Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Seperti yang semua orang ketahui bahwa dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Ide
Pancasila ini berawal dari pidato presiden pertama RI yaitu Soekarno dalam sidang pertama
BPUPKI. Ide ini kemudian diterima dan disempurnakan dengan pendapat tokoh tokoh yang lain.
Hingga akhirnya, Pancasila ditetapkan secara resmi oleh PPKI sebagai dasar negara dengan isi
yang sama seperti saat ini. Dalam proses perumusannya, para tokoh tersebut telah berjuang
sangat keras dan mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi kepentingan bangsa dan
negara. Mereka juga tidak memaksakan pendapat mereka untuk diterima tetapi mereka menerima
segala keputusan dengan lapang dada demi kebaikan bersama.
Dalam Pancasila sendiri mengatur nilai-nilai dasar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila juga dijadikan sebagai suatu kondisi kehidupan yang ingin dicapai dalam
kehidupan bernegara bangsa Indonesia. Pancasila juga dijadikan sebagai dasar dari segala
sumber hukum artinya segala peraturan harus mematuhi nilai-nilai dan tidak bertentangan
dengan Pancasila. Peran peran penting itulah yang bisa dijadikan alasan dipertahankannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia karena selain alasan diatas Pancasila ini juga mewakili
seluruh elemen dan komponen dari masyarakat sehingga masyarakat dapat merasa bahwa
kehadiran mereka dihargai dan dilindungi oleh negara.
Sesuai dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia. Dengan demikian, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 memiliki
hubungan timbal balik, yaitu secara formal dan material. Hubungan Pancasila dan UUD 1945
Secara Formal Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara RI tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, terutama pada alinea 4 yang merupakan inti dari Pembukaan UUD 1945. Hubungan
Pancasila dan UUD 1945 Secara Material Berdasarkan kronologi sejarahnya, materi Pancasila
dirumuskan terlebih dulu sebagai dasar negara dalam rapat BPUPKI.
Rumusan masalah pada makalah ini adalah rumusan masalah yang akan dibahas pada
pembahasan di dalam makalah ini. Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini
adalah sebagai berikut :
TELAAH
Pembukaan yang berintikan Pancasila merupakan sumber bagi batang tubuh UUD NKRI
tahun 1945. Hal ini disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan berbeda dengan pasal-
pasal atau batang tubuh UUD NRI tahun 1945, yaitu bahwa selain sebagai Mukadimah,
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mempunyai kedudukan atau eksistensi sendiri. Akibat hukum
dari kedudukan Pembukaan ini adalah memperkuat kedudukan Pancasila sebagai norma dasar
hukum tertinggi yang tidak dapat diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan
hidup Negara Republik Indonesia. Lebih lanjut, Kaelan (2000: 91-92) menyatakan bahwa
Pancasila adalah substansi esensial yang mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam
Pembukaan UUD NRI tahun 1945. Oleh karena itu, rumusan dan yuridiksi Pancasila sebagai
dasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945. Perumusan
Pancasila yang menyimpang dari Pembukaan secara jelas merupakan perubahan secara tidak sah
atas Pembukaan UUD NRI tahun 1945.
Menurut BPIP.Id, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. UUD 1945 merupakan
dasar konstitusi negara Indonesia.Pancasila mengandung nilai-nilai yang hendaknya dapat
diterapkan masyarakat. Sedangkan UUD 1945 memuat dasar hukum yang bentuknya tertulis.
Menurut Winarno dalam buku Paradigma Baru Pendidikan Pancasila (2016) karya
Winarno, Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, kedudukan pancasila sebagai dasar
negara bersifat kuat tetap dan tidak dapat diubah karena terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
pada alinea ke empat. Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit.
Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Irawaty, Pembukaan UUD 1945
adalah pokok kaidah yang dijadikan landasan serta peraturan hukum tertinggi bagi bentuk hukum
lainnya, termasuk hukum dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis. Antara Pancasila sebagai
dasar negara dan UUD 1945, khususnya bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya
memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat dipisahkan. Dapat digambarkan jika
Pancasila adalah rohnya, sedangkan UUD 1945 adalah raganya. Pancasila merupakan unsur
pokok dalam Pembukaan UUD 1945. Unsur pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
pasal-pasal UUD 1945, sebagai norma hukum dasar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa.
