyarto. Dalam Pancasila Sebagai Ideologi. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam


Kehidupan Kebudayaan. Jakarta BP-7 Pusat,1981.

Notosusanto, Nugroho. Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, Jakarta : PN Balai


Pustaka,1981.

http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.co.id/2013/12/proses-perumusan-pancasila-sebaga-
dasar.html Wisma Djokosutarto,SH.,1991.

‘20 Pendidikan Pancasila


7 Nama Dosen Pengampu
‘20 Pendidikan Pancasila
8 Nama Dosen Pengampu

Anda mungkin juga menyukai