Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Hukum Dasar Tertulis dan Hukum Dasar yang Tidak Tertulis

Hukum itu dapat dibedakan atau digolangkan menurut bentuk, sifat, sumber,
tempat berlaku, isi dan cara mempertahankannya. Menurut bentuknya, hukum itu dibagi
menjadi dua macam, yaitu hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang
disebut convensi.Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian
yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib hukum di Indonesia, sehingga
Pancasila merupakan sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum di
Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum negara baik yang
tertulis maupun yang tak tertulis atau convensi.
Untuk menyelediki hukum dasar suatu negara tidak cukup hanya menyelidiki
pasal-pasal UUD nya saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana prakteknya
dan suasana kebatinannya dari UUD itu. Indonesia adalah negara demokrasi yang
berdasarkan atas hukum, oleh karena itu dalam segala aspek pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara diatur dalam system peraturan perundang – undangan. Hal
inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib hukum
tertinggi di Indonesia. Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara
Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum di Indonesia.
Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
sesuai dengan yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat
dalam Berita Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia. Dengan
demikian seluruh peraturan perundang – undangan di Indonesia harus bersumber pada
Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung dasar filsafat Indonesia.
2.1 Hukum Dasar Tertulis

Hukum dasar tertulis yaitu hukun yang telah ditulis dan dicantumkan dalam
peraturan perundang-undangan Negara baik yang dikodifikasi ataupun yang tidak
dikodifikasi. Hukum tertulis juga dapat diartikan sebagai sebuah ketentuan atau kaidah
tentang aturan yang dituangkan dalam bentuk formal yang tersusun secara sistematis.
Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis yang
dikodifikasikan dan yang tidak dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut
dibukukan dalam lembaran negara dan diundangkan atau diumumkan. Indonesia
menganut hukum tertulis yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian
hukum dan penyederhanaan hukum serta kesatuan hukum. Kekurangannya adalah
hukum tersebut bila dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-
hal yang terus bergerak maju.
UUD itu rumusannya tertulis oleh karena itu undang-undang dasar tidak mudah
berubah. Adapun pendapat L.C.S wade dalam bukunya contution law,UUD menurut
sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memamparkan kerangka dan tugas-tugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara
kerja badan-badan tersebut jadi UUD itu mengatur mekanisme dan dasar dari setiap
sistem pemerintahan.UUD juga dapat dipandang sebagai lembaga/sekumpulan asas
yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut bagi mereka memandang suatu Negara
dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan.Adapun
hal tersebut di bagi menjadi tiga badan legislatif,eksekutif dan yudikatif.
UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerjasama
dan menyesuaikan diri satu sama lain. UUD merekam hubungan-hubungan kekuasaan
dalam satu Negara. Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa UUD 1945 bersifat
singkat dan supel,UUD 1945 hanya memilik 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya
memuat aturan peralihan dan aturan tambahan yang mengandung makna:
1. Telah cukup jikalau UUD hanya memuat aturan-aturan pokok,hanya memuat
grafis besar intruksi kepada pemerintahpusat dan semua penyelenggara Negara
untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan social.
2. Sifatnya harus supel (elastic)dimaksudkan bahwa kita harus senantiasa ingat
bahwa masyarakat ini harus terus berkembangdan dinamis seiring perubahaan
zaman .Oleh karena itu,makin supel sifatnya aturan itu makin baik.jadi kita
harus menjaga agar sistem dalam UUD itu jangan ketinggalan zaman.Menurut
dadmowahyono ,seluruh kegiatan Negara dapat dikelompokan menjadi dua
macam penyelenggara kehidupan Negara kesejahteraan social.
Berdasarkan makna tersebut , maka sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Karena tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hokum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara Negara maupun mengikat bagi
warga Negara.
2. UUD 1945 itu bersifat supel dan singkat karena UUD 1945 memuat aturan-
aturan pokok yang setiap kali harus di kembangkan sesuai dengan
perkembangan zaman dan memuat hak azasi manusia.
3. Memuat norma-norma, aturan-aturan, ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstitusional.
4. UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan hukum positif
yang tertinggi,disamping itu sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum
positif yang lebih rendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia.
2.2 Hukum dasar tak tertulis (Convensi)

Hukum dasar yang tidak tertulis atau sering disebut convensi, merupakan aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Convensi ini merupakan pelengkap dari aturan-aturan dasar yang belum tercantum
dalam Undang-Undang Dasar dan diterima oleh seluruh rakyat dan tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

Sifat-Sifat Hukum Dasar Tidak Tertulis :


1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara.
2. Tak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar.
3. Diterima oleh seluruh rakyat/masyarakat.
4. Bersifat sebagai pelengkap sehingga memungkinkan bawa convensi bisa
menjadi aturan-aturan dasar yang tidak tercantum dalam UUD 1945.
Contoh :
1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.menurut pasal 37
ayat(1) dan (4) UUD 1945 segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara
terbanyak tetapi sistem ini kurang jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian
bangsa.oleh karena itu,dalam praktek-praktek penyelenggaraan Negara selalu di
usahakan untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat
dan ternyata hamper selalu berhasil.pungutan suara baru ditempuh jika usaha
musyawarah untuk mufakat sudah tak dapat dilaksanakan.
Praktek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak
tertulis antara lain:
1. Pidato kenegaraan presiden RI setiap 16 Agustus di dalam siding DPR
2. Pidato presiden yang di ucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang rencana
anggaran pendapatan belanja (RAPB)Negara pada minggu 1,pada bulan januari
tiap tahunnya.

Hukum tidak tertulis merupakan hokum yang dianggap tidak konsisten,


dikarenakan hokum tidak tertulis peraturannya dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
keadaan dam kepentingan yang menghendaki. Jika convensi ingin di jadikan rumusan
yang bersifat tertulis maka yang berwenang adalah MPR dan rumusannya bukan lah
merupakan suatu hukum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR dan tidak
secara otomatis setingkat dengan UUD melainkan sebagai suatu ketetapan MPR.

Anda mungkin juga menyukai