Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK : 10

PERTEMUAN KE : 10
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UNDANG-UNDANG DASAR
1945

A. URAIAN MATERI
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Cita-cita bangsa Indonesia dapat terwujud jika masyarakat dan pemeritah
bersama-sama mewujudkan norma-norma dasar di dalam nilai-nilai pada butir sila
Pancasila yang dijadikan acuan dasar dalam menjalankan kehidupan bernegara. Dalam
alenia ke empat Undang-Undang dasar 1945 (UUD 1945) berbunyi sebagai berikut:
“maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmah dalam Permusyawaratan Peradilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
bagi Seluruh bangsa Indonesia.’’177 Dalam pengertian yang bersifat yuridis, pancasila
juga berfungsi sebagai dasar negara.

Berdasarkan data sejarah perjuangan bangsa Indonesia, semasa Revolusi


kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1945-1950, maka pada tanggal 1
Juni 1945, Ir. Soekarno, dengan panggilan akrabnya Bung Karno, atas permintaan dr.
Rajiman Wedyodiningrat selaku Ketua Badan Usaha Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK) untuk mengucapkan pidatonya mengenai pemberian dasar-
dasar dari Negara Indonesia yang akan didirikan. Pidato Bung Karno pada tanggal 1
Juni 1945, kemudian disebut hari lahirnya Pancasila, yang diucapkan dalam sidang
Badan Usaha Penyelidik Usaha

177
Pembukan UUD 1945
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).178 Dalam Pidato Bung Karno menyampaikan
pendapatnya bahwa dasar negara terdiri dari: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme
atau Perikemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari lima dasar tersebut oleh Soekarno diberi nama
Pancasila, kemudian diperas menjadi tiga sila, yaitu; Sosio-Nasionalisme, Sosio-
Democratie, dan Ketuhanan. Selanjutnya diperas menjadi satu sila yaitu; Gotong
Royong atau Eka Sila.179

Sesuai dengan Pembukaan tersebut, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar
negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
sebagaimana juga diatur dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No.
IX/MPR/1978), hal ini mengandung pemahaman yurudis, yaitu bahwa seluruh peraturan
perundang-undangan, keputusan Presiden, dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya
yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia harus sejalan dengan Pancasila, dengan
kata lain tisi dan peraturan perundang-undangan tersebut tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila.180 Kemudian, mendapat penyempurnaan pada tanggal 22 Juni Tahun
1945 oleh Panitia Kecil yang menghasilkan Mukadimah/Pembukaan Undang-Undang
Dasar selanjutnya mendapat legitimasi pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI dengan
mengesahkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Selama kurang lebih 20 Tahun sejak reformasi, tanpa disadari atau mungkin juga
tanpa disengaja, wacana tentang sila-sila Pancasila makin tersisih dari perbincangan
umum. Mungkin saja dikarena kebebasan yang diberikan sejak masa reformasi telah
membuat setiap orang lupa diri. Kebebasan dinikmati sampai kepada titik maksimum
yang mungkin dicapai. Padahal kebebasan tanpa keteraturan pastilah menciptakan
kekacauan dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan penjelasan tadi maka
hubungan antara UUD 1945 dengan Pancasila dapat dikatakan sebagai hubungan yang
bersifat formal dan hubungan yang bersifat material,seperti yang dijelaskan oleh Kaelan
bahwa: tata kehidupan bernegara tidak hanya tertopang pada asas sosial, ekonomi,
politik, tetapi perpaduan asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsur-

178
Krisnayuda, B. (2017) Pancasila & Undang-Undang Relasi dan Transformasi Keduanya Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, Jakarta: Kencana. Hlm 21
179
Amarini, I. (2017). Evaluasi Aktualisasi Pancasila Melalui Harmonisasi Hukum. Jurnal Kosmik Hukum.
17 (2), Hlm. 80
180
Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978
unsurnya terdapat dalam Pancasila dan tertuang dalam Pembukaan UUD alenia
keempat.181

Hubungan yang bersifat formal antara pancasila dengan pembukaan UUD 1945
dapat ditegaskan bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah sebagimana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat. Menurut Kaeral, Pembukaan
UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah Negara yang Fundamental sehingga terhadap
tertib hukum Indonesia mempunyai 2 macam kedudukan, yaitu:

a. Sebagai dasarnya, karena pembukaan itulah yang memberikan faktor-faktor mutlak


bagi adanya tertib hukum Indonesia;
b. Memasukan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai hukum tertinggi.

Pembukaan UUD berintikan Pancasila merupakan batang tubuh UUD 1945, hal
ini disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan UUD berbeda dengan pasal-pasal
atau batang tubuh UUD 1945, yaitu pembukaan UUD 1945 selain sebagai mukadimah,
pembukaan UUD 1945 juga mempunyai kedudukan tersendiri, akibatnya adalah dapat
memperkuat kedudukan Pancasila sebagai norma dasar tertinggi yang tidak dapat
diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup bangsa Indonesia. 182
Adapun hubungan Pancasila dengan Pembukan UUD 1945 secara Material menunjuk
pada isi dari pembukaan UUD 1945 karena isi kandungan material pembukaan UUD
1945 itulah maka Pembukaan UUD 1945 disebut sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental, sebagaimana yang dinyatakan oleh Notonegoro, esensi atau Intisari atau
intisari Pokok Kaidah Negara yang Fundaamental secara material adalah Pancasila.

Undang-Undang yang disebutkan diatas hanyalah merupakan cerminkan


kekuasaan dan kepentingan politik dari pihak-pihak yang berkuasa maupun Undang-
Undang yang demikian hanyalah warisan peninggalan para penjajah yang filosofisnya
masih mencerminkan nilai-nilai dan budaya asing. Seperti yang disebutkan sebelumnya
bahwa salah satu produk hukum era reformasi yang tidak mencerminkan nilai-nilai
Pancasila. Menurut pandangan Kaelan jika ditinjau kembali proses perumusan Pancasila
dan pembukaan, maka secara kronologis

181
Kaelan, 2000, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta. hlm.222
182
Hamidi, J. dkk. (2012). Teori Hukum Tata Negara A Turning Point of The state Jakarta: Salemba Humanika. Hlm
21
materi yang pertama-tama dibahas BPUPKI adalah dasar filsafat Pancasila, baru
kemudian pembukaan. Setelah sidang pertama BPUPKI membicarakan Dasar Filsafat
Negara Pancasila selesai, berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang disusun Panitia
Sembilan yang merupakan wujud pertama Pembukaan UUD 1945.183 Dalam tertib
hukum Indonesia diadakan pembagian yang hierarkis, UUD bukanlah peraturan hukum
tertinggi. Diatasnya ada dasar pokok bagi UUD, yaitu Pembukaan sebagai Pokok
Kaidah Negara yang Fundamental yang di dalamnya termuat Pancasila. Walaupun UUD
merupakan hukum dasar Negara Indonesia yang tertulis, namun kedudukannya
bukanlah sebagai landasan hukum yang terpokok.

Menurut teori dan keadaan, sebagaimana ditunjukan Bakry (pokok kaidah negara
yang fundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. Pokok kaidah tertulis
mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif dengan kekuasaan yang ada dapat
diubah walaupun sebenarnya tidak sah, namun kaidah hukum tertulis juga memiliki
kekuatan hukum positif yang memiliki sifat imperatif yang dapat dipaksakan.184 Pokok
kaidah yang tertulis bagi Indonesia pada saat ini adalah pembukaan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah, karena menurut Bakry, fakta sejarah terjadi
hanya satu kali tidak dapat diubah, pembukaan UUD 1945 dapat juga tidak digunakan
sebagai pokok kaidah tertulis yang dapat diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana
perubahan ketatanegaraan yang pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS 1950.

