BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................................1
Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
Tujuan Masalah...................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Pancasila......................................................................................................................2
2.2 Pengertian Undang Undang Dasar 1945.......................................................................................2
2.3 Pokok-pokok Pikiran UUD 1945....................................................................................................2
2.4 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila.........................................................2
BAB III..........................................................................................................................................................3
PENUTUP.................................................................................................................................................3
A. Kesimpulan....................................................................................................................................3
B. KRITIK & SARAN.............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
Reformasi telah membawa ke arah perubahan dalam kata kehidupan bangsa Indonesia.
Gerakan Reform asi saat ini telah terjadi kecenderungan adanya pendangkalan semangat
kebangsaan. Dimana ancaman dis integrasi kebangsaan dengan munculnya semangat
primordialisme yang kuat (suku, agama, kelompok, dll). Akhir-akhir ini marak dengan tawuran
antar desa, antar siswa, mahasiswa, agama, dll. Begitu juga hubungan antar lembaga tinggi
negara ada kecenderungan terjadi pencinderaan antar lembaga. Kondisi tersebut yang
melatarbelakangi pembahasan hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila
dengan hubungan secara formal dan hubungan secara material, mengingat pancasila sebagai
dasar negara, perekat kebangsaan, sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia juga sebagai
pandangan hidup bangsa mulai terabaikan. Untuk mewujudkan masyarakat pancasila ,
diperlukan suatu hukum yang berisi norma-norma, aturan-aturan, ketentuan-ketentuan yang
harus dilaksanakan dan ditaati oleh setiap bangsa negara Indonesia. Hukum yang dimaksud
yaitu hukum UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis di negara kita.
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
Pengertian secara umum Undang-Undang Dasar 1945 angka I dinyatakan bahwa: “ Undang-
undang Dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-
Undang Dasar ialah peraturan perundang-undangan negara yang tertinggi tingkatannya dalam
negara dan merupakan hukum dasar negara yang tertulis, sedang disampingnya Undang-
Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Undang-
undang dasar harus memuat ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hal-hal berikut:
Bentuk Negara dan organisasinya.
Susunan pengangkatan dan wewenang pemerintah dalam arti luas: badan legislatif, badan
eksekutif, dan badan yudikatif, pemilihan dan sistemnya.
Hak-hak fundamental warganegara dan badan-badan hukum termasuk bidang politik.
Dan lain-lain yang bersifat mendasar.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata Undang-Undang Dasar
menurut UUD 1945, mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada pengertian hukum
dasar, karena yang dimaksud Undang-undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis,
sedangkan pengertian hukum dasar mencakup juga hukum dasar yang tidak tertulis.
Disamping istilah Undang-Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu Konstitusi.
Kedua istilah ini digunakan dengan arti yang sama. Dalam ilmu hukum maupun ilmu politik,
kata “konstitusi” secara lazim digunakan dalam dua arti, yaitu pertama untuk melukiskan
“keseluruhan sistem pemerintahan suatu Negara yang berisi himpunan aturan dimana suatu
pemerintahan dibentuk dan diatur”. (KC. Where, “Modern Constitutions”). Pengertian ini ialah
pengertian konstitusi dalam arti luas. Sebagian dari himpunan aturan ini bersifat hukum, dalam
arti diakui oleh lembaga peradilan dan diterapkan dalam mengadili kasus hukum konstitusional,
dan sebagian lainnyabersifat non hukum atau ekstra hukum yang berwujud kebiasaan atau
konversi, yang oleh pengadilan tidak diakui sebagai hukum, namun daya aturnya terhadap
kehidupan pemerintah tidak kalah efektif dari aturan yang bersifat hukum. Di kebanyakan
negara, sistem pemerintahannya tersusun oleh paduan aturan hukum dan aturan non hukum,
dan paduan inilah yang sering disebut konstitusi.
SECARA literal,istilah “konstitusi” berasal dari bahasa Perancis, constituir, dan bahasa
Inggris, constitution atau dari bahasa Belanda, constitutie, yang berarti membentuk, menyusun,
dan menyatakan. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusidimaksudkan sebagai pembentukan
suatu negara, atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi juga bisa berarti
peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara.[1]
Kata konstitusi mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-Undang Dasar karena
pengertian Undang-undang Dasar hanya meliputi konstitusi yang tertulis saja, selain itu masih
terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam pengertian Undang-undang
Dasar.
Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar yang tidak
tertulis, tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu yang lazim disebut konvensi,
yang berasal dari bahasa Inggris convention, yang dalam peristilahan ketatanegaraan disebut
kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan. Misalnya , kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI,
setiap tanggal 16 agustus melakukan pidato kenegaraan di muka Sidang Paripurna DPR. Pada
tahun 1945 hingga tahun 1949, karena adanya maklumat pemerintah tertanggal 14 November
1945, yang telah mengubah sistem pemerintahan dari kabinet presidensial ke cabinet
parlementer. Tetapi apabila keadaan negara bahaya atau genting, cabinet berubah menjadi
presidensiil, dan sewaktu-waktu keadaan negara menjadi aman kebinet berubah kembali
menjadi parlementer lagi. Terhadap tindakan-tindakan tersebut tidak ada peraturan yang tegas
secara tertulis, pendapat umum cenderung melakukannya, apabila tidak dilaksanakan, dianggap
tidak benar.
Dalam pengertian sosiologis dan politis, konstitusi merupakan sintese factor kekuatan
yang nyatadalam masyarakat. Jadi, konstitusi menggambarkan hubungan antara kekuasaan
yang terdapat dengan nyata dalam suatu negara. Sedangkan dalam pengertian yuridis,
konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan negara dan sendi-sendi
pemerintahan. Namun demikian, ada yang menyamakan antara konstitusi dan Undang-Undang
Dasar sebagaimana dikemukakan oleh C.F. Strong dan James Bryce. Bagi mereka, yang
terpenting adalah isi atau substansi materi dari konstitusi itu sendiri.[2]
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
berikut :
1. Pokok pikiran pertama :
“Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Ibdonesia untuk
berdasar atas persatuan mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam
pembukaan ini, terdapat pengertian bahwa Negara yang melindungi dan meliputi segenap
bangsa dan seluruhnya. Jadi, Negara mengatasi segala paham perseorangan dan golongan.
Negara menurut pengertian “pembukaan” tersebut menghendaki persatuan yang meliputi
segenap bangsa Indonesia. Inilah suatu dasar Negara yang tidak boleh dilupakan.
2. Pokok pikiran kedua :
“Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat”. Pokok pikiran yang hendak
diwujudkan oleh Negara bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa rakyat
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam
kehidupan masyarakat.
3. Pokok pikiran ketiga :
“Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan”. Oleh karena itu, sistem Negara yang terbentuk dalam UUD 1945
harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan. Hal ini
sesuai dengan sifat “masyarakat Indonesia”. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang
menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dengan kata lain, Negara Republik Indonesia menghendaki sistem
demokrasi.
4. Pokok pikiran keempat
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara Negara lainnya serta segenap bangsa Indonesia untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur sesuai dengan
statusnya yakni sebagai ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Hal ini menegaskan pokok
pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
A. Kesimpulan
Untuk dapat mencapai satu tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai luhur
pancasila di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka, “marilah
bersama-sama memahami, mendalami ajaran pancasila secara menyeluruh supaya kita paham dan
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sahari-hari, dengan tujuan dapat mengurangi sedikit demi
sedikit hal-hal yang dapat mengancam dan membahayakan pancasila yang tidak hanya datang dari luar
tetapi juga dari dalam, terlebih lagi di era globalisasi sekarang ini."Demikian makalah yang dapat kami
buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda
harapkan, kami mohon maaf. Terima kasih ~