Anda di halaman 1dari 7

NILAI DAN NORMA KONSTITUSI UUD NRI 1945

A. TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan dapat memahami materi tentang Nilai
dan Norma Konstitusi UUD NRI 1945.

B. DESKRIPSI MATERI
1. Istilah Nilai, Norma, dan Konstitusi
Nilai adalah sesuatu yang dijadikan sebagai panduan dalam hal
mempertimbangkan keputusan yang akan diambil kemudian. Nilai juga
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak karena mencakup pemikiran dari
seseorang. 
Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan
yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib, dan
sentosa. Jika norma atau peraturan yang ada dilanggar, maka akan mendapatkan
sanksi sesuai dengan kesepakatan yang sudah berlaku.
Konstitusi merupakan seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan
tentang bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena itu, aturan
atau hukum yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat
mendasar dari suatu negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum
dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Istilah
konstitusi berasal dari bahasa Perancis “Constituere” yang berarti menetapkan
atau membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksudkan sebagai
pembentukan atau penyusunan suatu negara. Dalam istilah sehari-hari,
konstitusi sering disamakan dengan Undang-Undang Dasar (UUD). UUD
sendiri adalah terjemahan dari kata “grond wet” yang berasal dari bahasa
Belanda, yakni grond artinya dasar, sementara kata wet berarti undang-undang.
2. Konstitusi dalam arti sempit dan luas
Pengertian konstitusi dalam arti sempit, hanya mencakup konstitusi tertulis
saja, yaitu UUD. Oleh sebab itu, dalam praktek ketatanegaraan, di berbagai
negara menganggap konstitusi atau UUD itu dibuat sebagai pegangan untuk
menyelenggarakan negara.
Istilah maupun pengertian konstitusi sebagai dokumen tertulis disamakan dengan
UUD. Konstitusi yang disamakan artinya dengan UUD, memiliki ciri-ciri umum
(Subardi, 2001):
a. Konstitusi itu sebagai kumpulan kaidah hukum yang diberi kedudukan tertinggi
dalam negara (supreme law) karena dimaksudkan sebagai alat untuk membatasi
wewenang penguasa.
b. Konstitusi memuat prinsip-prinsip dan ketentuan- ketentuan yang dianggap
paling pokok mengenai kehidupan bernegara.
c. Konsitusi biasanya lahir dari momen sejarah yang terpenting bagi masyarakat
(negara) yang bersangkutan, seperti pembebasan dari penjajahan, keberhasilan
dari suatu revolusi dan sebagainya.

Sedangkan konstitusi dalam arti luas, yaitu keseluruhan sistem/peraturan


negara baik yang tertulis maupun tidak yang disusun dalam suatu bentuk
peraturan yang sah sehingga konstitusi secara luas dapat diartikan sebagai
hukum dasar suatu negara.

3. Fungsi konstitusi negara


Konstitusi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
a. Untuk membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak memerintah dengan
sewenang-wenang;
b. Untuk membagi kekuasaan dalam negara;
c. Untuk menjamin hak-hak anggota warga masyarakatnya, terutama
warganegara dari tindakan sewenang-wenang penguasa;
d. Untuk dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga
negaranya;

Keberadaan konstitusi dilihat dari fungsinya, esensinya adalah membatasi


kekuasaan pemerintahan negara sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan
negara tidak bersifat sewenang-wenang atau melakukan penyalahgunaan
wewenang.

4. Awal terbentuknya konstitusi UUD NRI 1945


Undang-Undang Dasar Proklamasi yang kemudian dikenal dengan UUD
NRI 1945, ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
tanggal 18 Agustus 1945. Perumusan tentang rencana dasar negara dan UUD
NRI 1945 sebelumnya telah dilakukan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang dimulai dalam sidang
pertama BPUPKI pada tanggal 9 Mei sampai 1 Juni 1945 dengan ketua Dr.
Radjiman Wedyodiningrat.
Sidang pertama BPUPKI belum menghasilkan keputusan berarti sehingga
sidang dilanjutkan dengan dibentuknya dua panitia, yaitu Panitia Kecil, dikenal
sebagai Panitia Sembilan yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan Panitia Perancang
UUD yang diketuai oleh Dr. Soepomo. Panitia Sembilan berhasil merumuskan
Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 yang akan direncanakan sebagai
Pembukaan UUD NRI 1945, sedangkan Panitia Perancang UUD berhasil
merumuskan rancangan UUD NRI 1945 pada tanggal 16 Juni 1945. Pada
akhirnya, UUD NRI 1945 berhasil ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus
1945, bersama dengan pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden pertama di
Indonesia. Struktur dan sistematika UUD 1945 Proklamasi terdiri dari:
a. Pembukaan UUD yang terdiri dari empat alinea.
b. Batang tubuh UUD yang terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal peralihan,
dan 2 ayat Aturan Tambahan.
c. Penjelasan resmi UUD.