Penjabaran Pancasila Dalam Batang Tubuh UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok pikiran yang meliputi suasana
kebatinan, cita-cita hukum dan cita-cita bangsa Indonesia. Pokok pikiran tersebut
mengandung nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia karena bersumber dari
pandangan hidup dan dasar negara yaitu pancasila. Pokok pikiran yang bersumber dari
Pancasila bukan hanya suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum positif. Sesuai
dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan mengandung 4 pokok pikiran yang
diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh sebagai berikut: Pokok pikiran yang
pertama berintikan Persatuan, yaitu negara harus melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial

183
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma. Hlm 92
184
Bakry, Noor M.S. (1994). Orientasi Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Liberty. Hlm 222
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran yang kedua berintikan Keadilan Sosial,
yaitunegara hendaknya mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pokok pikiran ketiga berintikan Kedaulatan rakyat, yaitu negara yang berkedaulatan
rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan rakyat. Pokok pikiran yang ke
empat berintikan Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.185

Pokok pikiran yang pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara


persatuan diterima dalam pembukaan UUD 1945, yakni negara harus melindungi
bangsa Indonesia seluruhnya. Negara menurut pokok pikiran pertama ini harus bisa
mengatasi paham kelompok dan paham perorangan. Begitu pentingnya pokok pikiran
ini maka persatuan merupakan dasar negara yang utama. Maka dari itu pemerintah dan
warganegara wajib mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan kelompok
atau individu.

Pokok pikiran yang kedua merupakan causa finalis dalam pembukaan UUD 1945
yang menekankan tujuan atau cita-cita bangsa yang hendak dicapai. Melalui pokok
pikiran ini harus dapat ditentukan, jalan tan aturan mana yang harus didahulukan dalam
mencapai cita-cita dengan berdasar pada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Ini
menunjukan bahwa pokok keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan
bahwa manusia Indonesia memiliki hak dan kewajiban sama dalam melaksanakan
kehidupan yang berbangsa dan bernegara.

Pokok pikiran yang ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukan


bahwa sistem negara yang terbentuk dalam UUD 1945 harus berdasarkan kepada
kedaulatan rakyat dna permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010:209), aliran
sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini
merupakan sistem negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilakuakn sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR).

185
Mulyanto, Pancasila Dasar Negara. UGM, Dan Jati Diri Bangsa, Edisi ke-1, Cetakan ke-1, PT. Ghalia,
Bandung, 2004. Hlm 11
Pokok pikiran yang keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UD harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung maksud menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Pokok pikiran ke empat ini merupakan asas moral berbangsa
dan bernegara.186

MPR RI telah melakukan perubahan UUD 1945 sebanyak empat kali secara
berturut-turut, yakni terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001,
dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin keseluruhan batang tubuh UUD 1945 telah
mengalami perubahan dapat dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu:187

a. Pasal-pasal terkait aturan pemerintahan dan kelembagaan negara;


b. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi
warganegara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial;
c. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa
negara, lambang negara, lagu kebangsaan, perubahan UUD, aturan peralihan, dan
aturan tambahan.

Terkait dengan hal itu, menurut Moh. Mahfud MD (Konggres Pancasila I, 2009)
dalam pembentukan negara hukum, maka pancasila haus melahirkan kaidah-kaidah
penuntun dalam pembuatan politik hukum atau kebijakan negara lainya yaitu:

a. kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga intergrasi atau keutuhan
bangsa baik secara ideologi maupun secara teriotoris,
b. kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membangun
demokrasi (kedaulatan rakyat) dan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi
(negara hukum) sekaligus,
c. kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada upaya membagun
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia,
d. kebijakan umum dan politik hukum haruslah didasarkan pada prinsip toleransi
beragama yang berkeadaban.188

186
Fahrul Ihsan, Pancasila : Gagasan Dan Kemungkinan, Pustaka LP3ES, Jakarta, 2008. Hlm 41
187
Rindjin Ketut, 2012, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 245-
246
188
MD, Mahfud. (2012). Politik Hukum di Indonesia, Cet ke-V, Depok: Rajawali Pers
Konsekwensinya nilai-nilai Pancasila, secara yuridis harus dideriasikan kedalam
UUD Negara Indonesia dan selanjutnya pada seluruh peraturan perundangan-undangan
lainnya. Dalam kedudukan seperti ini pancasila telah memiliki legitimasi filosofis,
yuridis dan politis. Dalam kapasitas ini pancasila telah diderivasikan dalam suatu
norma-norma dalam kehidupan kenegaraan dan bebangsa

Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian,
bangsa perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu pancasila di
jadikan idiologi negara. Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita
moral luhur yang memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi
prolamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Untuk mewujudkan tujuan proklamasi
kemerdekaan maka panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) telah menetapkan
UUD 1945 merupak hukum dasar yang tertulis yang Mengikat pemerintah, setiap
lembaga/masyarakat, warga negara dan penduduk RI pada tanggal 18 Agustus 1945,
sehari setelah proklamasi kemerdekaan tersebut. Dalam Pembagian pembukaannya
terdapat pokok-pokok pikiran tentang kehidupan bermasyarakat, bernegara yang tiada
lain adalah pancasila pokok- pokok pikitran tersebut yang diwujudkan dalam pasal-
pasal batang tubuh UUD 1945 yang merupakan aturan aturan pokok dalam garis-garis
besar sebagai intruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
melaksanakan tugasnya.189
Berdasarkan norma-norma peratuan perundangan-undangan tersebut dapat dapat
diemplementasikan realisasi kehidupan kenegaraan yang berifat praksis. Oleh karena itu
tidak mungkin implementasi dilakukan secara langsung dari pancasila kemudian
direalisasikan kedalam berbagai konteks kehidupan, karena harus melalui penjabaran
dalam suatu norma yang jelas. Banyak kalangan memandang hal tersebut rancu seakan-
akan memandang pancasila itu secara langsung bersifat operasional dan praksis dalam
berbagai konteks kehidupan bermasyarakat, kenegaraan dan kebangsaan.190 Sebenarnya
secara

189
Sunarso dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : UNY Press.
Hal 6.
190
Krisnayuda, B. (2017) Pancasila & Undang-Undang Relasi dan Transformasi Keduanya Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia, Jakarta: Kencana
eksplisit UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan
Pasal 2 menyatakan: Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara.
Namun tidak dipungkiran banyak perundangan- undangan yang tidak bersumber dengan
nilai-nilai luhur pacasila, yang tentunya hal ini sangat memprihatinkan dan harus segera
diakhiri
Menurut penjelasan UUD 1945 pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana
kebatinan dari undang-undang negara Indonesia, dan mewujudkan cita- cita hukum
(Rechtsidee) yang menguasai hukum negara baik hukum yang tertulis maupun tidak
tertulis. Pokok-pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal- pasal dan UUD itu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa suasana kebatianan UUD1945 dan cita-cita hukum
UUD 1945 tidak lain adalah bersumber kepada atau dijiwai dasar falsafah negara
pancasila. Disinilah arti dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara.
Atau dengan kata lain bahwa pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar
falsafah negara pancasila, merupakan satu keasatuan nilai dan norma yang terpadau
yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945.
hal inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan dihayati oleh setiap orang Indonesia.
Dalam sistem tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatkan bahwa pokok
pikiran itu meliputi suasana kebatinan dari undang-undang dasar negara indonesia serta
mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD) dan hukum
dasar tidak tertulis (konfrensi), selanjutnya pokok pikiran itu dijelmakan dalam pasal-
pasal UUD 1945.191 Maka dapatlah di simpulkan bahwa suasana kebathinan undang-
undang dasar 1945, tidak lain di jiwai atau bersumber pada dasar filsafat negara yaitu
pancasila.
Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai
dasar negara republik indonesia. Oleh karena itu secara formal yuridis pancasila di
tetapkan sebagai dasar filsafat negara republik Indonesia. Jadi pancasila itu disamping
termuat dalam pembukaan UUD 1945 (rumusannya dan pokok-pokok pikiran yang
terkandung didalamnya) dijabarkan secara pokok dalam wujud pasal-pasal batang tubuh
UUD 1945. Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi
penjelasan. Hal inilah yang termuat dalam penjelasan otentik UUD 1945. Jadi pancasila
adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. secara teknis dapat dikatakan bahwa
pokok-pokok pikiran