Melansir dari buku Pendidikan Pancasila: Pendekatan Berbasis Nilai-Nilai (2020) karya
Ardhamon Prakoso, Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 berarti Pancasila
memiliki kedudukan yang kuat dan posisinya tidak dapat tergantikan.Pancasila merupakan dasar
filsafat negara yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk peraturan, perundang-
undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan lainnya.Maka dapat disimpulkan jika hubungan
antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya
formal.Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan Pembukaan
UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi.Selain itu, Pancasila dan Pembukaan
UUD 1945 juga memiliki hubungan material. Artinya UUD 1945 merupakan kaidah hukum
negara Indonesia, yang mana seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari Pancasila.
Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga merupakan tertib hukum Indonesia.
Dan menurut, Kompas.com : Dasar Negara, Pancasila, dipilih oleh wakil-wakil rakyat
dalam sidang PPKI pada 18 Agustus 1945. UUD 1945 disahkan pada 18 Agustus 1945, sebagai
bukti UUD 1945 diakui sebagai konstitusi negara Indonesia. Dikutip dari Kewarganegaraan
(2006), rumusan Pancasila terdapat dalam pembukaan UUD 1945 di alinea ke-4. Dengan
demikian terdapat hubungan dasar negara dengan konstitusi. Sebab rumusan dasar negara
(Pancasila) terdapat dalam konstitusi (UUD 1945). Hubungan antara dasar negara dengan
konstitusi nampak pada gagasan dasar, cita-cita dan tujuan negara yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945. Dari dasar negara inilah kehidupan negara dituangkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan. Inti pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya terdapat dalam
alinea IV sebab terdapat segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara berdasarkan
Pancasila. Oleh sebab itu, dalam Pembukaan UUD 1945, secara formal yuridis, Pancasila
ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD
1945 dengan Pancasila bersifat timbal balik.
Hubungan formal
Pancasila dicantumkan secara formal dalam Pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Artinya,
kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi,
politik tetapi juga perpaduan asas-asas kultural, religius dan kenegaraan yang
terdapat dalam Pancasila.
Menurut Abdul Mujib, Pancasila, dasar negara kita dirumuskan dari nilai - nilai
kehidupan masyarakat Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan
kepribadian, perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Pancasila merupakan
kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral luhur yang memiliki suasana kejiwaan serta
watak bangsa Indonesia, yang melandasi prolamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Untuk
mewujudkan tujuan proklamasi kemerdekaan maka panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
(PPKI) telah menetapkan UUD 1945 yang merupakan hukum dasar tertulis yang mengikat
pemerintah, setiap lembaga dan penduduk RI pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah
proklamasi kemerdekaan tersebut.
Dalam bagian pembukaannya terdapat pokok-pokok pikiran tentang kehidupan
bermasyarakat, bernegara yang tiada lain adalah Pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut yang
diwujudkan dalam pasal-pasal batang tubuh UUD 1945 yang merupakan aturan aturan pokok
dalam garis-garis besar sebagai intruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara
untuk melaksanakan tugasnya. Menurut penjelasan UUD 1945 pokok-pokok pikiran tersebut
meliputi suasana kebatinan dari undang-undang negara Indonesia dan mewujudkan cita-cita
hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum negara baik hukum yang tertulis maupun tidak
tertulis. Pokok-pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal-pasal dan UUD itu. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD1945 dan cita-cita hukum UUD 1945 tidak lain
adalah bersumber kepada atau dijiwai dasar falsafah negara Pancasila. Disinilah arti dan fungsi
Pancasila sebagai dasar negara. Atau dengan kata lain bahwa Pembukaan UUD 1945 yang
membuat dasar falsafah negara pancasila, merupakan satu kesatuan nilai dan norma yang terpadu
yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945. Secara
teknis dapat dikatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
adalah garis besar cita-cita yang terkandung dalam Pancasila.
Menurut saya, hubungan antara Pancasila sebagai dasar Negaralah yang menjadi acuan
terbentuknya UUD 1945 menjadi landasan hukum Negara kita. Maka dari itu dalam isinya,
khususnya bagian pembukaan, tentu saja akan dikaitkan dan berisi penjabaran lebih lanjut dari
sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. Pancasila merupakan sumber semangat bagi UUD 1945
sehingga dalam setiap pembahasan tentang pasal-pasal UUD 1945 didasari dengan semangat
serta tujuan dari keberadaan Pancasila. Poin pertama dari hubungan Pancasila dengan UUD 1945
adalah Pancasila merupakan kaidah dasar negara, sedangkan inti dari pembukaan UUD adalah
Pancasila. Maka dari itu, hubungan Pancasila dengan UUD 1945 selanjutnya adalah pembukaan
UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara. Ketika pembukaan UUD 1945 menjadi pokok kaidah
negara, maka setiap tahapan kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah harus selalu
berdasarkan pada pembukaan UUD 1945 tersebut.
2.2 Cita Hukum Pancasila Dapat Berkembang Dalam Batang Tubuh UUD NRI 1945
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, berarti segala bentuk hukum di
Indonesia harus diukur menurut nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dan didalam aturan
hukum itu harus tercermin kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan kepribadian dan
falsafah hidup bangsa. Menurut buku Pancasila Dirjen Dikti (2013) Pancasila sebagai cerminan
dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia tersebut merupakan norma dasar dalam
penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber dari segala sumber hukum sekaligus
sebagai cita hukum (recht-idee), baik tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita hukum
inilah yang mengarahkan hukum pada cita-cita bersama bangsa Indonesia. Cita-cita ini secara
langsung merupakan cerminan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga bangsa.
Menurut A. Hamid (1992) dan S. Attamimi (1992) dalam “Pancasila Cita Hukum Dalam
Kehidupan Hukum Bangsa Indonesia dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”, Apabila penjelasan UUD 1945
menggariskan, bahwa pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan mewujudkan
cita hukum (Rechtsidee), dan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan itu ialah persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial atau disingkat persatuan, keadilan bagi seluruh rakyat, kerakyatan
dan permusyawaratan perwakilan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab, maka pokok-pokok pikiran itu tidak lain melainkan Pancasila. Dengan
demikian maka pokok-pokok pikiran yang mewujudkan Cita Hukum itu ialah Pancasila.
Menurut Arief, bahwa dalam membentuk hukum di Indonesia maka setiap hukum itu
harus dijiwai oleh Pancasila, dan yang dikehendaki hukum adalah ketertiban dan keteraturan
yang bersuasanakan ketenteraman batin, kesenangan bergaul di antara sesamanya, keramahan
dan kesejahteraan yang memungkinkan terselenggaranya interaksi antar-manusia yang sejati.
Karena itu, hukum yang dijiwai oleh Pancasila adalah hukum yang berasaskan semangat
kerukunan. Terpaut pada asas kerukunan adalah asas kepatutan. Asas ini juga adalah asas tentang
cara menyelenggarakan hubungan antar-warga masyarakat yang di dalamnya para warga
masyarakat diharapkan untuk berperilaku dalam kepantasan yang sesuai dengan
kenyataankenyataan sosial.
Cita hukum Pancasila secara gamblang dapat dilihat dalam Pasal 33 UUD 1945 yang
berbunyi:
Kemudian dalam Pasal 34 UUD 1945 yang telah diamandemen masih lebih diperjelas
lagi sebagai berikut:
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang
diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang berkedaulatan
rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adali dan beradab”.
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterima
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa Indonesia seluruhnya.
Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham golongan dan segala paham
perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan merupakan dasar negara
yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau perorangan.
Pokok pikiiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menegaskan suatu tujuan atau sutu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok pikiran ini,
dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan
atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal
ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan
pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem
negara yang terbentuk ke dalam UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan sifat masyarakat
Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem negara yang
menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD harus mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung
maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang
luhur. Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara
(Bakry, 2010; 210).
Menurut penjelasan Hamid Darmadi, hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal,
seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di dalam
Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya dengan
keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas
kenegaraan yang unsure-unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Hubungan Pebukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD 1945
bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD 1945
merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan hubungan organis berarti
Pembukaan dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD 1945 yang bersumber dari
Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum,
tetapi telah, menjadi hukum positif.
