Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
Tujuan Masalah...................................................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Pancasila......................................................................................................................2
2.2 Pengertian Undang Undang Dasar 1945.......................................................................................2
2.3 Pokok-pokok Pikiran UUD 1945....................................................................................................2
2.4 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila.........................................................2

BAB III..........................................................................................................................................................3
PENUTUP.................................................................................................................................................3
A.   Kesimpulan....................................................................................................................................3
B.   KRITIK & SARAN.............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Reformasi telah membawa ke arah perubahan dalam kata kehidupan bangsa Indonesia.
Gerakan Reform asi saat ini telah terjadi kecenderungan adanya pendangkalan semangat
kebangsaan. Dimana ancaman dis integrasi kebangsaan dengan munculnya semangat
primordialisme yang kuat (suku, agama, kelompok, dll). Akhir-akhir ini marak dengan tawuran
antar desa, antar siswa, mahasiswa, agama, dll. Begitu juga hubungan antar lembaga tinggi
negara ada kecenderungan terjadi pencinderaan antar lembaga. Kondisi tersebut yang
melatarbelakangi pembahasan hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila
dengan hubungan secara formal dan hubungan secara material, mengingat pancasila sebagai
dasar negara, perekat kebangsaan, sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia juga sebagai
pandangan hidup bangsa mulai terabaikan. Untuk mewujudkan masyarakat pancasila ,
diperlukan suatu hukum yang berisi norma-norma, aturan-aturan, ketentuan-ketentuan yang
harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap bangsa negara Indonesia. Hukum yang dimaksud
yaitu hukum UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.

  Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pancasila?


2. Apa pengertian Undang- Undang Dasar 1945?
3. Apakah Pokok-pokok Pikiran UUD 1945?
4. Bagaimanakah hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila ?

  Tujuan Masalah

1. Dapat memahami pengertian Pancasila


2. Dapata memahami pengertian Undang-Undang Dasar 1945
3. Dapat memahami Pokok-pokok Pikiran UUD 1945
4. Dapat memahami Hubungan UUD 1945 dengan Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila

Secara yuridis-konstitusional kedudukan Pancasila  sudah jelas, bahwa Pancasila adalah


pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasional.
Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang
memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Secara umum Pancasila adalah sebuah landasan dari segala keputusan bangsa
Indonesia, Pancasila menjadi ideologi negara dan mencerminkan kepribadian masyarakat
Indonesia. Pancasila menjadi dasar yang mengatur negara Indonesia. Menurut bahasa
pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Panca itu lima dan sila adalah dasar. Jadi
kesimpulan sederhananya adalah Pancasila merupakan 5 dasar. Berikut ini adalah pengertian
pancasila menurut para ahli :
1. Pengertian Pancasila yang pertama diungkapkan oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno.
Beliau menjelaskan bahwa Pancasila merupakan sebuah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang
secara turun temurun ada dalam setiap jiwa warga negara Indonesia. Jadi Pancasila bukan
hanya falsafah negara melainkan juga falsafah bangsa Indonesia.
2. Menurut Muhammad Yamin, Pancasila adalah kata yang berasal dari Panca yang berarti lima
dan Sila yang berarti sendi, jadi Pancasila adalah 5 sendi yang menjadi dasar dan peraturan
untuk mengatur tingkah laku masyarakat menjadi lebih baik.
3. Sedangkan menurut Notonegoro, Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia. Jadi bisa
disimpulkan bahwa Pancasila menjadi ideologi negara Indonesia dan menjadi pandangan hidup
bagi bangsa Indonesia.
Pancasila adalah sebuah dasar negara yang telah dibuat para pendahulu kita, mereka
para pahlawan bangsa berkorban untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan
membuat dasar negara sehingga sampai detik ini negara Indonesia masih kokoh berdiri. Selain
membuat Pancasila, para tokoh nasional juga membuat Undang-Undang Dasar 1945 yang
menjadi pelengkap dari dasar negara Indonesia.
Pengertian pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan
UUD 1945 yang menandaskan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah
dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara
Republik Indonesia.
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah
dikandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Sidang BPPK telah
menerima secara bulat pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Dalam
keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 pancasila tercantum secara
resmi dalam pembukaan UUD RI.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-
persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara harus
berpedoman pada UUD 1945.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia maka pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945,
kemudian dijelmakan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan
UUD 1945, yang pada akhirnya dijabarkan dalam pasal UUD 1945.
Kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat terinci sebagai berikut:
1.    Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia. Dengan demikian, pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia
yang telah dijelmakan dalam pembukaan UUD 1945 ke dalam empat pokok pikiran.
2.    Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.
3.    Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak
tertulis).
4.    Mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah
dan lain-lain penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5.    Merupakan sumber semangat dari UUD 1945 bagi penyelenggara negara, para pelaksana
pemerintahan.
Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa
Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara
formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara.
Cita-cita hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok pikiran
Pembukaan UUD 1945 dimana keempatnya sama hakikatnya dengan Pancasila.
Empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 tersebut lebih lanjut terjelma  ke dalam
pasal-pasal UUD 1945. Barulah dari pasal UUD 1945 itu diuraikan lagi ke dalam banyak
peraturan perundang-undangan lainnya, seperti misalnya ketetapan MPR, undang-undang,
peraturan pemerintah dan lain sebagainya. Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
alinea 4, Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD 1945. Jika
mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alinea mengandung pula cita-cita luhur dan
filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sitem berpikir materi UUD, yaitu :
      Alinea pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak asasi
segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
      Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang  dan penuh
penderitaan yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang
negara Indonesia yang merdeka,  bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
      Alinea ketiga menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang
Maha Esa, yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk
memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia menyatakan
kemerdekaannya.
      Alinea keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan yang
hendak di bentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan seluruh cita-cita bangsa
untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah negara Indonesia.
Dalam alinea keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar negara. Keseluruhan
Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar belakang kemerdekaan , pandangan hidup, tujuan
negara, dan dasar negara dalam bentuk pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan
tersebut-lah yang dalam bahasa Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag atau dasar
negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak hanya
berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai
ideologi bangsa Indonesia. Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan UUD 1945
diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No 7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18
Agustus 1945. Inti dari Pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV.
Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintah negara yang berdasarkan Pancasila terdapat
dalam Pembukaan alinea IV. Oleh karena itu justru dalam Pembukaan itulah secara formal
yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperan utama) sebagai: (a) pandangan
hidup bangsa, (b) dasar Negara, (c) tujuan nasional (Negara).
Sebagai pandangan hidup bangsa, hakikat Pancasila diwujudkan dalam P-4 (yang
saat ini dicabut oleh MPR hasil Sidang Istimewa 1998), yang lebih lanjut dilasanakan dalam
bentuk Anggaran-Dasar (AD) bagi masing-masing organisasi social-politik (seperti ormas, LSM,
Parpol) dan Kode-Etik (KE) bagi masing-masing organisasi profesi/keahlian (seperti IDI, PGRI,
Ikahi)-yang teknis-operasionalnya berbentuk Anggaran-Rumah-Tangga (ART).
Sebagai dasar negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam Batang Tubuh UUD 1945,
yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan (Tap. MPR, UU,
PP, Keppress, Perda, dst.)-yang teknis-operasionalnya berbentuk Surat-Edaran (SE) berupa
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) atau Petunjuk Teknis (Juknis).
Sebagai tujuan nasional (bangsa)/negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam
Garis-garis Besar daripada Haluan Negara (GBdHN) (seperti Propenas) yang lebih lanjut
dilaksanakan dalam bentuk Repetanas (seperti APBN).
Dengan  demikian, hakikat pandangan hidup Pancasila berbentuk pada norma moral
bangsa Indonesia; hakikat dasar Negara Pancasila berbentuk pada norma hukum
Negara Indonesia; dan hakikat tujuan nasional/Negara Pancasila berbentuk pada norma politik
(kebijakan) pembangunan nasional Indonesia.

2.2 Pengertian Undang Undang Dasar 1945

Pengertian secara umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan bahwa: “ Undang-
undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-
Undang Dasar ialah peraturan perundang-undangan negara yang tertinggi tingkatannya dalam
negara dan merupakan hukum dasar negara  yang tertulis, sedang disampingnya Undang-
Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Undang-
undang dasar harus memuat ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hal-hal berikut:
  Bentuk Negara dan organisasinya.
  Susunan pengangkatan dan wewenang pemerintah dalam arti luas: badan legislatif, badan
eksekutif, dan badan yudikatif, pemilihan dan sistemnya.
  Hak-hak fundamental warganegara dan badan-badan hukum termasuk bidang politik.
  Dan lain-lain yang bersifat mendasar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang Dasar
menurut UUD 1945, mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada pengertian hukum
dasar, karena yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis,
sedangkan pengertian hukum dasar mencakup juga hukum dasar yang tidak tertulis. 
Disamping istilah Undang-Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu Konstitusi.
Kedua istilah ini digunakan dengan arti yang sama. Dalam ilmu hukum maupun ilmu politik,
kata “konstitusi” secara lazim digunakan dalam dua arti, yaitu pertama untuk melukiskan
“keseluruhan sistem pemerintahan suatu Negara yang berisi himpunan aturan dimana suatu
pemerintahan dibentuk dan diatur”. (KC. Where, “Modern Constitutions”). Pengertian ini ialah
pengertian konstitusi dalam arti luas. Sebagian dari himpunan aturan ini bersifat hukum, dalam
arti diakui oleh lembaga peradilan dan diterapkan dalam mengadili kasus hukum konstitusional,
dan sebagian lainnyabersifat non hukum atau ekstra hukum yang berwujud kebiasaan atau
konversi, yang oleh pengadilan tidak diakui sebagai hukum, namun daya aturnya terhadap
kehidupan pemerintah tidak kalah efektif dari aturan yang bersifat hukum. Di kebanyakan
negara, sistem pemerintahannya tersusun oleh paduan aturan hukum dan aturan non hukum,
dan paduan inilah yang sering disebut konstitusi.
SECARA literal,istilah “konstitusi” berasal dari bahasa Perancis, constituir, dan bahasa
Inggris, constitution atau dari bahasa Belanda, constitutie, yang berarti membentuk, menyusun,
dan menyatakan. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusidimaksudkan sebagai pembentukan
suatu negara, atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi juga bisa berarti
peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara.[1]
Kata konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-Undang Dasar karena
pengertian Undang-undang Dasar hanya meliputi konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih
terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-undang
Dasar. 
Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar yang tidak
tertulis, tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu yang lazim disebut konvensi,
yang berasal dari bahasa Inggris convention, yang dalam peristilahan ketatanegaraan disebut
kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan. Misalnya , kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI,
setiap tanggal 16 agustus melakukan pidato kenegaraan di muka Sidang Paripurna DPR. Pada
tahun 1945 hingga tahun 1949, karena adanya maklumat pemerintah tertanggal 14 November
1945, yang telah mengubah sistem pemerintahan dari kabinet presidensial ke cabinet
parlementer. Tetapi apabila keadaan negara bahaya atau genting, cabinet berubah menjadi
presidensiil, dan sewaktu-waktu keadaan negara menjadi aman kebinet berubah kembali
menjadi parlementer lagi. Terhadap tindakan-tindakan tersebut tidak ada peraturan yang tegas
secara tertulis, pendapat umum cenderung melakukannya, apabila tidak dilaksanakan, dianggap
tidak benar.
Dalam pengertian sosiologis dan politis, konstitusi merupakan sintese factor kekuatan
yang nyatadalam masyarakat. Jadi, konstitusi menggambarkan hubungan antara kekuasaan
yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara. Sedangkan dalam pengertian yuridis,
konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi
pemerintahan. Namun demikian, ada yang menyamakan antara konstitusi dan Undang-Undang
Dasar sebagaimana dikemukakan oleh C.F. Strong dan James Bryce. Bagi mereka, yang
terpenting adalah isi atau substansi materi dari konstitusi itu sendiri.[2]

2.3 Pokok-pokok Pikiran UUD 1945

Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
berikut :
1.  Pokok pikiran pertama :
“Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Ibdonesia untuk
berdasar atas persatuan mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam
pembukaan ini, terdapat pengertian bahwa Negara yang melindungi dan meliputi segenap
bangsa dan seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala paham perseorangan dan golongan.
Negara menurut pengertian “pembukaan” tersebut menghendaki persatuan yang meliputi
segenap bangsa Indonesia. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
2.    Pokok pikiran kedua :
“Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat”. Pokok pikiran yang hendak
diwujudkan oleh Negara bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa rakyat
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam
kehidupan masyarakat.
3.    Pokok pikiran ketiga :
“Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan”. Oleh karena itu, sistem Negara yang terbentuk dalam UUD 1945
harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan. Hal ini
sesuai dengan sifat “masyarakat Indonesia”. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang
menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dengan kata lain, Negara Republik Indonesia menghendaki sistem
demokrasi.
4.    Pokok pikiran keempat
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara Negara lainnya serta segenap bangsa Indonesia untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur sesuai dengan
statusnya yakni sebagai ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Hal ini menegaskan pokok
pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

2.4 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila

Berdasarkan ajaran Stuffen theory dari Hans Kelsen,menurut Abdullah (1984: 71), hubungan


Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar yang berbentuk piramidal di atasmenunjukkan Pancasila sebagai suatu cita-cita hukum
yangberada di puncak segi tiga. Pancasila menjiwai seluruhbidang kehidupan bangsa Indonesia.
Dengan kata lain,gambar piramidal tersebut mengandung pengertian bahwaPancasila adalah
cerminan dari jiwa dan cita-cita hukumbangsa Indonesia.Pancasila sebagai cerminan dari jiwa
dan cita-citahukum bangsa Indonesia tersebut merupakan norma dasardalam penyelenggaraan
bernegara dan yang menjadisumber dari segala sumber hukum sekaligus sebagai citahukum
(recht-idee), baik tertulis maupun tidak tertulis diIndonesia. Cita hukum inilah yang
mengarahkan hukumpada cita-cita bersama bangsa Indonesia. Cita-cita inisecara langsung
merupakan cerminan kesamaan-kesamaankepentingan di antara sesama warga bangsa.Dalam
pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan,Pancasila yang berfungsi sebagai dasar negara
tercantumdalam Alinea Keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945,yang dengan jelas
menyatakan, “...maka disusunlahKemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatuUndang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentukdalam suatu susunan Negara Indonesia yang
berkedaulatanrakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusiaan yang
adil beradab, Persatuan Indonesia, danKerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaandalam permusyawaratan/perwakilan, serta denganmewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyatIndonesia”.Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitupada
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, maka fungsi pokokPancasila sebagai dasar negara pada
hakikatnya adalahsumber dari segala sumber hukum atau sumber tertibhukum di Indonesia,
sebagaimana tertuang dalamKetetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Jo. Ketetapan
MPRNo.IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensiyuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan
perundang-undanganRepublik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang,Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden danPeraturan-peraturan Pelaksanaan lainnya yang
dikeluarkanoleh negara dan pemerintah Republik Indonesia) harussejiwa dan sejalan dengan
Pancasila. Dengan kata lain, isidan tujuan Peraturan Perundang-undangan RI tidak
bolehmenyimpang dari jiwa Pancasila.Berdasarkan penjelasan di atas, hubungan
Pancasiladengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat dipahamisebagai hubungan yang
bersifat formal dan material.Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan(2000: 90-
91), menunjuk pada tercantumnya Pancasilasecara formal di dalam Pembukaan yang
mengandungpengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanyabertopang pada asas
sosial, ekonomi, politik, akan tetapidalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yangmelekat
padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural,religius dan asas-asas kenegaraan yang unsur-
unsurnyaterdapat dalam Pancasila.Dalam hubungan yang bersifat formal antaraPancasila
dengan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dapatditegaskan bahwa rumusan Pancasila sebagai
dasar NegaraRepublik Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalamPembukaan UUD NRI
tahun 1945 alinea keempat. MenurutKaelan (2000: 91), Pembukaan UUD NRI tahun
1945merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamentalsehingga terhadap tertib hukum
Indonesia mempunyai duamacam kedudukan, yaitu: 1) sebagai dasarnya, karenaPembukaan
itulah yang memberikan faktor-faktor mutlakbagi adanya tertib hukum Indonesia; 2)
memasukkandirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertibhukum tertinggi.Pembukaan
yang berintikan Pancasila merupakansumber bagi batang tubuh UUD NRI tahun 1945. Hal
inidisebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan berbedadengan pasal-pasal atau batang
tubuh UUD NRI tahun1945, yaitu bahwa selain sebagai Mukadimah, PembukaanUUD NRI tahun
1945 mempunyai kedudukan ataueksistensi sendiri. Akibat hukum dari kedudukanPembukaan
ini adalah memperkuat kedudukan Pancasilasebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak
dapatdiubah dengan jalan hukum dan melekat padakelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia.Lebih lanjut, Kaelan (2000: 91-92) menyatakanbahwa Pancasila adalah substansi
esensial yangmendapatkan kedudukan formal yuridis dalam PembukaanUUD NRI tahun 1945.
Oleh karena itu, rumusan danyuridiksi Pancasila sebagai dasar negara adalahsebagaimana
terdapat dalam Pembukaan UUD NRI tahun1945. Perumusan Pancasila yang menyimpang
dariPembukaan secara jelas merupakan perubahan secaratidak sah atas Pembukaan UUD NRI
tahun 1945.Adapun hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUDNRI tahun 1945 secara
material adalah menunjuk padamateri pokok atau isi Pembukaan yang tidak lain
adalahPancasila. Oleh karena kandungan material PembukaanUUD NRI tahun 1945 yang
demikian itulah makaPembukaan UUD NRI tahun 1945 dapat disebut sebagaiPokok Kaidah
Negara yang Fundamental, sebagaimanadinyatakan oleh Notonagoro (tt.: 40), esensi atau inti
sariPokok Kaidah Negara yang Fundamental secara materialtidak lain adalah Pancasila.Menurut
pandangan Kaelan (2000: 92), bilamanaproses perumusan Pancasila dan Pembukaan
ditinjaukembali maka secara kronologis materi yang dibahas olehBPUPKI yang pertama-tama
adalah dasar filsafat Pancasila,baru kemudian Pembukaan.[4]
Setelah sidang pertama selesai,BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat Negara Pancasila
danberikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun olehPanitia Sembilan yang merupakan
wujud pertamaPembukaan UUD NRI tahun 1945.Dalam tertib hukum Indonesia diadakan
pembagianyang hirarkis. Undang-Undang Dasar bukanlah peraturanhukum yang tertinggi. Di
atasnya masih ada dasar pokokbagi Undang-Undang Dasar, yaitu Pembukaan sebagaiKaidah
Negara yang Fundamental yang di dalamnyatermuat materi Pancasila. Walaupun Undang-
Undang Dasaritu merupakan hukum dasar Negara Indonesia yang tertulisatau konstitusi,
namun kedudukannya bukanlah sebagailandasan hukum yang terpokok.Menurut teori dan
keadaan, sebagaimana ditunjukkanoleh Bakry (2010: 222), Pokok Kaidah Negara
yangFundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. PokokKaidah yang tertulis mengandung
kelemahan, yaitu sebagaihukum positif, dengan kekuasaan yang ada dapat diubahwalaupun
sebenarnya tidak sah. Walaupun demikian,Pokok Kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan,
yaitumemiliki formulasi yang tegas dan sebagai hukum positifmempunyai sifat imperatif yang
dapat dipaksakan.Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesiapada saat ini diharapkan
tetap berupa Pembukaan UUD NRItahun 1945. Pembukaan UUD NRI tahun 1945 tidak
dapatdiubah karena menurut Bakry (2010: 222), fakta sejarahyang terjadi hanya satu kali tidak
dapat diubah. PembukaanUUD NRI tahun 1945 dapat juga tidak digunakan sebagaiPokok
Kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaanyang ada, sebagaimana Buperubahan
ketatanegaraan yangpernah terjadi saat berlakunya Mukadimah Konstitusi RIS1949 dan
Mukadimah UUDS 1950.Sementara itu, Pokok Kaidah yang tidak tertulismemiliki kelemahan,
yaitu karena tidak tertulis makaformulasinya tidak tertentu dan tidak jelas sehingga mudahtidak
diketahui atau tidak diingat. Walaupun demikian,Pokok Kaidah yang tidak tertulis juga memiliki
kekuatan,yaitu tidak dapat diubah dan dihilangkan oleh kekuasaankarena bersifat imperatif
moral dan terdapat dalam jiwabangsa Indonesia (Bakry, 2010: 223).Pokok Kaidah yang tidak
tertulis mencakup hukumTuhan, hukum kodrat, dan hukum etis. Pokok Kaidah yangtidak
tertulis adalah fundamen moral negara, yaitu‘Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan
yang adil dan beradab.[5]
Sudah menjadi ketentuan ketatanegaraan sekaligus sebagai suatu kesepakatan serta
doktrin kenegaraan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup, ideologi bangsa Indonesia serta
sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Artinya, Pancasila adalah pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan, watak rakyat dan negara yang
bersangkutan serta menjadi tempat berbijak atau bersandar bagi setiap persoalan hukum yang
ada atau yang muncul di Indonesia, sebagai tempat menguji keabsahan baik dari sisi filosofis
maupun yuridis.[6] Menurut DR. M. J. Langeveld yang dimaksud dengan jiwa bangsa adalah
kehidupan batin bangsa Indonesia yaitu segala apa yang dipikirkan, dirasakan, diingat, direka,
diimpikan dan dialami untuk menjadi perangsang dan mewujudkan cita-cita dan tujuan
kemanusiaan bangsa.[7]
Fungsi Pancasila sebagai kaidah dasar negara (staatsfundamental norm) menurut Prof.
Mr. DR. Noto Nagoro, Pancasila merupakan bagian terpenting dari pembukaan UUD 1945. Maka
negara Indonesia adalah negara Pancasila yang secara konsisten mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan TAP MPR No IV/MPR/1999 tentang
garis-garis besar haluan negara 19992004.[8]
Ada hubungan prinsipil antara pembukaan UUD 1945 dan proklamasi kemerdekaan
Indonesia, yaitu pertama, pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kedua, tindakan-
tindakan yang segera dilakukan terkait dengan kemerdekaan, cita-cita luhur yang menjadi
pendorong ditegakkannya kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan dan perwujudan keadilan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.
Pada alinea ke-4 UUD 1945 merupakan pernyataan peristiwa dan keadaan ataupun cita-
cita setelah bangsa Indonesia terwujud. Pancasila yang termaktub pada alinea ke-4 ini
merupakan unsur penentu ada dan berlakunya hukum Indonesia, pokok kaidah negara yang
fundamental, dasar negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan demikian
Pancasila merupakan inti dari pembukaan UUD 1945, dan memiliki kedudukan yang kuat dan
tetap serta tidak dapat diubah.
Posisi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dinyatakan dalam Ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966. Artinya nilai-nilai Pancasila sebagai norma dasar paling fundamental
sehingga mampu menjadi pandangan hidup, visi bangsa, dasar pijakan hubungan politik dan
kehidupan kebangsaan yang lain.[9] Dan ini bersifat tetap yang tidak dapat berubah karena
Pancasila merupakan hasil dari kesepakatan kehidupan berbangsa di Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila secara yuridis formal merupakan dasar filsafat negara
yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini berarti, dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini termasuk semua
peraturan perundangan, pemerintahan, penyelenggaraan kekuasaan, sistem demokrasi, dan
aspek-aspek penyelenggaraan negara lainnya.
Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-undang Dasar 1945 diundangkan
dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
UUD 1945 pada intinya memiliki dua unsur pokok, yakni Pembukaan dan Batang Tubuh.
Sebelum menjadi sebuah konstitusi, perumusan dan penyusunannya melewati sejarah yang
cukup panjang, yakni sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah di jawab pada bab sebelumnya, yakni


bab pembahasan. Maka kami menyimpulkan :
  Pengertian pancasila
  Pancasila adalah sebuah landasan dari segala keputusan bangsa Indonesia, Pancasila menjadi
ideologi negara dan mencerminkan kepribadian masyarakat Indonesia. Pancasila menjadi dasar
yang mengatur negara Indonesia.
  Pengertian undang undang dasar 1945
      Pengertian secara umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan bahwa: “ Undang-
undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-
Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-Undang Dasar itu
berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
  Hubungan antara pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai berikut: 
  Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945,  maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asa-asas social,  ekonomi, politik, akan tetapi
dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-
asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat pada Pancasila.

B.   KRITIK & SARAN

Untuk dapat mencapai satu tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur
pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka, “marilah
bersama-sama memahami, mendalami ajaran pancasila secara menyeluruh supaya kita paham dan
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sahari-hari, dengan tujuan dapat mengurangi sedikit demi
sedikit hal-hal yang dapat mengancam dan membahayakan pancasila yang tidak hanya datang dari luar
tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi sekarang ini."Demikian makalah yang dapat kami
buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda
harapkan, kami mohon maaf. Terima kasih ~

Anda mungkin juga menyukai