Anda di halaman 1dari 7

MODUL KULIAH

PKPP - STTI NIIT I-TECH

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila


Semester Ekstensif
Kelas PKKP SISTEM INFORMASI & TEKNIK INFORMATIKA
Dosen Mohammad Imam Shalahudin, ST, M.Si

Pertemuan : 14 Waktu : Kamis, 26 Nov 2020

Modul 12 (Sepuluh)

Hubungan Pembukaan Uud 1945 Dengan Batang Tubuh


Topik Uud 1945, Dan Hubungan Pembukaan Uud 45 Dengan
Pancasila.
Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam
Sub Topik
masyarakat berbangsa dan bernegara
Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang :
a. Pancasila sebagai Pandangan Hidup.
b. Pancasilasebagai Dasar Negra RI.
c. Pancasila sebagai Sumber Hukum
Materi
d. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
e. Fungsi/Peran Lainnya dari Pancasila
f. Tujuh Kunci Pokok Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia
Mengerti, memahami Pancasila sebagai Pancasila
sebagai Pandangan Hidup.Pancasila sebagai Dasar
Tujuan Negra RI, Pancasila sebagai Sumber Hukum,
Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
dan Fungsi/Peran Lainnya dari Pancasila
BAB 12
HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN BATANG
TUBUH UUD 1945, DAN HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 45
DENGAN PANCASILA.

D. Hubungan Pembukaan UUD 45 Dengan Batang Tubuh UUD 1945.


Bahwa pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung
dengan batang tubuh UUD 1945. Karena Pembukaan UUD 1945 mengandung
pokok-p0okok pikiran yang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal dalam
batang tubuh UUD 1945.
Bahwa pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar falsafah Pancasila
dengan batang tubuh UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang
terpadu.
Batang tubuh UUD 1945 terdiri atas rangkaian pasal-pasal, yang merupakan
perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam undang-undang
Dasar 1945, yang tidak lain adalah pokok-pokok pikiran: Persatuan Indonesia,
Keadilan Sosial, Kedaulatan Rakyat Berdasar atas Kerakyatan dan
Permusyawaratan/Pewakilan, dan Ketuhanan YME Menurut Dasar Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab. Pokok pikiran tersebut tidak lain adalah pancaran dari
Pancasila, yang telah mampu memberikan semangat serta terpancang dengan
khidmat dalam perangkat UUD 1945. Lebih jelas lagi bahwa yang dimaksud
dengan Batang Tubuh atau Undang-Undang 1945 khususnya sebelum terjadinya
amandemen atas UUD 1945, adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari dan
tersusun atas tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Pembukaan yang terdiri atas empat alinea;
2. Bagian Batang Tubuh, yang teridiri atas 18 BAB, 37 pasal, dan 4 pasal
aturan Peralihan, serta 2 ayat aturan tambahan.
3. Bagian penjelasan, yang meliputi Penjelasan Umum dan Penjelasan pasal
demi pasal.

Perlu diingat bahwa pada waktu UUD 1945 disahkan oleh PPKI dalam
sidangnya tanggal 18 Agustus 1945, UUD 1945 hanya terdiri dari bagian
Pembukaan dan Batang Tubuhnya saja. Sementara bagian Penjelasannya belum
termasuk di dalamnya. Namun setelah naskah resminya di muat dan disiarkan
dalam Berita Acara Republik Indonesia pada tanggal 15 Pebruari 1946, barulah
bagian Penjelasan tersebut menjadi bagian daripada UUD 1945. Sehungga dengan
demikian UUD 1945 itu, meliputi bagian Pembukaan, bagian Batang Tubuh dan
bagian Penjelasan. (Subandi Al Marsudi, 2003: 129-130).
Semangat (pembukaan) dan yang disemangati (pasal-pasal UUD 1945 serta
penjelasannya), pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Kesatuan serta semangat yang demikian itulah yang harus
diketahui, dipahami, dan dihayati oleh setiap warga negara Indonesia. Rangkaian
isi, arti dan makna yang terkandung dalam masing-masing alinea dalam
pembukaan UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang
berkaitan dengan berdirinya negara Indonesia, melalui pernyataan Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia.

Adapun rangkaian makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945


adalah sebagai berikut:
1. Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya negara,
yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar
belakang pendorong bagi kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam wujud
terbentuknya negara Indonesia. (alinea I, II, dan III pembukaan UUD 1945).
2. Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara
Indonesia terwujud (alinea IV Pembukaan).

Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa


tersebut ditandai oleh pengertian yang terkandung dalam anak kalimat: “
Kemudian dari pada itu “ pada bagian keempat pembukaan UUD 1945,
sehingga dapatlah ditentukan sifat hubungan antara masing-masing bagian
Pembukaan dengan batang tubuh UUD 1945, adalah sebagai berikut :
1. Bagian pertama, kedua, dan ketiga Pembukaan UUD 1945, merupakan
segolongan pernyataan yang tidak mempunyai hubungan kausal organis
dengan batang tubuh UUD 1945.
2. Bagian keempat, Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan yang bersifat
kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945, yang mencakup beberapa
segi sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar ditentukan akan ada.
b. Yang diatur dalam UUD, adalah tentang pembentukan Pemerintahan
Negara yang memenuhi pelbagai persyaratan dan meliputi segala aspek
penyelenggara negara.
c. Negara Indonesia ialah berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat;
d. Ditetapkan dasar kerokhanian negara (dasar filsafat negara Pancasila).

Atas dasar sifat-sifat tersebut, maka dalam hubungannya dengan batang


tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea IV pada
kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya
alinea IV dari Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari dalam arti yang
sebenarnya. Hal ini sebagaimana termuat dalam penjelasan resmi pembukaan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II, No. 7, yang hampir keseluruhannya
mengenai bagian atau alinea IV Pembukaan UUD 1945. Hal tersebut sebagaimana
pada pidato Prof.Dr.Soepomo pada tanggal 15 Juni 1945 di depan rapat Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

E. Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945 Dengan Pancasila.


Pembukaan UUD 1945 dan batang Tubuh UUD 45 ditetapkan oleh PPKI
pada tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari Pembukaan UUD 45 pada hakikatnya
terdapat dalam alinea keempat. Sebab segala aspek penyelenggaraan
pemerintahan negara yang berdasarkan Pancasila terdapat dalam Pembukaan
UUD 45 pada alinea keempat. Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah
secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar Filsafat negara Republik
Indonesia. Maka dari itu maka hubungan antara Pembukaan UUD 45 dengan
Pancasila adalah bersifat timbal balik sebagai berikut:
 Hubungan secara formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan
UUD 45, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar
hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya
bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, dan politik, akan tetapi
merupakan perpaduan dari asas-asas kultural, relegius, dan asas-asas
kenegaraan yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila.

Berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945,


secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar negara RI, adalah seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 45 alinea ke empat.
2. Bahwa pembukaan UUD 45, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan
Pokok Kaidah Negara yang fundamental.
3. Bahwa Pembukaan UUD 45 yang berkedudukan dan berfungsi selain
sebagai mukaddimah dari UUD 45 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri,
yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Karena
Pembukaan UUD 45 yang intinya adalah Pancasila adalah tidak tergantung
pada Batang Tubuh UUD 45, tapi dia adalah sebagai sumbernya.
4. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat,
sifat, kedudukan, dan fungsi, sebagai Pokok Kaidah Negara yang
fundamental, yang menjelamakan dirinya sebagai Dasar kelangsungan
hidup negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945.
5. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 45, maka dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat
pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.
Dengan demikian Pancasila sebagai substansi esensial dari Pembukaan, dan
mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam Pembukaan, sehingga baik
rumusan maupun yuridiksinya sebagai dasar negara, adalah sebagaimana terdapat
dalam Pembukaan UUD1945.
Oleh sebab itu, maka apabila ada perumusan yang menyimpang dari
pembukaan tersebut, maka sama halnya dengan mengubah secara tidak sah
Pembukaan UUD 45.

 Hubungan secara material:


Hubungan Pembukaan UUD 45 dengan Pancasila selain hubungan yang
bersifat formal, sebagaimana dijelaskan di atas dia juga mempunyai
hubungan secara material sebagai berikut:
Bila ditinjau dari segi proses perumusan Pancasila dan Pembukaan UUD 45,
maka secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-
tama adalah Dasar filsafat Pancasila, baru kemudian Pembukaan UUD 45.
Setelah pada sidang pertama Pembukaan UUD 45, BPUPKI membicarakan
filsafat negara Pancasila, berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang
disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama dari Pembukaan UUD
45.
Berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia, maka Pembukaan UUD 45
adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, dan tertib hukum Indonesia,
adalah bersumberkan pada Pancasila, dengan perkataan lain bahwa
Pancasila adalah sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti pula
bahwa secara material, tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.
Dengan demikain Pancasila sebgai sumber tertib hukum Indonesia yang
meliputi sumber nilai, sumber materi, bentuk, dan sifaf. Selain itu dalam
hubungannya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 45 sebagai
Pokok Kaidah Negra yang fundamental, maka sebenarnya secara material
yang merupakan esensi atau inti sari dari Pokok Kaidah Negara fundamental
tersebut tidak lain adalah Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Asmoro , Filsafat Umum, PT RajaGrafindo Persada. Jakrta. 2005.


Al Marsudi, Subandi, Pancasila dab UUD 45 dalam Paradigma Ferormasi, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.
Beni Harmon , Kompas, 15 Juli 1999.
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakrta
1989.
______, Demokrasi di Indonesia Demokrasi Parlementer dan Demokrasi
Pancasila, PT Gramedia, Jakarta, 1994.
Budioyono, Kabul, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Alfabeta,
Bandung, 2009.
C,S,T. Kansil, Christune ST Kansul, Modul Pancasila dan Kewarganegaraan, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, 2006.
Darmodihardjo, Dardji , et.al, Santiaji Pancasila Usaha Nasiponal, Surabaya,
1991.
______, Orientasi Singkat Pancasila, PT Gita Karya, PT INTISA, Jakarta, 1978.
Drs. H.M. Alwi Kaderi, M.Pd.I
______, Pengertian nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan Hidup, BP. 7 Pusat,
Jakarta, Thn 1994/ 1996, Nomor 76.
______. Penjabaran Nilai-Nilai Pancasila dalam Sistem Hukum
Indonesia,Rajawali, Jakarta, 1996.
Dekker, IN, Suatu Analisis Tentang Kemungkinan Adanya Amandemen Dalam
Hukum Tata Negara RI, IKIP Malang, 1994.
Driyarkara, N. t.t. Pancasila dan religi (Buku tanpa identitas).
______, Percikan Filsafat, CV. Pembangunan, Jakarta, 1981.
Emron, Ali, dkk., Penuntun Kuliah Pancasila, Alfabeta,l, 1994. Galtung, Johan,
The True Worlds: A Transnational Perspective, The Free Press, New York,
1980.
Gie,The Liang,, Teori-Teori Keadilan, Yogyakarta, Super, 1977.
H.M.Ridwan Indra Ahadian, Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945, CV. Haji
Mas Agung, Jakarta, 1991.
Hidayat, A, “Amandemen UUD 1945: Analisis Kritis dari Perspektif
Ketatanegaraan: Makalah pada Seminar dan Lokakarya Nasional Dosen-
Dosen Pancasila, UNNES Semarang, 2 Nopember 2002..
______ , Makna Reformasi: Salah Kafrah, SKH, Kedaulatan Rakyat, Yokyakarta,
1999.
Ismaun, Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, C.V.
Carya Remaja, 1981.
Kaelan, Zubaidi Achmad , Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi, Paradigma Yokyakarta, 2007,
Kaelan,M.S, Pendidikan Pancasila, Paradigma , Yogyakarta, 2004.
Luthan, S, Urgensi Amendemen UUD 1945, Kompas, 30 Juni 1998.
M.Syamsuddin,dkk. Pendidikan Pancasila, Menempatkan Pancasila dalam
konteks Keislaman dan Keindonesiaan, Total Media, Yokyakarta, 2009

Anda mungkin juga menyukai