191
Eka Darmaputera, Pancasila Dalam Identitas Dan Modernitas, BPK Gunung Mulia, 1997. Hlm 42
yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis besar cita- yang terkandung
dalam pancasila.192 Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok- pokok nilai-nilai
pancasila yang disusun dalam pasal-pasal. Nilai-nilai yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat, pandangan hidup bangsa dan pandangan hidup negara yang disebut
dengan pancasila tidak bersifat statis.
Artinya dalam kehidupan bermasyrakat, berbangsa, dan bernegara, ketiga bentuk
pandangan hidup itu terus-menerus berinteraksi secara timbal-balik dan Selalu ada
benang merah yang tidak boleh putus atau diputuskan diantara ketiganya. Kedua bagian
(kompenan) UUD 1945 tersebut dijelaskan dalam penjelasan otentik Seperti telah
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang dasar adalah hukum dasar
yang tertulis.hal ini mengandung pengertian bahwa sebagai hukum,maka undang-
undang dasar adalah mengikat; mengikat perintah, mengikat lembaga negara dan
lembaga masyarakat dan juga mengikat semua Negara indonesia dimana saja dan setiap
penduduk warga indonesia.dan sebagai hukum,maka undang-undang dasar berisi
norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketantuan yang harus dilaksanakan dan
ditaati.
UUD Sebagai Sumber Hukum
UUD bukanlah hukum dasar biasa, melainkan hukum dasar yang merupakan
sumber hukum. Setiap produk hukum misalnya undang-undang, peraturan pemerintah
atau keputusan pemerintah, bahkan setiap kebijaksanaan pemerintah haruslah
berlandaskan atau bersuberkan pada peraturan tang lebih tinggi, yang pada akhirnya
dapat di pertanggung jawaban pada ketentuan UUD 1945. Dalam kedudukan yang
demikianlah, UUD dalam kerangka tata urutan atau tata tingkatan norma hukum yang
berlaku, merupakan hukum yang berlaku yang menempati kedudukan yang tinggi.193
Sehubungan dengan undang- undang dasar juga berfungsi sebagai alat control untuk
mengecek apakah norma hukum yang rendah yang berlaku sesuai atau tidak dengan
ketentuan Undang- Undang Dasar. Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai
pula dengan penjelasan undang-undang dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar
1945 mempuyai fungsi atau hubungan langsung dengan batang tubuh undang-undang
dasar 1945 itu sendiri ialah bahwa; pembukaan undang-undang dasar 1945

192
Sunarso dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : UNY Press.
Hlm 16
193
Astomo, P. (2018). Ilmu Perundang-Undangan (Teori dan Praktik di Indonesia), Depok: Rajawali Pers.
Hlm 15
mengandung pokok-pokok pikiran itu diciptakan oleh undang-undang dasar 1945 dalam
pasal-pasalnya.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
dan dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat dasar
falsafah negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. UUD
1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok
pikiran terkandung dalam UUD1945 yang tidak lain adlah pokok pikiran: persatuan
Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan
yang adil dan beradab, yang tidak lainadalah sila dari pancasila, sedangkan pancasila itu
sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada
dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat UUD 1945. semangat dan yang
disemangati pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.194

Penjelasan Sila Sila Pancasila


a. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Pembukaan UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2, UUD 1945

Pasal 29:

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap pendudukan untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya.
b. Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 27 ayat 1 dan 2,28, 30 dan 31 UUD 1945

Pasal 27:

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.

194
Winarno. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta : Bumi Aksara. Hal 47.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.

Pasal 28:

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan


tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 30:

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

Pasal 31:

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.


(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
c. Sila ketiga, Persatuan Indonesia

Pembukaan UUD 1945 dan pasal 1, 32, dan 36 UUD 1945

Pasal 1:

(1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik.

Pasal 32:

Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Pasal

36:

Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.

d. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/perwakilan

Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 1 (ayat 2), 2 (ayat 1 & 3), 37 UUD 1945

Pasal 1:

(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.

Pasal 2:
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak.

Pasal 37:

(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 dari pada


jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.
(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang hadir.
e. Sila kelima, Keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 23, 27, 28, 29, 31,33, dan 34 UUD 1945

Pasal 23:

(1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-
undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
(2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu
Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-
undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 27:

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.

Pasal 28:
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 29:

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Pasal 31:

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.


