PANCASILA
“Resume Materi Pancasila
Dalam Konteks Ketatanegaraan”
DOSEN PEMBIMBING
Wahyu Prabowo, S.H, M.H
DISUSUN OLEH :
a. Pancasila merupakan landasan & dasar Negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan RI. Dalam penyusunan ketatanegraan Indonesia tidak
boleh melenceng dari nilai-nilai Pancasila, karena pembentukan karakter bangsa
dilihat dari system ketatanegaraan. Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari
ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu Negara mengalami
banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan itu akan membuat system
ketatanegaraan Indonesia hancur dan berantakan.
Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai yang
merupakan perasan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai itu
selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara
Indonesia
c. Negara adalah organisasi yang di dalamnya ada rakyat, wilayah yang permanen &
pemerintahan yang berdaulat (baik kedalam maupun keluar). Negara merupakan
kesatuan social (masyarakat) yang diatur secara konstitusional untuk mencapai
tujuan bersama. Negara juga dapat dilihat dari 2 segi perwujudannya, yakni
sebabagi bentuk suatu masyarakat yang memenuhi syarat-syarat tertentu dan
sebagai satu gejala hukum.
d. Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang disebut sebagai dasar filsafat
Negara Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara dan sumber tertib hukum.
Negara Indonesia adalah Negara demokrasi berdasarkan atas hukum, maka segala
aspek penyelenggaraan dan pelaksanaan Negara diatur melalui peraturan
perundang-undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila
dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.
e. Pancasila dalam konteks ketatanegraan yaitu Bangsa Indonesia merupakan
pembagian kekuasaan lembaga-lembaga tingggi Negara, hak & kewajiban,
keadilan social, dan lainnya diatur dalam UUD. Hal ini tidaklah lepas dari
eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu
staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di
Indonesia
1. UUD 1945
UUD merupakan peraturan tertinggi dan sebagai aturan tertinggi UUD telah
mengalami beberapa perubahan atau yang disebut dengan istilah
Amandemen. Amandemen UUD 1945 dilakukan karena kehidupan
berbangsa dan bernegara harus berkembang, sama seperti manusia.
2. TAP MPR RI
Tap MPR adalah segala peraturan yang telah dibuat atau ditetapkan oleh
MPR dalam sidang sidang yang mereka lakukan. Peraturan yang ditetapkan
oleh Tap MPR juga harus ditaati oleh anggota MPR, Pemerintah maupun
rakyat Indonesia.
3. Undang-Undang
Undang-undang merupakan peraturan yang dibuat sebagai pelaksanaan dari
UUD 1945 atau Tap MPR. Ranjangan undang-udang sendiri dapat diajukan
oleh presiden maupun DPR namun harus disetujui oleh kedua belah pihak.
Dalam keadaan darurat atau perang, presiden berhak untuk membuat
peraturan sebagai pengganti UU yang disebut juga dengan Perpu atau
peraturan pemerintah pengganti Undang undang.
6. Keputusan Presiden
Keputusan presiden ini dibuat untuk mengatasi masalah tertentu dalam
kehidupan bernegara. Selain itu terdapat juga instruksi presiden atau Inpres
yaitu instruksi dalam rangka koordinasi tugas pembangunan yang
dilaksanakan oleh setiap departemen.
7. Peraturan Daerah
Peraturan daerah provinsi merupakan peraturan daerah yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi bersama dengan gubernur.
Peraturan daerah provinsi berlaku di provinsi yang bersangkutan.
Pertama, Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/ 1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR
Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum. Ketetapan MPR tentang referendum itu
menetapkan bahwa sebelum dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus dilakukan referendum nasional untuk itu,
yang disertai dengan persyaratan yang demikian sulit.
Kedua, Ketetapan MPR Nomor XIII/MPR/ 1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Ketentuan Pasal 1 Ketetapan MPR
Nomor XIII/MPR/1998 berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
memegang jabatan selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam
jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.” Ketentuan MPR yang
membatasi masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden tersebut, secara substansial
sesungguhnya telah mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yakni mengubah ketentuan Pasal 7 yang berbunyi “Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali.”
Ketiga, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/ 1998 tentang Hak Asasi Manusia. Terbitnya
Ketetapan MPR itu juga dapat dilihat sebagai penyempurnaan ketentuan mengenai hak
asasi manusia yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, seperti Pasal 27; Pasal 28; Pasal 29 ayat (2).
Setelah terbitnya tiga ketetapan MPR tersebut, kehendak dan kesepakatan untuk
melakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
makin mengkris-tal di kalangan masyarakat, pemerintah, dan kekuatan sosial politik,
termasuk partai politik.