Menurut Dr. Ali Taher Parasong, SH. MH Negara hukum Pancasila di samping memiliki
elemen-elemen yang sama dengan elemen negara hukum dalam rechtstaat mauapun rule of
law. Pada sisi lain, negara hukum Pancasila memiliki elemen-elemen yang spesifik yang
menjadikan negara hukum Indonesia berbeda dengan konsep negara hukum yang dikenal secara
umum. Perbedaan itu terletak pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak adanya
pemisahan antara negara dan agama, prinsip musyawarah dalam pelaksanaan kekuasaan
pemerintahan negara, prinsip keadilan sosial, kekeluargaan dan gotong royong serta hukum yang
mengabdi pada keutuhan negara kesatuan Indonesia. Dalam pembentukan sistem hukum
nasional, termasuk peraturan perundang-undangan harus memperhatikan nilai negara yang
terkandung dalam Pancasila, karena nilai tersebut merupakan harapan-harapan, keinginan dan
keharusan. Nilai berarti sesuatu yang ideal, merupakan sesuatu yang dicita-citakan, diharapkan
dan menjadi keharusan.
Menurut Kompasiana, Pokok-pokok ini bersumber dari pandangan hidup dan dasar
negara yaitu pancasila yang di jabarkan ke dalam batang tubuh melalui pasal pasal UUD NRI
tahun 1945. Hubungan ini bersifat kasual yang mengandung arti penyebab keberadaan batang
tubuh UUD dan bersifat organis yang berartikan satu kesatuan yang tidam dapat di pisahkan.
Menurut saya, dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang
terkandung di Pancasila yang meliputi nilai dan unsur bangsa Indonesia. Pembukaan UUD
mengandung 4 pokok pikiran yang diciptakan dan di jelaskan dalam batang tubuh meliputi :
1. "Persatuan" yaitu negara melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia dengan berdasarkan atas persatuan . Oleh karena itu penyelenggaraan
kedaulatan negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
perorangan maupun golongan .
2. "Keadilan sosial" menegaskan bahwasannya pikiran keadilan sosial menunjukann tujuan
negara yang didasari oleh kesadaran bahwa setiap manusia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
3. “Kedaulatan rakyat " mengandung konsekuensi tinggi bahwa sannya sistem negara
menegaskan kedaulatan rakyat berada di tangan rakyat dan di lakukan sepenuh nya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
4. "Ketuhanan yang maha esa " menuntun konsekuensi logis bahwa sannya mengandung
arti taqwa terhadap tuha dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab
bermaksud menjunjung Hak Asasi Manusia yang luhur dan budi pekerti .
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1. Kasus
Kasus “Kepala BIN: HTI Ingin Ganti Pancasila Jadi Khilafah” telah tayang dalam CNN
Indonesia pada Jumat, 12/05/2017 14:30 WIB Prima Gumilang
Jakarta, CNN Indonesia - Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Budi Gunawan
menyatakan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merupakan organisasi lintas negara atau
transnasional yang bertujuan menggantikan dasar negara Indonesia. Gerakan yang dibangun
HTI, menurutnya untuk memperjuangkan sistem khilafah di suatu negara. Iamengatakan HTI
adalah gerakan transnasional yang ingin mengganti NKRI dan Pancasila menjadi sistem
Khilafah.
Dalam situs resmi HTI dijelaskan mengenai pengertian khilafah. Dalam artikel berjudul
"Apa itu Khilafah?" disebutkan bahwa khilafah merupakan kepemimpinan umum bagi seluruh
kaum Muslim di dunia, dengan menerapkan hukum Islam.
Mantan wakil kepala Kepolisian RI ini mengatakan, setidaknya 14 negara di dunia telah
melarang keberadaan Hizbut Tahrir. Budi menyebutkan beberapa negara itu di antaranya Arab
Saudi, Belanda, Malaysia, Turki, Perancis, Tunisia, Denmark, Yordania, Jerman, Mesir,
Spanyol, Uzbekistan, Rusia, Pakistan.
