Anda di halaman 1dari 15

PENGUKUHAN MAKALAH

HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945

Dususun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Dr.H.U.K.Anwarudin. S..Ag.,M.Si.

Disusun :
Sani Sri Rahayu
Restu Inayah Mukhtariyah
Ainul Quddus Abdul Fattah
Taufik Abdul Kholik
M Diqi Hayatudin

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
SYAMSUL‘ULUM
GUNUNGPUYUH SUKABUMI 2023 M / 1445 H
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Pancasila ?

2. Apa yang di maksud UUD 1945 ?

3. Bagaimana hubungan Pancasila dengan UUD 1945 ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Pancasila

2. Mengetahui pengertian UUD 1945

3. Mengetahui bagaimana hubungan Pancasila dengan UUD 1945


BAB III

PEMBAHASAN

C. Bagaimana Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai


implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat
oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau
cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi, 1998). Cita-cita
hukum atau suasana kebatinan tersebut terangkum di dalam empat pokok
pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 di mana keempatnya sama
hakikatnya dengan Pancasila.

Empat pokok pikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


tersebut lebih lanjut terjelma ke dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945. Barulah dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 itu diuraikan
lagi ke dalam banyak peraturan perundang-undangan lainnya, seperti
misalnya ketetapan MPR, undang-undang, peraturan pemerintah dan lain
sebagainya. Jadi selain tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4.

Pancasila terangkum dalam empat pokok pikiran Pembukaan UUD


1945. Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia
mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai
keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alenia pertama
menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak
asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia
yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya berhasil mengantarkan
bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan pengakuan
bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk
memperjuangkan perwujudan cita-cita luhurnya sehingga rakyat Indonesia
menyatakan kemerdekaannya.

Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia


mengenai bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan diselenggarakan
dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa untuk merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara Indonesia. Dalam
alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar negara.
Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar belakang
kemerdekaan, pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam
bentuk pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-lah yang
dalam bahasa Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag atau dasar
negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi
bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD
1945 tersebut dapat disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan Undang-Undang


Dasar 1945 diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No 7,
ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari Pembukaan UUD
1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Sebab segala aspek
penyelenggaraan pemerintah negara yang berdasarkan Pancasila terdapat
dalam Pembukaan alinea IV.

Oleh karena itu justru dalam Pembukaan itulah secara formal yuridis
Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka
hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai
berikut:
a. Hubungan Secara Formal

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam


Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperolehi kedudukan
sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan
bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik
akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat
padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas
kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secara formal


dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik


Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV.

2) Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah,


merupakan Pokok Kaedah Negara yang Fundamental dan
terhadap tertib hukum Indonesia mempunyai dua macam
kedudukan yaitu:

a) Sebagai dasarnya,karena Pembukaan UUD 1945 itulah


yang memberi faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum
Indonesia.

b) Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum tersebut


sebagai tertib hukum tertinggi.

3) Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945


berkedudukan dan berfungsi, selain sebagai Mukaddimah dari
UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga
berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang
hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-
pasalnya.Karena Pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah
Pancasila adalah tidak tergantung pada Batang Tubuh UUD
1945,bahkan sebagai sumbernya.

4) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan


membunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi sebagai Pokok
Kaedah Negara yang Fundamental, yang menjelmakan dirinya
sebagai dasar kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia
yang diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.

5) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan


demikian mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat
diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia.

b. Hubungan Secara Material

Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain


hubungan yang bersifat formal, sebagaimana dijelaskan di atas juga
hubungan secara material sebagai berikut.

Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan


Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang dibahas
oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama
Pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat Negara
Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun oleh
Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasarkan urutan-urutan tertib hukum Indonesia


Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi,
adapun tertib hukum Indonesia bersumberkan pada Pancasila, atau
dengan lain perkataan Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia.
Hal ini berarti secara meterial tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber
tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi sumber
bentuk dan sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan


Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental, maka sebenarnya secara material yang merupakan esensi
atau inti sari dari Pokok Kaidah Negara Fundamental tersebut tidak lain
adalah Pancasila ( Notonagoro, tanpa tahun : 40

c. Hubungan Secara Historis

Secara historis, hubungan antara Pancasila dan UUD (Undang-


Undang Dasar) 1945 sangat erat. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
diresmikan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam Sidang BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Kemudian, Pancasila
dijadikan dasar negara dalam pembentukan UUD 1945.
Pada saat itu, para tokoh perumus UUD 1945, seperti Soekarno,
Mohammad Hatta, dan para anggota PPKI, sepakat untuk menjadikan
Pancasila sebagai dasar negara yang diatur dalam UUD 1945. Pancasila
dipandang sebagai ideologi yang mewakili nilai-nilai bangsa Indonesia
dan menjadi panduan dalam pembentukan hukum dan pemerintahan.
Dalam proses penyusunan UUD 1945, Pancasila dijadikan landasan
filosofis yang menjadi pijakan dalam merumuskan ketentuan-ketentuan
dalam konstitusi tersebut. Prinsip-prinsip Pancasila, seperti Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, tercermin dalam berbagai pasal dan ketentuan dalam
UUD 1945.
Selain itu, Pancasila juga menjadi acuan dalam proses perubahan UUD
1945. Setiap perubahan atau amandemen UUD 1945 harus tetap mengacu
pada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya Pancasila dalam menjaga keutuhan dan kestabilan
negara Indonesia.
Dengan demikian, secara historis, Pancasila dan UUD 1945
memiliki hubungan yang sangat erat. Pancasila sebagai dasar negara
diresmikan terlebih dahulu, dan kemudian dijadikan landasan filosofis
dalam penyusunan UUD 1945. Pancasila menjadi pijakan dalam
pembentukan hukum dan pemerintahan, serta menjadi acuan dalam proses
perubahan konstitusi.
Secara historis, hubungan antara Pancasila dan UUD (Undang-
Undang Dasar) 1945 sangat penting dalam proses pembentukan dan
perkembangan negara Indonesia. Mari kita bahas lebih detail tentang
hubungan historis antara Pancasila dan UUD 1945.
1. Pancasila dalam Proklamasi Kemerdekaan:
Peran Pancasila pertama kali diperkenalkan secara resmi dalam sidang
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) pada tahun 1945. Sidang tersebut dihadiri oleh para tokoh
perumus kemerdekaan Indonesia, termasuk Soekarno dan Mohammad
Hatta. Pancasila diadopsi sebagai dasar negara yang akan menjadi panduan
dalam menyusun UUD 1945.
2. Pemilihan Pancasila sebagai Dasar Negara:
Setelah melalui serangkaian diskusi dan perdebatan, Pancasila dipilih
sebagai dasar negara Indonesia. Hal ini tercermin dalam teks proklamasi
kemerdekaan yang menyatakan bahwa Indonesia merdeka dengan
berdasarkan atas "Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia".
Pancasila menjadi landasan filosofis yang dijadikan acuan dalam
penyusunan UUD 1945.
3. Pembentukan UUD 1945:
Setelah proklamasi kemerdekaan, konstitusi Indonesia mulai dirumuskan
dalam Sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sidang
ini bertujuan untuk menyusun UUD yang akan menjadi landasan hukum
dan tata tertib negara Indonesia. Pancasila menjadi landasan filosofis yang
dijadikan pijakan dalam merumuskan pasal-pasal dan ketentuan-ketentuan
dalam UUD 1945.
4. Pengaruh Pancasila dalam Isi UUD 1945:
Pancasila memiliki pengaruh yang kuat dalam isi UUD 1945. Prinsip-
prinsip dan nilai-nilai dalam Pancasila tercermin dalam berbagai pasal dan
ketentuan dalam UUD 1945. Misalnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa
tercermin dalam pasal-pasal yang menjamin kebebasan beragama dan
mengakui keberagaman agama di Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi,
keadilan sosial, dan persatuan juga tercermin dalam berbagai pasal dan
ketentuan UUD 1945.
5. Perubahan dan Amandemen UUD 1945:
Dalam sejarahnya, UUD 1945 telah mengalami beberapa perubahan dan
amandemen. Namun, perubahan-perubahan tersebut tetap mengacu pada
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila menjadi acuan dalam
proses perubahan UUD 1945, sehingga nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila tetap terjaga dan dihormati.
Dengan demikian, secara historis, Pancasila dan UUD 1945 memiliki
hubungan yang erat dan saling melengkapi. Pancasila menjadi dasar
filosofis yang diadopsi dalam proklamasi kemerdekaan dan dijadikan
acuan dalam penyusunan UUD 1945. UUD 1945, sebagai konstitusi
tertulis, mengatur tata tertib dan kehidupan bernegara dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Hubungan ini memastikan
bahwa negara Indonesia berlandaskan pada prinsip-prinsip filosofis yang
menghormati hak asasi manusia, memperkuat persatuan, dan memajukan
kesejahteraan rakyat.

d. Hubungan Secara Filosofis

Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) memiliki hubungan


filosofis yang erat dalam konteks negara Indonesia. Pancasila, sebagai
dasar falsafah negara, mencakup lima aspek, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
UUD 1945, sebagai konstitusi tertulis, mencantumkan nilai-nilai
Pancasila dan menetapkan prinsip-prinsip dasar kenegaraan. Filosofi
Pancasila menjadi landasan moral bagi pembentukan dan interpretasi
UUD. UUD mencerminkan semangat dan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, mengatur struktur pemerintahan, hak asasi manusia,
dan prinsip-prinsip demokrasi.
Hubungan antara Pancasila dan UUD secara filosofi adalah bahwa
Pancasila merupakan dasar filosofis dan ideologis dari UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mencakup nilai-nilai dasar
yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Sementara itu, UUD 1945 adalah konstitusi tertulis yang
menjadi landasan hukum dan tata tertib negara Indonesia.
Secara filosofis, Pancasila mengandung nilai-nilai dasar yang
menjadi pijakan dalam pembentukan UUD 1945. Lima sila dalam
Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mencerminkan prinsip-
prinsip filosofis yang dijadikan landasan dalam penyusunan UUD 1945.
Misalnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa menunjukkan bahwa
negara Indonesia mengakui adanya Tuhan sebagai sumber segala
kehidupan dan kekuatan. Nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, dan
kerakyatan dalam Pancasila juga tercermin dalam UUD 1945, yang
menjamin hak asasi manusia, memperkuat persatuan bangsa, dan
mengatur sistem pemerintahan yang demokratis.
Selain itu, Pancasila juga menjadi acuan dalam pembuatan undang-
undang yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip-
prinsip Pancasila seperti musyawarah, keadilan sosial, dan keberagaman
budaya menjadi dasar dalam pembentukan kebijakan dan regulasi yang
tercantum dalam UUD 1945.
Dengan demikian, secara filosofi, Pancasila dan UUD 1945 saling
terkait dan saling melengkapi dalam membentuk dasar negara Indonesia.
Pancasila memberikan landasan filosofis yang menjadi panduan dalam
penyusunan UUD 1945, sementara UUD 1945 mengatur ketentuan
hukum yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan masyarakat dan negara.
Secara filosofis, hubungan antara Pancasila dan UUD (Undang-
Undang Dasar) 1945 sangat penting dan saling melengkapi. Pancasila
merupakan dasar filosofis dan ideologis dari UUD 1945, sementara
UUD 1945 merupakan konstitusi tertulis yang mengatur tata tertib dan
kehidupan bernegara di Indonesia. Mari kita bahas lebih detail tentang
hubungan filosofis antara Pancasila dan UUD 1945.
1. Pancasila sebagai Dasar Filosofis:
Pancasila adalah ideologi negara Indonesia yang mengandung nilai-nilai
dasar yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Lima sila dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, mencerminkan prinsip-prinsip filosofis yang dijadikan
landasan dalam penyusunan UUD 1945.
2. Pancasila sebagai Acuan dalam Penyusunan UUD 1945:
Pancasila dijadikan dasar negara dalam penyusunan UUD 1945. Prinsip-
prinsip dan nilai-nilai dalam Pancasila menjadi acuan dalam
merumuskan pasal-pasal dan ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945.
Misalnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengakui adanya Tuhan
sebagai sumber segala kehidupan dan kekuatan, dan hal ini tercermin
dalam pasal-pasal yang menjamin kebebasan beragama dan mengakui
keberagaman agama di Indonesia.

3. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam UUD 1945:


UUD 1945 mengatur sistem pemerintahan, hak-hak asasi manusia,
kewajiban warga negara, dan tata tertib negara. Nilai-nilai Pancasila,
seperti musyawarah, keadilan sosial, persatuan, dan kerakyatan,
tercermin dalam berbagai pasal dan ketentuan dalam UUD 1945.
Misalnya, sistem pemerintahan yang demokratis dengan prinsip
musyawarah dan perwakilan merupakan implementasi dari sila
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
4. Pengaruh Pancasila dalam Perubahan UUD 1945:
Pancasila juga menjadi acuan dalam proses perubahan atau amandemen
UUD 1945. Setiap perubahan UUD 1945 harus tetap mengacu pada
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini menunjukkan betapa
kuatnya pengaruh Pancasila dalam menjaga keutuhan dan kestabilan
negara Indonesia.
Dengan demikian, secara filosofis, Pancasila dan UUD 1945
memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi. Pancasila sebagai
dasar filosofis menjadi pijakan dalam penyusunan UUD 1945, sementara
UUD 1945 mengatur tata tertib dan kehidupan bernegara dengan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Hubungan ini memastikan
bahwa negara Indonesia berlandaskan pada prinsip-prinsip filosofis yang
menghormati hak asasi manusia, memperkuat persatuan, dan memajukan
kesejahteraan rakyat.

e. Hubungan dalam konteks Pembangunan


Pancasila dan UUD 1945 memiliki hubungan yang erat dalam
konteks pembangunan nasional. Pancasila dijadikan sebagai paradigma
pembangunan karena hendak dijadikan sebagai landasan, acuan, metode,
nilai, dan tujuan yang ingin dicapai di setiap program pembangunan
Negara Kesatuan Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses
pembangunan nasional tidak terlepas dari kontrol nilai-nilai Pancasila.
Oleh sebab itu, kemana arah pembangunan melalui tahap-tahapnya tidak
dapat dilepaskan dari usaha mengimplementasikan sehingga pembangunan
adalah pengamanan Pancasila. UUD 1945 adalah bagian dari hukum
positif dan mengandung segi positif dan negatif. Segi positifnya, Pancasila
menjadi landasan yang mengikat negara. Segi negatifnya, Pembukaan
UUD 1945 dapat diubah oleh MPR sesuai dengan Pasal 37 UUD 1945.
Hukum tertulis, termasuk UUD, harus selalu merujuk pada dasar negara,
yang terdiri dari lima sila Pancasila.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, terdapat beberapa kesimpulan, yakni:

1. Pancasila adalah dasar negara dan ideologi Indonesia yang menjadi


landasan dalam pembangunan dan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Secara harfiah, "Pancasila" berasal dari bahasa
Sanskerta yang terdiri dari kata "panca" yang berarti lima, dan
"sila" yang berarti prinsip atau dasar. Oleh karena itu, "Pancasila"
dapat diterjemahkan sebagai "Lima Prinsip" atau "Lima Dasar".

2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


adalah konstitusi dan sumber hukum tertinggi yang berlaku di
negara Republik Indonesia. UUD 1945 merupakan perwujudan
ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila yang secara jelas
dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945.

B. Saran
Diharapkan bagi pembaca bisa menelaah dan memahami materi
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 yang telah penulis paparkan. Dan
tentunya penulis menyadari bahwa apa yang ada dalam makalah ini masih
sangatlah jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis berharap kepada
para pembaca makalah ini untuk bersedia memberikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun agar penulis bisa memperbaiki lagi dalam
penyusunan makalah yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai