DISUSUN OLEH
STB 3173
Solusi :
1. Lebih dari 150 UU merekomendasikan pidana penjara. Rasanya RUU KUHP Memang
harus segera di sahkan, karena pada RUU KUHP tersebut banyak menerapkan Piana
Alternati, yang pasti ya Akan sangat mengurangi jumlah tahanan masuk kedalam
Rutan/Lapas
2. Kebijakan pecandu atau pemakai narkoba yang sebaiknya dilakukan rehabilitasi, baik
itu rehabilitasi medis maupun sosial, Karena belajar dari pengalaman, para pengguna
narkoba yang ditahan dan dipenjara didalam lapas, mengalami resiko tetap menjadi
pengguna narkoba, bahkan sampai menjadi pengedar dan juga bandar ketika di dalam
lapas.
3. Segera memproses usulan PB,CB dan CMB dari narapidana terkait untuk menghindari
overstaying di dalam lapas, dan juga selalu mengingatkan narapidana untuk selalu
tanggap pada saat permintaan berkas untuk kepentingan pengusulan remisi ataupun
usulan PB, CB, dan CMB
2. Peredaran Narkoba
Pihak Lapas harus lebih meningkatkan koordinasi dengan pihak kepolisan guna menanggulangi
peredaran narkoba di dalam lapas. Seperti dengan mengadakan razia rutin di dalam lapas
bersama dengan pihak kepolisian dan pihak kepolisian pun hbarus selalu melakukan pemantauan
terhadap penghuni lapas apabila terhubung dengan jaringan narkoba dari luar.
Solusi :
1.Lembaga Pemasyarakatan harus meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Kinerja petugas
lapas di bidang pembinaan dan bidang keamanan. Sehingga tingkat keberhasilan di dalam
penanggulangan tindak pidana narkotika di dalam lapas berjalan hingga 100%
3. Pungutan Liar
Sudah menjadi rahasia umum dan bukan hal yang aneh jika terjadi pungli marak di Lapas .
Artinya, pungli sudah menjadi bagian pekerjaan dengan pengunjung yang menjadi sasarannya.
Maraknya praktik tercela itu disebabkan bobroknya mental dan harga diri petugas Lapas. Para
pelaku yang sudah jelas-jelas terlibat tidak ditindak dengan tegas, bahkan ada indikasi beberapa
pelaku justru dilindungi.
Aparat kepolisia harus mengusut tuntas praktik pungli tersebut dan oknum petugas yang bermain
juga harus diseret untuk juga merasakan susahnya hidup di dalam jeruji besi. Selain itu pihak
lapas haru selalu berkoordinasi dengan kepolisian agar pungli dapat dihindari dan di berantas
Solusi :
Kenkumham juga harus mengurangi kelebihan kapasitas lapas di seluruh Indonesia, agar
kejadian kejadian kerusuhan dan pelanggaran hukum lainnya tidak kembali terjadi. Kebijakan
lainnya, antara lain melakukan rotasi sipir secara periodik. Karena, tidak sedikit sipir yang
bekerja di sebuah lapas selama bertahun-tahun, hal tersebut selain untuk mengantisipasi
kejenuhan juga bisa mencegah terjadinya hal-hal seperti yang diungkapkan anggota lainnya,
seperti pemalakan atau pungli.
B. Permasalahan di Rutan
1. Overstaying
Overstaying terjadi jika narapidana masih tetap ditahan padahal seharusnya sudah
dibebaskan atau dilepaskan. Mereka yang mengalami kondisi ini sebenarnya mengalami
pelanggaran hak asasi manusia, yaitu penahanan yang tidak sah (arbitrary detention).
Pihak penahan baik dari kepolisian, kejaksaan ataupun pengadilan harus selalu
berkoordinasi dengan pihak rutan mengenai proses administrasi penahanan. Karena
overstaying sering terjadi akibat kurangnya komunikasi yang terjalin antar aparat
penegak hokum. Dimana biasanya surat perpanjangan penahahan ataupun durat
keputusan belum sampai kepada pihak rutan anmun masa penahanan telah berakhir.
Solusi :
1. Alangkah baiknya, selain ditahan didalam Rutan, penerapan Tahanan kota dan
Tahanan rumah sebaiknya di optimalkan, ini tentu menjadi salah satu alternatif
solusi untuk mengurangi overstaying dalam Rutan.
2. Meningkatkan koordinasi antara aparat penegak hokum agar proses administrasi
tahanan dapat berjalan dengan baik dan vepat guna menghinfari terjadinya
oversytaying.
2. Pungutan Liar
Sudah menjadi rahasia umum dan bukan hal yang aneh jika terjadi pungli marak di
Rutan. Artinya, pungli sudah menjadi bagian pekerjaan dengan pengunjung yang
menjadi sasarannya. Maraknya praktik tercela itu disebabkan bobroknya mental dan
harga diri petugas Lapas. Para pelaku yang sudah jelas-jelas terlibat tidak ditindak de-
ngan tegas, bahkan ada indikasi beberapa pelaku justru dilindungi.
Aparat kepolisia harus mengusut tuntas praktik pungli tersebut dan oknum petugas
yang bermain juga harus diseret untuk juga merasakan susahnya hidup di dalam jeruji
besi. Selain itu pihak lapas haru selalu berkoordinasi dengan kepolisian agar pungli
dapat dihindari dan di berantas
Solusi :
Kenkumham juga harus mengurangi kelebihan kapasitas di rutan di seluruh
Indonesia, agar kejadian kejadian kerusuhan dan pelanggaran hukum lainnya tidak
kembali terjadi. Kebijakan lainnya, antara lain melakukan rotasi sipir secara periodik.
Karena, tidak sedikit sipir yang bekerja di sebuah lapas selama bertahun-tahun, hal
tersebut selain untuk mengantisipasi kejenuhan juga bisa mencegah terjadinya hal-hal
seperti yang diungkapkan anggota lainnya, seperti pemalakan atau pungli.
3. . Peredaran Narkoba
Pihak Lapas harus lebih meningkatkan koordinasi dengan pihak kepolisan guna
menanggulangi peredaran narkoba di dalam lapas. Seperti dengan mengadakan razia rutin
di dalam lapas bersama dengan pihak kepolisian dan pihak kepolisian pun hbarus selalu
melakukan pemantauan terhadap penghuni lapas apabila terhubung dengan jaringan
narkoba dari luar.
Solusi :
C. Permasalahan di Bapas
1. Faktor biaya
Faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan Balai
Pemasyarakatan adalah faktor biaya. Pada setiap tahun Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM mengajukan beberapa kegiatan pembimbingan untuk Bapas di
Kementerian Hukum dan HAM, akan tetapi yang lolos hanya satu kegiatan saja.
Pemberian dana ini tidak setiap tahun atau tidak kontinue..Hal ini tentu menghambat
pelaksanaan pembimbingan yang dilakukan oleh Bapas.
Solusi :
Anggaran untuk melaksanakan bimbingan kemandirian perlu di tingkatkan,supaya
adabeberapa jenis latihan keterampilan yang akan diberikan sesuai dengan
kebutuhanklien anak.
Solusi:
Pemerintah harus menediakan sarana dan prasarana yang memadai guna
meningkatkan tugas dari para petugas BAPAS. Sepeti penyediaan kendaraan dinas
dan peralatan pendukung lainnya
Solusi :
Semua pembimbing kemasyarakatan harus diberikan pelatihan ilmu atau keahlian
konseling, supaya dalam memberikan pembimbingan pada klien anak
PKBapasdapat memberikan bimbingansesuai dengan masalahyang dihadapi oleh
klien anak. Selain itu harus adanya tindakan yang tegas terhadapat anak yang lalai
dalam proses wajib lapornya.
D. Permasalahan di Rupbasan
1. Kewenangan
Kewenangan Rupbasan telah banyak diambil alih oleh institusi penegak hukum
lainnya dimana tidak semua barang sitaan disimpan di gudang milik Rupbasan.
Sebagian barang sitaan tetap disimpan instansi yang menyita, seperti kepolisian dan
kejaksaan di seluruh tingkatan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan
Narkotika Nasional (BNN), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
Solusi :
bentuk legislasi yang dipilih semestinya minimal berada dalam level Peraturan
Pemerintah dan bukan Peraturan Presiden. Selain itu, Rupbasan perlu
mempertimbangkan penempatan pengaturan secara lebih rinci dalam Rancangan
KUHAP yang akan dibahas oleh Pemerintah dan DPR atau sesegera mungkin
mendorong rencana RUU pengelolaan aset kejahatan yang komprehensif.
Solusi :
Rupbasan perlu memastikan untuk meningkatkan pembangunan tempat – tempat
pengelolaan rupbasan di seluruh kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
Pembangunan ini dalam rangka untuk mempercepat fase transisi yang sampai
sekarang masih terjadi. Sehingga penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan
Negara tidak lagi berada di tangan penyidik / penuntut umum
3. Penumpukan Barang
Banyak pemilik enggan mengambil kembali barangnya yang tersita karena birokrasi.
Harus ada putusan pengadilan dan pihak eksekutor, jaksa. Selain itu, banyak juga
yang malas mengambil karena merasa barang yang disita tidak penting-penting amat
dan nominalnya rendah.
Tak heran terjadi penumpukan. Barang yang dialihkan ke Rupbasan dan tidak
diambil-ambil terpaksa menumpuk sampai berdebu. Masalahnya memang tidak ada
aturan yang menyebutkan berapa lama barang sitaan itu akan disimpan di Rupbasan.
Kejaksaan dan pengadilan harus selalu berkoordinasi dengan pihak Rupbasan karena
rupbasan hanya sebagai tempat penitipan. Sehingga apabila telah ada keputusan dari
pengadilan pihak kejaksaan harus segera melakukan pelelangan agar tidak terjadi
penumpukan
Solusi :
Kejaksaan selaku eksekutor harus melakukan pelelangan segera ketika sudah di putus
oleh pengadilan. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadinya penumpukan barang dan
dalam rupbasan. Selain itu pemerintah dapat melakukan penambahan gudang untuk
barang atau benda sitaan.
