Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KASUS HUKUM LINGKUNGAN PENCEMARAN LIMBAH TAHU DI SIDOARJO

Jnj
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia hidup di dunia menentukan lingkungannya atau ditentukan oleh lingkungannya.


Perubahan lingkungan sangat menentukan ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia pada
lingkungannya. Dalam pendayagunaan sumber daya alam, baik hayati maupun non-hayati, sangat
mempengaruhi kondisi lingkungan bahkan dapat merombak sistem kehidupan yang sudah berimbang
antara kehidupan itu sendiri dengan lingkungannya.

Pertumbuhan ekonomi kini semakin meningkat dengan adanya kemajuan teknologi yang
memadai sebagai penunjang, akan tetapi kemajuan itu dampaknya cukup terasa terutama di bidang
lingkungan hidup. Masalah kerusakan lingkungan hidup yang terus terjadi ini termasuk kedalam
tergerusnya nilai-nilai pancasila. Selalu ada saja manusia yang terlalu sibuk menguras sumber daya yang
ada tanpa memperhatikan bagaimana cara agar Lingkungan tetap terjaga kelestariannya. Hal ini dapat
dilihat dari kasus limbah tahu Di Sidoarjo yang mengakibatkan kerugian pada masyarakat dan lingkungan
hidup di sekitar.

Makalah ini secara khusus akan menganalisis kasus limbah tahu mulai dari kronologi kejadian,
penyelesaian kasus, dan analisis pelanggaran terhadap nilai-nilai sila Pancasila.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana Kronologi kejadian Pencemaran Limbah tahu Di Sidoarjo?


2. Bagaimana penyelesaian masalah terhadap kasus pencemaran limbah tahu Di Sidoarjo?
3. Bagaimana analisis kasus Pencemaran Limbah tahu di Sidoarjo terhadap Sila Pancasila?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana kronologi kejadian pencemaran limbah tahu Di Sidoarjo.


2. Mengetahui dan memahami penyelesaian suatu masalah yang berkaitan dengan kerusakan
lingkungan.
3. Mengetahui keterkaitan kasus dengan pelanggaran sila Pancasila.
4. Menyelesaikan tugas mata kuliah Pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Kasus

Kegiatan pembangunan yang makin meningkat mengandung resiko. Makin meningkatnya resiko makin
meningkat pencemaran dan perusakan lingkungan, termasuk oleh limbah Bahan Berbahaya Beracun
(B3), sehingga struktur dan fungsi ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak.
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup akan menjadi beban sosial, yang pada akhirnya
masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya pemulihannya[1].

Limbah adalah sisa suatu usaha dan/ kegiatan[2]. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

Menyadari hal di atas, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya harus dikelola dengan baik.
Makin meningkatnya kegiatan pembangunan, dalam hal ini pabrik-pabrik atau indutri-industri
menyebabkan meningkatnya dampak kegiatan tersebut terhadap lingkungan hidup.

A. Deskripsi Kasus

Perkara ini merupakan delik lingkungan yaitu pencemaran air Kali Surabaya akibat limbah tahu dan
limbah kotoran babi oleh terdakwa Bambang Goenawan, direktur PT. Sidomakmur dan PT. Sidomulyo.

terdakwa Bambang Goenawan alias Oei Ling Gwat, lahir di Surabaya, umur 48 tahun, jenis kelamin laki –
laki, kebangsaan Indonesia, keturunan China, tempat tinggal JL. Ngagel No. 125 – 127 Surabaya, agama
Katolik, pekerjaan Direktur PT. Sidomakmur dan PT. Sidomulyo dihadapkan ke pengadilan negeri
Sidoarjo dengan dakwaan bahwa antara bulan Maret 1986 - Juli 1988, di perusahaan PT. Sidomakmur
dan PT. Sidomulyo yang terletak di desa Sidomulyo. kecamatan Krian, kabupaten Sidoarjo, telah terjadi
perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau tercemarnya lingkungan hidup dengan
cara terdakwa sebagai pengusaha PT. Sidomakmur yang memproduksi tahu, membuang air limbah tahu
ke Kali Surabaya yang mengandung BOD 3095,4 mg/I dan mengandung COD 12293 mg/I dan juga
sebagai pengusaha PT. Sidomulyo yang berupa peternakan babi membuang limbah kotoran babi ke Kali
Surabaya yang mengandung BOD 426,3 mg/I dan mengandung COD 1802,9 sebagaimana hasil dari
pemeriksaan air limbah yang dilakukan oleh badan teknik kesehatan Lingkungan tanggal 20 Juli 1988 No.
261/ Pem/ BTKL.Pa/VII/1988. Kandungan limbah tersebut melebihi ambang batas yang ditetapkan SK
Gubernur Jawa Timur No 43 Tahum 1987, yaitu maksimum BOD 30 mg/I dan COD 80 mg/I.