(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 33:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Pasal 34:

Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara

Undang Undang Dasar 1945 adalah konstitusi negara Republik Indonesia yang
merupakan aturan tertinggi di negara indonesia yang didalamnya mencakup tentang
hukum tata negara indonesia yang menjelaskan sistem penyelenggaraan dan pembagian
kekuasaan negara yang dianut negara indonesia. Menurut Hady Nuruddin UUD 45
sebagai konstitusi negara bukanlah sesuatu yang sakral dan tidak bisa dirubah. Dalam
artian UUD atau konstitusi tetap harus mengikuti perkembangan zaman, yang bisa
mengadopsi semua tuntutan perubahan yang ada.195 Kesalahan terbesar pada saat
pemerintahan orde baru, ketika menempatkan UUD 1945 pada posisi yang
sempurna dan

195
Hady, Nuruddin. 2010. Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Malang : Setara Press. Hlm 12
sakral yang sudah tidak membutuhkan perubahan lagi, bahkan celakanya bagi golongan
yang yang ingin melakukan perubahan akan harus siap berhadapan dan tersingkir dari
parlemen, namun pasca tumbangnya pemerintahan orde baru oleh gerakan pro-
demokrasi yang dipelopori oleh mahasiswa, pemuda, dan masyarakat umum menuntut
untuk dilakukan perubahan ditubuh UUD 1945.
Gerakan itu menamakan dirinya sebagai gerakan reformasi, gerakan untuk
perubahan yang sudah tidak tahan lagi menyaksikan pelanggaran konstitusi yang
dilakukan oleh pemeritahan orde baru. Walhasil dari seluruh bagian-bagian UUD 1945
yang berhasil ditafsirkan oleh orde baru demi menyelamatkan dan mengamankan
kepentingan pribadi dan kelompoknya serta merugikan rakyat berhasil diamandemen,
sehingga dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang cukup
derastis terhadap lembaga-lembaga negara.196 Upaya mewujudkan Pancasila sebagai
sumber nilai adalah dijadikannya nilai nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan
norma hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar pancasila itu adalah
dijadikannya pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan norma hukum di
Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional yang merupakan satu kesatuan
sistem hukum.
Sistem hukum Indonesia itu bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai
norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar)
atau staatfundamentalnorm (norma fondamental negara) dalam jenjang norma
hukum di Indonesia. Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai
peraturan perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan
lain pada hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar Pancasila.197 Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-hak individu maupun
hak masyarakat baik di bidang ekonomi maupun politik. Dengan demikian ideologi kita
mengakui secara selaras baik kolektivisme maupun individualisme.

197
Ibid Hady, Nuruddin. 2010. Hlm 13
B. DAFTAR PUSTAKA
Amarini, I. (2017). Evaluasi Aktualisasi Pancasila Melalui Harmonisasi Hukum. Jurnal
Kosmik Hukum.

Astomo, P. (2018). Ilmu Perundang-Undangan (Teori dan Praktik di Indonesia), Depok:


Rajawali Pers

Bakry, Noor M.S. (1994). Orientasi Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Liberty

Eka Darmaputera, Pancasila Dalam Identitas Dan Modernitas, BPK Gunung Mulia, 1997

Fahrul Ihsan, Pancasila : Gagasan Dan Kemungkinan, Pustaka LP3ES, Jakarta, 2008

Hady, Nuruddin. 2010. Teori Konstitusi dan Negara Demokrasi. Malang : Setara Press.

Hamidi, J. dkk. (2012). Teori Hukum Tata Negara A Turning Point of The state
Jakarta: Salemba Humanika

Kaelan, 2000, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta

Krisnayuda, B. (2017) Pancasila & Undang-Undang Relasi dan Transformasi Keduanya


Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Jakarta: Kencana

MD, Mahfud. (2012). Politik Hukum di Indonesia, Cet ke-V, Depok: Rajawali Pers

Mulyanto, Pancasila Dasar Negara. UGM, Dan Jati Diri Bangsa, Edisi ke-1, Cetakan ke-1,
PT. Ghalia, Bandung, 2004
Rindjin Ketut, 2012, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,

Sunarso dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta : UNY Press.

Winarno. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta : Bumi Aksara.

Pembukan UUD 1945

Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978

Anda mungkin juga menyukai