Anda di halaman 1dari 2

Tugas 1 Ilmu Perudang-Undangan

Nama : Fathur Husain Otta Dhaulagiri

NIM : 044723188

SRIPOKU.COM --Bicara cita hukum, kita harus mengelompokkannya ke dalam dua segi. Segi yang
pertama ialah segi formal yaitu suatu wadah dari cita hukum yang telah digarap dengan melihat alam
kenyataan dari sekeliling kelompok masyarakat / bangsa. Menurut Ketua Pembina Adat Sumatera
Selatan Albar Sentosa Subari SH.MH melalui pesan whatsapp-nya menyebutkan bahwa segi materiil
ialah cita hukum yang berisi suatu kesatuan nilai dari kategori lainnya termasuk cita rasa budaya
masyarakat nya. Cita hukum atau Rechtsidee dari budaya yang bersangkutan tentang apa dan
bagaimana yang dinamakan hukum,sebagai ukuran pokok yang dapat dianggap sebagai hukum oleh
suatu masyarakat atau bangsa serta negara.

Rechtsidee adalah pernyataan dari cita dan rasa tentang bagaimana ramuan yang sesuai dari hukum
dengan lain lain nilai yang berasal dari kategori nilai nilai lainnya dengan memperhitungkan tuntutan
alam kenyataan sekeliling yang tidak dapat dihindari. Cita rasa itu ditentukan oleh filsafat dalam
artinya sebagai pandangan hidup yang dianut masyarakat yang bersangkutan. Dari
itu Rechtsidee dalam dirinya adalah merupakan sesuatu yang didalamnya mengandung kuat sekali
unsur unsur yang emosional idiil yang batasan rasionalnya tidak begitu pasti. Sedangkan pengertian
umum hukum, yang berusaha menjelmakan Rechtsidee, tuntutan pertama yang harus dipenuhi ialah
bahwa itu dapat dikerjakan. Untuk itu perlu bahwa unsur unsur dari pengertian umum hukum ini
harus rasional.

Pertanyaan:

1. Berikan analisis anda bahwa Pancasila sebagai rechtsidee atau cita hukum bangsa Indonesia?
2. Apa yang menjadi ciri dari Pancasila sebagai norma hukum dasar.

Jawab

1. Pancasila sebagai cita hukum bangsa Indonesia terdapat pada Alinea ke empat Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Penjelasan UUD 1945
menyebutkan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah pokok-pokok pikiran bangsa Indonesia,
pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar
negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang, Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
Dari pejelasan UUD 1945 di atas dapat dipahami bahwa Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan nilai-nilai Pancasila adalah dasar dan cita-cita hukum dari UUD 1945.
2. Ciri Pancasila sebagai norma hukum dasar adalah tidak ada norma lain yang berada di atasnya
dan meduduki puncak hierarki yang berarti Pancasila tidak dibentuk oleh norma yang lebih
tinggi lagi, tetapi bersifat pre-supposed atau ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat
dalam negara dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma
hukum di bawahnya. Pancasila sebagai sumber hukum materiil ditentukan oleh materi yang
terkadung dalam Pancasila. Ada tiga materi yang terkandung dalam Pancasila yaitu:
1. Pancasila merupakan muatan filosofis bangsa Indonesia;
2. Pancasila sebagai identitas hukum nasional;
3. Pancasila tidak menentukan perintah, larangan dan sanksi melainkan hanya menentukan
asas-asas fundamental bagi pembentukan hukum (meta-juris)

Ketiga materi inilah yang menentukan Pancasila sebagai sumber hukum materiil. Selain itu
Pancasila sebagai sumber norma hukum dipertegas dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang berbunyi
“Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara”. Dengan demikian maka
Pancasila menjadi sumber tertib dan menjadi supreme norm dalam sistem hukum negara
Indonesia sehingga Pancasila sebagai suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
maupun cita-cita moral bangsa terlegitimasi secara yuridis.

Referensi:

1. Yonas Bo’a, Fais. 2018. Jurnal Konstitusi. Volume 15 Nomor 1. 28-47.


2. Supriyatno, Arif. Jurnal Penelitian dan Artikel Pendidikan. 195-200.
3. Novita Eleanora, Fransiska. Pancasila Sebagai Norma Dasar Dalam Sistem Hukum
Indonesia. 142-165.
4. Dewan Perwakilan Rakyat. 2002. Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR
Tahun 2002. Diakses pada 22 Oktober 2022, dari https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945.

Anda mungkin juga menyukai