Terdakwa sebagai pengusaha PT. Sidomakmur dan PT. Sidomulyo telah membuat instansi (septictank)
yang tidak memenuhi daya tampung limbah kedua perusahaan tersebut, sehingga kotoran atau limbah
meluber keluar dan mengalir ke Kali Surabaya. Pembuangan air limbah tersebut menyebabkan
menurunnya kualitas air Kali Surabaya dan menyebabkan air kekurangan oksigen yang mengakibatkan
matinya kehidupan dalam air serta sangat sukar untuk diolah menjadi air bersih untuk bahan baku
PDAM.

Dalam pemeriksaan terhadap Rochim Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sidoarjo, diperoleh keterangan
bahwa diketemukan adanya sejumlah ikan yang mengambang di permukaan air Kali Surabaya.
Soekarsono Dirja Sukarta, B.A. Pejabat PDAM Pejabat PDAM Surabaya menyatakan bahwa pernah kadar
kimia air Kali Surabaya yang diolah menjadi air minum sangat tinggi, sehingga PDAM harus
mengeluarkan biaya tinggi untuk menormalkan kembali kadar air tersebut, kejadian itu akibat dari
tercemarnya Kali Surabaya.[1]

B. Masalah/Isu Utama

terdakwa Bambang Goenawan didakwa telah melanggar pasal 22 ayat 1 dan 2 Undang – Undang No. 4
Tahun 1982.

Pada tanggal 23 Februari 1989, tuntutan pidana dibacakan, pada pokoknya berbunyi :

Menyatakan terdakwa Bambang Goenawan bersalah karena kelalaiannya melakukan perbuatan


menyebabkan tercemarnya lingkungan hidup – pasal 22 ayat 2 UU No. 4 Tahun 1982 (dakwaan
subsidair).

Menjatuhkan pidana terhadap Bambang Goenawan selama 6 (enam) bulan dalam masa percobaan 1
(satu) tahun dan denda Rp 1.000.0000,00 subsidair 2 (dua) bulan kurungan. Menetapkan agar terdakwa
membayar biaya sebesar Rp 2.500,00.

C. Penyelesaian Kasus

Dalam pemeriksaan perkara di temukan ketidaksesuaian alat bukti mengenai besarnya BOD dan COD
dari limbah tahu. Perbedaan hasil penilitian laboratorium tentang kadar BOD dan COD yang bervariasi
membuat majelis hakim ragu – ragu terhadap kebenaran dari besarnya BOD dan COD tersebut, sehingga
ditetapkan asas In Dubio Pro Reo (putusan yang menguntungkan bagi terdakwa) majelis hakim
menetapkan bahwa besarnya BOD dan COD yang terkandung dalam limbah industri tahu terdakwa
adalah sebesar 17,54 m/I dan 68,58 m/I sesuai dan seperti hasil penelitian pada Balai Pengembangan
dan Penelitian Industri Kanwil Departemen Perindustrian Jawa Timur, Surabaya, tanggal 4 Juni 1988.

Di samping itu, menurut majelis hakim karena tidak adanya hasil penelitian itu sendiri tentang akibat
yang timbul dari limbah yang dibuang ke kali, maka kasus tersebut tidak dapat di pertanggungjawabkan
kepada terdakwa. Dengan demikian menurut hukum, tidak terbukti limbah yang dibuang terdakwa itu
menyebabkan tercemarnya lingkungan hidup, sehingga perbuatan terdakwa bukan merupakan tindak
kejahatan dan bukan pula merupakan pelanggaran. Oleh karenanya, pada tanggal 6 Mei 1989 putusan
PN Sidoarjo:

1. Menyatakan Bambang Goenawan alias Oei Ling Gwat telah melakukan perbuatan membuang
limbah industri tahu ke Kali Surabaya, tetapi perbuatan itu bukan merupakan perbuatan tindak
pidana, yakni tidak menyebabkan tercemarnya lingkungan hidup.
2. Menyatakan oleh karena itu terdakwa diputus “lepas” dari segala tuntutan hukum.
3. Membebankan biaya perkara kepada Negara.
4. Menetapkan surat – sutrat yang diperiksa sebagai alat bukti tetap terlampir dalam berkas.

Setelah keputusan PN Sidoarjo memutuskan membebaskan terdakwa dari segala hukuman maka Jaksa
Penuntut Umum mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Putusan Mahkamah Agung menyatakan
mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon kasasi Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Sidoarjo tanggal 6 Mei 1989 No. 122/pid/1988/PN.Sad.

Mahkamah Agung dalam putusan rek. 1479/K/pid/1989, tanggal 20 Maret 1993 memutuskan bahwa
terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan “karena kelalaiannya
melakukan oerbuatan yang menyebabkan tercemarnya lingkungan hidup“. Kendatipun demikian,
terdakwa “hanya” dihukum kurungan 3 (tiga) bulan dengan waktu percobaan 6 (enam) bulan, di
samping itu terdakwa juga dihukum dengan pidana denda dengan Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah).

D. Analisis Kasus tehadap Sila Pancasila

Nilai dari Sila Kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" dalam hal ini berbaring sebagai berikut :

1. Pengakuan keberadaan Harkat dan martabat manusia dengan semua hak dan undangan asasinya;

2. Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri alam sekitar dan terhadap Tuhan;

3. Manusia sebagai pembuatan beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan
keyakinan.

Penerapan, pengamalan aplikasi sila ini dalam seumur hidup sehari-hari hari dapat diwujudkan dalam
bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk :

menerima Lingkungan hidup yang baik dan sehat;

hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup dengan peran dalam pengelolaan
Lingkungan hidup;

hak setiap orang untuk menghadiri dalam kerangka pengelolaan Lingkungan hidup yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri,2000 : 558).
Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam Undang-
Undang No.23 Tahun 1997, antara berbaring dalam Pasal 5ayat(1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1)
sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat(2).

Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, setiap orang memiliki hak yang sama atas Lingkungan hidup yang baik
dan sehat;

dalam ayat (2) disajikan, itu setiap orang yang dimiliki hak atas informasi Lingkungan hidup dengan
peran dalam pengelolaan Lingkungan hidup;

dalam ayat (3) dinyatakan, itu setiap orang memiliki hak untuk menghadiri kerangka pengelolaan
Lingkungan hidup sesuai dengan peraturan peraturan-undangan yang berlaku.

Dalam Pasal 6 ayat (1) disajikan, itu setiap orang berkewajiban mengatasi kelestarian fungsi Lingkungan
hidup juga Menghindari dan menanggulangi pencemaran dan perusakan Lingkungan hidup dan;

dalam ayat (2) ditegaskan, itu setiap orang yang melakukan usaha dan / atau Kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat tentang pengelolaan Lingkungan hidup.

Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, itu masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan luas-luasnya
untuk menghadiri dalam pengelolaan Lingkungan hidup;

dalam ayat(2) ditegaskan, itu ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan cara :

1.Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;

2. Menumbuh kembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;

3. Menumbuhkan ketanggap-segeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial;

4. Disajikan saran pendapat;

5. Menyampaikan informasi dan / atau menyampaikan laporan lingkungan hidup.

Berdasarkan pemaparan tersebut, Perilaku terdakwa terbukti melanggar nilai yang terkandung dalam
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal ini dibuktikan bahwa tindakan terdakwa membuang air
limbah tersebut menyebabkan menurunnya kualitas air Kali Surabaya dan menyebabkan air kekurangan
oksigen yang mengakibatkan matinya kehidupan dalam air serta sangat sukar untuk diolah menjadi air
bersih untuk bahan baku PDAM. Hal ini sungguh jelas melanggar sila tersebut dan mencerminkan
tindakan tidak adil dan tidak beradab. Tindakan tersebut telah merampas hak setiap orang untuk
memperoleh Lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu, terdakwa juga mencerminkan tindakan
yang merusak lingkungan, tidak berprilaku adil terhadap alam sekitar, serta mengancam kelestarian
lingkungan hidup.

E. Solusi mengatasi Pencemaran Lingkungan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan, diantaranya sebagai
berikut:

 Membuang sampah pada tempatnya.


 Penanggulangan limbah industri.
 Penanggulangan pencemaran udara.
 Penghijauan dan Penanaman Pohon.
 Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai.
 Pengurangan pemakaian CFC.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesadaran terhadap kelestarian lingkungan di Indonesia masih belum efektif terbukti dengan adanya
pembuangan limbah industri yang dilakukan oleh PT. Sidomulyo dan PT.Sidomakmur di Sidoarjo yang
mengakibatkan tercemarnya air yang berada di lingkungan sekitar pabrik yang menimbulkan keresahan
warga sekitar. Padahal air merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan manusia.
Hal ini membuktikan tergerusnya nilai-nilai Pancasila yang semakin sulit diterapkan oleh masyarakat
Indonesia. Pancasila sendiri sudah mengatur nilai-nilai luhur yang baik untuk manusia berprilaku
terhadap sesama maupun alam sekitar.

3.2 Saran

Pemerintah seharusnya lebih menaruh perhatian lagi dalam upaya pengelolaan maupun pelestarian
lingkungan hidup. Tidak hanya sekedar dalam pembuatan regulasi atau peraturan perundang-undangan
saja tetapi juga pada pengawasan penegakannya, terutama pada proses penegakan di dalam
pengadilan. Jangan sampai terjadi majelis hakim di suatu peradilan dapat lalai dalam memutus suatu
perkara karena perbedaan penafsiran hukum atau peraturan perundang-undangan. Mungkin perlu
ditunjuk majelis hakim yang tidak hanya berkompeten di bidang hukum tetapi juga memiliki kepedulian
terhadap lingkungan yang tinggi.
Peraturan Perundang-undangan

Undang Undang No. 4 Tahun 1982 Tentang Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai