Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok Agenda 1 (Analisis Isu Kontemporer)

 Gelombang / Angkatan : 11 / XLVI


 Coach : Miskuindu AS, S.Pd., M.Pd
 Nama Anggota Kelompok :

1. Burhanudin Lutfi, NIP : 19950815 202203 1 001


2. Cynthia Desmara, NIP : 19970729 202203 2 001
3. Dadang Surya Atmaja, NIP : 19970127 202203 1 001

 Tema Isu Kontemporer: Narkoba

Ringkasan Kasus :

Terjadi penangkapan seorang oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan


Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman oleh polisi dalam kasus
penyalahgunaan narkotika. Diketahui bahwa oknum ASN tersebut berinisial AS, berusia
54 tahun ditangkap oleh polisi di Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar). Pelaku
ditangkap saat sedang bertransaksi sabu-sabu di tempat tersebut pada Minggu
(19/6/2022). Barang bukti (BB) yang disita polisi, di antaranya, tiga paket sabu-sabu, 12
belas plastik klip, satu korek api mencis, dua telepon seluler (ponsel). Kemudian uang
tunai Rp96 ribu, satu timbangan digital, dua dompet, satu alat hisap sabu (bong) dan
tujuh sedotan (pipet).

Hasil interogasi polisi, AS diketahui sudah pernah ditahan dalam kasus yang
sama alias sudah berstatus residivis. Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda)
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Rudy Repenaldi menjelaskan bahwa
pihaknya menyerahkan sepenuhnya kasus hukum yang menjerat bawahannya tersebut
kepada polisi. Alasan lain, kata Rudy, pihaknya tak ikut campur dalam kasus tersebut
lantaran kasus penyalahgunaan narkotika akan berdampak besar terhadap generasi ke
depan.

“Sebelum dia diangkat menjadi Kabag Prokopim, kami sudah mengkonfirmasi


kepada polisi apakah dia benar-benar bersih dari kasus narkoba, karena yang
bersangkutan dahulu juga pernah terjerat kasus yang sama dan dinyatakan sudah
bersih,” ungkapnya. “Dia ini memang selalu berkutat di bidang Kehumasan, dan setahu
saya kinerjanya baik, bahkan saya sendiri tak pernah lagi melihat dia merokok,”
tuturnya. Saat ini, keberadaan oknum ASN tersebut sudah ditahan di Polres Pariaman.

(Link kasus: https://halonusa.com/oknum-asn-pemkab-padang-pariaman-ditangkap-


polisi-dalam-kasus-penyalahgunaan-narkotika-statusnya-residivis/2/ )

Keterkaitan Kasus dengan Materi Dalam Isu Kontemporer:

Berdasarkan isu-isu kontemporer yang banyak terjadi belakangan ini, maka kami
akan mengangkat 3 (tiga) isu kontemporer yang mana isu-isu ini paling popular yang
terjadi di Indonesia. 3 (tiga) isu kontemporer nya yaitu, narkoba, korupsi dan terorisme.
Proxy war, money laundry dan kejahatan mass communication awalnya juga kami coba
masukkan kedalam google trend, tetapi isu tersebut tidak terlalu banyak
diperbincangkan dikhalayak publik.

Sebagaimana yang kami telusuri di google trend penelusuran kata “narkoba,


korupsi dan terorisme” menjadi isu yang cukup viral atau cukup hangat untuk dijadikan
perbincangan. Berikut grafik penelusuran isu kontemporer pada 1 (satu) tahun
belakangan ini:
Source: google trend, diakses pada 12 Juli 2022 pukul 14:02

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa isu narkoba merupakan isu yang paling
sering ditelusuri dan dibicarakan di google dibandingkan dengan isu lainnya seperti
korupsi dan terorisme. Narkoba seharusnya menjadi isu serius dan menjadi perhatian
setiap sendi masyarakat, agar kasus nya tidak terjadi secara berulang-ulang.

Setelah menemukan dan membuat daftar isu, hal selanjutnya adalah


memvalidasi isu tersebut menggunakan Teknik APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Layak). Aktual maksudnya hal atau isu tersebut benar terjadi saat
ini. Problematik terkait kerumitan masalah tersebut sehingga perlu dicarikan solusinya.
Kekhalayakan, artinya masalah tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Dan
yang terakhir, Layak; yang menanyakan apakah isu tersebut masuk akal, relevan,
realistis dan dapat dimunculkan pemecahan masalahnya.

Hasil validasi isu dengan menerapkan Teknik APKL bisa dilihat pada tabel
dibawah ini:

Isu A P K L Kesimpulan
Narkoba 5 5 5 5 20
Korupsi 4 4 5 5 18
Terorisme 4 5 5 4 18

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah atau isu yang
memenuhi kriteria APKL adalah tentang Narkoba. Analisa Narkoba menggunakan
APKL yaitu pertama unsur Aktual, penyalahgunaan narkoba akhir-akhir ini marak
terjadi, dalam kurun waktu sepanjang tahun dan secara frekuensi menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Problematik, isu ini berpengaruh terhadap keberlanjutan
generasi kini dan generasi penerus bangsa pada masa yang akan datang.
Kekhalayakan, yang melibatkan segala kalangan baik pekerja, pelajar maupun yang
tidak bekerja dan di segala rentang usia, mulai dari usia remaja sampai usia senja serta
dari keberagaman tingkat ekonomi dan latar belakang. Terakhir, unsur Layak; masalah
ini terjadi secara berulang dari tahun ke tahun jika tidak segera dipecahkan bisa
mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia.

Berdasarkan teknik pendekatan “issue scan”, maka isu narkoba dimasukkan juga
ke dalam kategori isu kritikal karena beritanya yang dapat diakses publik dengan luas,
isunya menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan dari segala pihak masyarakat.
Bukan hanya itu, berdasarkan pemaparan beberapa stake holder khususnya terkait
penyalahgunaan narkoba oleh ASN, MenPAN-RB menuturkan ada 1.928 PNS yang
Dipenjara, 15%-nya Kasus Narkoba (detiknews, 2017)

Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan
tingkat urgensinya, yaitu:

1) Isu saat ini (current issue)


2) Isu berkembang (emerging issue), dan
3) Isu potensial.

Isu narkoba dikategorikan sebagai isu kritikal yang tingkat urgensinya tergolong
ke dalam isu saat ini (current issue) karena menjadi isu yang mendapat sorotan publik
dan perlu ditangani dengan segera.

Untuk tapisan isu kami menggunakan teknik indikator penilaian USG: Urgency,
Seriousness, dan Growth.

Urgency, dalam infografis P4GN Triwulan IV Tahun 2020 yang diterbitkan oleh
BNN, terdapat total 6.287 kasus narkoba dengan 8.154 tersangka. Yang mana angka
prevalensi setahun terakhir penyalahgunaan narkoba meningkat dari 1,80% pada tahun
2019 menjadi 1,95% di tahun 2021. Maka dengan banyaknya kasus yang terjadi, kasus
narkoba cukup mendesak untuk segera diselesaikan.

Seriousness, untuk narkoba, dalam laporan Indonesia Drugs Report 2022,


terdapat barang bukti yang dikumpulkan sepanjang tahun 2021 seperti 11.743.525,97
gram sabu dan 872.843,35 tablet ekstasi. Apabila dirupiahkan, nominalnya dapat
menyentuh angka 16,96 triliun.
Indikator yang terakhir adalah Growth, isu narkoba terdapat angka prevalensi
narkoba. Angka ini berarti seberapa besar proporsi orang yang memakai narkoba
dibanding populasi. Menurut Indonesia Drug Report tahun 2022, angka prevalensi
pernah pakai narkoba di Indonesia di pedesaan dan di perkotaan adalah 5,4% yang
artinya 540 dari 10.000 penduduk Indonesia yang berumur 15-64 tahun pernah terpapar
narkoba.

Dari hasil analisis isu menggunakan teknik tapisan, dapat diambil kesimpulan
bahwa isu narkoba merupakan isu kontemporer yang sedang viral saat ini. Selanjutnya
akan dibahas analisis penyebab menggunakan alat bantu diagram fishbone, seperti
dibawah ini:

Penyalahgunaan narkoba bisa terjadi karena kurangnya pemahaman seseorang


akan agama, pola asuh, dan kurangnya pengetahuan tentang narkoba itu sendiri.
Penyalahgunaan narkoba juga bisa terjadi akibat lingkungan yang kurang sehat, seperti
pergaulan bebas, kurangnya dukungan sosial dari keluarga, sekolah dan masyarakat,
serta tinggal dilingkungan yang rawan akan penyalahgunaan narkoba itu sendiri.

Dalam konteks kasus di atas penyalahgunaan narkoba dilakukan oleh oknum


ASN yang notabene semestinya menyajikan contoh bagi warga negara lainnya baik
dalam perkataan maupun tingkah lakunya. Dan fakta bahwa yang bersangkutan
berstatus residivis membuktikan bahwa penyalahgunaan narkoba tidak lain adalah
bentuk lingkaran setan yang membuat siapapun terjebak didalamnya kehilangan kontrol
akan dirinya. Secara jelas, dari kasus tersebut menunjukkan oknum yang tidak
menjunjung martabat ASN yang profesional ditandai dengan tidak menunjukkan
kompetensinya sebagai ASN dan tidak memegang teguh kode etik sebagai ASN.

Hikmah Pembelajaran yang Dapat Diambil dari Kasus Tersebut :

Narkoba/Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan


diperlukan untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau
digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang
sangat merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal
ini akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-
nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.

Selain itu penyalahgunaan Narkoba yang tidak sesuai dengan dosis yang
disarankan dokter dapat membuat efek ketergantungan, jika ini terjadi maka sangat
berbahaya dikarenakan membuat pengguna melakukan berbagai cara untuk
mendapatnya. Maka tidak jarang pengguna maupun mantan pengguna terjatuh dalam
penyalahgunaan narkoba berkali-kali. Bukan hanya dikalangan publik figur saja
melainkan di lingkungan masyarakat pada umumnya seperti ASN pun juga banyak
yang tersandung kasus penyalahgunaan narkoba. Salahsatunya adalah PNS berinisial
AS di Padang Pariaman. Sebagai Aparatur Sipil Negara tak sepatutnya AS melakukan
tindakan yang melanggar hukum tersebut apalagi saat ini Presiden RI Joko Widodo
juga menyatakan perang melawan narkoba. Sebagai Calon Aparatur Sipil Negara tentu
kita tidak boleh terjerumus juga dalam penyalahgunaan Narkoba seperti yang dilakukan
AS, karena hal tersebut melanggar kode etik pegawai, karena sebagai ASN kita wajib
menjaga dan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa dan negara selain itu kita
juga wajib memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakat.

Saran :

Untuk menegakkan kedisiplinan pegawai sebaiknya pemerintah Kabupaten


Padang Pariaman mengambil tindakan yang tegas seperti langsung memecat atau
memberhentikan pegawai yang terlibat penyalahgunaan narkoba, bukan hanya
menurunkan pangkat dan golongannya. Selain itu dengan adanya pemberhentian kerja
juga dapat membuat pegawai lain yang tidak akan berani coba-coba melakukan
tindakan penyalahgunaan narkoba. Apalagi dalam Panca Prasetya Korpri disebutkan
bahwa Korps Pegawai Republik Indonesia berjanji setia dan taat kepada negara
kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 selain itu ASN juga harus menjunjung tinggi kehormatan
bangsa dan negara, maka tak sepatutnya ASN melakukan tindakan tidak terpuji
tersebut. Maka apabila terjadi kasus serupa maka pegawai tersebut melanggar
sumpahnya sebagi Korps Pegawai Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai