Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Derajad


Sarjana Psikologi
Program Studi Ilmu Psikologi
Bidang Peminatan Psikologi Klinis

MILA ROSY APRIANI


16030035

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
1

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
BIDANG PEMINATAN PSIKOLOGI KLINIS

NAMA MAHASISWA : Mila Rosy Apriani


NPM : 16030035
LOKASI PKL Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A
Jl.Ryacudu Way Hui Kecamatan Sukarame, Bandar
Lampung.

MENGESAHKAN,

DOSEN PEMBIMBING DOSEN PENGUJI

(Meilia Ishar, M.Psi., Psikolog) (Setriani, M.Psi.,Psikolog)


NBM. 1216. 190

DEKAN FAKULTAS PSIKOLOGI

(Dra. Renyep Proborini, M.ed., Psikolog)


NBM. 1104.181
2

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala rahmat,
hidayah dan karunia nya sehingga Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung 2019 dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpakan pada nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam. Kegiatan PKL ini dilaksanakan di Lembaga
Permasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung, yang berlangsung pada
tanggal 07 agustus - 21 september 2019. Kegiatan PKL Mahasiswa diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan masyarakat khususnya di bidang
klinis.
Terlaksananya PKL yang Telah penulis rencanakan, tidak lepas dari dukungan
dan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dra.Renyep Proborini, M.Ed.,Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Ibu Setriani, M.Psi.,Psikolog selaku Ketua Program Studi Psikologi.
3. Ibu Meilia Ishar, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang
selalu meluangkan waktu serta memberikan arahan dan semangat kepada
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan ini.
4. Ibu dan Ayah ku tercinta “masroh & suyatno” Dan keluarga Yang selalu
mensupportku dan selalu menantiku wisuda sehingga semangat untuk
mengerjakan laporan PKL.
5. Teman Seperjuangan (rama, lusi, dan reza)
6. Seluruh Pegawai LAPAS yang telah banyak membantu kami selama masa PKL.
7. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
3

Penyusunan laporan ini di dalamnya masih banyak kekurangan sehingga


peneliti mengharapkan masukan baik kritik maupun saran.

Bandar Lampung, 02 Oktober 2019

Penyusun

MILA ROSY APRIANI


16030035
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kuliah Lapangan


Praktik Kuliah Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk pelaksanaan
tugas yang diemban oleh mahasiswa universitas Muhammadiyah Lampung
untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan progam studi Sarjana
jurusan Psikologi di Universitas Muhammadiyah Lampung. pelatihan keahlian
yang dipadukan secara sesistematis sebagai upaya sinkronisasi dengan
program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
langsung di dunia kerja, penyelenggaraan kegiatan ini mengarah suatu upaya
dalam mencapai keahlian yang profesional. salah satu inti adanya Pendidikan
Praktek kuliah Lapangan (PKL) adalah terlaksananya praktek di dunia kerja
instansi. Kegiatan dilakukan sesuai prosedur yang telah disepakati oleh
Universitas yang bekerja sama dengan RSJD Provinsi Lampung dengan
mengikuti semua aturan yang telah ditetapkan untuk seluruh mahasiswa yang
mengikuti kegiatan pkl di LAPAS kegiatan di lakukan secara struktual dan
fungsional . Ilmu yang telah dipelajari khususnya terapan psikologi klinis yang
mendasari mahasiswa mampu menjalani praktek kerja lapangan selama di
rumah sakit jiwa.
Salah satu terapan psikologi yang dapat digunakan untuk praktek kerja
lapangan di LAPAS adalah terapan Psikologi klinis yang merupakan ilmu
psikologi yang bertujuan dan berupaya meningkatkan pemahaman manusia
akan prinsip dan fungsi psikologis yang dialami oleh manusia. Seperti masalah
yang berkaitan dengan kesehatan jiwa individu dikatakan mengalami suatu
masalah dalam dirinya apabila masalah tersebut dapat mengganggu dirinya
sendiri sekaligus orang lain hal ini menjadi salah satu bagian yang di pelajari
mahasiswa untuk memudahkan saat pengambilan data di lapangan.
5

B. Tujuan Praktek Kuliah Lapangan


1. Meningkatkan wawasan pengetahuan di bidang psikologi terutama
psikologi klinis.
2. Mengimplementasikan pengetahuan praktis dalam disiplin ilmu yang
dipelajari sehingga dapat lebih memahami serta mengaplikasikan teori
psikologi dan praktek.
3. Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki sebagai calon sarjana psikologi.
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam sosialiasasi dan
berkomunikasi.
5. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengambil tugas akhir.

C. Manfaat Praktek Kuliah Lapangan


Dengan diadakannya PKL, manfaat yang akan didapatkan adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Mahasiswa
a. Memudahkan mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan
berfikir dan memecahkan masalah berdasarkan teori-teori psikologi
yang telah dipelajari selama kuliah.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang klinis.
c. Mahasiswa dapat dengan mudah memahami teori yang telah di dapat
selama berada di kelas melalui praktek, serta dapat berinteraksi secara
lansung dengan subjek.

2. Bagi Instansi dan Fakultas


a. Menjadi pengembangan keilmuan sehingga secara khusus hasil
praktek kerja lapangan ini memberikan masukan bagi peneliti dan
instansi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
Psikologi klinis.
b. Dapat menambah referensi bagi perpustakaan sehingga menjadi data
awal bagi penulis selanjutnya.
6

c. Untuk menambah wawasan dalam pengelolaan kelembagaan


Fakultas, terutama dalam peningkatan kualitas pelayanan kepada
mahasiswa dan peningkatan kualitas proses belajar mengajar.
d. Membantu instansi dalam menindak lanjuti permasalahan yang di
hadapi oleh pasien.

D. Tempat Praktek Kuliah Lapangan


Praktek Kuliah Lapangan ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas II A yang berada di Jl. Ryacudu Way Hui Kecamatan
Sukarame, Bandar Lampung.

E. Jadwal dan Waktu Praktek Kuliah Lapangan


Praktek Kuliah Lapangan ini dilaksanakan selama enam minggu terhitung
sejak tanggal 08 agustus 2019 sampai dengan 29 agustus 2019 yang di
lakukan selama 6x pertemuan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas
II A.

No Hari dan Tanggal Jam Kegiatan


Kamis,07 Agustus 13.00-15.30  Penyerahan mahasiswa
1 2019 PKL ke LPP oleh pihak
kampus
Kamis, 08 13.30-15.00  Melakukan konseling
2 Agustus 2019 sesi 1 kepada salah satu
warga binaan di LPP
Selasa, 13 14.00-15-30  Konseling sesi 2,
3 Agustus 2019 kepada warga binaan
Rabu, 14 Agustus 14.00-15.30  Konseling sesi 3,
4 2019 pendalaman tentang
permasalahan klien
7

 Konseling sesi 4,
5 Kamis, 22 14.00-15.30 pendalaman lebih lanjut
Agustus 2019 tentang permasalahan
klien
 Melakukan observasi
Rabu, 28 Agustus 09.30-12.00  Melakukan Wawancara
6 2019 kepada pihak lapas
 Konseling sesi 5,
Kamis, 29 14.30-16.00 pendalaman lebih lanjut
7 Agustus 2019 tentang permasalahan
klien sampai selesai.
 Melakukan observasi
 Penutupan,
8 Sabtu, 21 09.00-11.30 mengadakan nonton
September 2019 bersama dengan warga
binaan di LPP.
8

BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTEK KULIAH LAPANGAN

A. Sejarah Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II A Bandar


Lampung
1. Profil
Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada jajaran Direktorat
Jenderal Permasyarakatan yang didirikan berdasarkan Keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.03
tahun 2007 tanggal 23 Februari 2007 yang berdiri diatas area lahan seluas
19028 m. Status lahan masih milik Pemerintah Provinsi Lampung, sedangkan
bangunan milik Kementrian Hukum dab HAM. Luas Blok Hunian Lembaga
Permasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung 863 m, sedangkan
bangunan kantor yang terdiri dari dua (2) lantai dengan luas lantai 1392 m,
dan lantai 2= 122,88 m. Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIA
Bandar Lampung mulai Beroperasional sejak tanggal 4 Februari 2008. Dengan
kapasitas Blok Hunian sebanyak 252 orang.
Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II A Bandar Lampung
selaindifungsikan sebagai LAPAS juga difungsikan sebagai RUTAN.Selain
menampung narapidana Lampung juga menampung tahanan berada di
wilayah Kota Bandar Lampung dan tahanan khusus korupsi yang berada di
wilayah hukum provinsi Lampung. Tahanan-tahanan wanita tersebut baik yang
berasal dari pihak Kepolisian, Kejaksaan maupun dari pihak Pengadilan
dititipkan di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II A Bandar
Lampung ini. Sehingga semua proses pemeriksaan, persidangan bagi para
tahanan wanita juga dilakukan di Lapas Perempuan ini. Selain tahanan
Perempuan di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II A Bandar
Lampung juga Narapidana Perempuan yang berada di Provinsi lampung
9

ditempatkan di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II A Bandar


Lampung.

2. Visi dan Misi


Visi :
Terwujudnya petugas Permasyarakatan yang Profesional, Handal dan
tanggung Jawab untuk mewujudnya pulihnya kesatuan hubungan hidup,
Penghidupan, dan kehidupan WBP sebagai individu, anggota masyarakat dan
mahluk Tuhan Yang Maha Esa.

Misi :
- Melaksanakan Program pembinaan secara berdaya guna, tepat sasaran,
dan memiliki prospek-prospek kedepan.
- Mewujudkan Pelayanan Prima dalam rangka penegakan hukum,
pencegah dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan
perlindungan HAM Tuhan Yang maha Esa.
10

B. Struktur Organisasi

Kalapas Perempuan
Klas II A B.Lampung

Setyo Pratiwi, Bc, IP, SH


S
e
t
Ka. KPLP y
o
Hani Anggraeni P
r
Amd.IP, SH, MH a
Kasubagt Tata Usaha
i
w
Hj. Rosmaini,SH
i
,
Petugas B
c
Pengamanan .
Kaur Umum I Kaur Kepeg dan Keu
P
,
Erwani,SH S Retno Handayani,SH
H

Kasi Binadik Kasi ADM Kamtib Kasi Giatja

Amiek Diyah Ambarwati Amd. Siti Maryati,SH Reni S,SH


IP, SH

Kasubsi Registrasi Kasubsi Keamanan Kasubsi Bimker dan PHK

Fahrennisa Amd. IP, Hartati, S.sos Fajar Hastuti EY.


SH

Kasubsi Bimaswat Kasubsi Portatib Kasubsi Sarana Kerja

Hartati,SH Kholib,SH Reva S.D,Amd.IP,SH


11

C. Keigiatan Umum Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II A


Bandar Lampung

1. Sarana Pembinaan Kegiatan Kemandirian.


Kerajinan tangan yang diberikan kepada narapidana adalah membuat
kerajinan seperti, membuat mote-mote, gantungan kunci, tempat tisu,
memasak, membuat kue, menjahit pakaian dan lain-lain. Sarana yang
tersedia meliputi senar, mote-mote, mesin jahit, benang, bahan pakaian,
kompor, juga diberikan bahan-bahan perlengkapan serta diberikan
ruangan khusus masing-masing program kemandiriannya.

2. Sarana Pembinaan Kegiatan Keagamaan Narapidana.


Tersedia sebuah masjid yang digunakan untuk sholat serta pendidikan
islam hingga proses penceramahan dengan perlengkapan seperti
pengeras suara, mimbar, karpet, tikar, sejadah, al-qur’an hingga buku-
buku bernuansa keagamaan. Tidak hanya mushola saja, pada lapas ini
juga tersedia gereja untuk kegiatan keagamaan para narapidana yang
memeluk agama kristen dan katolik yang dapat dipergunakan untuk
kebaktian dan ibadah setiap harinya.

3. Jadwal Kegiatan Narapidana di LAPAS Perempuan Kelas IIA.


Menurut data seksi bimbingan pemasyarakatan dan perawat yang
diperoleh dari LAPAS Perempuan Kelas IIA Way Hui Bandarlampung
dengan jadwal kegiatan sehari-hari yang menjadi rutinitas di LAPAS
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan tiap hari-nya:
- Bangun, Mandi dan Sholat Subuh 05.00 WIB
- Makan Pagi 07.00 WIB
- Kegiatan Bimke & kamtib 08.30 WIB
- Keg. Perpus, Kebaktian dan Islam 09.00 WIB
- Makan Siang 11.30 WIB
12

- Dzuhuran 12.00 WIB


- Makan Sore 16.30 WIB

b. Kegiatan kerajinan tangan, yang dilakukan setiap hari oleh narapidana


yang telah terdaftar sebagai anggota pada bidang masing-masing
secara tetap.
c. Belajar Membaca Al-Qur’an dan keagamaan diadakan pada setiap
harinya.
13

BAB III
LAPORAN KASUS INDIVIDU

A. Latar Belakang Masalah


Pada hakekatnya manusia mempunyai tujuan untuk bisa mencapai
kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan tersebut erat kaitannya dengan
kondisi psikologis dari masing-masing orang (Kosasih, 2002). Menurut Ryff
dalam Ryan & Deci (2001) seseorang dikatakan bahagia atau sejahtera
kondisi psikologisnya apabila ia dapat menghargai dirinya dengan positif (self-
acceptance), mampu membangun dan menjaga hubungan baik dengan orang
lain (positive relation with others), mampu menciptakan konteks lingkungan
sekitar sehingga bisa memuaskan kebutuhan dan hasrat diri sendiri
(environmental mastery), mampu membangun kekuatan individu dan
kebebasan (autonomy), memiliki dinamika pembelajaran sepanjang hidup dan
berkelanjutan mengembangkan kemampuan diri (personal growth), dan
memiliki tujuan hidup yang menyatukan usaha dan tantangan yang dihadapi
(purpose in life). Setiap orang berhak bahagia dan sejahtera secara psikologis,
untuk mencapai kebahagiaan banyak dipengaruhi berbagai faktor, seperti
emosi, kesehatan fisik, kelekatan dan relasi, status sosial dan kekayaan, serta
pencapaian tujuan (Ryan & Deci, 2001). Oleh karena itu, setiap orang
mempunyai kendala atau tantangannya sendiri dalam mencapai kondisi
psikologis yang sejahtera.
Calhoun dan Acocella (1990) mengemukakan bahwa kegagalan dalam
menjalankan identitas dapat menimbulkan konflik peran dalam diri individu.
Konflik peran ditandai dengan munculnya kondisi psikologis seperti perasaan
bersalah terhadap keluarga karena merasa berbeda, perasaan gelisah,
keletihan fisik dan mental untuk tetap normal di depan orang lain sehingga
menimbulkan rasa frustrasi. Konflik tersebut lalu mengacu pada kesulitan
dalam menghadapi peran yang harus dijalankan. Rasa bersalah pada Tuhan
serta kebutuhan akan suatu keintiman dengan pasangan sejenis yang
14

memberikan rasa nyaman tentu menjadi konflik batin yang tidak dapat
dihindari.
Salah satu subjek biseksual yaitu MR subjek adalah seorang ibu rumah
tangga berusia 26 tahun, subjek bekerja sebagai SPG Chandra dibandar
lampung disamping itu subjek mempunyai sebuah warung yang ia sebut
warung kelontongan di rumah nya. Pada usia 19 tahun subjek sudah berpisah
dengan ibu nya yang meninggal dunia pada usia 70 tahun karena mengalami
komplikasi, menurut pengakuan subjek hubungannya dengan sang ibu sangat
baik dibanding dengan ayah nya. Dan sekarang subjek tinggal bersama ayah
dan kakak perempuannya hubungan subjek dengan keluarganya saat ini baik
karena subjek sangat menyayangi mereka subjek termasuk orang yang
penurut, apapun yang diperintahkan oleh mereka subjek selalu menurutinya.
Subjek mengaku bahwa ia sangat menyayangi keluarganya terutama ayahnya
yang sekarang sedang terbaring dirumah sakit mengalami struk “saya sedih
mba papah sekarang dirumah sakit, saya takut keluar dari sini gak bisa liat
papah lagi” ucap subjek. Menurut pengakuan subjek ia adalah wanita yang
nakal yang mempunyai banyak teman laki-laki dibanding teman perempuan
“saya akui mba kalau saya itu nakal suka nya bergaul dengan laki-laki soal nya
mereka itu lebih mengerti saya kalau lagi susah dibanding teman perempuan
saya, saya juga walaupun udah nikah suka masi hubungan dengan laki-laki
lain” ucap subjek. Subjek adalah seorang janda yang belum dikaruniakan anak
subjek mengaku bahwa suaminya adalah supir angkot dan menjalani hidup
yang sederhana. Pada suatu saat teman subjek menawarkan pekerjaan yang
hasil nya cukup besar yaitu sebagai kurir mengedarkan narkoba subjek
mengaku menerima tawaran teman nya tersebut demi mencukupi kebutuhan
ekonominya yang terbilang sulit pada saat itu tanpa sepengetahuan suami
nya, menurut pengakuan subjek subjek sering melihat suami memakai
narkoba “dirumah itu mba kalo suami saya pulang narik kalo lagi pusing make
narkoba itu di depan saya, tapi ya saya diem aja kadangan juga kalo dia lagi
keabisan nyuruh saya cariin kadangan juga saya yg nawarin sini gua cariin
ada nih murah padahal itu emang udah ada barang nya tapi dia gak tau dapet
15

saya duit gitu saya juga walaupun bohong gitu mba ngebantu dia cari duit dan
saya juga dapet motor satu dapet modal warung lebih” ucap subjek. Sampai
pada suatu ketika subjek mengetahui bahwa suaminya telah berbohong besar
kepadanya, yaitu suaminya bermain dengan wanita lain dibelakang nya.
Subjek berkata sangat kecewa atas perlakuan suaminya subjek merasa sia-
sia atas apa yang ia lakukan untuk suaminya selama ini, subjek mengaku
setelah kejadian itu ia mulai menggunakan narkoba dengan teman
pemakainya dan terus menjualnya lagi hingga akhirnya tertangkap oleh polisi
dirumah teman nya tersebut. Menurut pengakuan subjek saat ini ia adalah
seorang janda yang telah bercerai secara agama saat memasuki LPP. subjek
mengaku setelah memasuki LPP setelah tujuh bulan tepat dibulan desember
ia menjalin hubungan sesama jenis dan menjalani hubungan sesama jenis
dalam waktu selama Sembilan bulan lama nya. Dan ia pun menjalin hubungan
dengan lawan jenis di luar sana subjek mengatakan bahwa ia mempunyai tiga
pacar diluar sana yang hanya via telpon dan bertemu saat pengunjungan saja.
Menurut pengakuan subjek ia melakukan hal tersebut dengan menjalin
hubungan sesama jenis untuk menghilangkan titik jenuh yang ia alami saat itu
“disini banyak mba yang kaya gitu ditambah saya ini orang nya selalu ngikutin
lingkungan rusak dijalanin bener ya dijalanin, saya kalo sama dia itu cuma
surat-suratan aja mba itu juga gasering kebanyakan ketemu ngobrol itu juga
ketemu gak sengaja” ucap subjek. Subjek berkata ia mulai berhenti melakukan
hal tersebut sejak pasangan sesama jenis nya keluar dari LPP sehingga hal-
hal negative nya dahulu perlahan-lahan ia tinggalkan, dan ia merasa bahwa
hubungan dengan sesama jenis itu hanyalah semu. Setelah mendengarkan
pernyataan subjek penulis menanyakan apa yang dirasakannya setelah
kejadian ini terjadi, subjek mengaku menyesal melakukan hal-hal tersebut
yaitu pada saat sebelum memasuki LPP dengan mengedarkan narkoba dan
memakainya dan pada saat memasuki LPP pada saat menjalani hubungan
sesama jenis yang tidak ada guna nya subjek merasa bersalah kepada
keluarga nya terutama pada papah nya yang sedang terbaring dirumah sakit
mengalami struk, dan subjek mengatakan bahwa ia selalu memikirkan jika ia
16

bebas apakah ada yang mau menerima subjek, subjek sangat merasa sangat
menyesal apa yang sudah ia lakukan ia berjanji untuk tidak akan mengulangi
nya. Dan subjek mengatakan bahwasan nya ia amat sangat ingin mempunyai
anak nanti nya.

B. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian biseksual
Dalam tatanan masyarakat Indonesia, fenomena biseksualitas merupakan
orientasi seksual yang tidak lazim dan cenderung dikategorikan negatif oleh
sebagian besar orang. Vitasandy dan Zulkaida (2010: 189-190) menyatakan
bahwa definisi masyarakat akan apa yang normal, layak, benar dan alami
memiliki pengaruh besar atas bagaimana perasaan orang biseksual tentang
orientasi seksual mereka. Pandangan negatif terhadap biseksualitas tersebut
menyebabkan seseorang dengan kecenderungan biseksual merasa terasing
dari dan ditekan oleh masyarakat. Stereotip sosial mengenai apa yang normal,
layak, benar, dan alami untuk dilakukan oleh laki-laki dan perempuan itu tidak
sejalan dengan fakta bahwa di sekitar kita terdapat individu-individu dengan
orientasi seks yang berbeda. Orientasi seks yang berbeda ini seringkali
mendapatkan kritik yang negatif dari lingkungan tanpa memperhitungkan
bahwa stigma negatif yang diberikan ini juga melukai mereka (Nugraha, 2007).
Keberadaan kaum biseksual tidak dapat dikenali dengan mudah seperti
halnya homoseksual dan transeksual. Kelompok biseksual memang tidak
menampakkan diri secara fisik, sehingga tidak mudah dikenali. Seseorang
yang tampak sebagai laki-laki tulen, bahagia dan harmonis dengan istri,
misalnya ternyata juga berhubungan dengan laki-laki. Seorang laki-laki yang
diketahui playboy dengan banyak pacar perempuan, juga dapat memiliki
kecenderungan untuk berhubungan seks dengan sesama laki-laki juga
(Darmawan, 2008).
Sigmund Freud (dalam Darmawan, 2008) menyatakan bahwa manusia
sebenarnya memiliki sifat biseksual bawaan. Ini berarti setiap orang memiliki
dasar dan peluang menjadi biseks. Merujuk pada teori hormonal bahwa setiap
17

manusia sebenarnya memiliki unsur hormon laki-laki maupun perempuan,


tarik menarik unsur tersebut sebagai hal yang biasa dan mudah terjadi.
Wiener dan Breslin (1995: 154-155) menyatakan bahwa terbentuknya
orientasi seksual seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sistem
hormonal, neurofisiologi, sosiokultural (termasuk budaya, keluarga,
perbedaan sosioekonomi, dan pendekatan religiusnya), serta faktor psikologis
lainnya (seperti pengalaman seksual dan juga trauma seksual individu).
Menurut Widyarini (2004), faktor pendorong kecenderungan berorientasi
biseksual akan mewujud menjadi tindakan atau perilaku biseksual yang
didorong oleh beberapa keadaan, yaitu :
1. Coba-coba
Perilaku biseksual ini dapat muncul dari hasil coba-coba antara lelaki
homoseksual dengan sahabat perempuannya, perempuan lesbian dengan
sahabat laki-lakinya, atau seseorang yang telah menikah namun mencoba
pengalaman seksual baru dengan sesama jenisnya. Mereka yang awalnya
hanya tertarik kepada satu jenis kelamin bisa menjadi tertarik pada dua
jenis kelamin.
2. Seks bebas (free sex)
Dalam keadaan semacam ini, sangat terbuka kemungkinan untuk
coba-coba melakukan hubungan biseksual, terutama apabila perilaku
tersebut mengalami kenikmatan dan cenderung diulang-ulang sehinnga ia
dapat berkembang menjadi orang yang berperilaku biseksual.
3. Kebutuhan emosional yang tak terpenuhi
Hasil penelitian tentang seksualitas ganda menunjukkan bahwa para
wanita biseksual mempunyai beberapa kebutuhan emosional yang hanya
dapat dipenuhi oleh laki-laki, sementara kebutuhan emosional lainnya,
menurut mereka, hanya dapat dipenuhi perempuan. Untuk memenuhi hal
tersebut, mereka memiliki peran biseksual.
4. Kebutuhan akan variasi dan kreativitas
Mereka yang menjadi biseksual dalam hal ini disebabkan karena ingin
memenuhi kebutuhan akan adanya variasi dan kreativitas. Hal tersebut
18

bertujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan dalam melakukan


hubungan seksual yang mungkin dirasakan sebagai sesuatu yang monoton.
penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan seksual,
baik arah, minat, maupun orientasi seksual. Penyimpangan adalah gangguan
atau kelainan. Sementara prilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan
sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat bermacam-macam, mulai
dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Objek seksualnya juga dapat berupa orang lain, diri sendiri,
maupun objek dalam khayalan. Penyimpangan seksual merupakan salah satu
bentuk perilaku yang menyimpang karena melanggar norma-norma yang
berlaku. Penyimpangan seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk
perbuatan yang mengabaikan nilai dan norma yang melanggar, bertentangan
atau menyimpang dari aturan-aturan hukum.

1. Teori Pendekatan Psikoanalisa


Menurut Freud adalah : lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis
terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya.
Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat di dalam
ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan.
(Fudyartanta, 2005) Kepribadian dalam konteks psikoanalisa Kepribadian
adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan
dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang
Kepribadian tidak lepas dari cakupan terhadap psikoanalisa yang ada,
karena psikoanalisa mencerminkan dinamika-dinamika psikis yang
menghasilkan gangguan jiwa atau penyakit jiwa. Dinamika psikis terjadi
melalui sinergi dan interaksi-interaksi elemen psikis setiap individu.
Seksualitas Freud sebagai sebuah dinamika, menangkap ada bermacam-
macam potensi psikopatologi dalam setiap peta id, ego, dan superego.
struktur kepribadian menurut Sigmund Freud yaitu id, ego dan superego.
19

a. Id Adalah struktur paling mendasar dari kepribadian yang di miliki


seseorang sejak di lahirkan, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut
prinsip kesenangan (pleasure principle), tujuannya pemenuhan kepuasan
yang segera.
b. Ego Ego muncul setelah usia 1 tahun, ego berkembang dari id,
struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil
keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat
manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
c. Super Ego Superego muncul ketika dewasa, ia bertugas
merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan
moral. Apabila terjadi.

Dinamika Kepribadian :
Freud menyatakan gagasan bahwa energy fisik bisa diubah menjadi
energy psikis, dan sebaliknya. Yang menjembatani energi fisik dengan
kepribadian adalah id dengan naluri-nalurinya.
a. Naluri : Menurut Freud, naluri atau insting adalah representasi
psikologis bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang)
pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh.
b. Macam-macam naluri :Freud berpendapat bahwa naluri-naluri yang
ada pada manusia itu ada dua macam, yaitu naluri-naluri kehidupan
(life instincts) dan naluri-naluri kematian (death instincts).
c. Penyaluran dan penggunaan energi psikis : Dalam teori Freud
dinamika kepribadian terdiri dari jalan tempat energi psikis dan
digunakan oleh id, ego dan superego. Karena jumlah energi itu
terbatas. maka diantara ketiga sistem kepribadian tersebut hampir
selalu terjadi persaingan dalam penggunaan energi. Satu sistem ingin
mengambil kendali dan ingin memperoleh lebih banyak dari pada
yang lainnya. Apabila salah satu sistem memperoleh energi lebih
banyak, maka sistem-sistem yang lain akan kekurangan energi dan
20

akan menjadi lemah, sampai energy baru ditambahkan kepada sistem


keseluruhan.
d. Kecemasan : Freud membagi kecemasan menjadi tiga jenis, yaitu
kecemasan riel, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral.
Kecemasan real adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap
bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar, sedangkan yang
dimaksud dengan kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak
terkendalikannya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa
mendatangkan hukuman. Adapun yang dimaksud kecemasan moral
adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego
individu yang telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar
moral.
e. Mekanisme Pertahanan Ego : Menurut Freud, mekanisme
pertahanan ego adalah strategi yang digunakan individu untuk
mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id, maupun
untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar
kecemasan bisa dikurangi atau diredakan. Freud menguraikan
adanya tujuh macam mekanisme pertahanan ego, yaitu :
- Represi : Represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego
untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan
dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi
penyebab kecemasan tersebut kedalam tak sadar.
- Sublimasi : Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang
ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan
cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang
menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk (tingkah laku)
manusia yang bisa diterima dan dihargai masyarakat.
- Proyeksi : Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap atau
tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.
- Displacement : Displacement adalah pengungkapan dorongan
yang menimbulkan kecemasan pada objek atau individu yang
21

kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan


objek atau individu semula.
- Rasionalisasi : Rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu
menyelewengkan atau memutar balikkan kenyataan yang
mengancam ego, melalui alasan tertentu yang seakan-akan
masuk akal.
- Reaksi formasi : Reaksi formasi adalah reaksi dimana kadang-
kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan
primitive agar tidak muncul sambil secara sadar
mengungkapkan tingkah laku sebaliknya.

Fase-fase Psikoseksual dari Anak hingga Remaja ;


Ada fase-fase psikologis yang harus dilalui tiap individu. Antara lain
fase psikoseksual yaitu tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan
fungsi seksual yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis
individu tersebut. Tiap individu akan mengalami fase/tahap psikoseksual
dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0-18 tahun). Bila individu
tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya sesuai dengan
tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan pada diri orang
tersebut.
1. Fase oral/mulut (0-18 bulan)
Yaitu fase pertama yang harus dilalui oleh seorang anak sejak
dilahirkan.Padabulan-bulan pertama kehidupan, bayi manusia lebih
tidak berdaya dibandingkan dengan bayi binatang menyusui lainnya,
dan ketidakberdayaan ini berlangsung lebih lama daripada spesies
lain.Padamulanya bayi tidak dapat membedakan antara bibirnya
dengan puting susu ibunya, yaitu asosiasi antara rasa kenyang
dengan pemberian asi. Bayi hanya sadar akan kebutuhannya sendiri
dan pada waktu menunggu terpenuhi kebutuhannya, bayi menjadi
frustasi dan baru sadar akan adanya obyek pemuas pada waktu
kebutuhannya terpenuhi. Inilah pengalaman pertama kesadaran akan
22

adanya obyek diluar dirinya. Jadi kelaparan menuntutnya untuk


mengenal dunia luar. Reaksi primitif pertama terhadap obyek yaitu
bayi berusaha memasukkan semua benda yang dipegangnya ke
mulut. Bayi merasa bahwa mulut adalah tempat pemuasan (oral
gratification). Rasa lapar dan haus terpenuhi dengan menghisap
puting susu ibunya. Kebutuhan-kebutuhan, persepsi-persepsi dan
cara ekspresi bayi secara primer dipusatkan di mulut, bibir, lidah dan
organ lain yang berhubungan dengan daerah mulut.
Dorongan oral terdiri dari 2 komponen yaitu doronganlibido dan
dorongan agresif. Dorongan libido yaitu dorongan seksual pada anak,
yang berbeda dengan libido pada orang dewasa. Dorongan libido
merupakan dorongan primer dalam kehidupan yang merupakan suber
energi dari ego dalam mengadakan hubungan dengan lingkungan,
sehingga memungkinkan pertumbuhan ego. Ketegangan oral akan
membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai dengan
diamnya bayi pada akhir menyusui. Sedangkan dorongan agresif
dapat terlihat dalam perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan
menangis. Pada fase oral ini, peran Ibu penting untuk memberikan
kasih sayang dengan memenuhi kebutuhan bayi secepatnya. Jika
semua kebutuhannya terpenuhi, bayi akan merasa aman, percaya
pada dunia luar. Hal ini merupakan dasar perkembangan selanjutnya
dalam berhubungan dengan dunia luar. Jika pada fase oral ini bayi
merasakan kekecewaan yang mendalam, hal ini akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya. Pada waktu dewasa akan mengalami
gangguan tingkah laku seksual misalnya kepribadian oral sadistik
yang dimanifestasikan dalam penyimpangan seksualsadisme, yaitu
kepuasan seks yang dicapai bila didahului atau disertai tindakan yang
menyakitkan. Sebaliknya, bila bayi mendapat kepuasan yang
berlebihan maka dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi
sangat optimis,narcistik (cinta diri sendiri), dan selalu menuntut.
23

2. Fase Anal (1 1/2 - 3 tahun)


Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf ototsfingter
anus sehingga anak mulai dapat mengendalikan beraknya. Pada fase
ini kepuasan dan kenikmatan anak terletak pada anus. Kenikmatan
didapatkan pada waktu menahan berak. Kenikmatan lenyap setelah
berak selesai.
Jika kenikmatan yang sebenarnya diperoleh anak dalam fase
ini ternyata diganggu oleh orangtuanya dengan mengatakan bahwa
hasil produksinya kotor, jijik dan sebagainya, bahkan jika disertai
dengan kemarahan atau bahkan ancaman yang dapat menimbulkan
kecemasan, maka hal ini dapat mengganggu perkembangan
kepribadian anak. Dimana pada perkembangan seksualitas deawasa
anak merasa jijik (kotor) terhadap alat kelaminnya sendiri dan tidak
dapat menikmati hubungan seksual dengan partnernya.
Oleh karena itu sikap orangtua yang benar yaitu mengusahakan agar
anak merasa bahwa alat kelamin dan anus serta kotoran yang
dikeluarkannya adalah sesuatu yang biasa (wajar) dan bukan sesuatu
yang menjijikkan. Hal ini penting, karena akan mempengaruhi
pandangannya terhadap seks nantinya. Jika terjadi hambatan pada
fase anal, anak dapat mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten,
kerapian, keras kepala, kesengajaan, kekikiran yang merupakan
karakter anal yang berasal dari sisa-sisa fungsi anal. Jika pertahanan
terhadap sifat-sifat anal kurang efektif, karakter anal menjadi
ambivalensi (ragu-ragu) berlebihan, kurang rapi, suka menentang,
kasar dan cenderung sadomsokistik (dorongan untuk menyakiti dan
disakiti). Karakter anal yang khas terlihat pada penderita obsesif
kompulsif.
Penyelesaian fase anal yang berhasil, menyiapkan dasar untuk
perkembangan kemandirian, kebebasan, kemampuan untuk
menentukan perilaku sendiri tanpa rasa malu dan ragu-ragu,
24

kemampuan untuk menginginkan kerjasama yang baik tanpa


perasaan rendah diri.
3. Fase Uretral
Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase
phallusErotik. uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran
dan penahanan air seni seperti pada fase anal. Jika fase uretral tidak
dapat diselesaikan dengan baik, anak akan mengembangkan sifat
uretral yang menonjol yaitu persaingan dan ambisi sebagai akibat
timbulnya rasa malu karena kehilangan kontrol terhadap uretra. Jika
fase ini dapat diselesaikan dengan baik, maka anak akan
mengembangkan persaingan sehat, yang menimbulkan rasa bangga
akan kemampuan diri. Anak laki-laki meniru dan membandingkan
dengan ayahnya. Penyelesaian konflik uretra merupakan awal dari
identitas gender dan identifikasi selanjutnya
4. Fase Phallus (3-5 tahun)
Pada fase ini anak mula mengerti bahwa kelaminnya berbeda
dengan kakak, adik atau temannya. Anak mulai merasakan bahwa
kelaminnya merupakan tempat yang memberikan kenikmatan ketika
ia mempermainkan bagian tersebut. Tetapi orangtua sering marah
bahkan mengeluarkan ancaman bila melihat anaknya memegang
atau mempermainkan kelaminnya.
Pada fase ini, anak laki-laki dapat timbul rasa takut bahwa
penisnya akan dipotong (dikebiri). Ketakutan yang berlebihan tersebut
dapat menjadi dasar penyebab gangguan seksual seperti impotensi
primer dan homoseksual.
Pada fase ini muncul rasa erotik anak terhadap orangtua dari
jenis kelamin yang berbeda. Rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan seks tampak dalam tingkah laku anak, misalnya
membuka rok ibunya, meraba buah dada atau alat kelamin
orangtuanya. Daya erotik anak laki-laki terhadap ibunya, disertai rasa
cemburu terhadap ayahnya, dan keinginan untuk mengganti posisi
25

ayah disamping ibu, disebutkompleks Oedipus. Untuk anak wanita


disebutkompleks Elektra. Kompleks elektra biasanya disertai rasa
rendah diri karena tidak mempunyai kelamin seperti anak laki-laki dan
merasa takut jika terjadi kerusakan pada alat kelaminnya. Bila
kompleks oedipus/elektra tidak dapat diselesaikan dengan baik, dapat
menyebabkan gangguan emosi pada kemudian hari.
5. Fase Latensi (5/6 tahun-11/13 tahun)
Pada fase ini semua aktifitas dan fantasi seksual seakan-akan
tertekan, karena perhatian anak lebih tertuju pada hal-hal di luar
rumah. Tetapi keingin-tahuan tentang seksualitas tetap berlanjut. Dari
teman-teman sejenisnya anak-anak juga menerima informasi tentang
seksualitas yang sering menyesatkan. Keterbukaan dengan orangtua
dapat meluruskan informasi yang salah dan menyesatkan itu. Pada
fase ini dapat terjadi gangguan hubungan homoseksual pada laki-laki
maupun wanita.
Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kurang
berkembangnya kontrol diri sehingga anak gagal mengalihkan
energinya secara efisien pada minat belajar dan pengembangan
ketrampilan.
6. Fase genital (11/13 tahun-18 tahun)
Pada fase ini, proses perkembangan psikoseksual mencapai
"titik akhir". Organ-organ seksual mulai aktif sejalan denga mulai
berfungsinya hormon-hormon seksual, sehingga pada saat ini terjadi
perubahan fisik dan psikis. Secara fisik, perubahan yang paling nyata
adalah pertumbuhan tulang dan perkembangan organ seks serta
tanda-tanda seks sekunder. Remaja putri mencapai kecepatan
pertumbuhan maksimal pada usia sekitar 12-13 tahun, sedangkan
remaja putra sekitar 14-15 tahun. Akibat perbedaan waktu ini,
biasanya para gadis tampak lebih tinggi daripada anak laki-laki seusia
pada periode umur 11-14 tahun Perkembangan tanda seksual
sekunder pada gadis adalah pertumbuhan payudara, tumbuhnya
26

rambut pubes dan terjadinya menstruasi, pantat mulai membesar,


pinggang ramping dan suara feminin. Sedangkan pada anak laki-laki
terlihat buah pelir dan penis mulai membesar, tumbuhnya rambut
pubes, rambut kumis, suara mulai membesar. Terjadi mimpi basah,
yaitu keluarnya air mani ketika tidur (mimpi basah).
Bersamaan dengan perkembangan itu, muncullah gelombang
nafsu birahi baik pada laki-laki maupun wanita. Secara psikis, remaja
mulai mengalami rasa cinta dan tertarik pada lawan jenisnya.
Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kekacauan identitas.

2. Analisis Masalah
Analisa pertama Subjek mengatakan seorang ibu rumah tangga yang
hidup berkecukupan dengan membantu keuangan suami yang bekerja
sebagai supir angkot dengan sebagai spg Chandra dan pengedar narkoba.
Subjek memasuki lembaga pemasyarakatan perempuan juni 2016 dengan
kasus pemakai dan pengedar narkoba. Pada awalnya saat mengkonsumsi
narkoba subjek melihat aktifitas suaminya dirumah yang sering
mengkonsumsi narkoba dan mempunyai teman yang rata-rata
mengkonsumsi narkoba diluar sana, selain itu subjek juga selalu cekcok
dengan suami masalah wanita lain yang hadir dalam rumah tangga
mereka.
Analisa kedua subjek mengatakan pergaulan yang ia ikuti semasa
remaja hingga saat ini sangat lah bebas dalam bergaul selain itu subjek
mudah terpengaruh oleh lingkungan nya, subjek cenderung berteman
dengan laki-laki dibandingkan perempuan ia mengatakan berteman
dengan laki-laki itu lebih terasa nyaman dan penuh pengertian. Dalam
pergaulan nya yang bebas subjek pun melakukan seks bebas ia
mengatakan bahwasan nya suami nya menerima dengan keadaan nya
yang ia sebut sudah kotor. Subjek mengatakan ia menjalin hubungan tidak
hanya satu pasangan saja walaupun itu sudah menikah subjek terus
berhubungan dengan lelaki lain diluar sana. saat subjek memasuki
27

lembaga pemasyarakatan perempuan subjek sering melihat kejadian yang


dilakukan sesama jenis yaitu sesame perempuan melakukan
sebagaimana yang tidak boleh dilakukan dan sangat dilarang agama
dengan berciuman, berpegangan tangan, surat-suratan dan mengatakan
suatu perasaan yang dimiliki. berjalan tujuh bulan berada dilembaga
pemasyarakatan perempuan subjek mengatakan ia ikut memasuki dunia
lesbian dengan berhubungan sesama jenis selama Sembilan bulan lama
nya, subjek mengatakan pada saat itu sangat merasakan titik jenuh yang
mendalam dan tidak bisa memenuhi hasrat seksual nya, seperti apa yang
ia lakukan selama diluar sana. Selain berhubungan sesama jenis subjek
mengatakan bahwasan nya ia mempunyai hubungan dengan tiga lawan
jenisnya.
Subjek mempunyai dinamikadalam hal id, ego dan super ego dimana
subjek tidak dapat mengendalikan id nya pada saat ingin melakukan hasrat
seksual nya. Dari beberapa fenomena yang dialami subjek selama hasil
wawancara dan observasi yang dilakukan kepada subjek dan juga para
pegawai yang bertugas bahwasan nya subjek memasuki LPP kelas II A
dengan kasus pemakai dan pengedar narkoba selain itu subjek memiliki
perilaku seks yang menyimpang.

3. Dinamika Psikologi
Berdasarkan dari analisis yang dialami oleh subjek MR maka dalam
dinamika perilaku dapat menggunakan pendekatan psikoanalisa yaitu
psikoseksual (fase Latensi) Pada fase ini MR lebih tertuju pada hal-hal di
luar rumah (lingkungan) keingin-tahuan tentang seksualitas Dari teman-
teman sejenisnya. Selain itu MR sering melihat seorang lesbian yang
menikah dalam satu rumah yaitu tetangga nya sendiri, MR mudah
menerima informasi tentang seksualitas yang sering menyesatkannya.
Selain itu tidak ada nya keterbukaan dengan orang tua MR sehingga
informasi yang salah yang ia dapatkan selalu menyesatkannya. Kegagalan
dalam fase ini mengakibatkan kurang berkembangnya kontrol diri MR.
28

seiring nya waktu bertambah usia Mr dengan MR yang terus tertuju pada
hal-hal diluar rumah(lingkungan) memilih berteman dengan laki-laki
dengan kenyaman yang ia rasakan di bandingkan dengan teman
perempuan nya membuat MR terbawa lingkungan yang bebas sampai
terjadinya seks bebas hingga saat ini yang ia lakukan.
Dalam dinamika kepribadian subjek didominasi oleh id (konsep Freud
sehingga ego (kesadaran) dan superego (nilai-nilai moralnya) lemah.
Keinginan untuk selalu memenuhi insting seksnya membuat MR tidak lagi
menganggap aktivitas seksualnya sebagai bentuk yang tidak baik tetapi
hal yang biasa, kenikmatan seksual lah yang mengendalikan dirinya
secara tidak disadari untuk terus melakukan. perilaku seksual MR baik
dengan laki-laki diperoleh melalui proses pengalaman yang panjang ,
pergaulan nya yang bebas dan bergonta-ganti pasangan (seks bebas).
Penyimpangan seksual terjadi karena lemahnya atau terjadi
kerusakan ego yang disebabkan karena ketidak seimbangan id, ego dan
superego. Dalam permasalahan MR sesuai dengan hasil analisa adalah
MR mempunyai keinginan (id) untuk memuaskan hasrat seksual nya
sebagaimana yang sudah ia lakukan terus menerus di luar sana dengan
lawan jenis nya akan tetapi super ego MR tidak dapat berjalan secara
seimbang sesuai id nya ketika MR menginginkan id tersebut MR tidak
dapat mengutarakan secara langsung Membuat ego MR Tidak dapat
berfungsi dengan semestinya dan memilih untuk memulai berhubungan
dengan sesama jenis di lapas.
Dengan pergaulan nya yang bebas sampai dengan seks bebas yang
secara beruntun terus di lakukan subjek menyebabkan ia secara tidak
sadar dikendalikan oleh kompleks seksualnya, sehingga kepuasan juga
merupakan penguat utama yang dia cari dari aktivitas seksual yang
dijalaninya ketika memasuki lapas. ia bisa memenuhi kebutuhan
seksualnya dengan mudah serta dikuatkan pula oleh kepuasan yang dia
peroleh dari aktivitas seksual tersebut. Dan yang ia peroleh dari aktivitas
29

seksualnya itulah yang menyebabkan MR nyaman menjadi biseksual pada


saat itu.

4. Rancangan Intervensi/Saran Penanganan


Intervensi dalam bidang psikologi adalah upaya yang dilakukan untuk
memperbaiki perilaku, pola pikir, dan perasaan seseorang yang mana
dalam perubahan tersebut diharapkan dapat berubah kearah yang lebih
baik untuk diri nya sendiri maupun bagi lingkungan nya.
Menurut kesimpulan yang telah diambil saran penanganan yang harus
dilakukan oleh subjek MR adalah bisa melakukan konsultasi lebih lanjut
dengan para ahli seperti psikiater, psikolog, atau LSM pemberdayaan
perempuan untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang bagaimana
cara melepaskan diri dari biseksualitasnya. Kemampuan dalam bidang
lainnya yang dimiliki subjek penelitian dapat dikembangkan secara
maksimal sebagai langkah pertama yang bisa dilakukan untuk
menyibukkan diri dan menghindari kemungkinan munculnya perilaku
biseksual itu kembali dan juga dengan sebagai berikut :
1. Berusaha untuk tidak melakukan kontak hubungan dengan sekelompok
orang yang terorganisasi dalam melakukan aktivitas pergaulan yang
bebas.
2. belajar untuk tidak mudah cepat mempercayai orang lain lagi terutama
orang yang baru saja dikenal sekalipun teman dekat,
3. Harus menghindari berkumpul dengan teman sampai larut malam demi
mengurangi hal-hal yang buruk yang akan terjadi lagi.
4. focus pada pekerjaan utamanya untuk mencapai tujuan hidup kelak
menjadi istri yang di dambakan suami dan memiliki anak dan tak lupa untuk
sang papah.
30

BAB IV
LAPORAN KEGIATAN KELOMPOK

A. Pengertian Kegiatan Kelompok


Menurut Marton (1950) mengatakan bahwa kegiatan kelompok yaitu program
yang dirancang untuk direalisasikan oleh sekumpulan orang yang saling
berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedang didalam kelompok
tersebut ada rasa solidaritas karena adanya nilai bersama dan adanya tanggung
jawab bersama .

B. Rancangan Kegiatan kelompok


Jenis Kegiatan : Seminar Kecil
Peralatan dan Perlengkapan:
1. Kertas berisikan Worksheet
2. Pulpen
3. LCD Proyektor
4. Laptop
5. Pengeras Suara
Alur Kegiatan
1. Pembukaan
2. Pemberian seminar kecil dengan materi ” Perencanaaan Hidup Masa
Depan“
3. Memberikan Worksheet padaSubjek/ Klien dan member instruksi cara
pengisian
4. Mulai mengisi Worksheet perencanaan hidup subjek/klien setelah keluar
dari Lapas ( Bebas )
5. Subjek diajak menonton sebuah film tentang kehidupan untuk member
motivasi dan mengambil hikmah cerita dari film tersebut
6. Sesi Tanya jawab dan pembagian snack
31

7. Sambutan salah satu perwakilan Subjek/ klien mengenai kesan kesan


selama mengikuti kegiatan Pkl dari awal konseling individu hingga
berakhir di kegiatan kelompok
8. Penutup
Alokasi Waktu : 150 Menit
Jumlah Peserta : 45 orang
Lokasi : Mushola Lapas
PJ. Sesi Kegiatan : Sesi Kegiatan pemateri : N. Siti Maryamah
Moderator : Al-Hasbi Santara Kahfi

C. Tinjauan Teori Tugas kelompok


Kegiatan kelompok ini dilakukan oleh kelompok mahasiswa Pkl dalam rangka
kegiatan PKL dengan memberikan landasan teori kepada psikoanalisa yang
membahasa tentang kepribadian , dalam hal ini mahasiswa member kegiatan
berupa seminar yang menyampaikan bahwa subjek harus memiliki prasangaka
yang baik kepada diri sendiri sehingga dapan meneruskan masa depan kearah
yang lebih baik.

D. Tujuan Kelompok
Pemberian materi dan penayangan film motivasi agar subjek dapat mengambil
semua pelajaran dalam film tersebut dan menanamkan dalam pemikiran bahwa
segala sesuatu itu belum terlambat dan bias di mulai dari awal dengan penuh
kesadaran.

E. hasil Observasi
Seluruh peserta mengikuti kegiatan dengan penuh antusias dan proses
pengisian Worksheet dilakukan dengan baik , dari hasil ang diperoleh dalam
pengisian tersebut didapati subjek subjek tersebut memiliki cita cita dan keinginan
untuk merubah hidup dan menjalani kehidupan dengan baik seteh bebas.
32

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang : UMM Press, 2009.

Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung:CV Mandar


Maju, 1989.

Nahar, Novi Irawan, Perapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran,
Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol, 2016

Demartoto, Argyo. (2010). Seks, Gender, dan Seksualitas Lesbian, Solo.

Nugraha, B. D. 16 Desember 2007. Mengenali Biseksualitas. Nurani, hlm. 16.

Vitasandy, T. D. & Zulkaida, A. 2010. Konsep Diri Pria Biseksual. Jurnal Psikologi, 3
(2): 189-190.

Widiarto S, 2010. Locus of Control pada Wanita Biseksual. Depok: Universitas


Gunadarma.

Salbiah. (2003). Keseimbangan Seks dan Seksualitas. Sumatra Utara


33

LAMPIRAN
34

WAWANCARA VERBATIM

Nama :MR
Usia : 26 Tahun
Tempat, tanggal lahir : Bandar Lampung, 02 Juni 1994
Alamat : Kemiling Bandar Lampung

Konselor :siang mba, sehat hari ini?


Konseli : siang, hehe sehat mba.
Konselor : kenalin nama saya Mila, saya dari universitas muhammadiyah
l ampung.. kalo nama mba siapa ?
Konseli : mentari
Konselor :. Nama panjangnya siapa mba ?
Konseli :Mentari putri
Konselor : nama ayah ibu siapa mba kalo saya boleh tahu?
Konseli : emzaini kalo ibu mariani jaya
Konselor : tinggalnya dimana mba ?
Konseli : disini mba kemilig beringin jaya
Konselor : mba mentari ini umur berapa ya?
Konseli : 26 tahun mbak..
Konselor : dulu sekolahnya sampai kelas berapa mba ?
Konseli : SMA
Konselor : SMA nya dimana?
Konseli : di sini di sman 12 mbak
Konselor : kalo saya boleh tahu mba berapa bersaudara ?
Konseli : 5 sama saya mba
Konselor : mba anak keberapa ?
Konseli : anak terakhir
Konselor : saudara sudah pada menikah semua mbak?
35

Konseli : sudah mba


Konselor : selisih usianya saudara mba berapa tahun kirakira?
Konseli : selisih nya 2 tahun mba gak jauh-jauh kok
Konselor : mba nya sudah punya suami belum ?
Konseli : udah mba tapi udah cerai pas saya masuk sini
Konseli : cerai secara hukum atau agama mba?
Konselor : masih agama mba tapi kalo udah keluar dari sini mau diurus
Konseli : hubungan dengan saudara baik mba?
Konselor : baik mba cuma gak sedeket sama kakak pertama sama ketiga
Konseli : kenapa mba?
Konselor : iya kalo kakak lain nya pisah rumah ada yang jauh juga
Konseli : hubungan dengan papah mamah baik gak?
Konseli : baik mbak, deket
Konselor : deketnya yang gimana nih ?
Konseli : suka cerita sama mamah,,
Konselor : pernah berantem sama mamah gak ?
Konseli : pernah lah pastinya..
Konselor : berantemnya karna apa biasanya?
Konseli : gak diturutin kalo saya nya ada mau
Konselor : kalo sama papah gimana ?
Konseli : gak terlalu deket..
Konselor : gak deketnya karna apa nih ?
Konseli : dingin mba
Konselor : pernah mukul gak ?
Konseli : kalo mukul gapernah cuma ngoceh-ngoceh aja
Konseli : papah mamah sehat mba sekarang?
Konselor : papah sakit struk mba sekarang dirs mamah udah meninggal
Konseli : meniggal sakit mba?
Konselor : iya mba komplikasi
36

Konseli : ninggal diumur berapa mba ?


Konselor : 70 tahun mba
Konseli : papah umur berapa sekarang?
Konselor : 52 mba
Konselor : sering cekcok dengan saudara ?
Konseli : sering mbak
Konselor : dengan kakak yang kebrapa?
Konseli : yang ke tiga lebih sering
Konselor : namanya siapa ?
Konseli : fn
Konselor : kalo orang tua statusnya orang tua kandung bukan?
Konseli : kandung mbak..
Konselor : kalo boleh tahu pekerjaan papah apa ?
Konseli : pemda mba udah pensiun
Konselor : kalo ibu ?
Konseli : ibu rumah tangga..
Konselor : kalo boleh tahu nih, orang tua nerapin aturan apa aja?
Konseli : ya kalo main harus inget waktu, kalo main jangan aneh-aneh
perempuan. Ya banyak lah mbak, kalo main jangan keluar batas.
Konselor : tahun berapa mba mentari masuk sini ?
Konseli : tahun 2016 mba
Konselor : bulan apa ?
Konseli : bulan enam
Konselor : vonisnya berapa tahun?
Konseli : lima tahun enam bulan
Konselor : kalo saya boleh tahu kasusnya karena apa ?
Konseli : kasus narkoba mba pemakai sama pengedar
Konselor :mba sering make narkoba?
Konseli : engga mba cuma kalo bener-bener galau aja
37

Konselor :mba galau kenapa bisa sampai memakai barang tersebut?


Konseli :suami saya ketauan kalo suka maen sama perempuan mba
Konselor : mba bisa tau barang gitu dari siapa?
Konseli : dulu sering liat suami mba make sama temen juga
Konselor : kalo boleh tau kenapa mba bisa jadi pengedar
Konseli : ditawarin temen mba mau gak penghasilan lumayan gitu
Konselor : sebelum nya mba pernah bekerja ?
Konseli : pernah mba spg dichandra simpur
Konselor : mba pas ditawarin dengan teman nya langsung mau atau
nolak?
Konseli : langsung mau mba ya buat bantu ekonomi bantu suami
Konselor :suami mba bekerja sebagai apa kalo boleh tau?
Konseli :supir angkot mba
Konselor : penghasilan nya berapa mba kalo boleh saya tau sebagai
kurir?
Konseli : tergantung sipembeli nya mba kalo ada yang beli seharga
50juta saya dapet 10jt
Konselor : pernah gak barang nya gak abis kejual gitu?
Konseli : laku terus mba kadang aja suami saya beli sama saya hehe
Konselor : suami ma tau mba jual pengedar sebagai kurir?
Konseli : engga mba cuma kalo dia lagi abis saya nya yang nawarin
nyariin gitu bilang nya harga nya sekian mau gak gitu hehe
Konselor : kalo boleh saya tau penghasilan sebagai kurir mba buat apa?
Konseli : buka warung kelontongan dirumah mba dan kebeli motorsatu
Konselor :mba buka warung itu dirumah sendiri atau gimana?
Konseli : dirumah mertua mba saya belum punya rumah sendiri masih
numpang kadang tempat papah kadang tempat mertua
Konselor : orang tua tau nggak hal ini?
38

Konseli : enggak mbak, taunya dari suami saya pas di grebeg dirumah
temen saya yang punya barang itu terus dibawa kesini itu juga
posisi suami saya masih narik angkot
Konselor :mba sering kumpul gitu dengan teman nya?
Konseli :iya mba cuma pas itu lagi apes kali ya baru sampe dianter
suami suami pergi tiba-tiba polisi sampe.
Konselor : bagaimana reaksi orang tua?
Konseli : kecewa bangetlah mba anak terakhir begini
Konselor : kalo boleh tau mba suku apa?
Konseli : suku lampung kotabumi mba
Konselor : mba dari kecil emang disini atau gimana?
Konseli : sd sampe sma kelas dua di bengkulu mba terus pindah disini
Konselor : pas dibengkulu mba punya sahabat gak dirumah, di engkulu
ataupun di sini ?
Konseli : dibengkulu banyak mba disini juga iya kawan saya banyak laki
Konselor : yang ngebuat kamu ngrasa nyaman sahabatan dengan
laki-laki apa?
Konseli : karna saling ngerti mbak gariweh kayak perempuan terus di
peduliin gitu kaya teman rasa pacar hehe
Konselor : sekarang walaupun sudah menikah masih sering ketemu mba
dengan teman lelakinya?
Konseli : masih dong mba
Konselor : suaminya engga marah mba?
Konseli : kan gak tau mba, orang saya sering juga jalan sama yang laen
terus pacaran hehe diem-diem, saya itu nakal mba saya akuin
Konselor : kalo boleh tau nakal nya gimana mbak?
Konseli : ya maunya bergaul dengan laki-laki udah punya suami masi
sama yang lain diem-diem terus saya sudah menikah emang
39

udah gak P lagi makanya saya menikah dengan suami saya ini
karena dia yang mau nerima saya
Konselor : suami mba selama ini belum tau mba ngejalin dengan yang
lain?
Konseli : belum mba kan diem diem hehe
Konselor : mba semasa sekolah pernah ngrasa dapet prestasi gitu gak ?
Konseli : enggak mba
Konselor : kegiatan disekolah kaya ikut ekskul gitu?
Konseli : ikut mba pmr waktu itu
Konselor : kalo disini ikut kegiatan gak kaya nari atau lainya gitu ?
Konseli : enggak mba
Konselor : mba kegiatan nya apa disini
Konseli : ya bikin motemote mba kerja kalo lagi gak males kalo males
ya bolos hehe, terus solat itu aja terus paling tidur
Konselor : disini banyak gak kawan deket nya?
Konseli : gak banyak si mba ya kawan biasa aja yang deket banget
kawan sekamar aku
Konselor : dikamar mba ada berapa teman nya?
Konseli : 10 orang mba isi nya
Konselor : mba pernah bertengkar gak dengan teman seaamar nya?
Konseli : pernah mba gegara makanan waktu itu maksud saya kan
dikumpulin bareng bareng makan samasama eh malah dia nya
gamau yakan kayagtu gak adil yang sini kebagian sedikit dia
nya banyak gitu.
Konselor : keluarga suka nengok ga mbak?
Konseli : iya sebulan sekali..
Konselor : siapa aja yang nengok biasanya ?
Konseli : kakak2 saya mba kalo papah kan lagi sakit
Konselor :selain itu ada yang nengok lagi gak mba?
40

Konseli : ada mba pacar aku hehe


Konselor :mba punya pacar?
Konseli :punya dong mba 3 malahan
Konselor :kalo boleh tau dari mana mana nih pacar nya?
Konseli :1 ditahanan Cuma udah lepas kontak gitu 2 nya dari luar ma
Cuma yang 1 nya udah gada kabar lagi, terus yang terakhir ini
yang sering nengokin aku.
Konselor :pacar yg sering nengok bekerja atau gimana mba?
Konseli :kerja mba ditempat paman nya dimabel gitu.
Konselor :kalo kesini seulan berapa kali mba?
Konseli :sebulan 2 kali mba
Konselor : mba mentari ada keluhan penyakit gitu gak ?
Konseli : alhamdulillah gak ada. Sehat-sehat aja saya mbak..
Konselor : mba kalo lagi ditengah masalah apa yang mba lakukan?
Konseli : ya kalo lagi ribut sama suami ya ngoceh aja mba tapi udah itu
udah kalo dia minta maaf yaudah dimaafin terus luluh lagi.
Konselor : mba pernah bertengkar dengan orang lain?
Konseli : pernah mba ngelabrak selingkuhan suami saya tapi saya
omongin baik-baik bukan emosi gitu
Konselor : mba selama disini pernah ngerasa frustasi engga?
Konselor : engga sih mba alhamdulillah
Konseli : kalo sedih murung inget sesuatu gitu?
Konselor : pernah sekali inget keluarga dirumah ganangis-nangis gitu
juga sih Cuma netes aja hehe
Konselor : mba kalo boleh saya tahu disini kan perempuan semua pernah
gak melihat teman nya yg melakukan hal menyimpang dengan
sesame?
41

Konseli : lesbi gitu mba? Yakalo gitu ada mba pastinya kaya
suratsuratan gitu ngobrol biasa ya saling perhatian.ada juga yg
sampe cpikacpiki gitu kalo yang lainlain gak tau saya mba
Konselor : maaf mba kan disini mba tau teman nya ada yang seperti
itu,mba pernah ngejalin hubungan seperti itu?
Konseli : pernah mba pas masuk sini terus pas bulan desember aku
pacaran sama apri (apriani)
Konselor : mba berhubungan dengan apri berapa lama?
Konseli : 9 bulan kalo gak salah dari desember sampe bulan 09 2017
Konselor : selama dengan apri mba menjalin hubungan bagaimana
sering bertemu?
Konseli : suratsuratan mba kalo ketemu juga ga sengaja itu juga kalo
ketemu Cuma ngobrol biasa sama sama curhat, terus ngomong
jangan telat makan nanya udah makan belum gitu-gitu aja.
Konselor : sekarang masih dengan apri?
Konseli : udah engga mba apri nya keluar dari sini yaudah saya ada yg
baru yg diluar itu yang sering nengok.
Konselor : nih mba kan sebentar lagi keluar dari sini kalo boleh saya tahu
siapa yg bakal mba temuin dulu ?
Konseli : aku sih gak mau pulang dulu mba mau cari kerja dulu pulang
harus bawa duit gimanapun caranya terus punya hp baru
Konselor : cari kerja berarti lama dong baru nemuin keluarga dirumah
sedangkan kerja sebulan baru kita dapet gaji?
Konseli : ya engga lah mba cari mengmeng dong kan langsung dapet
hehe terus pulang kerumah
Konselor : kalo keinginan mba setelah keluar dari sini apa kalo boleh
saya tau?
Konseli : jadi yang baik, dapet suami yang baik mau nerima lahir batin,
dan punya anak
42

Konselor : aminamin saya doakan juga ya mba


Konseli : iya mba amin makasi mba cantik
Konselor : Makasih ya mba udah mau berbagi, udah mau sharing, udah
mau cerita, seklaigus saya juga mau minta maaf nih kalo misal
selama ngobrol sama mbanya saya ada salah-salah kata.
Mohon dimaafkan ya..
Konseli : iya mbak, sama –sama saya seneng kok ada temen baru
untuk curhat.
Konselor : abis ini ada kegiatan lagi ?
Konseli : mau nyuci baju mba kemaren gak nyuci karena nunggu mba
mila nya eh malah gak dateng.
Konselor : aduh maaf ya mba kemaren ternyata gabisa maaf udah buat
nunggu, yaudah kalo misal masih ada kegiatan. Makasih
banyak ya saya sebelumnya..
Konseli : hehe iya ma gakpapa kok gakpapa ,iya mbak.
43

OBSERVASI LPP

Nama : MR
Tempat Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 02 juni 1994
Usia : 26 Tahun
Pendidikan : SMAN 12 Bandar Lampung
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Anak : Anak Kandung
JumlahSaudara : 5 dari 5 Bersaudara
Alamat : Jl. Vanili blok v no 12 beringin raya kemiling

Hari, Tanggal Subjek Lingkungan


- Penyerahan dan aktivitas
lainnya dilakukan di dalam
08 Agustus 2019 - Aula LPP Bandar
Lampung.
- Ruangan bersih dan rapi.
- Narapidana terlihat antusias saat - Konseling dilakukan di
memasuki Aula Aula LPP.
- Terdapat beberapa nara pidana - Suasana ramai dengan
yang berbisik dengan teman antusiasme narapidana
sebelahnya. - Kondisi ruangan bersih
13 Agustus 2019 - Subjek terlihat tenang dan santai dan rapi
saat beliau dijadikan klien. - Cuaca terik dan panas
- Pada saat knseling subjek santai
dan akrab dengan konselor.
- Subjek tidak ragu untuk
meluapkan segala kisahnya
kepada konselor
44

- Subjek berbicara dengan suara


yang lantang
- Subjek tertawa dan tersenyum
pada konselor pada saat
konseling berlangsung.
- Subjek menggunakan celana
jeans dengan baju kaos berwrna
orange.
- Penampilan subjek rapi dengan
rambut yang terurai kebelakang.
- Subjek memakai kaos berkerah - Konseling dilakukan
dengan celana jeans panjang. dalam mushola LPP.
- Penampilan subjek rapi dengan - Mushola rapi dan bersih.
14 Agustus 2019 rambut diikat satu kebelakang. - Suasana mushola sangat
- Subjek menceritakan kehidupannya ramai.
dengan santai. - Cuaca sedikit panas dan
- Subjek sesekali tertawa ketika terik.
berbicara tentang kehidupannya
kepada konselor.
- Subjek memakai kaos berwarna - Ruangan begitu ramai
berkerah dan menggunakan - Mushola sangat bersih
celana jeans. dan tertata rapih.
22 Agustus 2019 - Subjek seperti biasa tersenyum
ketika bertemu dengan konselor.
- Subjek menceritakan
kehidupannya kepada konselor
dengan antusias dan tertawa
sesekali.

- Suasana ruangan
kondusif dikarenakan
45

- Subjek menggunanakan kaos semua focus pada film


pendek berkerah dan celana yang sedang ditayangkan.
29 Agustus 2019 jeans panjang. - Ruangan bersih dan rapi.
- Subjek mengikat rambutnya asal
sehingga terlihat kurang rapi.
- Subjek beberapa kali
memperhatikan konselor.
- Subjek tersenyum pada konselor
saat melihat konselor masuk
kedalam ruangan.
46

DOKUMENTASI LPP

Foto saat penyerahan mahasiswa PKL ke pihak LPP dari fakultas

Foto bersama di depan gedung LPP dengan para dosen


47

Wawancara dan observasi bersama salah satu nara pidana di aula

Foto kegiatan kelompok untuk nara pidana dengan tema seminar perencanaan
hidup masa depan
48

Foto bersama pihak LPP saat penarikan mahasiswa PKL

Anda mungkin juga menyukai