Budi juga menyebutkan bahwa Hizbut Thahir talah dilarang di banyak negara, baik
negara-negara demokrasi, negara Islam, maupun negara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Atas sepak terjang Hizbut Tahrir di banyak negara dan di Indonesia, Budi menegaskan bahwa
HTI bukan organisasi yang berbasis dakwah, tapi sarat dengan gerakan politik.
Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga menyatakan bahwa HTI
bukan gerakan dakwah keagamaan, tapi gerakan politik. Hal itu didasari karena upaya yang
diperlihatkan HTI untuk mengubah ideologi negara, Pancasila. Dia pun mendukung langkah
hukum pemerintah yang berencana membubarkan HTI.
Menko Polhukam Wiranto menyatakan pemerintah perlu secara tegas mengambil upaya
hukum untuk membubarkan HTI. Ormas tersebut dinilai bertentangan dengan Pancasila dan
UUD 1945. Ia juga mengatakan, sebagai badan hukum, HTI tidak melaksanakan peran positif
untuk mengambil bagian dalam proses pembangunan untuk mencapai tujuan nasional.
Organisasi itu juga terindikasi kuat bertentangan dengan tujuan, asas, dan ciri yang
berdasarkan Pancasila UUD 1945 seperti yang diatur dalam Undang-undang nomor 17 tahun
2013 tentang Ormas. Sebelumnya Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto menjelaskan,
secara harfiah Hizbut Tahrir memiliki arti partai pembebasan. Pengertian itu, menurutnya, HTI
ingin membebaskan manusia dari penghambaan terhadap manusia menuju penghambaan
terhadap tuhan. Meski bukan partai Organisasi itu juga terindikasi kuat bertentangan dengan
tujuan, asas, dan ciri yang berdasarkan Pancasila UUD 1945 seperti yang diatur dalam Undang-
undang nomor 17 tahun 2013 tentang Ormas. Sebelumnya Juru Bicara HTI Muhammad Ismail
Yusanto menjelaskan, secara harfiah Hizbut Tahrir memiliki arti partai pembebasan. Pengertian
itu, menurutnya, HTI ingin membebaskan manusia dari penghambaan terhadap manusia menuju
penghambaan terhadap tuhan. Meski bukan partai
Selain itu, ada juga kasus lainnya yang yakni, Antisipsi Kebangkitan Kelompok Teroris
Pasca Kemenangan Taliban. Masyarakat diminta untuk bersama-sama mengantisipasi
kebangkitan teroris pasca momentum kemenangan Taliban di Afganistan. Hal itu disebabkan
kemenangan Taliban dapat menginspirasi kelompok radikal untuk mewujudkan cita-citanya
untuk mengganti ideologi dan membentuk pemerintahannya sendiri.Terorisme dan radikalisme
adalah 2 hal yang patut diantisipasi di Indonesia, karena sudah berulang-kali kelompok teroris
melakukan tindakan, mulai dari ancaman hingga pengeboman. Mereka yang berpikir secara
radikal tidak setuju atas azas Pancasila dan ingin mengubah dasar negara. Padahal sejak tahun
1945 UUD dan Pancasila tidak bisa diubah, bahkan oleh pejabat tinggi sekalipun.
Ketika di Indonesia viral berita tentang pemberontakan Taliban yang mereka lakukan di
Afghanistan, maka reaksi masyarakat bermacam-macam. Ada yang menganggapnya biasa saja
tetapi ada yang malah kagum. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh wakil rakyat, karena bisa
berpengaruh buruk di Indonesia. Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni meminta
BNPT untuk mengantisipasi fenomena kebangkitan Taliban di Afghanistan. Ia tidak ingin di
Indonesia ada kelompok kecil yang terinspirasi oleh tindakan mereka. Taliban bisa saja memberi
efek pada kelompok oknum (radikal) di Indonesia, jadi BNPT harus mawas dan tidak boleh
lengah. Menanggapi imbauan Sahroni, maka Ketua BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar
menyatakan kesiapannya. Ia dan seluruh jajarannya sudah menyiapkan ‘vaksin’ untuk
menanggulangi kemungkinan terburuk tersebut. Yang dimaksud dengan vaksin adalah
penanaman nilai-nilai kebangsaan, sehingga masyarakat, khususnya kaum muda, tidak terlibat
dalam terorisme.
Cara pertama yang dilakukan untuk menanggulangi radikalisme dan potensi kebangkitan
teroris adalah dengan penanaman nasionalisme di sekolah. Sejak TK, anak-anak sudah diajari
cara menghafal Pancasila, dan lebih baik lagi diajari pula untuk mempraktikannya. Caranya
dengan penanaman taat beragama hingga pemberian contoh azas keadilan bagi seluruh murid.
Jadi sejak kecil mereka sudah akrab dengan penanaman Pancasila. Untuk mempertinggi rasa
nasionalisme maka biasanya diadakan karnaval memakai baju adat daerah pada bulan agustus
dan april. Ini bukanlah sebuah ajang pamer, melainkan cara untuk menanamkan cinta budaya dan
bangsa sejak dini. Penyebabnya karena mayoritas peserta adalah anak-anak, jadi mereka akan
memiliki rasa nasionalisme dan menolak paham radikal, kelak ketika dewasa.
BNPT juga bisa bekerja sama dengan Kemendikbud untuk lebih mengawasi sekolah
swasta. Pasalnya, ada yang yayasannya ketahuan berafiliasi dengan kelompok radikal. Jika
diteruskan maka akan berbahaya karena anak-anak yang masih polos akan teracuni pikirannya
dan ingin berjihad sampai Afghanistan. Lantas menularkannya kembali di Indonesia. Selain itu,
BNPT juga bisa memblokir situs dan akun media sosial milik mereka. Dengan bekerja sama
dengan Kominfo, agar ada ahli IT yang melakukan pemutusan link agar teroris tidak bisa
mengakses internet sama sekali. Jadi mereka tidak bisa melakukan koordinasi dan perekrutan di
dunia maya.
Cara-cara ini ditempuh agar masyarakat tidak terpengaruh oleh kebangkitan Taliban,
sehingga mereka sadar bahwa pemberontakan adalah hal yang salah. Meski di Indonesia ada
kelompok oposisi tetapi tidak sampai melakukan pemakzulan, apalagi perebutan kekuasaan
dengan kasar. Masyarakat juga paham bahwa terorisme dan radikalisme di Afghanistan amat
berbahaya jika dilakukan di Indonesia. Oleh sebab itu mereka setuju akan penanaman rasa
nasionalisme sejak kecil. Penyebabnya karena anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
memiliki rasa cinta yang besar ke Indonesia dan tidak mau diajak oleh kelompok radikal. BNPT
berusaha keras agar tidak ada lagi kasus terorisme dan radikalisme di Indonesia, dan jangan
sampai tragedi di Afghanistan ditiru oleh para oknum di negeri ini. Pencegahan akan
menyebarnya radikalisme terus dilakukan. Tujuannya agar negara tetap aman dan tidak
dirongrong oleh teroris.
Tanggapan kasus “HTI Ingin Ganti Pancasila Jadi Khilafah”. Dari berita diatas kita dapat
melihat bahwa HTI ingin mengubah dasar negara yang sah yaitu Pancasila menjadi ideologi
Islam. Menurut kelompok kami, kelompok-kelompok radikal seperti HTI ini harus bisa dideteksi
sedini mungkin dan kalau harus bisa diberantas oleh pemerintah. Karena jika dibiarkan maka
mereka akan tumbuh menjadi organisasi yang besar dan bisa saja berhasil meraih tujuan yang
mereka impikan yaitu mengubah dasar negara. Pancasila sendiri merupakan dasar negara yang
sah dan telah ditetapkan melalui proses yang panjang oleh para pendiri bangsa Indonesia.
Pengubahan dasar negara yang sah sendiri bisa dikatakan sebagai tindakan yang
inkonstitusional. Pancasila harus tetap dipertahankan karena nilai-nilai dalam Pancasila adalah
identitas bangsa sekaligus jalan untuk mencapai cita-cita negara Indonesia. Pancasila sendiri
sudah memenuhi dan menyatukan berbagai keragaman yang ada di Indonesia menjadi suatu
kesatuan dalam bingkai Pancasila. Jadi menurut kelompok kami, hindari seluruh pikiran atau
gagasan yang ingin mengubah dasar negara, karena Pancasila adalah dasar negara yang sudah
sah dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat Indonesia saat ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Artinya, Pancasila dijadikan
landasan atau pijakan yang memberikan kekuatan untuk berdirinya suatu negara.
Pancasila sebagai dasar negara punya hubungan erat dengan Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945. Seluruh penyelenggaraan pemerintahan Indonesia harus
berdasarkan Pancasila, karena Pancasila adalah sumber dari segala sumber
hukum.
Pancasila adalah hasil kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang pada waktu itu
diwakili oleh PPKI. Itulah kenapa Pancasila harus dihormati dan dijunjung tinggi
oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sementara itu, Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 merupakan hukum dasar tertulis yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus
1945. UUD 1945 sendiri merupakan sumber hukum tertinggi yang melandasi
seluruh produk hukum di Indonesia.
Pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila adalah
cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia tersebut merupakan
norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber dari
segala sumber hukum sekaligus cita hukum (recht-idee), Fungsi pokok Pancasila
sebagai dasar Negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum
atau sumber tertib hukum di Indonesia.
Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke
dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD 1945. Pembukaan UUD 1945
mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan
hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.
4.2. SARAN
Sebagai masyarakat Indonesia, kita sebaiknya selalu menanamkan asas serta jiwa
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dengan sadar akan ideologi yang
bertujuan sebagai landasan Negara serta landasan hukum yang bertujuan untuk
menyatukan segenap masyarakat.
Menerima bahwa ideologi Pancasila tidak dapat diganggu gugat karena itu adalah
dasar kita untuk menjalankan Negara Indonesia.
Mematuhi segala peraturan dalam perundang-undangan dan menjaga kehidupan
bangsa yang harmonis dan bersinergi.
Menjaga keutuhan bangsa dengan menjadi lebih terbuka dengan isu-isu yang
beredar, menyaring budaya serta berita yang kurang baik atau tidak kredibel.
Berusaha untuk menghormati keberagaman serta peraturan yang telah ada.
Menjadi warga yang bangga akan Negara Indonesia dan budayanya yang
beragam.
DAFTAR PUSTAKA
https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/823/begini-hubungan-pancasila-dan-uud-1945.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/27/070000969/hubungan-dasar-negara-
dan-konstitusi?page=all
https://adoc.pub/hubungan-pancasila-dan-uud-1945.html
https://duniapendidikan.co.id/hubungan-uud/
https://tirto.id/apa-hubungan-pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945-f9vr
Hamid Darmadi (2018) “Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD 1945”
http://hamiddarmadi.blogspot.com/2018/09/penjabaran-pancasila-dalam-batang-
tubuh.html
Dr. Ali Taher Parasong, SH. MH (2021) “Nilai-nilai Pancasila dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan”
https://fh.umj.ac.id/internalisasi-nilai-nilai-pancasila-dalam-pembentukan-peraturan-
perundang-undangan/
https://www.kompasiana.com/permatazulfina/5e1530e6d541df72205e0da2/penjabaran-
pancasila-dalam-batang-tubuh-uud-nri-tahun-1945
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170512135522-12-214314/kepala-bin-hti-
ingin-ganti-pancasila-jadi-khilafah
Negara
https://kabar24.bisnis.com/read/20201004/15/1300356/mahfud-md-ada-3-kelompok-
radikal-coba-ganti-ideologi-negara
A. Hamid S. Attamimi, “Pancasila Cita Hukum Dalam Kehidupan Hukum Bangsa Indonesia
dalam Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa danBernegara disunting” oleh: Oetojo Oesman & Alfian, BP-7 Pusat, Jakarta, 1992,
Hlm. 7
Roeslan Saleh, Pembinaan Cita Hukum dan Penerapan Asas-asas Hukum Nasional dalam
“Majalah Hukum Nasional (Edisi Khusus 50 Tahun Pembangunan Nasional)” No. 1, Pusat
Dokumentasi Hukum BPHN Departemen Kehakiman, Jakarta, 1995, hlm. 50
Arief Sidharta, Filsafat Hukum Pancasila, Materi Perkuliahan Mata Kuliah Sistem Filsafat
Hukum Indonesia, Program Pascasarjana Program Studi Doktor Ilmu Hukum UNPAR, Bandung,
2006, Hlm. 6.