E. Permasalahan LPKA
1. Sarana penunjang pelaksanaan pendidikan
Pada umumnya LPKA belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar seperti ruang kelas, fasilitas belajar,
kurikulum yang belum sesuai dengan kebutuhan anak, belum adanya harmonisasi
regulasi misalnya adanya standar Diknas sebagai syarat untuk peserta didik
mengikuti pendidikan kesetaraan harus memenuhi quota yang ditentukan oleh
Dinkas. Untuk paket A (20 orang), paket B (25 orang) dan paket C (30 orang). Hal ini
menjadi salah satu faktor penghambat karena quota tersebut tidak dapat
dipenuhi mengingat jumlah anak yang mengikuti pendidikan sedikit.
Beberapa sarana prasaran penting selain ruang belajar yang juga minim sebagai
pendukung penyelenggaraan pendidikan, seperti alat –alat belajar, computer,
LCD, seragam dan lain –lain. Kebutuhan di setiap lapas anak secara umum
sama, walaupun terdapat beberapa perbedaan di beberapa bagian.
Solusi :
Pemerintah harus segera menyediakan sarana dan prasarana guana mendukung
pelaksanaan pendidikan di LPKA. Hal ini dikarenakan Anak didik pemasyarakatan
harus di perhatikan dan di perlakukan dengan baik terutama dalam hal pendidikannya.
Karena bagaimanapun mereka adalah para penerus bangsa ini kedepannya.
Solusi :
Harus disediakannya tenaga psikolog pada setiap LPKA guna untuk memenuhi
kebudtuhan psikologis anak. Selai itu juga psikolog merupakan petugas yang akan
bertanggung jawab dalam penanganan Anak tersebut. Sehingga anak sikap dan
prilaku anak dapat terkontrol dengan baik. Dan dapat kemabali berguna bagi bangsa
dan Negara.
Solusi :
Pemerintah harus segera mengusahakan terwujudnya standar pendidikan yang jelas
dan yang terbaik bagi anak yang sedang berada di dalam LPKA. Dimana mereka
harus mendapatken pendidikan yang sama atau setara dengan anak naka lainnya yang
berada di luar LPKA. Hal ini bertujuan supaya mereka tidak tertinggal dari anak anak
lainnya.
F. Permasalahan di LPAS
1. Kondisi Bangunan
Penempatan Anak di dalam Lapas tentunya akan sangat rentan secara
psikologis, yang dibutuhkan untuk seorang anak agar dapat dengan baik mengikuti
pendidikan adalah kenyamanan. Saat ini bangunan lapas anak belum
sepenuhnya dapat mengakomodir kebutuhan tersebut. Konsep utama lapas
umumnya berorientasi pada kebutuhan keamanan, mencegah agar anak di dalam
lapas tidak melarikan diri.
Dengan adanya LPAS diharapkan adanya perubahan fisik bangunan yang
meminimalisir sekecil mungkin kesan Rumah Kurungan, dan memaksimalkan
nya sebagai Rumah Sekolah, seperti sekolah –sekolah pada umumnya,
sehingga memiliki fungsi seperti Boarding Schoolatau Pondok Pesantren.
Solusi :
Konsep ideal pembentukan LPAS harus didesain sebagai tempat yang
memastikan adanya perlindungan khusus bagi anak yang ditahan selama proses
peradilan dengan tetap memenuhi hak-haknya, baik itu kebutuhan jasmani, rohani,
dan social. Oleh karena itu LPAS didesain menyerupai kenyamanan tempat,
rumah, dan lingkungan anak. Sarana dan prasana juga disesuaikan dengan kebutuhan
anak. LPAS tersebut, dibuat di setiap Kabupaten atau Kota atau setidak-tidaknya
disetiap Provinsi.
2. Anggaran
Anggaran pada DIPA khusus untuk pelaksanaan pendidikan tidak ada serta minimnya
dana untuk perbaikan sarana prasarana yang pada LPAS perlu perbaikan, bahkan
renovasi total. Kondisi ini mengakibatkan beberapa Minimnya anggaran juga
berpengaruh pada pemenuhan sarana prasarana penunjang kegiatan
pendidikan. Minimnya anggaran untuk pelaksanaan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pembinaan pendidikan di Ditjen PAS, khususnya di
LPAS.
Solusi :
Pemerintah seharusnya menyediakan anggaran khusus untuk LPAS terutama dalam
hal peningkatan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan undang undang
dimana anak harus diperlakukan secara khusus berbeda dengan orang dewasa.
Solusi :
Pemerintah harus menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan khusus terhadap
petugas yang ada pada LPAS agar mereka mengetahui bagaimana tugas mereka
sebagai pengasih dan dapat mereka terapkan di dalam LPAS sehingga apa yang
diamanatkan Undang Undang dapat berjalan sebagaimana mestinya.