Korupsi :
Korupsi sebagian besar murni dilakukan dengan tujuan untuk memperkaya
diri sendiri dan kelompoknya dengan mengambil uang dan hak yang bukan
miliknya
Perilaku jual beli jabatan jelas melanggar akidah Islam, antara lain
melanggar iman kepada ayat Al – Qur’an yang melarang mencari
nafkah dengan cara yang dilarang Allah, seperti pada surat al-Baqarah
ayat 188 :
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil….”
Jual beli jabatan dari sudut pandang
akidah Islam
Perilaku jual beli jabatan juga melanggar iman kepada para Rasul,
karena Rasulullah saw telah melarang praktik suap dan jual beli jabatan.
Rasullullah
Saw melaknat penyuap dan penerima suap dalam suatu
penghukuman.” (HR: al-Tirmidzi)
Dalam riwayat yang lain disebutkan Rasul tidak hanya melaknat
penyuap dan penerima suap, tetapi orang yang menjadi perantara di
antara keduanya. Rasulullah melarang praktik suap karena memiliki
dampak negatif dan bahaya besar bagi tatanan masyarakat.
Jual beli jabatan dari sudut pandang
syariah Islam
Korupsi dan perbuatan turunannya dalam syariat Islam diatur dalam fiqh
Jinayah
Praktekjual beli jabatan dalam Fiqh Jinayah termasuk kedalam Risywah
(Penyuapan).
Menurut MUI, risywah (suap) adalah pemberian yang diberikan oleh
seorang kepada orang lain atau penjabat , dengan maksud meluluskan
sesuatu perbuatan yang batil (tidak benar menurut syariah) atau
membatilkan perbuatan yang haq
Jual beli jabatan dari sudut pandang
syariah Islam
Perbuatan Risywah termasuk haram, dalil nya antara lain adalah Surat Al – Maidah
(5) ayat 42, dan beberapa hadits berikut :
Bersumber dari Tsauban ia berkata, “Rasulullah Saw melaknat pelaku, penerima,
dan perantara risywah, yaitu orang-orang yang menjadi penghubung di antara
keduanya. (HR. Ahmad)
Bersumber dari Masruq, seorang Qadhi berkata, “Apabila seseorang memakan
hadiah, maka ia memakan uang pelicin, dan barang siapa yang menerima risywah
(suap) maka ia telah mencapai kafir.” Katanya lagi, “Barang siapa meminum
khamr, sungguh ia telah kafir, dan kafirnya adalah bukan kafir (meninggalkan)
shalat.” (HR. An-Nasa’i)
Jual beli jabatan dari sudut pandang
akhlak Islam
1. Faktor kebutuhan
2. Faktor keserakahan
3. Faktor lingkungan
Penyebab terjadinya Jual beli jabatan di
Kemenag
Dalam kasus jual beli jabatan di kemenag, tantangan tersebut dapat kita lihat.
Antara lain :
Masyarakat saat ini sudah jarang yang menerapkan nilai – nilai Islam saat
bekerja
Korupsi dan suap di berbagai lembaga pemerintahan merupakan salah satu
dampak negatif dari gaya hidup modern saat ini
Pejabat lebih takut kehilangan kekuasaannya daripada takut saat melanggar
larangan-Nya
Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan tersebut
Hipotesis
Perilaku korupsi dan jual beli jabatan di Kemenag secara masif terjadi
akibat kurangnya penerapan nilai – nilai ajaran agama Islam di dalam
lingkungan kita saat ini, termasuk di dalam lingkungan berkerja dan
bermasyarakat.
Para pegawai dan pejabat yang bekerja di Kemenag dan terlibat kasus
dugaan jual beli jabatan tersebut paham mengenai agama, namun
tidak menerapkannya di dalam kehidupan sehari – hari.
Pembahasan
Teori Willingness and opportunity to corrupt
Dalam menyikapi kasus tersebut, hendaknya kita tidak langsung menyalahkan orang
lain, namun sebaiknya kita mengoreksi diri kita terlebih dahulu. Kasus jual beli
jabatan seperti yang terjadi di Kemenag dapat berawal dari hal kecil, seperti
kurangnya menerapkan ajaran Islam yang sudah dipelajari ke dalam kehidupan
sehari – hari.
Dalam kehidupan kita pun, mungkin saja sebagai mahasiwa kita juga sering
melakukan “korupsi kecil – kecilan” seperti titip absen, numpang nama saat
membuat tugas kelompok, dsb. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah
mengevaluasi dan memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, lalu kemudian
mengajak orang lain untuk berbuat hal yang sama