Dengan keberhasilan Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, yang


menetapkan UUD, serta memilih Presiden dan Wakil Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan baru di Indonesia, maka keberadaan negara Indonesia baik secara
de jure maupun de facto telah terpenuhi secara sempurna, yaitu:

a. Rakyat, yaitu bangsa Indonesia.


b. Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang membentang dari Sabang sampai
Merauke, yakni mencakup bekas wilayah jajahan Pemerintah Hindia
Belanda.
c. Pemerintah yang berdaulat, pemerintah dipimpin Sukarno-Hatta, dengan
penuh kedaulatan ke dalam dan ke luar. Kedaulatan ke dalam karena
Indonesia telah memiliki Presiden dan Wakil Presiden dan bertanggung
jawab terhadap politik pemerintahan dalam negara Indonesia, sedangkan
kedaulatan keluar seperti adanya pengakuan dari negara sahabat yang
banyak memberi dukungan moril terhadap perjuangan bangsa Indonesia,
yaitu negara India dan Mesir yang langsung menyambut baik dan
mendukung kemerdekaan Indonesia.

5. Perubahan UUD NRI 1945


Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan
reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan oleh berbagai
komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan pemuda. Beberapa tuntutan
reformasi itu adalah:
a. Mengamandemen UUD NRI 1945.
b. Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia.
c. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM),
serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
d. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah.
e. Mewujudkan kebebasan pers.
f. Mewujudkan kehidupan demokrasi.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi
kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu, MPR hasil Pemilu
1999, sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 37 UUD NRI
1945 melakukan perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali
perubahan, yakni:
a. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
b. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
c. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
d. Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Sampai saat ini perubahan yang dilakukan terhadap UUD NRI 1945
sebanyak empat kali yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan
yang dilakukan dimaksudkan guna menyesuaikan dengan tuntutan dan
tantangan yang dihadapi saat itu. Persoalan bangsa dan tantangan yang dihadapi
saat itu tentunya berbeda dengan masa awal reformasi.

Terdapat dua teknik dalam perubahan konstitusi atau UUD NRI 1945,
yaitu sebagai berikut:

a. Renewal adalah perubahan yang berupa pembaruan dari Konstitusi atau


UUD lama secara keseluruhan sehingga yang diberlakukan adalah
Konstitusi atau UUD yang baru secara keseluruhan. Cara ini dianut di
Eropa Kontinental seperti Belanda, Perancis, maupun Jerman,
b. Amandement (Amandemen) adalah perubahan Konstitusi atau UUD,
yakni Konstitusi atau UUD yang lama tetap berlaku sehingga amandemen
yang dilakukan dapat diubah dengan cara mengurangi atau menambah
pasal-pasal dari Konstitusi atau UUD, dapat merupakan bagian lampiran,
atau menyertai Konstitusi atau UUD awal. Cara amandemen ini
dilaksanakan di Amerika Serikat dan di Indonesia.

6. Nilai dan norma konstitusi UUD NRI 1945


Konstitusi mempunyai kedudukan atau derajat supremasi dalam suatu
negara. Yang dimaksud dengan supremasi konstitusi adalah konstitusi
mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu negara.
UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki kedudukan
sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum tertinggi
negara, UUD NRI 1945 menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang norma
hukum di Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945 merupakan sumber
hukum bagi pembentukan peraturan perundang-undangan di bawahnya.
Peraturan perundangan di bawah UUD NRI 1945, isinya bersumber dan tidak
boleh bertentangan dengannya. Misal isi norma suatu pasal dalam undang-
undang, tidak boleh bertentangan dengan UUD NRI. Dengan demikian, UUD
NRI 1945 sebagai konstitusi negara menjadi batu uji apakah isi peraturan di
bawahnya bertentangan atau tidak. Undang-undang pada dasarnya adalah
pelaksanaan daripada norma-norma yang terdapat dalam undang-undang dasar.
Oleh karena secara normatif undang-undang tidak boleh bertentangan
dengan UUD NRI 1945, maka jika ditemukan suatu norma dalam undang-
undang bertentangan dengan UUD NRI 1945 dapat melahirkan persoalan
konstitusionalitas undang-undang tersebut terhadap UUD NRI 1945. Dalam
sistem hukum di Indonesia, lembaga negara yang berwenang menguji
konstitusionalitas undang-undang terhadap UUD NRI 1945 adalah Mahkamah
Konstitusi. Pengujian konstitusionalitas undang-undang adalah pengujian
mengenai nilai konstitusionalitas undang-undang itu baik dari segi formal
ataupun material terhadap UUD.
C. SOAL-SOAL EVALUASI

D. REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai